• (GFD-2024-15750) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini SBY Menyatakan Dukungan kepada Paslon Nomor Urut 1 di Pilpres 2024

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 03/02/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhyono (SBY) menyatakan dukungan untuk pasangan nomor urut 1 di Pilpres 2024 beredar di media sosial.
    Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 31 Januari 2024. Dalam video terlihat SBY yang mengenakan kemeja batik berwarna coklat memberikan pernyataan mendukung paslon nomor urut 1.
    Dalam video tersebut juga terdapat klip yang menampilkan capres nomor urut 1, Anies Baswedan yang sedang berkampanye di suatu daerah.
    "Saya mendukung penuh pasangan nomor 1 karena pasangan inilah yang paling baik dan yang paling mampu untuk memimpin lima tahun mendatang.
    Saya senang dengan tekatnya untuk memimpin dengan adil. Saya mendengar ada perlakuan yang tidak baik terhadap pasangan ini tetaplah tegar. Pastilah Tuhan akan melindungi dan rakyat akan membela," demikian pernyataan SBY dalam video tersebut.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 10 ribu kali dibagikan dan mendapat 1.600 lebih komentar dari warganet.
    Benarkah dalam video tersebut, SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024. Hasilnya, ditemukan video identik di situs berbagi video YouTube.
    Video tersebut berjudul "SBY Ajak Masyarakat Pilih Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) di Pilgub Sumut" yang diunggah kanal YouTube SBY & Demokrat for Indonesia pada 24 Juni 2018 lalu.
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
    "Saya mendukung penuh pasangan nomor 1 Eramas (Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah)karena pasangan inilah yang paling baik dan yang paling mampu untuk memimpin dan memajukan Sumatera Utara lima tahun mendatang.
    Saya senang dengan tekatnya untuk memimpin dengan adil dan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat di provinsi ini.
    Saya mendengar ada perlakuan yang tidak baik terhadap pasangan ini tetaplah tegar. Pastilah Tuhan akan melindungi dan rakyat akan membela.
    Saya mengajak untuk memilih pasangan ini, pasangan nomor 1, Eramas pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah atau Ijeck demi masa depan Sumatera Utara yang lebih maju dan bermartabat," demikian pernyataan SBY dalam video tersebut.
    Penelusuran juga dilakukan dengan memasukkan kata kunci "pilpres 2024, sby dukung paslon nomor 1" di kolom pencarian Google Search. Namun, tidak ditemukan pernyataan SBY yang mendukung paslon nomor 1 di Pilpres 2024.
    Diketahui, SBY yang juga merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat telah menyatakan mengusung pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai capres-cawapres dalam Pilpres 2024.
     

    Kesimpulan


    Video yang diklaim SBY menyatakan dukungan kepada paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024 ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut merupakan momen ketika SBY menyampaikan dukungan kepada pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah di Pilkada Sumatera Utara pada 2018.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15749) [HOAKS] Anies Berdoa di Kelenteng agar Menang Pilpres 2024

    Sumber: kompas.com
    Tanggal publish: 02/02/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, sedang membakar dupa dan berdoa di kelenteng.
    Narasi video menyebutkan, Anies berdoa agar dapat memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
    Video yang diklaim menunjukkan Anies berdoa di kelenteng agar menang pilpres dibagikan oleh akun Instagram ini (arsip) pada 29 Januari 2024.
    Berikut narasi yang dibagikan:
    ini tipe calon presiden yang kalian idamkan???. sudah tertutup kah mata hati kalian atas orang ini @aniesbaswedan yang selalu mempermainkan agama... apa masyarakat indonesia sudah dibutakan? tetap di hati bapakku @prabowo , salam 02.

    Hasil Cek Fakta

    Tangkapan layar video yang diklaim menunjukkan Anies membakar dupa di kelenteng ditemukan dalam pemberitaan Fajar.co.id, pada 7 September 2021.
    Diberitakan Fajar.co.id, Anies mengunjungi Vihara Dharma Jaya Toasebio, Jakarta Barat, pada 5 September 2021 dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
    Dalam kunjungan tersebut, Anies terekam kamera membakar dupa. Kemudian, videonya ramai dibicarakan di media sosial.
    Tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma, angkat bicara. Ia mengatakan, Anies membakar dupa bukan untuk berdoa atau sembahyang.
    Lieus mengatakan, kunjungan Anies ke vihara sebagai bentuk apresiasi Pemprov DKI Jakarta, karena pengurus vihara telah membantu menyukseskan vaksinasi Covid-19 di Jakarta.
    "Itu (bakar dupa) bukan sembahyang. Tapi bentuk penghormatan Anies pada Vihara Dharma Jaya Toasebio sebagai salah satu situs keagamaan yang bersejarah di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1751 dan masih terawat dengan baik hingga saat ini," ujar Lieus.
    Lieus menegaskan, ada tiga ritual utama yang harus dipenuhi untuk bisa disebut sembahyang di wihara atau kelenteng, yaitu pembakaran dupa, kertas emas, dan lilin.
    Namun, Anies tidak melakukan tiga ritual tersebut. Anies hanya membakar dan memasang dupa (hio) lalu memberi hormat.

    Kesimpulan

    Narasi bahwa Anies Baswedan berdoa di kelenteng agar memenangi Pilpres 2024 adalah hoaks.
    Video itu dibagikan dengan narasi keliru. Anies berkunjung ke Vihara Dharma Jaya Toasebio, Jakarta Barat, pada 5 September 2021, dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
    Selain itu, tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma menjelaskan bahwa Anies membakar dupa bukan untuk berdoa atau sembahyang.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15748) [HOAKS] Anak yang Tidak Divaksin Bebas dari Infeksi Telinga

    Sumber: kompas.com
    Tanggal publish: 02/02/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Tersiar narasi yang menyebutkan bahwa anak yang tidak divaksin bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
    Akan tetapi, fakta yang ada memperlihatkan sebaliknya. Klaim bahwa anak tidak divaksin bebas dari infeksi telinga adalah hoaks.
    Klaim tersebut ditemukan dalam berbagai unggahan media sosial, misalnya oleh akun Instagram ini pada Senin (29/1/2024).
    Berikut narasi yang ditulis pengunggah dalam terjemahan bahasa Indonesia.
    Tak satu pun dari anak-anak saya yang bebas vaksin pernah mengalami infeksi telinga atau pernah menjalani pengobatan antibiotik. Apakah Anda mengetahui hubungannya?
    Unggahan yang sama terdapat di akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Hasil Cek Fakta

    Narasi yang beredar menyiratkan bahwa anak-anak akan lebih sehat jika mereka tidak divaksin. Padahal, faktanya malah sebaliknya.
    Asisten profesor pediatrik dan penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center, Sophie Katz mengungkapkan bahwa vaksin justru menurunkan tingkat infeksi.
    "Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin anak-anak menurunkan tingkat infeksi telinga," kata Katz, dilansir Leadstories.
    Ada dua vaksin yang mampu melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
    Ada pula Cochrane Review yang menunjukkan bahwa vaksin influenza mengurangi infeksi telinga pada bayi dan anak-anak.
    "Anak-anak yang menerima vaksin ini mempunyai lebih sedikit infeksi telinga dibandingkan anak-anak yang tidak menerima vaksinasi. Anak-anak tidak terkena infeksi telinga karena sudah divaksin," ujar Katz.
    Pendapat berikutnya disampaikan oleh pakar penyakit menular di American Academy of Pediatrics Council on Infectious Disease, David Kimberlin.
    "Data menunjukkan dengan pasti bahwa vaksin anak-anak seperti vaksin pneumokokus, vaksin Hib, vaksin influenza, dan lain-lain dapat mencegah infeksi telinga," kata Kimberlin.
    Narasi yang beredar mengeklaim bahwa anak yang divaksin bebas infeksi telinga.
    Padahal, vaksin dan infeksi telinga tidak terhubung sebagai kejadian sebab-akibat.
    "Data dari anak yang tidak divaksin (atau serangkaian anak yang tidak divaksin) yang belum pernah mengalami infeksi telinga tidak berarti bahwa vaksin menyebabkan infeksi telinga. Namun, penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi berhubungan dengan penurunan terjadinya infeksi telinga," kata juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, dikutip dari Leadstories.
    Ada dua penelitian yang membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan infeksi telinga. Penelitian pada 2010 dan 2017.
    Ada bermacam vaksin yang direkomendasikan untuk anak sejak lahir sampai usia 18 tahun.
    Pemberian vaksin dimaksudkan agar anak-anak terhindar dari penyakit menular, sehingga uji klinis dilakukan untuk meminimalisasi risiko atau efek samping.

    Kesimpulan

    Klaim yang menyatakan bahwa anak yang tidak divaksin akan bebas dari infeksi telinga adalah pernyataan keliru yang berpotensi menyesatkan.
    Hasil penelitian memperlihatkan bahwa vaksin justru dapat menurunkan tingkat infeksi telinga.
    Bahkan, ada vaksin untuk melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae, misalnya vaksin influenza.

    Rujukan

  • (GFD-2024-15747) Sebagian Benar, Konten tentang Tentara Israel Menangkap Anak dan Perempuan Palestina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/02/2024

    Berita


    Sebuah video beredar di WhatsApp dan Facebook yang diklaim menampilkan tentara Israel yang menangkap secara sewenang-wenang dan menyiksa anak-anak dan perempuan Palestina.
    Video memperlihatkan sejumlah aparat militer menarik paksa anak-anak, yang sebagian dari mereka memberontak dan menangis. Potongan video lain memperlihatkan pria-pria itu menarik hingga jatuh perempuan berkacamata dan berhijab putih. 

    Namun, benarkah potongan-potongan video itu memperlihatkan tentara Israel yang menangkap paksa serta menyiksa perempuan dan anak Palestina?

    Hasil Cek Fakta


    Tempo menverifikasi unggahan itu menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Google. Ditemukan bahwa sebagian potongan video sama dengan berita terkait kekerasan tentara Israel (IDF) terhadap warga Palestina. Berikut hasil penelusurannya:
    Video 1

    Video tersebut diawali memperlihatkan seorang tentara yang menuntun paksa seorang anak, dengan menarik lengannya, sambil menelepon. Video itu sama dengan yang diunggah website Palsolidarity.org pada 23 April 2014.
    Website tersebut dioperasikan organisasi International Solidarity Movement (ISM) yang berusaha melindungi warga Palestina dengan melakukan demonstrasi, perekaman foto dan video kekerasan yang dialami warga, serta mempublikasikannya.
    Anak dalam video itu bernama Rami Rajabi yang saat itu berusia enam tahun. Website memberi keterangan bahwa ia kedapatan melempar beberapa kerikil ke pos pemeriksaan Israel di Kota Hebron, Tepi Barat.
    Kemudian tiga orang tentara Israel muncul dari gang dan mencengkeram lengannya, serta menariknya menuju pos pemeriksaan. Setelah mendapatkan tekanan dari para aktivis dan penduduk lokal, tentara Israel melepaskan anak tersebut.
    Video 2

    Pada detik ke-13 video memperlihatkan dua orang tentara membopong paksa seorang anak yang tampak memberontak dan menangis. Video yang sama juga didapatkan di website Palsolidarity.org pada 2 Oktober 2014.
    Anak dalam video adalah salah satu dari pelajar yang sekolahnya diserang granat, gas air mata, dan granat kejut oleh tentara Israel pada akhir Agustus 2014. Anak-anak juga dilaporkan mendapat serangan dalam perjalanan berangkat dan pulang sekolah di salah satu pos pemeriksaan Kota Hebron.
    Sebagian anak-anak itu pun berusaha membalas dengan melemparkan batu ke pos pemeriksaan. Awal September 2014 seorang anak berusia tujuh tahun ditahan dan tiga lainnya ditangkap oleh tentara Israel. Sampai awal Oktober 2014, tentara Israel kerap melontarkan granat kejut dan gas air mata ke arah anak-anak sekolah tersebut.
    Video 3

    Pada detik ke-22 video yang beredar memperlihatkan seorang perempuan berkacamata dan berkerudung putih ditarik orang berseragam sampai jatuh. Video yang sama ditemukan salam salah satu berita dari media asal Qatar, Aljazeera.net pada 21 September 2015.
    Berita itu menyatakan, video menampilkan serangan pasukan pendudukan Israel terhadap warga Palestina di Kota Tua Yerusalem. Pasukan Israel dalam video mencegah perempuan tersebut menuju Masjid Al Aqsa.
    Serangan itu terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam warga Palestina yang melempar batu atau bom molotov. Benjamin menyebut hal itu sebagai serangan mematikan dan mengatakan akan memberi hukuman penjara selama beberapa tahun untuk pelakunya.
    Video 4

    Video yang beredar pada detik ke-44 memperlihatkan seorang anak laki-laki yang berteriak saat pakaiannya tertarik. Menurut media yang menayangkan berita dan opini terkait isu Palestina, Israel dan Amerika Serikat, bernama Mondoweiss.net, hal itu terjadi di Tepi Barat, awal tahun 2015.
    Berita menjelaskan remaja Palestina yang ada dalam video bernama Hamza Abu Hashem yang saat itu berusia 16 tahun. Video direkam kamera helm tentara Israel. Tentara juga memerintah anjing elit terlatih mereka untuk menyerang anak laki-laki itu hingga berteriak sebagaimana diperlihatkan dalam video.
    Video 5

    Pada menit ke-1 video yang tersebar itu memperlihatkan seorang pria berseragam memukul muka seseorang di depannya, menggunakan senjata api laras panjang. Media asal Belgia bernama La Libre memberitakan kejadian dalam video itu, dengan mengutip beberapa sumber, pada 16 April 2012.
    Video itu menunjukkan seorang tentara Israel yang memukul seorang aktivis kemerdekaan Palestina asal Denmark bernama Andreas (20). Tentara bernama Letnan Kolonel Shalom Eisner itu pun dihukum skors setelah videonya viral dan memantik banyak kecaman.
    Dilansir Reuters, 20 Juni 2013, Badan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah melontarkan tuduhan adanya penyiksaan oleh tentara Israel terhadap anak-anak Palestina, termasuk yang ditahan. Tuduhan itu mengatakan anak-anak itu juga dijadikan tameng hidup.
    Kebanyakan akan-anak yang ditahan ialah, mereka yang ditangkap karena melempar batu, yang menurut hukum Israel bisa dikenai penjara dua puluh tahun. Sejumlah pengakuan tentara Israel mengkonfirmasi terjadinya penangkapan anak yang sering dilakukan secara sewenang-wenang.
    Baru-baru ini, Badan HAM PBB kembali melontarkan tudingan bahwa tentara Israel telah menahan ribuan warga Israel secara rahasia dan memperlakukan mereka dengan buruk, disertai penganiayaan, sebagaimana diberitakan Voanews.com, 19 Januari 2023.
    Hasil wawancara mereka terhadap korban menghasilkan sejumlah keterangan, di antaranya penahanan itu terjadi sekitar 30 sampai 55 hari. Sebagian dari mereka dilepaskan dalam kondisi mata ditutup dalam beberapa hari, dan hanya mengenakan pakaian dalam di cuaca dingin. Pihak Israel tidak menanggapi permintaan wawancara.
    “Mereka (korban) menggambarkan (mendapatkan) pemukulan, penghinaan, perlakuan buruk dan apa yang mungkin termasuk penyiksaan,” kata perwakilan OHCHR di Wilayah Pendudukan Palestina, Ajith Sunghay.

    Kesimpulan


    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan tentara Israel menangkap paksa dan menyiksa anak-anak dan perempuan adalah klaim yangsebagian benar.
    Lima dari sembilan potongan klip video terverifikasi sebagai penangkapan secara sewenang-wenang dan kekerasan militer Israel terhadap anak-anak dan perempuan Palestina. Sementara empat klip lain tidak teridentifikasi.

    Rujukan