• (GFD-2021-8663) Sesat, Klaim Badak Putih Utara Resmi Punah pada 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/06/2021

    Berita


    Klaim bahwa badak putih utara resmi punah beredar di media sosial. Klaim ini dilengkapi dengan foto karya fotografer National Geographic, Ami Vitale, yang memperlihatkan seorang pria berkulit hitam sedang menyandarkan kepalanya ke kepala seekor badak yang sedang tergeletak. Pria itu juga menumpangkan tangannya ke cula badak tersebut.
    Klaim itu salah satunya diunggah oleh akun ini pada 6 Juni 2021. Akun itu menulis, "Badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) bertahan 55 juta tahun di planet bumi, mengalami dan bertahan dari keganasan zaman es, gempa bumi besar, hantaman meteor, dan saksi hidup perubahan-perubahan di bumi. mamalia raksasa ini tak bisa bertahan pada keganasan manusia, dan sudah resmi punah."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi klaim menyesatkan terkait badak putih utara.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mencari tahu asal mula dari informasi punahnya badak putih utara itu. Dari hasil penelusuran, diketahui bahwa terdapat badak putih utara yang terakhir mati pada 2018 lalu dan kembali ramai diperbincangkan saat ini. Badak putih utara itu berasal dari Konservasi Ol Pejeta, Kenya. Informasi kematian badak ini pertama kali dibagikan oleh akun Twitter resmi milik Ol Pejeta.
    Akun itu mengumumkan kematian badak putih utara jantan yang berada di konservasinya pada 20 Maret 2018. Akun tersebut menulis, “Dengan sangat sedih, Konservasi Ol Pejeta dan Kebun Binatang Dvur Kralove mengumumkan bahwa Sudan, badak putih utara jantan terakhir di dunia, berusia 45 tahun, mati di Konservasi Ol Pejeta di Kenya pada 19 Maret 2018 (kemarin). #SudanForever #TheLoneBachelorGone #Only2Left."
    Kematian badak putih utara tersebut pun diberitakan oleh National Geographic pada 20 Maret 2018, dalam artikelnya yang berjudul "After Last Male's Death, Is the Northern White Rhino Doomed?". Artikel ini dilengkapi dengan sejumlah foto yang juga diambil oleh Ami Vitale, yang memperlihatkan momen-momen terakhir Sudan sebelum meninggal pada 19 Maret 2018.
    Dikutip dari BBC, Sudan dinyatakan mati setelah berbulan-bulan mengalami gangguan kesehatan. Ia dirawat karena komplikasi terkait usia yang menyebabkan perubahan degeneratif pada otot dan tulang yang dikombinasikan dengan luka kulit yang luas. Kondisinya memburuk secara signifikan dalam 24 jam terakhir (19 Maret 2021), tidak mampu berdiri dan sangat menderita.
    Kematian Sudan itu pun disambut dengan kecemasan. Kematian Sudan, oleh sebagian besar ahli, dipandang sebagai tanda tangan terhadap surat perintah kepunahan spesies tersebut. Pasalnya, saat ini, hanya terdapat dua badak putih utara yang tersisa, yang keduanya betina. Ada dorongan dari konservasi besar untuk membantu Sudan menghasilkan keturunan.
    Sudan dipindahkan dari kebun binatang di Republik Ceko ke cagar alam Kenya pada 2009. Iklim Afrika dan luasnya ruang untuk berkeliaran dianggap bakal merangsang Sudan untuk berkembang biak. Namun, Sudan sudah melewati usia reproduksi. Dua badak putih utara betina yang tersisa pun tidak dapat menghasilkan keturunan secara alami.
    Karena itu, para ilmuwan sedang berusaha membiakkan badak putih utara di laboratorium. Sel kelamin diambil dari mereka yang masih hidup, dan para ilmuwan berharap dapat menggunakan in-vitro fertilization (IVF) terhadap badak putih selatan. Namun, teknologi untuk metode ini masih disempurnakan. Metode tersebut pun sangat mahal.
    Dikutip dari IFL Science, saat ini, para ilmuwan yang bekerja untuk menyelamatkan badak putih utara telah menginseminasi secara artifisial tujuh dari 10 telur yang berhasil dipanen dari dua individu terakhir yang tersisa di dunia yang saat ini tinggal di Konservasi Ol Pejeta di Kenya.
    Sebuah proses yang disebut injeksi sperma intracytoplasmic memungkinkan para peneliti untuk mencampur sperma dari dua badak putih utara yang mati secara alami pada 2014 dan 2019, Suni dan Saut, yang spermanya diawetkan secara cryo. Dua batch semen beku digunakan dan diambil untuk empat telur dari Fatu dan tiga telur dari Najin, dua badak putih utara betina yang tersisa.
    Saat ini, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources atau IUCN masih mengkategorikan badak putih utara sebagai satwa yang sangat terancam punah (critically endangered) dalam daftar merahnya, karena dianggap menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Hingga 12 Juni 2021, populasinya tercatat hanya menyisakan dua ekor.
    Daftar merah IUCN berisi sembilan kategori untuk mengklasifikasi status satwa, yaitu tidak dievaluasi (not evaluated) data kurang (data deficient), sedikit perhatian (least concern), hampir terancam (vulnerable), rentan (endangered), terancam punah (critically endangered), sangat terancam punah (extinct in the wild), dan punah (extinct). Saat ini, terdapat lebih dari 134.400 spesies dalam daftar merah IUCN, dengan lebih dari 37.400 spesies terancam punah.
    Suatu spesies dinyatakan punah apabila individu terakhir dari satwa tersebut telah dinyatakan meninggal. Survei menyeluruh berdasarkan waktu tertentu pun tidak lagi mencatat individu dari satwa tersebut. Menurut IUCN, ada kasus di mana spesies yang sebelumnya terdaftar sebagai punah pindah ke kategori lain setelah individu hidup ditemukan.
    Situasi seperti itu dapat terjadi akibat kesalahan "Romeo", di mana masih terdapat individu hidup ketika spesies dinyatakan punah. Karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua bukti sebelum mendaftarkan suatu spesies ke dalam kategori punah untuk menghindari kesalahan pencatatan.
    Konservasi Ol Pejeta pun telah mengklarifikasi klaim yang beredar baru-baru ini, yang menyatakan bahwa badak putih utara telah punah. Mereka menjelaskan bahwa badak putih utara dideklarasikan "punah secara fungsional (functionally extinct)" sejak 2018, bukan baru-baru ini. Status itu diberikan karena pejantan terakhir dari spesies tersebut, Sudan, mati karena telah berusia tua.
    "Punah secara fungsional berarti jumlah dari hewan itu sangat kecil, dan mereka tidak lagi memainkan peran yang signifikan dalam fungsi ekosistem, atau populasi tidak lagi layak. Sudan bukan badak putih utara terakhir yang masih hidup. Dia meninggalkan anak betinanya, Najin, dan anak betina Najin, Fatu, yang masih hidup hingga saat ini. Najin berusia 31 tahun, dan Fatu berusia 21 tahun bulan ini," demikian penjelasan Konservasi Ol Pejeta di akun  Twitter  resminya pada 5 Juni 2021.
    Dilansir dari Fauna dan Flora Internasional, badak putih utara adalah hewan asal Afrika terbesar ketiga (setelah gajah dan kuda nil) dan memiliki berat antara 1.700-2.400 kilogram. Badak putih utara sebenarnya tidak putih, melainkan abu-abu. Kebingungan ini diakibatkan oleh salah tafsir kata Belanda 'wijde' (artinya lebar, bukan putih), yang digunakan untuk menggambarkan mulut badak tersebut.
    Habitatnya sendiri terdapat di bagian barat laut Uganda, Chad selatan, Sudan Selatan barat daya, Republik Afrika Tenga timur, dan Republik Demokratik Kongo timur laut. Dilansir dari IUCN, satu-satunya sub populasi yang dikonfirmasi sebelumnya berada di Taman Nasional Garamba di timur laut Republik Demokratik Kongo, sekarang dianggap punah.
    Dikutip dari National Geographic, satu abad yang lalu, terdapat ratusan ribu badak di Afrika. Pada awal 1980-an, perburuan telah mengurangi jumlah badak menjadi sekitar 19 ribu ekor. Menurut laporan The New York Times, dari jumlah tersebut, habitat yang paling buruk kondisinya adalah badak putih utara.
    Habitat aslinya di Afrika Tengah sudah teranc

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa badak putih utara resmi punah pada 2021, menyesatkan. IUCN masih mengkategorikan badak putih utara sebagai satwa yang sangat terancam punah (critically endangered), karena dianggap menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Hingga 12 Juni 2021, hewan ini tercatat masih tersisa dua ekor. Suatu satwa dinyatakan punah apabila individu terakhir dari satwa tersebut telah dinyatakan meninggal. Survei menyeluruh berdasarkan waktu tertentu pun tidak lagi mencatat individu dari satwa tersebut.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8662) Sesat, Klaim Ini Video saat BNN Bongkar Truk Kontainer dari Cina Berisi Narkoba

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/06/2021

    Berita


    Video yang diklaim menunjukkan momen saat Badan Narkotika Nasional atau BNN membongkar truk kontainer dari Cina yang berisi narkoba beredar di Facebook. Dalam video itu, terlihat sejumlah pria yang sedang membongkar lantai sebuah kontainer dengan linggis. Di akhir video, tampak bahwa di bawah lantai kontainer itu terdapat ratusan paket narkoba.
    Akun ini membagikan video beserta klaim tersebut pada 8 Juni 2021. Akun tersebut menulis, "BNN periksa truk kontainer yang sengaja diekspor oleh Cina Tiongkok, jelas kan siapa perusak negeri ini? Masih mau bela?" Akun lainnya juga menyebarkan video itu dengan klaim serupa, "BNN periksa truk containner yang sengaja diekspor oleh Cina Tiongkok."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Narkoba yang ditemukan dalam truk kontainer, yang terlihat dalam video ini, bukan berasal dari Cina.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, penemuan narkoba yang disembunyikan di bawah lantai truk kontainer, yang terlihat dalam video di atas, adalah peristiwa pada 2019, bukan 2021. Narkoba yang terdapat dalam truk kontainer itu pun bukan berasal dari Cina, melainkan dikirim dari Aceh.
    Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool. Lewat cara ini, Tempo mendapatkan petunjuk bahwa video itu pernah diunggah pada Juli 2019 oleh akun Facebook Sahabat Tawa.
    Video tersebut berdurasi sekitar 9 menit, jauh lebih panjang daripada durasi video yang beredar saat ini, yang sepanjang hampir 3 menit. Dalam video ini, pada menit ke-3, terlihat truk kontainer yang sama serta beberapa pria yang sama yang sedang membongkar lantai kontainer tersebut. Dalam keterangannya, tercantum bahwa video itu menunjukkan penemuan narkoba seberat 1,5 ton.
    Berdasarkan petunjuk ini, Tempo pun menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “penangkapan narkoba 1,5 ton di kontainer” di mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah pemberitaan dari media kredibel terkait peristiwa tersebut, yang dipublikasikan pada Juli 2019. 
    Kanal YouTube milik stasiun televisi tvOne misalnya, memberitakan peristiwa itu dalam videonya yang berjudul "Hebat! BNN Gagalkan Pengiriman 1,5 Ton Ganja Dalam Dek Truk". Dalam keterangannya, tertulis bahwa BNN dan petugas Bea Cukai menggagalkan penyelundupan 1,5 ton ganja yang berasal dari Aceh. Penangkapan ini dilakukan pada 30 Januari 2019 sekitar pukul 22.00 WIB. Penggerebekan itu dilakukan di dua lokasi, yaitu Bogor dan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.Berita yang sama pernah dimuat oleh Tempo pada 31 Januari 2019 dalam artikelnya yang berjudul "Terbongkar: Pengiriman Ganja 1,5 Ton Lewat Bandara Soekarno-Hatta". Menurut Kepala Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta Erwin Situmorang, ganja itu berasal dari Aceh dan dikirim ke Bogor. Pengiriman dilakukan melalui kargo domestik Bandara Soekarno-Hatta.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video saat BNN membongkar truk kontainer dari Cina yang berisi narkoba, menyesatkan. Video tersebut menunjukkan peristiwa lawas, yang terjadi pada 30 Januari 2019. Saat itu, BNN dan Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta membongkar truk yang di bagian bawah lantai kontainernya disembunyikan 1,5 ton ganja. Namun, paket tersebut dikirim dari Aceh, bukan dari Cina.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8661) Keliru, Klaim Ini Video WNA Cina yang Berdatangan ke Indonesia dan Terkait dengan Dana Haji

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/06/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan rombongan orang dengan pakaian seragam olah raga yang memadati sebuah terminal bandara beredar di Twitter. Dalam video itu, terdengar suara wanita yang mengatakan Bandara Sultan Syarif Kasim, Riau, penuh dengan warga Cina. Video ini pun disebarkan dengan klaim bahwa warga negara asing atau WNA Cina berdatangan ke Indonesia dan terkait dengan dana haji.
    Akun ini membagikan video tersebut pada 6 Juni 2021. Akun itu menulis, "Cino lagi Cino lagi..kpnkah ini terjadi..? #TiongkokBikinJongkok #AdiliPerampokDanaHaji." Hingga artikel ini dimuat, video dalam cuitan tersebut telah ditonton lebih dari 49 ribu kali. Cuitan itu pun telah mendapatkan 203 like dan 65 retweet.
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar hasil fragmentasi itu ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video yang identik yang sempat viral pada 2019 lalu.
    Video tersebut diunggah oleh sebuah akun Facebook pada 29 Juni 2019. Ketika itu, video ini dibagikan dengan narasi yang mengaitkannya dengan Pemilihan Presiden (Pilpres 2019). Tim CekFakta Tempo pun telah memverifikasinya, dan menyatakan klaim tersebut menyesatkan.
    Berdasarkan penelusuran, bandara dalam video itu memang merupakan Bandara Sultan Syarif Kasim II yang berada di Pekanbaru, Riau. Namun, lokasinya di terminal keberangkatan, bukan terminal kedatangan. Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Riau dan otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II pun telah membantah klaim tentang adanya serbuan WNA Cina ke Riau tersebut.
    "Mereka akan berangkat dengan pesawat rute penerbangan domestik, setelah mengikuti acara Bakar Tongkang di Rokan Hilir," kata Kepala Divisi Imigrasi Kemenkumham Riau, Mas Agus Santosa. Executive General Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II, Jaya Tahoma Sirait, juga membantah isu tersebut. "Mereka itu wisatawan yang habis menghadiri Bakar Tongkang. Kita sebagai operator bandara, tentu harus melayani," kata Jaya.
    Tempo pun menemukan video yang berbeda yang memperlihatkan rombongan orang dengan seragam olah raga yang sama dengan yang tampak dalam video yang beredar. Pada menit ke-42 hingga ke-47, terlihat dua pria yang sedang berboncengan motor yang mengiringi kendaraan rombongan wisatawan dari arah Bandara Bandara Sultan Syarif Kasim II.
    Mereka mengenakan seragam olah raga dengan kombinasi warna merah dan putih. Pada bagian punggung, juga tertera nama mereka. Video berdurasi sekitar 8 menit itu diunggah oleh kanal Budak Bagan Asli di YouTube pada 16 Juni 2019. Video tersebut diberi judul "Wisatawan Padati Kota Bagansiapiapi-Even Ritual Bakar Tongkang 2019".
    Bakar Tongkang merupakan tradisi turun-temurun bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi untuk menghormati nenek moyang mereka. Acara ini selalu menarik puluhan ribu perantau yang tinggal di berbagai kota, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk pulang kampung. Tradisi ini sekarang dikemas oleh pemerintah daerah menjadi sebuah festival dan masuk dalam agenda pariwisata nasional.
    Pada 2018, festival ini menarik sedikitnya 69 ribu wisatawan, baik domestik maupun asing. Dari total kunjungan tersebut, 29 ribu di antaranya merupakan wisatawan asing, sedangkan sisanya adalah wisatawan lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
    Sementara pada 2019, seperti dilansir dari Riau Kontras, wisatawan yang datang untuk memeriahkan festival Bakar Tongkang itu meningkat menjadi sebanyak 76 ribu orang. Kemeriahan festival tersebut dapat dilihat dalam artikel foto Tempo di tautan ini.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu menunjukkan WNA Cina yang berdatangan ke Indonesia dan terkait dengan dana haji, keliru. Video ini merupakan video lawas yang sempat viral pada 2019. Bandara dalam video itu memang merupakan Bandara Sultan Syarif Kasim II yang berada di Riau. Namun, lokasinya di terminal keberangkatan, bukan terminal kedatangan. Divisi Imigrasi Kemenkumham Riau dan otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II pun memberikan keterangan serupa, bahwa mereka adalah wisatawan yang akan meninggalkan Riau setelah mengikuti Festival Bakar Tongkang.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8660) Keliru, Klaim Ini Foto Masjid Al-Aqsa yang Dibom Israel

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 10/06/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan kepulan asap tebal yang disertai api di sebuah wilayah kota beredar di media sosial. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Masjid Al Aqsa di Palestina telah dibom. Foto itu menyebar di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Palestina belakangan ini.
    Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 12 Mei 2021. Akun itu pun menulis narasi dalam Bahasa Hindi yang jika diterjemahkan berarti, "Al Aqsa dianggap sebagai masjid tersuci ketiga dalam Islam, setelah Mekah dan Madinah, yang didirikan oleh Israel. Telah rusak (dibom)."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait Masjid Al Aqsa di Palestina.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut dengan reverse image tool Source, Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini telah beredar di internet sejak 2014 lalu. Foto itu pun tidak menunjukkan Masjid Al Aqsa yang dibom.
    Foto yang identik pernah dimuat oleh The Washington Post pada 28 Juli 2017 dalam artikelnya yang berjudul “Israeli government watchdog slams Netanyahu, army over failures in 2014 Gaza war”. Foto tersebut diberi keterangan bahwa wilayah Jabal al-Rayyes di Jalur Gaza, Palestina, terkena serangan udara Israel pada 29 Juli 2014.
    Foto yang identik juga pernah dimuat situs Avax.news. Foto ini disebut menunjukkan asap yang mengepul di wilayah al-Tuffah setelah adanya serangan udara Israel selama operasi militer di timur Jalur Gaza pada 29 Juli 2014. Kekerasan meningkat, saat Israel memulai serangan udara intens di Gaza untuk merespons rentetan roket Palestina setelah upaya gencatan senjata tak resmi untuk tiga hari libur Idul Fitri gagal.
    The Independent pun pernah memuat foto yang sama dalam artikelnya pada 30 Juli 2014. Foto ini diberi keterangan: "Asap mengepul di wilayah al-Tuffah setelah serangan udara Israel di timur Jalur Gaza. Pengeboman tanpa henti telah melumpuhkan infrastruktur kota."
    Adapun dalam laporannya, tertulis bahwa akibat serangan tanpa henti melalui udara, laut, dan darat itu, tidak banyak yang tersisa dari infrastruktur di Jalur Gaza. Terjadi pula penghancuran rumah para pejabat Hamas, termasuk rumah pimpinan kelompok militan Palestina ini, Ismail Haniyeh.
    Jaringan listrik yang seadanya mati setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana terbakar. Para pejabat senior pun menjauh dari Shifa, rumah sakit utama, setelah klinik di sebelahnya terkena serangan rudal, yang menyebabkan sejumlah masalah serius.
    Masjid Al Aqsa sendiri berada di wilayah yang berbeda dengan al-Tuffah. Masjid itu terletak di Yerusalem, wilayah yang terpisah dengan Jalur Gaza. Dilansir dari Aljazeera, Masjid Al Aqsa adalah masjid berkubah perak di dalam kompleks seluas 35 hektare yang disebut al-Haram al-Sharif oleh umat Islam dan sebagai Temple Mount bagi orang Yahudi. Kompleks ini terletak di Kota Tua Yerusalem.
    Situs ini menjadi wilayah yang paling diperebutkan sejak Israel menduduki Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, pada 1967, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, konflik itu sebenarnya telah terjadi jauh lebih lama, sebelum pembentukan Israel.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut menunjukkan Masjid Al Aqsa yang dibom oleh Israel, keliru. Foto itu telah beredar di internet sejak 2014 silam, yang memperlihatkan serangan udara Israel di wilayah al-Tuffah selama operasi militer di timur Jalur Gaza pada 29 Juli 2014. Masjid Al Aqsa sendiri berada di wilayah yang berbeda dengan al-Tuffah. Masjid itu terletak di Yerusalem, wilayah yang terpisah dengan Jalur Gaza.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan