• (GFD-2020-8090) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/05/2020

    Berita


    Narasi bahwa Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi kembali dinyatakan positif Covid-19 beredar di media sosial. Menurut narasi yang terdapat dalam judul artikel di situs Siraman.info itu, Budi kembali disebut positif terinfeksi virus Corona setelah 15 hari sembuh.
    Dalam artikel itu, disebutkan bahwa Budi kembali dinyatakan positif Covid-19 usai dinyatakan sembuh berdasarkan dua kali pemeriksaan dengan hasil negatif dan diperbolehkan pulang. "Padahal, ia sudah 15 hari berada di rumah," demikian narasi dalam artikel tersebut.
    Menurut situs Siraman.info, artikel tersebut disadur dari situs media Suara.com. Adapun pernyataan Budi itu diambil dari program "Ini Budi" yang berisi perbincangan Budi dengan pemimpin redaksi Koran Tempo, Budi Setyarso, pada 16 Mei 2020.
    Di Facebook, artikel yang berjudul "15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19" itu diunggah salah satunya oleh halaman Siti Nur Hasanah, yakni pada 17 Mei 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah direspons lebih dari seribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Siti Nur Hasanah.
    Apa benar Menhub Budi Karya kembali dinyatakan positif Covid-19 setelah 15 hari sembuh?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa pernyataan lengkap Menhub Budi Karya dalam video program "Ini Budi" pada 16 Mei 2020 yang diunggah di kanal YouTube milik Tempo, @tempodotco. Video itu berjudul "Rahasia Kesembuhan Menhub Budi Karya | Ini Budi".
    Dalam video itu, Budi menceritakan kronologi sejak ia dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat, hingga dinyatakan negatif Covid-19. Budi terkonfirmasi positif Covid-19 pada 14 Maret 2020. Ia pun sempat tak sadarkan diri selama 18 hari. "Saat saya sadar, masih positif, belum negatif," katanya.
    Setelah sadar dan menjalani recovery pertama sekitar 4-5 hari, Budi menjalani tes yang menyatakan bahwa dirinya negatif Covid-19. Ia pun meminta untuk dirawat di rumah. "Sekitar 15 hari setelah saya di rumah, atau seminggu, positif lagi. Baru dites lagi, dua kali, negatif," ujarnya.
    Menurut juru bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, sesuai protokol kesehatan Covid-19, pasien baru dinyatakan bebas Covid-19 setelah menjalani dua kali tes polymerase chain reaction (PCR) yang hasilnya berturut-turut negatif, bukan satu kali. "Menhub dinyatakan positif kembali ketika masih dalam perawatan dokter RSPAD," katanya seperti dikutip dari Kompas.com.
    Adita pun menyatakan bahwa pemberitaan yang menyebut Menhub Budi Karya kembali positif Covid-19 menyesatkan. Menurut Adita, dilansir dari Liputan6.com, Budi saat ini dalam kondisi sehat dan telah aktif kembali sebagai Menhub sejak 27 April 2020. RSPAD menyatakan hasil dua tes PCR terakhir Budi membuktikan bahwa ia telah bebas Covid-19.
    Dalam keterangannya, Adita juga menceritakan kronologi sejak Budi terkonfirmasi positif Covid-19 hingga dinyatakan sembuh. Pada 14 Maret 2020, Budi dinyatakan positif Covid-19 dan menjalani perawatan di RSPAD. Setelah dirawat beberapa hari, Budi menjalani tes PCR pertama dan hasilnya negatif.
    Lima belas hari kemudian, Budi menjalani tes PCR kedua. Namun, hasilnya kembali positif. Karena itu, Budi masih harus menjalani perawatan karena dua kali tes PCR berturut-turut menunjukkan hasil negatif dan positif. Menurut Adita, Budi baru dinyatakan bebas Covid-19 pada 27 April 2020.
    Tempo kemudian memeriksa berita di Suara.com yang dikutip oleh situs Siraman.info. Isi artikel Siraman.info memang serupa dengan isi berita Suara.com. Namun, berita di Suara.com telah mengalami perubahan. Hal ini diketahui dari catatan redaksi pada bagian bawah berita.
    Dalam catatan redaksi itu, tertulis: "Artikel ini sebelumnya dimuat dengan judul '15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19'. Artikel mengalami perubahan judul menjadi 'Saat Ini Sehat Bugar, Menhub BKS Sempat Dua Kali Dinyatakan Positif Covid-19' karena judul pertama bisa salah tafsir. Menhub Budi Karya Sumadi saat ini sudah dalam kondisi sehat. Penjelasan ini sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab kami sesuai dengan Pedoman Pemberitaan Media Siber. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Terima kasih."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, judul artikel di situs Siraman.info, yakni "15 Hari Sembuh, Menhub Budi Karya Kembali Dinyatakan Positif Covid-19", menyesatkan. Judul tersebut memunculkan tafsir bahwa Budi saat ini masih dalam kondisi terinfeksi virus Corona Covid-19. Padahal, pernyataan Budi itu diambil dari pengalamannya saat menjalani perawatan Covid-19 dan tes PCR. Tes pertama hasilnya negatif dan tes kedua, yang dijalani 15 hari setelah tes pertama, hasilnya positif. Namun, sesuai protokol kesehatan Covid-19, pasien baru dinyatakan bebas Covid-19 setelah menjalani dua kali tes PCR yang hasilnya berturut-turut negatif. Dengan demikian, ketika itu, Budi belum dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan masih dalam perawatan. Budi dinyatakan sembuh pada 27 April 2020.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8089) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Kiai di Banten yang Dipaksa Suntik Vaksin Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/05/2020

    Berita


    Sebuah video yang diklaim sebagai video pemaksaan penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap seorang kiai di Banten beredar di Instagram. Video serta klaim tersebut diunggah oleh akun @perindu_syurga_1112 pada 4 Mei 2020 dan telah ditonton lebih dari 10 ribu kali.
    Dalam video itu, terlihat pria berompi hitam yang memakai masker sedang beradu mulut dengan pria dengan gamis panjang berwarna putih. Peristiwa ini terjadi pada malam hari di sebuah kampung. Tidak jelas apa yang diucapkan oleh kedua pria dalam video itu.
    Adapun narasi oleh akun tersebut menyebut bahwa rezim memaksa para kiai di Banten disuntik dengan dalih untuk ketahanan tubuh dari virus. Disebutkan pula bahwa anggota PKI menyamar sebagai petugas kesehatan untuk menyuntikkan vaksin yang sebenarnya berisi virus Corona Covid-19 ke tubuh para ulama.
    "Ini maksudnya apa yaa? Emang sudah ada ya? Vaksin buat ketahanan tubuh agar terhindar dari virus Covid-19. Kenapa harus disuntikkan ke para kyai kyai dan santri santri. Cepat atau lambat program rezim utk pengetesan Covid-19 ke para kyai sdh dilakukan. Rezim memaksa para kyai untuk di suntik dgn dalih untuk ketahanan tubuh dari virus. Kyai di Banten ini tegas menolak!" demikian narasi yang ditulis akun tersebut.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @perindu_syurga_1112.
    Apa benar video itu adalah video pemaksaan penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap kiai di Banten?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mengambil gambar tangkapan layar video di atas, kemudian ditelusuri dengan reverse image tool. Hasilnya, ditemukan bahwa kanal YouTube milik stasiun televisi tvOne, tvOneNews, pernah mempublikasikan video itu pada 30 April 2020. Namun, video itu merupakan video pasien positif Covid-19 yang berdebat dengan petugas kesehatan karena menolak diisolasi di rumah sakit.
    Menurut penjelasan dalam video itu, peristiwa tersebut juga terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 29 April 2020. Pasien tersebut beralasan telah menjalani karantina mandiri selama 35 hari dan tidak mengalami gejala apa-apa. Pasien itu pun menantang petugas tersebut untuk masuk ke rumahnya dan mengklaim bahwa dirinya tidak menularkan virus Corona Covid-19 ke keluarganya.
    Peristiwa ini juga banyak diberitakan oleh media massa. Dikutip dari Kompas.com, pasien yang menolak dibawa petugas untuk diisolasi itu, berinisal S, adalah warga Kelurahan Cakranegara, Mataram, NTB. Sementara petugas yang menjemput berasal dari Tim Satgas Covid-19 Puskesmas Taliwang.
    Saat itu, S menyanggah bahwa dirinya sakit meskipun, berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi NTB, hasil tes swab S menunjukkan hasil positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi di rumah sakit. Selain itu, S juga diketahui pernah menghadiri acara Ijtima Ulama Sedunia di Gowa.
    Dilansir dari Kumparan.com, pasien tersebut diketahui baru saja mengikuti salat tarawih berjamaah di masjid dekat tempat tinggalnya. Padahal, dia sudah dinyatakan positif Covid-19. Pasien itu juga memiliki riwayat hadir dalam Ijtima Ulama Sedunia di Gowa beberapa waktu lalu.
    Pasien tersebut tidak memberitahukan kondisinya yang sempat menjalani tes swab Covid-19 kepada warga sekitar. Hal itu membuat warga tidak tahu bahwa pasien itu seharusnya menjalani isolasi. Bahkan, warga berada dalam satu masjid yang sama dengan pasien tersebut untuk salat tarawih berjamaah.
    Belum ada vaksin Covid-19
    Hingga hari ini, belum ada vaksin khusus untuk Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru menyebut bahwa ada 7-8 kandidat teratas vaksin untuk Covid-19. Pada awal Maret 2020, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan perlu waktu 12-18 bulan untuk mendapatkan vaksin itu. Namun, upaya tersebut tengah dipercepat, dibantu dengan dana US$ 8 miliar dari 40 pemimpin negara, organisasi, dan bank.
    "Kami memiliki kandidat vaksin yang baik sekarang," kata Tedros, seperti dikutip dari arsip berita Tempo pada 12 Mei 2020. "Yang teratas sekitar tujuh atau delapan. Tapi kami memiliki lebih dari seratus kandidat," ujar Tedros menambahkan.
    Tedros tidak mengidentifikasi secara detail kandidat vaksin teratas itu. Sejak Januari, Tedros berujar, WHO telah bekerja dengan ribuan peneliti di seluruh dunia untuk mempercepat pembuatan vaksin, mulai dari pengembangan model hewan hingga desain uji klinis. Dia juga mengatakan bahwa terdapat sebuah konsorsium yang berisi lebih dari 400 ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan dan diagnosa vaksin.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video kiai di Banten yang dipaksa suntik vaksin Covid-19 menyesatkan. Video itu diambil di Mataram, NTB, bukan di Banten. Video tersebut merupakan video penjemputan pasien yang positif Covid-19 untuk diisolasi di rumah sakit. Petugas berompi hitam dalam video itu pun bukan anggota PKI yang menyamar, melainkan anggota Tim Satgas Covid-19 Puskesmas Taliwang.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8088) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Patung-patung di India yang Dibuang Karena Tak Bisa Selamatkan dari Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/05/2020

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video patung-patung di India yang dibuang ke sungai beredar di media sosial. Klaim yang menyertai video itu juga menyatakan bahwa patung-patung tersebut dibuang karena tidak bisa menyelamatkan India dari pandemi Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru bernama SARS-CoV-2.
    Dalam video tersebut, tampak sejumlah petugas berseragam yang sedang mengawasi beberapa pria berompi oranye saat membuang patung-patung dari atas jembatan ke sungai. Di Facebook, video berdurasi 3 menit 41 detik tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Yusuf pada 12 Mei 2020.
    Akun ini pun menuliskan narasi yang berbunyi, "Warga di India membuang semua patung2 berhala mereka kedalam sungai karena patung2 yang mereka sujud2 nga bisa selamatkan mereka dari wabah virus penyakit Covid 19 (Corona) pada tanggal 7 Mey 2020."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Yusuf.
    Apa benar ini video tersebut adalah video patung-patung di India yang dibuang ke sungai karena tidak bisa menyelamatkan dari pandemi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk menelusuri asal-usul video itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool. Hasilnya, ditemukan sejumlah video yang sama yang pernah beredar di internet jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
    Salah satu kanal di YouTube yang mengunggah video itu adalah kanal Curious For, yakni pada 29 September 2015 dengan judul "Shocking: Ganpati Idols Dumped in Sewage River after Festival". Kanal ini memberikan keterangan sebagai berikut:
    "Video ini dilaporkan dari Mumbai (kota di India), menampilkan kebenaran yang keras dan menyedihkan di mana patung Dewa Ganesha ditenggelamkan di sungai yang kotor dengan cara yang tidak estetik dan merendahkan oleh otoritas sipil. Jalan yang salah dari Ganapati Visarjan (atau Ganesh Chaturthi, sebuah festival kebudayaan di India). Catatan: Kisah nyata di balik tindakan otoritas ini belum jelas."
    Video yang sama dengan durasi yang lebih panjang juga pernah diunggah oleh akun Facebook Hvkprasad Prasad pada 24 September 2015. Menurut akun ini, video tersebut diambil di jembatan Sungai Krishna di distrik Mahbubnagar, negara bagian Telangana, India, dan memperlihatkan polisi Telangana yang membongkar patung Dewa Ganesha.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hvkprasad Prasad pada 24 September 2015.
    Menurut situs media DNA India dalam beritanya pada 28 September 2015, video yang diunggah akun tersebut memang viral karena menunjukkan praktik visarjan yang tidak ramah lingkungan. Setelah Ganesh Festival digelar selama 10 hari, patung Dewa Ganesha memang bakal ditenggelamkan ke sungai (disebut visarjan) sebagai simbol dari salam perpisahan kepada Dewa Ganesha.
    Namun, praktik ini memantik kritik dari para pecinta lingkungan. Alasannya, patung tersebut biasanya dibuat dari Plaster of Paris (PoP) dan serat yang beracun tidak hanya bagi flora dan fauna air tapi juga bagi manusia. Selain itu, yang dibuang tidak hanya patung, tapi juga perlengkapan lainnya. Perlengkapan ini pun berceceran di tempat-tempat umum.
    Dilansir dari India.com, Ganapati Visarjan atau Ganesh Chaturthi merupakan hari raya umat Hindu untuk memperingati kelahiran Dewa Ganesha. Ganesh Chaturthi pertama kali dirayakan oleh Chhatrapati Shivaji Maharaja, pendiri Kekaisaran Maratha di India. Pejuang kemerdekaan Lokmanya Tilak kemudian memodifikasi tradisi ini dalam bentuk festival selama 10 hari. Biasanya, perayaan ini digelar pada pertengahan Agustus atau September.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video patung-patung di India yang dibuang ke sungai karena tidak bisa menyelamatkan dari pandemi Covid-19 menyesatkan. Video tersebut memang memperlihatkan pembuangan patung Dewa Ganesha ke sebuah sungai di India. Namun, penenggelaman patung itu merupakan rangkaian dari sebuah festival kebudayaan di India, Ganapati Visarjan atau Ganesh Chaturthi. Video itu pun direkam pada 2015, jauh sebelum virus Corona Covid-19 muncul di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8087) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Serangan Serangga Beracun di India Saat Pandemi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/05/2020

    Berita


    Sejumlah video yang diklaim sebagai video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19 beredar di media sosial. Di Facebook, video-video itu diunggah salah satunya oleh akun Aput Doang, yakni pada 11 Mei 2020. Terdapat lima video yang diunggah akun ini dengan narasi, "Warga India diserang serangga beracun."
    Video pertama yang berdurasi 53 detik memperlihatkan seekor serangga yang menyerang seekor tikus hingga mati. Dalam video kedua berdurasi sekitar 1 menit, terlihat sejumlah warga yang tergeletak di jalanan. Beberapa di antaranya merupakan wanita dan mengenakan sari, pakaian khas para perempuan di India. Terdengar pula suara sirene ambulans dalam video ini.
    Video ketiga yang berdurasi 9 detik memperlihatkan suasana di pinggiran jalan sebuah kota, di mana terdapat beberapa wanita yang tergeletak di trotoar. Dalam video ini, terdengar juga suara sirene mobil polisi. Video keempat yang berdurasi 45 detik menampakkan kawanan serangga yang beterbangan di sebuah kota.
    Video kelima, berdurasi 26 detik, memperlihatkan seorang pria yang menggendong anak kecil yang tak sadarkan diri sembari menangis. Seorang petugas kemudian mengevakuasi anak kecil itu. Sementara dalam video keenam, terlihat sejumlah warga yang berlarian ke arah sebuah gedung sambil mengibaskan tangan di atas kepalanya.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aput Doang.
    Apa benar video-video di atas adalah video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo memeriksa asal-usul enam video tersebut dengan terlebih dahulu memfragmentasinya menjadi beberapa gambar dengantoolInVID. Gambar-gambar itu kemudian ditelusuri denganreverse image tool. Berikut ini fakta-faktanya:

    Video ini pernah diunggah ke Yotube oleh kanal M. Outanalt pada 14 Juli 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Video tersebut diunggah dengan judul "The battle of animals. Mouse against wasp". Gambar tangkapan layar dari video pergulatan antara lebah dan tikus itu juga pernah dimuat dalam sebuah artikel di situs Ahaber.com pada 24 Oktober 2018.
    Sumber: Kanal YouTube  M. Outanalt dan Ahaber.com

    Video ini pernah dimuat oleh kanal YouTube milik media India, IndianExpressOnline, pada 6 Mei 2020 dengan judul "Gas leaks from Visakhapatnam's LG Polymers plant, area vacated". Dalam keterangannya, diketahui bahwa video itu memperlihatkan peristiwa bocornya gas di pabrik milik LG Polymers di Visakhapatnam, India. Warga mengeluhkan kebocoran gas itu menyebabkan munculnya sensasi terbakar di mata dan ruam pada tubuh serta sulit bernapas.
    Sumber: Kanal YouTube IndianExpressOnline

    Video ini juga merupakan video peristiwa kebocoran gas kimia di lokasi industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India. Menurut keterangan di kanal milik media India, Times Now, yang mengunggah video itu pada 6 Mei 2020, enam orang tewas dan lebih dari 250 orang dirawat di rumah sakit akibat kejadian itu.
    Sumber: Kanal YouTube Times Now

    Video ini, dengan kualitas yang lebih baik, pernah diunggah oleh akun Facebook Rs-Loy pada 7 Mei 2020. Akun ini memberikan keterangan, "This happened on 204th and Valentine an outbreak of bees. I hope this is not the Chinese Hornet. #BreakingNews #Bees #Newyork." Untuk memastikan petunjuk lokasi tersebut, yakni New York, Tim CekFakta Tempo menelusuri nomor telepon yang tercantum pada papan nama CTown Supermarkets dalam video tersebut. Hasilnya, diketahui bahwa video itu memang diambil di New York, tepatnya di depan CTown Supermarkets di 204th Street, Bronx, New York.
    Sumber: Akun Facebook Rs-Loy dan Google Maps

    Video ini juga terdapat dalam video berita di kanal YouTube Times Now yang diunggah pada 6 Mei 2020 yang memperlihatkan peristiwa kebocoran gas kimia di lokasi industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India.
    Sumber: Kanal YouTube Times Now

    Video ini pernah diunggah oleh akun Twitter @EyeVallenatoo pada 9 Mei 2020. Namun, akun ini menuliskan keterangan bahwa video itu diambil di Amerika Serikat. Meskipun begitu, banyak komentar yang menyatakan bahwa video itu bukanlah video di AS, melainkan di Kolombia. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah taksi yang sempat terlihat dalam video itu yang disebut "zapatico". Taksi ini merupakan taksi khas Kolombia yang berukuran mungil dan berwarna kuning.
    Sumber: Akun Twitter @EyeVallenatoo

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video-video di atas merupakan video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19 keliru. Enam video itu merupakan video dari beberapa peristiwa yang berbeda dan bukanlah video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19. Tiga video diambil dari kejadian bocornya gas kimia di sebuah pabrik di India. Dua video tidak direkam di India, melainkan di Amerika Serikat dan Kolombia. Sementara satu video lainnya telah beredar sejak 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan