• (GFD-2024-20531) [KLARIFIKASI] Patung Lilin Paus Yohanes Paulus II, Bukan Jenazah yang Masih Utuh

    Sumber:
    Tanggal publish: 13/06/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video dengan narasi mengenai jenazah Paus Yohanes Paulus II yang masih utuh setelah 12 tahun kematiannya.

    Dalam video disebutkan, tidak ada tanda-tanda pembusukan pada tubuh pemimpin tertinggi Gereja Katolik periode 1978 sampai 2005 itu.

    Namun, setelah ditelusuri, narasi tersebut keliru.

    Video dengan narasi soal jenazah Paus Yohanes Paulus II masih utuh dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Tampak sosok mirip Paus Yohanes Paulus II terbujur kaku dalam peti kaca. Salah satu akun menuliskan keterangan demikian:

    Jenazah Paus Yohanes Paulus digali. tampak tubuhnya masih utuh Setelah 12 tahun lamanya, namun tubuhnya tidak ada tanda2 busuk.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran Kompas.com, video tersebut identik dengan konten di kanal YouTube ini, yang diunggah pada 2011.

    Judul video tersebut ditulis dalam bahasa Spanyol, yang artinya "Relik Paus Yohanes Paulus II".

    Sementara dalam keterangan video tulisan demikian: "Kunjungan Relik Paus Yohanes Paulus II yang Diberkati di COLEGIO MERCEDES."

    Colegio Mercedes adalah salah satu sekolah swasta bergengsi dan tradisional di Meksiko.

    Dengan demikian, video tersebut bukan memperlihatkan jenazah Yohanes Paulus II, melainkan relik atau patung lilin. 

    Dikutip dari laman hidupkatolik.com, Pastor Markus Solo Kewuta SVD, anggota Dikasteri Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama menjelaskan, patung lilin Paus Yohanes Paulus II dibuat di Meksiko pada 2011.

    Patung itu dibuat untuk menghormati Paus Yohanes Paulus II setelah dinyatakan sebagai beato atau "yang terberkati". 

    Beatifikasi merupakan langkah pertama menuju kemungkinan menjadi santo atau santa, salah satu penghargaan tertinggi Gereja Katolik.

    "Ini dibuat di negara Meksiko pada tahun 2011, satu tahun setelah Paus Yohanes Paulus II digelari beato tahun 2010. Artinya, lima tahun setelah kematian beliau," ujar Pastor Markus, pada 4 Juli 2023.

    Selain itu, Pastor Markus menuturkan, peti jenazah Paus Yohanes Paulus II belum pernah dibuka.

    Dilansir NBC News, pada 2011 peti mati Paus Yohanes Paulus II pernah dipindahkan dari ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus ke altar Kapel, dekat patung Pieta karya Michelangelo.

    Namun, tidak ada informasi valid bahwa peti tersebut dibuka.

    Kesimpulan

    Narasi bahwa jenazah Paus Yohanes Paulus II masih utuh merupakan kabar yang tidak benar.

    Video yang beredar di Facebook memperlihatkan patung lilin menyerupai Paus Yohanes Paulus II.

    Patung itu dibuat di Meksiko pada 2011, satu tahun setelah Paus Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai beato.

    Rujukan

  • (GFD-2024-20530) Sebagian Benar, Pernyataan Pejabat Bapanas soal Konflik Iran-Israel Tak Ganggu Pasokan Pangan Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/06/2024

    Berita



    Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Maino Dwi Hartono mengatakan bahwa konflik Iran-Israel, tak berdampak pada rantai pasokan pangan di Indonesia.

    Konflik pada pertengahan April lalu dipicu Iran yang meluncurkan serangan pesawat nirawak dan misil ke Israel. Langkah ini sempat menimbulkan kekhawatiran masyarakat global seputar konflik di Timur Tengah semakin panas di tengah gempuran serangan Israel ke Gaza dan Rafah, Palestina. 

    “Kalau pangan tidak berdampak secara langsung semisal bawang putih kan dari China terus pangan-pangan lain juga banyak yang enggak berasal dari wilayah konflik,” ujarnya di Jakarta, 18 April 2024.

    Benarkah pernyataan Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono itu?

    Hasil Cek Fakta



    Peneliti Innovation Center for Tropical Sciences (ICTS), Riska Ayu Purnamasari mengatakan bahwa serangan Iran memang tidak berdampak secara langsung terhadap stabilitas impor pangan Indonesia. Sebab, berdasarkan data Kementerian Pertanian, Iran ataupun Israel bukanlah negara pemasok komoditas impor yang penting bagi Indonesia seperti bawang putih, kedelai, gandum, dan sebagainya.

    Namun, dia mengingatkan Indonesia perlu berhati-hati jika konflik Iran-Israel memanas kembali. Konflik ini tak melulu seputar serangan militer, tetapi juga perang dagang. Apalagi, perseteruan keduanya berisiko melibatkan negara adikuasa seperti Amerika Serikat (AS) ataupun Rusia.

    Situasi yang memanas, kata Riska, berisiko menyebabkan guncangan harga minyak dunia karena Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar. Fluktuasi harga dapat memicu efek domino ke beraneka sektor.

    “Misalnya mengganggu jalur distribusi perdagangan yang memasok berbagai kebutuhan dan ekonomi berbagai negara,” ujar dia.

    Risiko ini sudah terjadi. Misalnya, pada hari Israel menyerang Rafah tanggal 28 Mei lalu, harga minyak mentah di pasar berjangka Brent, naik 27 sen menjadi US$84,49 (Rp1,37 juta) per barel. Jika kenaikan harga minyak terus terjadi, pasokan logistik dunia akan terpengaruh. Ini akan berdampak pada harga komoditas di Indonesia, termasuk harga komoditas impor pangan dan pertanian.

    Riska mengingatkan situasi konflik di Timur Tengah yang tak kunjung mereda semestinya menjadi momen Indonesia untuk bersiap menjadi negara yang mandiri. Pemerintah dan masyarakat harus membangun kemandirian pangan yang berkelanjutan.

    “Hal ini bisa dicapai dengan memperkuat kolaborasi antara berbagai pihak, seperti Kementerian Luar Negeri, Perdagangan, Pertanian, dan Kehutanan, serta melibatkan UMKM, jaringan petani, pelaku agribisnis, universitas, dan organisasi nonpemerintah,” kata dia.

    Kesimpulan



    Pernyataan Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono bahwa konflik yang tengah terjadi antara Iran dan Israel, tak berdampak pada rantai pasokan pangan di Indonesia adalah sebagian benar.

    Berdasarkan data Kementerian Pertanian, Iran ataupun Israel memang bukan negara pemasok komoditas impor yang penting bagi Indonesia seperti bawang putih, kedelai, gandum, dan sebagainya. 

    Akan tetapi, Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar. Fluktuasi harga dapat memicu efek domino ke beraneka sektor, termasuk berdampak pada harga komoditas di Indonesia berupa komoditas impor pangan dan pertanian.

    **Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id

    Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta T

    Rujukan

  • (GFD-2024-20529) Keliru, Klaim soal Pendidikan Tinggi adalah Tersier dan Tidak Wajib

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/06/2024

    Berita



    Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Prof. Tjitjik Tjahjandarie menyebutkan bahwa pendidikan tinggi bukanlah wajib belajar sehingga pemerintah memerlukan bantuan dari masyarakat dalam bentuk dana. 

    “Tetapi dari sisi yang lain, kita bisa melihat bahwa pendidikan ini adalah tertiary education. Jadi bukan wajib belajar. Maka pendanaan pemerintah lebih difokuskan untuk membantu program pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Pemerintah masih memerlukan bantuan dana untuk bergotong royong memajukan Indonesia melalui penghasilan sumber daya manusia unggul dari perguruan tinggi. Mau tidak mau diperlukan peran serta masyarakat," ujarnya di Kantor Kemendikbud Ristek, Jakarta Selatan, pada 15 Mei 2024.

    Benarkah klaim pejabat Kemendikbudristek soal pendidikan tinggi tidak wajib bagi masyarakat?

    Hasil Cek Fakta



    Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta, Nur Azizah mengingatkan perbedaan kata tersier yang disebutkan Prof. Tjitjik yang mengikuti kata “pendidikan” dengan kata tersier yang mengikuti kata “kebutuhan”. Ia menilai, istilah tertiary education memiliki makna yang berbeda dengan tertiary needs (kebutuhan tersier).

    Kata ‘tertiary’ pada ‘education’ bermakna education at the college or university level (pendidikan pada tingkat perguruan tinggi atau universitas), sedangkan ‘tertiary needs’ bermakna fulfilling luxury goods with the aim of fulfilling personal pleasure (pemenuhan barang mewah dengan tujuan memenuhi kesenangan pribadi).

    “Dalam hierarki pendidikan di Indonesia, pendidikan tinggi memang merupakan jenjang paling tinggi. Tapi pendidikan tersier tidak sama artinya dengan pendidikan mewah. Sebaliknya, kebutuhan tersier tidak bisa dikaitkan dengan pendidikan tinggi,” ujar Nur.

    Sementara itu, Dosen Ilmu Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Parepare, Andi Hasdiansyah menyoroti istilah Prof Tjitjik bahwa pendidikan tinggi adalah tertiary education, tidak pas. “Sampai saat ini, tidak ada aturan terkait status pendidikan tinggi sebagai tertiary education,” tegasnya. 

    Bahkan, Abdul Fikri Faqih, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia adalah kebutuhan publik. Alasannya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus hadir dan harus banyak.

    Andi menegaskan, meletakkan pendidikan tinggi dalam posisi tersier adalah salah kaprah mengingat bahwa salah satu tujuan negara ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. “Jika negara hanya bertanggung jawab hingga 13 tahun (setara SD sampai SMP), maka bagaimana kita menghadapi tantangan dan perubahan ke depan?” tanyanya.

    Dilansir Tempo, pernyataan Prof Tjitjik soal pendidikan tinggi sebagai kebutuhan tersier semakin menegaskan pemerintah lepas tangan dalam soal pembiayaan. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) pun menilai, jangankan pendidikan tinggi yang tersier. Pembiayaan pendidikan dasar dan menengah juga masih belum optimal. Buktinya, pembiayaan pendidikan dasar dan menengah hanya dilakukan dengan skema bantuan (BOS), bukan pembiayaan penuh. Akibatnya, ditemukan jumlah anak tidak sekolah (ATS) yang masih menggunung.

    Koordinator Nasional, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, faktor utama penyebab ATS soal ekonomi atau kemampuan untuk membayar biaya sekolah. Berdasarkan data BPS 2023, ATS masih ditemukan di tiap jenjang, dengan rincian SD (0,67 persen), SMP (6,93 persen), dan SMA/SMK (21,61 persen). 

    Sedangkan di perguruan tinggi, berdasarkan data BPS pada Maret 2023, hanya ada 10,15 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang sudah menamatkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Akses yang masih sangat kecil ini karena biaya yang mahal. Ini akan semakin memperparah situasi jika pemerintah menganggap pendidikan tinggi sebagai kebutuhan tersier.

    Kesimpulan



    Pernyataan Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Prof. Tjitjik Tjahjandarie bahwa pendidikan tinggi merupakan tertiary education dan bukan wajib belajar sehingga pemerintah memerlukan bantuan dari masyarakat dalam bentuk dana, adalah keliru.

    Istilah tertiary education memiliki makna yang berbeda dengan tertiary needs (kebutuhan tersier). Meletakkan pendidikan tinggi dalam posisi tersier adalah salah kaprah mengingat bahwa salah satu tujuan negara ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Faktanya, berdasarkan data BPS pada Maret 2023, hanya ada 10,15 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang sudah menamatkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Akses yang masih sangat kecil ini dikarenakan biaya yang mahal.

    **Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email

    Rujukan

  • (GFD-2024-20528) [PENIPUAN] Poster Lowongan Pekerjaan Pertamina Juni 2024

    Sumber: tiktok.com
    Tanggal publish: 14/06/2024

    Berita

    Loker Terbaru Pertamina

    Hasil Cek Fakta

    Ditemukan sebuah unggahan Tiktok yang membagikan sebuah unggahan mengenai adanya lowongan pekerjaan oleh Pertamina pada Juni 2024. Unggahan tersebut berisikan beberapa slide poster jika PT. Pertamina Group membuka lowongan pekerjaan di tahun 2024 untuk lulusan SMA, SMK, D3, dan S1.

    Namun rupanya unggahan tersebut berisi informasi yang tidak benar, karena melalui laman Facebook resmi milik Pertamina sendiri mereka menjelaskan jika bahwa semua informasi mengenai rekrutmen pegawai Pertamina hanya dapat diakses melalui website recruitment.pertamina.com.

    Selain itu informasi lowongan juga dapat dilihat di akun instagram @pertaminacareer, tapi jika kita cek ke Instagramnya tersebut pihak Pertamina belum mengumumkan adanya open rekrutmen di tahun 2024 ini.

    Sehingga dapat dipastikan bahwa lowongan tersebut tidak benar karena pihak Pertamina sendiri menegaskan jika segala bentuk informasi rekrutmen hanya dapat diakses melalui website resmi mereka.

    Sebelumnya turnbackhoax.id juga pernah menemui temuan serupa di Tiktok yang mengatakan jika Pertamina membuka lowongan pekerjaan di bulan Januari 2024 lalu.

    Kesimpulan

    Tidak benar bahwa Pertamina mengumumkan pendaftaran lowongan pekerjaan pada bulan Mei 2024 ini pada platform sosial media Tiktok, akun yang mengatasnamakan Pertamina tersebut dapat diindikasi sebagai akun penipuan.

    Rujukan