• (GFD-2024-20091) Cek Fakta: Tidak Benar Video Tepung Goreng Makanan Dicampur Bubuk Narkoba

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/05/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Video yang diklaim tepung goreng makanan dicampur bubuk narkoba beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 23 Mei 2024.
    Video berdurasi 1 menit itu memperlihatkan sejumlah petugas kepolisian tengah menggerebek sebuah rumah yang dijadikan pabrik narkoba.
    Pada klip selanjutnya, petugas kepolisian memperlihatkan barang bukti narkoba. Jika dilihat sekilas, narkoba tersebut mirip gorengan yang baru diangkat dari penggorengan. Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar adanya tepung goreng makanan yang telah dicampur bubuk narkoba.
    "AWASI JAJANAN ANAK ANDA!KENAPA?
    PERUSAK ANAK BANHSA MEMPRODUKSI dan PENYEBARANnya ADA DI BOGOR (Kemarin di Gn.Putri, di Cibinong, Cisarua lalu di Cigombong..skrg di Sentul) ??!?!?!?
    Untuk Ibu² dan Orangtua, Waspada dan Hati² untuk yg suka beli gorengan, maupun tepung buat goreng makanan, Sekarang ada MODUS BARU, Gorengannya di Campur Bubuk Narkoba biar lebih Crispy dan Enak hingga nantinya ketagihan setelah ketagihan disitulah akan ada Gejala seperti demam dan megigil yg sangat dahsyat, jika tidak di belikan Gorengan yg biasa dikonsumsi, maka lebih menderita seperti org pesakitan, epilepsi/ayan dab bahkan lebih FATAL !!!...
    Pelakunya sdh di tangkap di Daerah Sentul - Bogor..VIRALKAN !!" tulis salah satu akun Facebook.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 53 kali ditonton dan mendapat beberapa respons dari warganet.
    Benarkah dalam video itu tepung goreng makanan telah dicampur dengan bubuk narkoba? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim tepung goreng makanan telah dicampur dengan bubuk narkoba. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "tepung makanan dicampur bubuk narkoba" di kolom pencarian Google Search.
    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah kabar bahwa ada tepung goreng makanan yang dicampur bubuk narkoba. Satu di antaranya artikel berjudul "Soal tepung gorengan campur narkoba, Polisi: itu berita hoaks" yang dimuat antaranews.com pada 23 Mei 2024.
    Jakarta (ANTARA) - Polda Metro Jaya menyebut informasi tepung gorengan dicampur dengan narkoba adalah hoaks atau berita bohong.
    "Belakangan beredar berita bohong adanya modus baru peredaran narkoba yang dicampur ke dalam gorengan atau tepung," ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi di Jakarta, Kamis.
    Ade Ary menjelaskan, berdasarkan penelusuran terhadap video tersebut ternyata merupakan hasil pengeditan saat pihak Ditresnarkoba melakukan penggerebekan kasus narkoba di Kawasan Sentul, Bogor pada Minggu (28/4).
    "Setelah ditelisik lebih jauh, informasi tersebut dipastikan hoaks atau berita bohong. Pasalnya, video yang disebut-sebut merupakan gorengan atau tepung yang mengandung narkoba, merupakan video pengungkapan Clandestine Laboratory penghasil Pinaca atau Cannabinoid, " katanya.
    Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan membantah adanya adonan tepung yang dicampur dengan narkoba seperti yang beredar dalam video tersebut.
    "Tepung yang disebut mengandung narkoba, merupakan salah satu serbuk kimia yang menjadi bahan pembuatan Pinaca, yang merupakan bahan utama pembuatan tembakau sintetis, " jelasnya.
    Ade Ary juga menambahkan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto senantiasa mengingatkan ke jajaran untuk berkomitmen memberantas Narkoba tanpa pandang bulu dan meningkatkan edukasi kepada masyarakat.
    Sebelumnya beredar video yang diunggah di media sosial instagram dalam akun @bantuanhukumbekasi, di dalam unggahan tersebut terlihat Dirresnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi memperlihatkan seperti tepung yang telah digoreng.
    "Modus baru gorengan dicampur bubuk narkoba, " tulis unggahan tersebut.
    Mengutip akun Instagram Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, @narkoba_metro, video tersebut merupakan olah tempat kejadian perkara (TKP) Puslabfor Mabes Polri dalam kasus laboratorium narkoba jenis pinaca atau cannabinoid di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    "*[MIS-INFORMASI]*BENARKAH ADA GORENGAN YANG DICAMPUR TEPUNG NARKOBA?
    ❌ *SALAH!* ❌
    Hi Sobat Polri,
    Akhir-akhir ini beredar sebuah narasi tentang tepung Gorengan bercampur dengan bumbu narkoba yang ternyata informasi tersebut adalah keliru.
    INFORMASI yang beredar tersebut adalah misinformasi yang disebar oleh tangan tangan tidak bertanggung jawab.
    Faktanya video yang diambil untuk membuat narasi "GORENGAN TEPUNG NARKOBA" itu merupakan video olah TKP milik Subdit 3 Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya yang sedang melakukan olah TKP bersama Puslabfor Mabes Polri dalam kasus Laboratorium Narkoba jenis Pinaca atau Cannabinoid.
    Adapun bahan yang terlihat seperti gorengan dalam video tersebut merupakan olahan dari berbagai Prekursor Kimia yang disebut PINACA atau CANNABINOID, bukan makanan Gorengan seperti yang dinarasikan.
    Untuk itu kami himbau agar masyarakat berhati hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.
    Waspada dengan narasi hoax, cek terlebih dahulu kebenaran dari sebuah informasi. Jangan sampai kita merugikan orang lain, terutama dlm hal ini adalah pedagang kecil dan pedagang gorengan.
    Bijaklah dalam bermedia sosial Sobat Polri.
    #IndonesiaTanpaHoax," tulis akun Instagram @narkoba_metro pada 23 Mei 2024.
     

    Kesimpulan


    Video yang diklaim tepung goreng makanan telah dicampur dengan bubuk narkoba ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut merupakan proses olah TKP dalam kasus laboratorium narkoba jenis pinaca atau cannabinoid di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    Adapun bahan yang terlihat seperti gorengan dalam video tersebut merupakan olahan dari berbagai precursor kimia yang disebut pinaca atau cannabinoid.

    Rujukan

  • (GFD-2024-20090) Belum Ada Bukti, Video yang Diklaim Perempuan Tertua Berusia 230 Tahun

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/05/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook [ arsip ] yang diklaim memperlihatkan seorang perempuan yang berusia 230 tahun. Video itu telah dibagikan lebih dari tujuh ribu kali.

    Video itu memperlihatkan seorang perempuan tua yang berbaring dan disuapi makanan oleh orang lain. Kondisi kulit perempuan tersebut telah berkerut dan seluruh rambutnya putih.



    Berikut tulisan yang ditempelkan di video: Nenek berusia ratusan tahun yang masih hidup dan menjadi yang tertua di dunia…!!

    230 tahun hidup di zaman apa Kerajaan Mataram kah..??

    Namun, benarkah wanita dalam video itu berusia 230 tahun?

    Hasil Cek Fakta



    Sumber video maupun identitas wanita tersebut tidak ditemukan dari penelusuran menggunakan mesin pencari. Namun sejumlah informasi dari sumber-sumber kredibel membantah klaim yang beredar tersebut.

    Video itu tidak disertai bukti bahwa perempuan tersebut berusia 230 dari zaman Kerajaan Mataram, sebagaimana yang dinarasikan. Baik bukti keterangan dokter atau pakar yang relevan, maupun bukti dokumen kelahiran, tidak ditampilkan.

    Beberapa dokumen kependudukan paling tua di Indonesia ada di Kantor Dinas Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta tertanggal tahun 1829, sebagaimana disebutkan dalam website Dinas Dukcapil Kabupaten Bandung. 

    Artinya pemerintah Indonesia tidak menyimpan dokumen kependudukan era sebelumnya, termasuk yang dari zaman Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Kuno alias Kerajaan Medang berdiri tahun 732 sampai 1007. Sementara Kerajaan Mataram Islam berdiri sejak tahun 1600-an sampai 1800-an.

    Lembaga rekor dunia, Guinness World Record, menyatakan wanita dengan umur paling panjang di dunia ialah Jeanne Louise Calment, warga Prancis. Ia hidup selama 122 tahun ditambah 164 hari, sejak tahun 1875 sampai 1997.

    Sementara wanita tertua yang masih hidup, menurut Guinness World Record, adalah warga Spanyol bernama Maria Branyas Morera. Ia lahir tahun 1907, yang berarti saat ini berusia 117 tahun.

    Bisakah Manusia Sampai Usia 230 Tahun?

    Dilansir BBC, Vadim Gladyshev dari Universitas Harvard menjelaskan penuaan adalah penyebab utama penderitaan dan kematian manusia. Sebagian besar penyakit kronis diawali penuaan, seperti kanker, alzheimer, dan diabetes.

    Maka, bilapun manusia tidak mengalami kecelakaan atau hal buruk lain sehingga selalu sehat, tetap saja tubuhnya tidak akan bertahan selamanya, karena mengalami penuaan.

    “Tetapi jika Anda menunda penuaan, Anda dapat menunda timbulnya semua penyakit ini sekaligus,” kata Gladyshev.

    Penuaan juga mengurangi kemampuan pemulihan dan regenerasi pada tubuh manusia. Bahkan proses itu juga menimbulkan gangguan fungsi dan matinya sel-sel pada tubuh. Kondisi tubuh menjadi semakin rentan terkena penyakit.

    Dilansir Scientific American, bila manusia menjalani hidup sehat dan berumur panjang, ia akan bisa hidup maksimal 120 sampai 150 tahun. Lantaran semakin tua, kemampuan pemulihan tubuh setelah terjadi masalah kesehatan, akan memudar. 

    Kesimpulan itu diperoleh Timothy Pyrkov dan rekan-rekannya dari lembaga penelitian Gero yang berbasis di Singapura, setelah mengamati laju penuaan tiga kelompok besar populasi manusia di Amerika Serikat, Inggris dan Rusia.

    Mereka menemukan bahwa jumlah langkah harian, kestabilan berjalan dan jumlah sel darah dalam tubuh orang-orang yang diteliti, mengalami penurunan atau pengurangan kemampuan pemulihan. Hal itu juga terjadi di luar faktor penyakit.

    Kesimpulan



    Berdasarkan verifikasi Tempo, narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan wanita berusia 230 tahun atau sejak zaman Kerajaan Mataram, adalah klaim yang belum ada bukti.

    Namun, penelitian menyimpulkan bahwa batas maksimum manusia bisa hidup ialah selama 120 sampai 150 tahun, karena proses penuaan akan menurunkan kemampuan tubuh dalam regenerasi dan memulihkan diri.

    Rujukan

  • (GFD-2024-20089) Keliru, Video Berisi Klaim tentang Layanan Detoksifikasi Vaksin Covid-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/05/2024

    Berita



    Sebuah video pendek beredar di Facebook [ arsip ] dengan klaim bahwa terdapat cara untuk mengeluarkan kembali (detoksifikasi) vaksin Covid-19 yang masuk ke tubuh. Menurut narator video, detoksifikasi itu dibutuhkan pasca AstraZeneca mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatan mereka memiliki  efek samping menyebabkan kematian, cedera  serius, cedera otak permanen karena  pembekuan darah dan pendarahan di otak.

    Video juga menampilkan narasi-narasi efek samping lainnya dari berbagai merk vaksin. Kemudian menginformasikan adanya team detoks vaksin dan imunisasi, pengobatan sakit kronis pada bayi, anak, dewasa hingga manula yang sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia.  



    Benarkah ada detoksifikasi vaksin Covid-19?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo mengkonfirmasi klaim di atas dengan mewawancarai epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman. Menurut Dicky, tidak ada istilah medis baik di nasional maupun global mengenai detoksifikasi vaksin.

    Istilah tersebut muncul, kata Dicky sejak era pandemi Covid-19 yang diedarkan oleh kalangan anti vaksin atau penganut teori konspirasi. Narasi layanan detoksifikasi cenderung menggunakan tindakan-tindakan berbahaya seperti berendam di air larutan pemutih. 

    “Itu sama sekali tidak benar dan tidak ada rujukan ilmiahnya,” kata Dicky kepada Tempo melalui pesan suara, Kamis, 23 Mei 2024.

    Pada orang yang sudah divaksin, lanjut Dicky, sudah terjadi reaksi imunitas yang sangat kompleks di dalam tubuhnya yang memberikan proteksi. Proses tersebut tidak bisa dibatalkan atau dikeluarkan. 

    Faktanya, saat ini setelah program vaksinasi Covid-19 berlangsung, miliaran orang telah menjalani aktivitas secara normal di bidang sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Vaksin tetap memberikan manfaat lebih besar dengan kejadian efek samping yang jarang terjadi.

    “Ini yang membuktikan bahwa vaksin bekerja efektif dan aman. Jadi detoks vaksin itu tidak ada. Ketika itu ada yang mengklaim, itu cenderung berbahaya karena memakai bahan-bahan yang iritatif,” kata Dicky.  

    The Guardian melansir bahwa para ahli medis menentang detoksifikasi vaksin Covid-19 yang secara tidak akurat diklaim oleh beberapa orang dapat menghilangkan efek vaksinasi. Dalam salah satu video Tiktok, misalnya, Carrie Madej, seorang ahli osteopati yang berbasis di Georgia, secara keliru mengklaim bahwa mandi yang mengandung soda kue, garam epsom dan bahan pembersih boraks akan “mendetoksifikasi vaksin” dari siapapun yang telah menerima suntikan.

    Para ahli mengatakan mandi seperti itu dapat mengiritasi kulit dan mata, tetapi tidak akan menghilangkan efek vaksin Covid-19.

    Di Kansas, Dana Hawkinson, Direktur Medis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Sistem Kesehatan mengatakan bahwa, boraks berpotensi menyebabkan kaustik dan berbahaya.

    Angela Rasmussen, ahli virologi dan profesor Universitas Saskatchewan di Canada mengatakan kepada NBC News, “Setelah Anda disuntik, proses vaksinasi yang menyelamatkan nyawa telah dimulai. Anda tidak dapat membunyikan bel. Secara fisik hal itu tidak mungkin dilakukan.”  

    Kesimpulan



    Hasil verifikasi Tempo, klaim bahwa ada cara detoks vaksin adalah keliru. 

    Detoksifikasi vaksin tidak dapat dilakukan. Setiap orang yang sudah divaksin, maka sudah terjadi reaksi imunitas yang sangat kompleks di dalam tubuhnya yang tidak bisa di-undo atau di-reset. 

    Rujukan

  • (GFD-2024-20088) [SALAH]:”[SALAH] Beras Beracun 1 juta Ton Dari Cina”

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 25/05/2024

    Berita

    Dari Awal Rakyat Sudah Mengingatkan Pemerintah, Tapi Demi Kebohonganya
    @luhut_binsar Dikit2 Percaya Cina . Ahkirnya Pemerintah Abaikan Soal Masalah Ini , Nah Sekarang Apa Yg Terjadi , Rakyatlah Yang Jadi Korban ,
    Inilah Akibat Dari Persiden Boneka Oligarky ,

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah akun Twitter/X dengan nama akun “JhonPret JhonPres” yang mengunggah dua video yang di edit menjadi satu dengan narasi beras beracun 1 juta ton dari China.

    Setelah melakukan penelusuran, faktanya adalah video tersebut hasil rekayasa yang mana dua video berbeda diedit menjadi satu. Video pertama memperlihatkan situasi bongkar beras Bulog yang diketahui diimpor dari Vietnam.

    Video kedua yaitu berita seorang ibu di Bukittinggi yang merasakan sakit tenggorokan dan pusing diduga akibat mengonsumsi beras sintetis.

    Dilansir dari Detik.com Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat bersama kepolisian daerah setempat menegaskan tidak ada beras sintetis yang beredar di kota tersebut.

    Pernyataan ini didasarkan hasil uji laboratorium bahwa beras yang dikonsumsi merupakan beras lokal yang memenuhi standar dan tidak mengandung plastik.

    Kepala Dinas Pangan Sumbar, Syaiful Bahri, menyebut pihaknya telah memastikan beras yang dikonsumsi warga Bukittinggi itu bukan beras sintetis. Sedangkan jenis dan asal beras itu, menurutnya beras itu berjenis Sokan (beras lokal Sumbar) dan berasal dari Kabupaten Pasaman.

    Berdasarkan penjelasan di atas klaim tentang beras beracun 1 juta ton dari China adalah salah dan masuk konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Yudho Ardi

    Faktanya, tidak benar video yang memperlihatkan seorang ibu mengalami keracunan setelah mengonsumsi beras yang diduga berasal dari China. Pernyataan ini didasarkan hasil uji laboratorium bahwa beras yang dikonsumsi merupakan beras lokal yang memenuhi standar dan tidak mengandung plastik.

    Rujukan