• (GFD-2020-8417) Keliru, Klaim Ini Foto Rizieq Shihab Bersama Bos JNE

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/12/2020

    Berita


    Foto pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab bersama seorang pria berkacamata yang bernama Hanny Kristianto beredar di Facebook. Pria itu diklaim sebagai bos PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Foto beserta klaim ini beredar di tengah munculnya seruan boikot JNE.
    Akun yang membagikan foto tersebut adalah akun KataKita, tepatnya pada 13 Desember 2020. Akun ini menulis narasi, “Oooo ini tooo Bos JNE .... FIX...GAK PAKE JNE #SelamatTinggalJNE #BoikotJNE.” Selain foto dan klaim itu, akun ini mengunggah gambar dengan teks "Selamat Tinggal JNE".
    Terdapat pula gambar tangkapan layar sebuah artikel yang memuat foto pria berkacamata yang sama dalam unggahan akun KataKita. Artikel yang dimuat pada 8 April 2016 itu berjudul "Hanny Kristianto: 'Kitab Suci Saya Melarang Pilih Pemimpin Seperti Ahok'".
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook KataKita.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto unggahan akun Facebook KataKita denganreverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa pria berkacamata dalam foto tersebut memang bernama Hanny Kristianto. Namun, Hanny bukan bos JNE.
    Saat ini, Hanny menjabat sebagai Sekretaris Yayasan Mualaf Center Indonesia (MCI). Informasi itu tercantum dalam situs resmi MCI, mualaf.com. Dalam situs ini, Hanny Kristianto tercantum sebagai sekretaris dalam jajaran pengurus MCI.
    Kisah Hanny sebagai mualaf hingga menjadi Sekretaris MCI pernah dimuat oleh situs media Detik.com pada 23 Juni 2015. Setelah sempat ditipu Rp 80 juta oleh seorang ustaz untuk menjadi mualaf, Hanny akhirnya mengucapkan syahadat di sebuah masjid di Mojokerto, Jawa Timur, pada 28 Februari 2013.
    Bos JNE
    PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) didirikan oleh Djohari Zein pada 26 November 1990. Dilansir dari Kumparan.com, sebelum mendirikan JNE, Djohari sempat bekerja di perusahaan jasa pengiriman multinasional TNT. Di sana, ia mengawali kariernya sebagai salesman. Ia kemudian dipromosikan menjadi Manajer Operasi TNT Indonesia. Namun, di puncak karirnya pada 1985, ia justru meninggalkan TNT.
    Djohari kemudian merintis perusahaan jasa pengiriman yang bernama Worldpak, yang kemudian berganti nama menjadi Pronto. Namun, seluruh sahamnya di Pronto terjual karena ia terlalu fokus pada produk tanpa memikirkan cash flow perusahaan. Pada 1990, Djohari pun bergabung dengan perusahaan jasa pengiriman PT Titipan Kilat (TIKI), lalu mendirikan JNE. Ia menjadi salah satu pendiri sekaligus pemegang saham.
    Di situs pribadinya, Djohari juga menceritakan kisah pendirian JNE. Walaupun lepas dari Pronto, ia masih kerap membantu pengurusan kepabeanan konsumen perusahaan yang bermarkas di Singapura itu agar barang diizinkan keluar dari bandara. “Teman-teman di Singapura tetap mempercayakan kepabeanan barang-barang mereka pada saya, termasuk dari TIKI,” katanya. Performa Djohari pun mencuri perhatian sejumlah bos TIKI.
    Mereka kemudian mengundang Djohari untuk bertemu dengan sejumlah direksi TIKI. Ternyata, dalam pertemuan itu, pemilik sekaligus Direktur Utama TIKI, Soeprapto Suparno, mempercayakan Djohari untuk mendirikan sebuah perusahaan ekspedisi yang kini dikenal sebagai JNE. "Saya sungguh bersyukur. Harapan untuk membangun perusahaan nasional di bidang ekspedisi dan logistik yang mencangkup jaringan internasional akhirnya benar-benar di depan mata."
    Pada 2015, dilansir dari Bisnis.com, kepemimpinan Djohari di JNE digantikan oleh Mohamad Feriadi. Dikutip dari Kontan, Feriadi merupakan anak dari Soeprapto Suparno. Hingga kini, Feriadi masih menjabat sebagai Presiden Direktur JNE. Dilansir dari situs resmi JNE, dalam menjalankan tugasnya, Feriadi didampingi oleh dua direktur, yakni Chandra Fireta dan Edi Santoso.
    Seruan Boikot JNE
    Berdasarkan arsip berita Tempo, seruan boikot bermula saat akun Twitter milik JNE, @JNE_ID, mengunggah ucapan selamat ulang tahun ke-30 dari juru bicara Persaudaraan Alumni 212 Haikal Hassan pada 4 Desember 2020. Cuitan ini viral. JNE pun disebut sebagai salah satu pendukung Haikal, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal HRS Center, lembaga bentukan Rizieq Shihab.
    Merespons isu ini, pada 11 Desember 2020, Mohamad Feriadi mengatakan, "JNE sebagai perusahaan pengiriman ekspres dan logistik bersifat netral." Ia menyebut perusahaannya merangkul semua golongan dan tidak memandang latar belakang agama, suku, ras, dan pandangan politik apa pun.
    Akun Twitter JNE memang tidak hanya mengunggah ucapan selamat ulang tahun dari Haikal. Akun ini juga membagikan ucapan selamat dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 11 Desember 2020. Feriadi menjelaskan bahwa perusahaannya memang mengunggah berbagai video yang berisi ucapan selamat ulang tahun ke-30 di media sosial mereka.
    Tahun ini, JNE tepat berumur 30 tahun setelah didirikan pada 1990. Menurut Feriadi, JNE menerima ucapan selamat ulang tahun dari pihak mana pun. Berbagai ucapan selamat ini, kata dia, sepenuhnya merupakan ungkapan dari tokoh publik tersebut kepada perusahaannya di momen ulang tahun ini.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto pemimpin FPI Rizieq Shihab bersama bos JNE, keliru. Pria yang bersama Rizieq dalam foto itu adalah Hanny Kristianto. Hanny merupakan Sekretaris Yayasan Mualaf Center Indonesia (MCI), bukan bos JNE. Di situs resmi JNE, tidak ada pula nama Hanny dalam jajaran direksi. Pendiri JNE pun bukan Hanny, melainkan Djohari Zein.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8416) Keliru, Screenshot Berita Detik tentang Bocoran Percakapan Upaya Pembunuhan Rizieq Shihab

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/12/2020

    Berita


    Gambar tangkapan layar atau screenshot berita dari situs media Detik.com yang berjudul “Viral...! Hacker Membocorkan Percakapan Whatsapp Perihal Upaya Pembunuhan HRS Oleh Anggota Kepolisian” beredar di Facebook. Gambar ini menyebar pasca peristiwa penembakan anggota Laskar FPI yang mengawal Rizieq Shihab oleh polisi di Tol Jakarta-Cikampek pada 7 Desember 2020.
    Dalam gambar tangkapan layar itu, tertulis bahwa berita tersebut ditayangkan pada 7 Desember 2020 pukul 15.43 WIB. Sementara dalam gambar tangkapan layar pesan WhatsApp yang dimuat di berita itu, terlihat bahwa pengirim pesan tersebut bernama "Fadil Polda Metro". Sebagai informasi, nama Kapolda Metro Jaya saat ini adalah Inspektur Jenderal Fadil Imran.
    Adapun percakapan WhatsApp tersebut menyinggung upaya eksekusi terhadap Rizieq. Dalam pesan itu, juga terdapat permintaan kepada pengirim pesan untuk menyikat para anggota Laskar FPI yang menjaga Rizieq. Percakapan itu pun menyinggung CCTV di lokasi kejadian yang bakal dimatikan.
    Salah satu akun yang membagikan gambar tangkapan layar itu adalah akun Hendra Tanjung, tepatnya pada 12 Desember 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah mendapatkan 207 reaksi dan 48 komentar serta dibagikan sebanyak 100 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hendra Tanjung.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, Detik.com tidak pernah mempublikasikan berita yang berjudul “Viral...! Hacker Membocorkan Percakapan Whatsapp Perihal Upaya Pembunuhan HRS Oleh Anggota Kepolisian” pada 7 Desember 2020 pukul 15.43 WIB.
    Lewat penelusuran arsip Detik.com, berita yang terbit pada 7 Desember pukul 15.43 WIB berjudul "Ini Identitas 6 Pengikut HRS yang Tewas Baku Tembak dengan Polisi di Tol". Berita ini pun tidak memuat gambar tangkapan layar pesan WhatsApp seperti yang beredar di Facebook.
    Foto yang dimuat dalam berita tersebut adalah foto Kapolda Metro Inspektur Jenderal Fadil Imran bersama Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang sedang memegang sejumlah senjata. Foto itu diambil ketika digelar konferensi pers terkait penembakan anggota FPI di Polda Metro Jaya pada 7 Desember 2020.
    Redaksi Detik.com pun telah menyatakan bahwa gambar tangkapan layar berita tentang bocoran percakapan WhatsApp seputar upaya pembunuhan Rizieq Shihab tersebut hoaks. "Gambar yang seolah-olah berasal dari screen capture pemberitaan kami itu hoaks," ujar Pemimpin Redaksi Detik.com Alfito Deannova pada 9 Desember 2020.
    Alfito juga menyesalkan pencatutan nama Detik.com seperti yang terjadi dalam gambar tangkapan layar yang tersebar di media sosial tersebut. "Detik.com selalu mengecam semua tindakan rekayasa isi dan tampilan berita dari media massa untuk kepentingan apa pun," katanya.
    Terkait gambar tangkapan layar percakapan WhatsApp seputar upaya pembunuhan Rizieq, Polda Metro Jaya juga telah memastikan bahwa gambar yang melibatkan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran itu hoaks. "Bahwa ada percakapan Pak Kapolda Metro Jaya dalam satu WA-nya ini, saya jelaskan bahwa ini adalah berita tidak benar," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus pada 9 Desember 2020.
    Penembakan Laskar FPI
    Berdasarkan arsip berita Tempo, penembakan anggota FPI hingga tewas di Tol Jakarta-Cikampek terjadi pada 7 Desember 2020 dini hari. Peristiwa ini menjadi sorotan berbagai pihak. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bahkan membentuk tim khusus untuk menyelidiki peristiwa itu. Pasalnya, polisi dan FPI memaparkan kronologi yang berbeda terkait penembakan ini.
    Indonesia Police Watch (IPW) juga menemukan adanya pelanggaran standar operasional prosedur (SOP) dalam peristiwa penembakan anggota Laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek tersebut. "IPW berharap Mabes Polri mau mengakui adanya pelanggaran SOP tersebut," kata Ketua Presidium IPW Neta Pane pada 14 Desember 2020.
    Berdasarkan hasil rekonstruksi, Neta melihat bahwa ada tiga pelanggaran SOP yang dilakukan anggota Polri, terutama dalam kasus kematian empat anggota Laskar FPI di mobil petugas ketika melewati Tol Jakarta-Cikampek KM 51. Dalam rekonstruksi pada 14 Desember 2020, polisi mengatakan bahwa keempatnya melawan dan mencoba merebut senjata polisi saat dibawa dengan mobil Daihatsu Xenia menuju Polda Metro Jaya. Karena itu, polisi menembak mereka.
    Dalam rekonstruksi tersebut, diketahui pula bahwa dua anggota Laskar FPI lainnya diduga sudah tewas karena baku tembak yang terjadi sebelumnya di Jalan Internasional Karawang. Setelah polisi menangkap para anggota Laskar FPI itu di rest area Tol Jakarta-Cikampek KM 50, dua anggota laskar yang telah tewas tersebut diangkut dengan mobil Avanza milik polisi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, gambar tangkapan layar berita Detik.com yang berjudul “Viral...! Hacker Membocorkan Percakapan Whatsapp Perihal Upaya Pembunuhan HRS Oleh Anggota Kepolisian” di atas keliru. Gambar itu merupakan hasil suntingan dari berita Detik.com berjudul "Ini Identitas 6 Pengikut HRS yang Tewas Baku Tembak dengan Polisi di Tol" yang dimuat pada 7 Desember 2020.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8415) Keliru, Foto Fadli Zon Pakai Kaos Bertuliskan Jubir FPI

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/12/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan politikus Partai Gerindra Fadli Zon memakai kaos hitam bertuliskan "Jubir FPI" beredar di Twitter. Foto ini disertai dengan gambar tangkapan layar cuitan Fadli di Twitter yang berisi tautan berita di mana dia mengomentari peristiwa penembakan anggota FPI pada 7 Desember 2020 lalu. Berita itu berjudul "Fadli Zon: Saya Lebih Percaya Kronologi Penembakan Laskar Versi FPI".
    Akun yang membagikan foto serta gambar tangkapan layar itu adalah akun @03__nakula, tepatnya pada 9 Desember 2020. Akun tersebut menulis, "Jubir FPI." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah di-retweet sebanyak 88 kali, dikomentari sebanyak 19 kali, dan disukai lebih dari 400 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @03__nakula.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto yang memperlihatkan Fadli Zon mengenakan kaos bertuliskan “Jubir FPI” itu denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan foto yang identik, namun teks yang tertulis dalam kaos yang dikenakan Fadli bukan "Jubir FPI", melainkan "Jubir Rakyat".
    Foto tersebut pertama kali diunggah oleh Fadli di akun Twitter-nya, @fadlizon, pada 28 Desember 2019. Kesamaan terlihat pada pose Fadli, celana krem dan jam hitam yang dikenakan Fadli, serta lokasi pengambilan foto tersebut. Selain foto ini, Fadli mengunggah dua foto lain yang memperlihatkan dirinya memakai kaos bertuliskan "Jubir Rakyat" tersebut.
    Teks yang sama juga tertulis dalam sebuah cangkir yang terdapat dalam salah satu foto yang diunggah Fadli. Teks tersebut pun tercantum dalam foto profil Twitter Fadli hingga kini. Dalam unggahannya ketika itu, Fadli juga mencuit,"#JubirRakyat".
    Gambar tangkapan layar cuitan politikus Partai Gerindra Fadli Zon di Twitter pada 28 Desember 2019.
    Terkait gambar tangkapan layar yang berisi cuitan Fadli tentang penembakan anggota FPI, berdasarkan penelusuran dengan Twitter Advanced Search, cuitan itu memang pernah diunggah oleh Fadli pada 9 Desember 2020. Cuitan tersebut berisi tautan berita dari VOI yang berjudul "Fadli Zon : Saya Lebih Percaya Kronologi Penembakan Laskar Versi FPI" yang dimuat pada 8 Desember 2020.
    Namun, hingga kini, posisi jubir FPI diisi oleh Munarman. Pada 14 Desember 2020, Munarman sebagai jubir FPI mengomentari hasil rekonstruksi kasus penembakan enam anggota Laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek oleh Polda Metro Jaya. Menurut dia, hasil rekonstruksi itu semakin menunjukkan banyaknya keanehan dalam kasus ini.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Fadli Zon memakai kaos bertuliskan "Jubir FPI", keliru. Foto yang memperlihatkan Fadli memakai kaos bertuliskan "Jubir FPI" itu merupakan hasil suntingan. Dalam foto aslinya, Fadli mengenakan kaos dengan teks yang berbunyi "Jubir Rakyat".
    YULIANA HEMA | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8414) Keliru, Klaim Komnas HAM Diam dalam Teror Sigi Tapi Aktif dalam Kasus FPI

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/12/2020

    Berita


    Sebuah akun Twitter, @MrsRachelIn, mencuit bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM hanya diam saat terjadi aksi teror di Desa Lembantongoa, Sigi, Sulawesi Tengah. Dalam aksi teror tersebut, empat orang dalam satu keluarga tewas setelah dianiaya oleh orang tak dikenal pada 27 November 2020.
    Akun tersebut kemudian membandingkan sikap itu dengan sikap Komnas HAM terkait peristiwa penembakan enam anggota Front Pembela Islam ( FPI ) hingga tewas oleh polisi di Tol Cikampek pada 7 Desember 2020. Komnas HAM membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus ini.
    "Waktu ada Warga sigi dipenggal & 4 meninggal knp Komnas Ham diam? Apakah karna tdk ada kpntingan politik nyawa orang tdk berharga?" demikian narasi yang ditulis oleh akun @MrsRachelIn pada 8 Desember 2020. Akun ini juga mencantumkan tautan berita dari CNN Indonesia yang berjudul "Komnas HAM Bentuk Tim Dalami Bentrokan Polisi-Pendukung FPI".

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait tanggapan Komnas HAM atas aksi teror di Sigi lewat mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah berita yang memaparkan tindakan dan respons Komnas HAM terkait pembunuhan terhadap empat warga Sigi yang diduga dilakukan oleh kelompok Muhajidin Indonesia Timur (MIT) itu.
    Dilansir dari berita Kompas.com pada 30 November 2020, Komnas HAM juga membentuk tim untuk melakukan pemantauan langsung di lokasi teror yang menewaskan empat orang dalam satu keluarga di Desa Lembantongoa, Sigi pada 27 November 2020.
    Menurut Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Mohammad Choirul Anam, tim yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Komnas HAM Sulteng Dedi Askari itu akan bertolak ke Sigi pada 30 November 2020. Selain melakukan pemantauan, Anam menyebut bahwa tim berencana untuk menemui korban.
    "Hasil dari pemantauan ini penting bagi kami dan juga bagi upaya penanganan terorisme," kata Anam. Selain mengkonfirmasi berbagai informasi, termasuk dugaan pelaku dari kelompok MIT, hasil pemantauan akan digunakan sebagai bahan untuk memberi masukan kebijakan dan tata kelola penanganan terorisme.
    Dikutip dari berita JPNN pada 2 Desember 2020, selain menelisik informasi pelaku, Anam mengatakan bahwa Komnas HAM akan meneliti dugaan aparat keamanan bobol dalam menjaga Sigi dari serangan kelompok MIT. Menurut dia, kinerja Satgas Tinombala sebenarnya sudah baik.
    Anam menuturkan satgas yang dibentuk secara khusus untuk menumpas kelompok MIT itu sudah mampu memetakan teroris di wilayahnya. Bahkan, tim tersebut tahu sosok yang masih berkeliaran di wilayah tugasnya. Hanya saja, kata dia, peristiwa pembunuhan terhadap satu keluarga tersebut tetap terjadi.
    Komisioner Komnas HAM lainnya, Amiruddin Al Rahab, juga pernah memberikan pernyataan terkait aksi teror Sigi itu. Dilansir dari Kompas.com, dia meminta Polri segera menangkap pelaku pembunuhan di Sigi. Dia pun mengutuk aksi yang diduga dilakukan oleh kelompok MIT pimpinan Ali Kalora itu.
    Amiruddin juga meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi serta aparat keamanan menjamin keselamatan masyarakat. Dia pun mendesak pemerintah mencegah hal yang sama terulang. Selain itu, dia mengajak semua pihak ambil andil dalam mencegah tindakan intoleransi.
    Komnas HAM dalam kasus FPI
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 7 Desember 2020, pasca terjadinya penembakan terhadap anggota FPI oleh polisi di Tol Cikampek, Komnas HAM membentuk tim untuk mendalami informasi dan mengumpulkan fakta-fakta terkait peristiwa tersebut. Komnas HAM telah menggali keterangan dari FPI.
    Pada 14 Desember 2020, Komnas HAM pun telah memanggil Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran terkait insiden tersebut. Menurut Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, Fadil telah memberikan sejumlah informasi, data, dan barang bukti yang diminta oleh pihaknya.
    Namun, hingga kini, Komnas HAM masih belum menyampaikan ada atau tidaknya indikasi pelanggaran HAM dari kepolisian dalam insiden tersebut. Menurut Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara, lembaganya kini tengah fokus untuk mengumpulkan barang bukti sebanyak mungkin.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Komnas HAM hanya diam saat terjadi aksi teror di Sigi, padahal aktif dalam pengungkapan kasus penembakan anggota FPI, keliru. Menurut pemberitaan, setelah terjadinya aksi teror di Sigi pada 27 November 2020, Komnas HAM membentuk tim untuk melakukan pemantauan langsung di lokasi serta menelisik informasi pelaku.
    JUAN ROBIN | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan