Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menyampaikan, kasus kematian remaja 15 tahun bernama Harun Al Rasyid tidak ada kejelasan sampai saat ini.
Harun merupakan korban tewas dalam kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat, 22 Mei 2019 lalu.
Hal itu disampaikan Anies dalam debat perdana calon presiden pada Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
"Dan tidak kalah penting hadir bersama saya saat ini, ayahnya Harun Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu, protes hasil pemilu. Apa yang terjadi hari ini? Tidak ada kejelasan," ujar Anies.
(GFD-2023-14404) CEK FAKTA: Anies Sebut Kasus Kematian Harun Al Rasyid Tidak Ada Kejelasan
Sumber:Tanggal publish: 12/12/2023
Berita
Hasil Cek Fakta
Seperti diberitakan Kompas.com, pada 6 Juli 2019, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, Harun ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter.
"Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," kata Dedi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).
Sementara itu, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto menuturkan, penembak diduga memegang senjata api menggunakan tangan kiri di bawah dada mengarah ke samping.
Ini berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata.
"Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya)," papar Suyudi.
Saat itu, untuk menemukan identitas pelaku, polisi menggunakan dua teknologi face recognition dan voice analysis.
Metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi wajah si penembak misterius. Sementara itu, teknologi voice analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis suara letusan pada saat kerusuhan.
Adapun polisi mencatat ada sembilan korban tewas dalam peristiwa 21-22 Mei 2019.
"Polri sudah bentuk tim investigasi yang diketuai oleh Irwasum Polri untuk menginvestigasi semua rangkaian peristiwa 21-22 Mei termasuk juga 9 (korban)," ungkap Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal, saat konferensi pers di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
Iqbal menyampaikan, Polri menduga kesembilan korban merupakan perusuh. "Kami harus sampaikan bahwa 9 korban meninggal dunia kami duga perusuh. Penyerang. Diduga ya," ujar dia.
Polisi memastikan empat dari sembilan korban tersebut tewas karena peluru tajam.
Korban tewas yakni, Bachtiar Alamsyah, Abdul Azis, M Rehan Fajari, Widianto Rizki Ramadhan, Farhan Syafero, Adam Noorian, Sandro, Harun Al Rasyid, dan Muhamad Reza.
Pada Juli 2019, polisi kembali merilis perkembangan terbaru terkait kerusuhan 21-22 Mei 2019. Polisi mengungkap pelaku kerusuhan terdiri atas delapan kelompok.
Tim Cek Fakta Kompas.com tidak menemukan berita atau informasi terbaru mengenai penuntasan kasus kematian Harun Al Rasyid.
"Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," kata Dedi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).
Sementara itu, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto menuturkan, penembak diduga memegang senjata api menggunakan tangan kiri di bawah dada mengarah ke samping.
Ini berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata.
"Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya)," papar Suyudi.
Saat itu, untuk menemukan identitas pelaku, polisi menggunakan dua teknologi face recognition dan voice analysis.
Metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi wajah si penembak misterius. Sementara itu, teknologi voice analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis suara letusan pada saat kerusuhan.
Adapun polisi mencatat ada sembilan korban tewas dalam peristiwa 21-22 Mei 2019.
"Polri sudah bentuk tim investigasi yang diketuai oleh Irwasum Polri untuk menginvestigasi semua rangkaian peristiwa 21-22 Mei termasuk juga 9 (korban)," ungkap Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal, saat konferensi pers di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
Iqbal menyampaikan, Polri menduga kesembilan korban merupakan perusuh. "Kami harus sampaikan bahwa 9 korban meninggal dunia kami duga perusuh. Penyerang. Diduga ya," ujar dia.
Polisi memastikan empat dari sembilan korban tersebut tewas karena peluru tajam.
Korban tewas yakni, Bachtiar Alamsyah, Abdul Azis, M Rehan Fajari, Widianto Rizki Ramadhan, Farhan Syafero, Adam Noorian, Sandro, Harun Al Rasyid, dan Muhamad Reza.
Pada Juli 2019, polisi kembali merilis perkembangan terbaru terkait kerusuhan 21-22 Mei 2019. Polisi mengungkap pelaku kerusuhan terdiri atas delapan kelompok.
Tim Cek Fakta Kompas.com tidak menemukan berita atau informasi terbaru mengenai penuntasan kasus kematian Harun Al Rasyid.
(GFD-2023-14403) Sebagian Benar, Klaim Anies Baswedan soal Ribuan Anak Bangsa Mengkritik Pemerintah Dihadapi dengan Kekerasan
Sumber:Tanggal publish: 12/12/2023
Berita
Ribuan anak bangsa yang mengkritik pemerintah, mereka justru menghadapi dengan kekerasan. Hal tersebut disampaikan Anies Baswedan pada forum Debat Pertama Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2024, Selasa, 12 Desember 2023
“Tapi ada ribuan anak bangsa yang mengkritik pemerintah mereka justru dihadapi dengan kekerasan, dihadapi dengan benturan bahkan gas air mata,” kata Anies Baswedan,.
“Tapi ada ribuan anak bangsa yang mengkritik pemerintah mereka justru dihadapi dengan kekerasan, dihadapi dengan benturan bahkan gas air mata,” kata Anies Baswedan,.
Hasil Cek Fakta
Dikutip dari BBC , Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menemukan 662 peristiwa kekerasan yang melibatkan anggota kepolisian dalam setahun terakhir. Mereka menyebutnya sebagai “kultur kekerasan“ yang masih kental di jajaran kepolisian.
Menurut Dosen Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Asmin Fransiska, kasus kebebasan berekspresi dan berbicara memang mengalami tantangan sebagai bagian dari hak asasi.
Komnas HAM mencatat sepanjang tahun 2020-2021 terdapat 44 kasus terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi. Angka tersebut berasal dari 29 kasus pengaduan masyarakat dan 15 kasus dari pemantauan media yang dilakukan oleh Tim Pemantauan Situasi Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi.
“Dalam konteks ruang, dari 44 kasus tersebut, setidaknya satu kasus pelanggaran kebebasan berpendapat dan berekspresi terjadi di ruang digital. Hal ini mendominasi dengan angka (52%),” kata Asmin.
Pelanggaran kebebasan berpendapat dan berekspresi, katanya, juga terjadi pada karya jurnalistik (19%), opini publik (17%), diskusi ilmiah (10%), dan kesaksian di pengadilan (2%).
Menurut Dosen Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Asmin Fransiska, kasus kebebasan berekspresi dan berbicara memang mengalami tantangan sebagai bagian dari hak asasi.
Komnas HAM mencatat sepanjang tahun 2020-2021 terdapat 44 kasus terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi. Angka tersebut berasal dari 29 kasus pengaduan masyarakat dan 15 kasus dari pemantauan media yang dilakukan oleh Tim Pemantauan Situasi Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi.
“Dalam konteks ruang, dari 44 kasus tersebut, setidaknya satu kasus pelanggaran kebebasan berpendapat dan berekspresi terjadi di ruang digital. Hal ini mendominasi dengan angka (52%),” kata Asmin.
Pelanggaran kebebasan berpendapat dan berekspresi, katanya, juga terjadi pada karya jurnalistik (19%), opini publik (17%), diskusi ilmiah (10%), dan kesaksian di pengadilan (2%).
Kesimpulan
Sebagian benar, ribuan anak bangsa yang mengkritik pemerintah justru dihadapi dengan kekerasan. Catatan Komnas HAM sepanjang tahun 2020-2021 terdapat 44 kasus terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi.
(GFD-2023-14402) Sebagian Benar, Klaim Prabowo Negara Lain Perang, Indonesia Masih Aman dan Harga Kebutuhan Pokok Terkendali
Sumber:Tanggal publish: 12/12/2023
Berita
Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto mengatakan saat negara lain terjadi perang saudara maupun kerusuhan, Indonesia justru masih aman dan damai serta harga kebutuhan pokok masih terkendali.
Hal itu disampaikan Prabowo saat menyampaikan Visi dan Misi pada debat kandidat Capres-Cawapres 1 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa, 12 Desember 2023.
“Begitu banyak terjadi perang saudara, kerusuhan, sementara Indonesia masih aman. Indonesia masih aman, damai, terkendali. Harga-harga terkendali, ekonomi aman, karena kepemimpinan, karena manajemen negara yang berhasil. Di antara 270 juta rakyat, masak tidak ada kekurangan.” kata Prabowo.
Hal itu disampaikan Prabowo saat menyampaikan Visi dan Misi pada debat kandidat Capres-Cawapres 1 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa, 12 Desember 2023.
“Begitu banyak terjadi perang saudara, kerusuhan, sementara Indonesia masih aman. Indonesia masih aman, damai, terkendali. Harga-harga terkendali, ekonomi aman, karena kepemimpinan, karena manajemen negara yang berhasil. Di antara 270 juta rakyat, masak tidak ada kekurangan.” kata Prabowo.
Hasil Cek Fakta
Executive Director at Indonesia Judicial Research Society (IJRS), Dio Ashar mengatakan jumlah kejadian tindak kejahatan di Indonesia cenderung turun dalam 1 dekade terakhir. Seiring dengan itu, selang waktu tindak kejahatan juga melambat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 ada 239,48 ribu kejadian tindak kejahatan/pidana yang dilaporkan di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut turun 3,13% dari tahun sebelumnya serta berkurang 29,8% dibanding tahun 2012.
Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Oki Anggara, mengutip data Global Peace Index tahun 2022 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-47 dunia.
"2022 Global Peace Index merilis data bahwa Indonesia menempati peringkat ke 47 di dunia dan ke 10 di Asia Pasifik dengan skor 1.8 (masuk kategori high),” kata Oki.
Menurut Oki, jika dibandingkan tahun sebelumnya di 2021, terdapat penurunan skor sekitar 0.019.
Kenaikan Harga
Mengutip Kompas.id, tren kenaikan harga kebutuhan pokok terus berlanjut Sampai November 2023, komoditas pangan tetap menjadi penyumbang inflasi terbesar, baik secara bulanan maupun tahunan. Fenomena ini diperkirakan bakal berlangsung sampai tahun depan dan menggerus daya beli sebagian masyarakat.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, di Jakarta, Jumat, 1 Desember 2023, memperkirakan kenaikan harga pangan ini akan terus berlanjut sampai tahun depan, setidaknya sampai Februari 2024.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 ada 239,48 ribu kejadian tindak kejahatan/pidana yang dilaporkan di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut turun 3,13% dari tahun sebelumnya serta berkurang 29,8% dibanding tahun 2012.
Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Oki Anggara, mengutip data Global Peace Index tahun 2022 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-47 dunia.
"2022 Global Peace Index merilis data bahwa Indonesia menempati peringkat ke 47 di dunia dan ke 10 di Asia Pasifik dengan skor 1.8 (masuk kategori high),” kata Oki.
Menurut Oki, jika dibandingkan tahun sebelumnya di 2021, terdapat penurunan skor sekitar 0.019.
Kenaikan Harga
Mengutip Kompas.id, tren kenaikan harga kebutuhan pokok terus berlanjut Sampai November 2023, komoditas pangan tetap menjadi penyumbang inflasi terbesar, baik secara bulanan maupun tahunan. Fenomena ini diperkirakan bakal berlangsung sampai tahun depan dan menggerus daya beli sebagian masyarakat.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, di Jakarta, Jumat, 1 Desember 2023, memperkirakan kenaikan harga pangan ini akan terus berlanjut sampai tahun depan, setidaknya sampai Februari 2024.
Kesimpulan
Hasil verifikasi Tempo, klaim Prabowo bahwa saat negara lain terjadi perang saudara maupun kerusuhan, Indonesia justru masih aman dan damai serta harga kebutuhan pokok masih terkendali, sebagian benar.
Jumlah kejadian tindak kejahatan di Indonesia cenderung turun dalam 1 dekade terakhir. Seiring dengan itu, selang waktu tindak kejahatan juga melambat. Namun, tren kenaikan harga kebutuhan pokok terus berlanjut Sampai November 2023.
Jumlah kejadian tindak kejahatan di Indonesia cenderung turun dalam 1 dekade terakhir. Seiring dengan itu, selang waktu tindak kejahatan juga melambat. Namun, tren kenaikan harga kebutuhan pokok terus berlanjut Sampai November 2023.
(GFD-2023-14401) CEK FAKTA: Ganjar Sebut Pupuk Langka Tak Hanya Di Jawa, Tapi Di Papua, Kalimantan Hingga NTT, Benarkah?
Sumber:Tanggal publish: 12/12/2023
Berita
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo menanggapi pertanyaan dari Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto yang menanyakan terkait kelangkaan pupuk di Jawa Tengah. Prabowo menanyakan sejauh mana program Kartu Tani saat Ganjar duduk sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Hasil Cek Fakta
Merujuk sejumlah sumber pemberitaan media, kelangkaan pupuk memang tak hanya terjadi di Jawa Tengah. Kelangkaan pupuk juga dialami petani di Papua.
Menyitat Betahita.id, dengan judul: Papua: Petani Merauke Keluhkan Kelangkaan Pupuk Subsidi, disebutkan bahwa Petani di Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, Papua kembali mengeluhkan masalah kelangkaan pupuk subsidi. Selain kuotanya kurang, pupuk juga sering terlambat disalurkan kepada para petani setempat.
Satu di antara petani asli Papua di Kampung Waninggap Miraf Distrik Tanah Miring, Frans Mahuze kepada Jubi, Selasa (21/6/2022) mengatakan, karena kelangkaan pupuk subsidi, petani di sana terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga sekitar Rp10 ribu per kilogram.
“Kalau pupuk subsidi jenis urea dan ponska harganya Rp2 ribu – Rp2500 per kilogram. Tapi karena susah didapat, kami beli yang non subsidi. Harganya memang mahal, tapi mau tidak mau kami harus beli. Kalau tidak begitu, tentu hasil panen tidak maksimal,” kata Mahuze, dikutip dari kantor berita jubi.coid.
Menyitat Betahita.id, dengan judul: Papua: Petani Merauke Keluhkan Kelangkaan Pupuk Subsidi, disebutkan bahwa Petani di Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, Papua kembali mengeluhkan masalah kelangkaan pupuk subsidi. Selain kuotanya kurang, pupuk juga sering terlambat disalurkan kepada para petani setempat.
Satu di antara petani asli Papua di Kampung Waninggap Miraf Distrik Tanah Miring, Frans Mahuze kepada Jubi, Selasa (21/6/2022) mengatakan, karena kelangkaan pupuk subsidi, petani di sana terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga sekitar Rp10 ribu per kilogram.
“Kalau pupuk subsidi jenis urea dan ponska harganya Rp2 ribu – Rp2500 per kilogram. Tapi karena susah didapat, kami beli yang non subsidi. Harganya memang mahal, tapi mau tidak mau kami harus beli. Kalau tidak begitu, tentu hasil panen tidak maksimal,” kata Mahuze, dikutip dari kantor berita jubi.coid.
Halaman: 3125/6120