Politik Terkini – SRI MULYANI BEKUK OKNUM DI BEA CUKAI ? @garispolitik1320
MENGEJUTKAN..!
CIDUK OKNUM DI BEA CUKAI?
SIDAK SRI MULYANI BERUJUNG PIDANA
(GFD-2024-20128) [SALAH] SRI MULYANI BEKUK OKNUM DI BEA CUKAI
Sumber: youtube.comTanggal publish: 27/05/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Sebuah video bernarasikan Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani bekuk oknum di Bea Cukai beredar dari channel youtube bernama Garis Politik pada 19 Mei 2024.
Setelah menonton keseluruhan dari isi video, tidak terdapat informasi yang mendukung klaim narasi yang beredar. Video tersebut hanya berisi cuplikan dari beberapa peristiwa berbeda yang tidak berkaitan.
Thumbnail yang menampilkan gambar Sri Mulyani dan Arilangga Hartanto dengan kontainer di belakangnya tersebut merupakan momen ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi JICT Tanjung Priok. Kunjungan terkait barang menumpuk di pelabuhan.
Gambar aslinya dimuat dalam artikel detik.com berjudul “Potret Airlangga dan Sri Mulyani Bereskan Kontainer Menumpuk di Tanjung Priok”.
Narasi yang dibacakan dalam video tersebut bersumber dari artikel kompas.com berjudul “Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok…”. Artikel ini membahas tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memanjat truk kontainer ketika meninjau pengeluaran truk yang membawa barang impor di Jakarta International Container Terminal (JITC), Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu, 18 Mei 2024.
Selain itu narator dalam video juga membacakan artikel dari hops.id yang berjudul “Gemetaran disidak langsung Sri Mulyani, petugas Bea Cukai yang belum genap sebulan kerja diperlakukan begini”. Dalam artikel tersebut membahas tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani yang pernah melakukan observasi langsung pada pelayanan Bea Cukai di Bandara Soekarno Hatta pada tahun 2023 lalu.
Berdasarkan penjelasan di atas, narasi dengan klaim Sri Mulyani bekuk oknum di bea cukai tidak terbukti dan termasuk ke dalam konten yang dimanipulasi.
Setelah menonton keseluruhan dari isi video, tidak terdapat informasi yang mendukung klaim narasi yang beredar. Video tersebut hanya berisi cuplikan dari beberapa peristiwa berbeda yang tidak berkaitan.
Thumbnail yang menampilkan gambar Sri Mulyani dan Arilangga Hartanto dengan kontainer di belakangnya tersebut merupakan momen ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi JICT Tanjung Priok. Kunjungan terkait barang menumpuk di pelabuhan.
Gambar aslinya dimuat dalam artikel detik.com berjudul “Potret Airlangga dan Sri Mulyani Bereskan Kontainer Menumpuk di Tanjung Priok”.
Narasi yang dibacakan dalam video tersebut bersumber dari artikel kompas.com berjudul “Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok…”. Artikel ini membahas tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memanjat truk kontainer ketika meninjau pengeluaran truk yang membawa barang impor di Jakarta International Container Terminal (JITC), Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu, 18 Mei 2024.
Selain itu narator dalam video juga membacakan artikel dari hops.id yang berjudul “Gemetaran disidak langsung Sri Mulyani, petugas Bea Cukai yang belum genap sebulan kerja diperlakukan begini”. Dalam artikel tersebut membahas tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani yang pernah melakukan observasi langsung pada pelayanan Bea Cukai di Bandara Soekarno Hatta pada tahun 2023 lalu.
Berdasarkan penjelasan di atas, narasi dengan klaim Sri Mulyani bekuk oknum di bea cukai tidak terbukti dan termasuk ke dalam konten yang dimanipulasi.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Pekik Jalu Utomo.
Tidak ditemukan pemberitaan terkait Sri Mulyani bekuk oknum di Bea Cukai. Selain thumbnail merupakan hasil manipulasi, video tersebut hanya berisi cuplikan dari beberapa peristiwa berbeda yang ditambahi dengan narasi menyesatkan.
Tidak ditemukan pemberitaan terkait Sri Mulyani bekuk oknum di Bea Cukai. Selain thumbnail merupakan hasil manipulasi, video tersebut hanya berisi cuplikan dari beberapa peristiwa berbeda yang ditambahi dengan narasi menyesatkan.
Rujukan
- https://money.kompas.com/read/2024/05/18/120831926/saat-sri-mulyani-panjat-truk-kontainer-yang-bawa-barang-impor-di-pelabuhan#google_vignette
- https://www.hops.id/trending/29412600428/gemetaran-disidak-langsung-sri-mulyani-petugas-bea-cukai-yang-belum-genap-sebulan-kerja-diperlakukan-begini
- https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-7346500/potret-airlangga-dan-sri-mulyani-bereskan-kontainer-menumpuk-di-tanjung-priok/2
(GFD-2024-20127) Viral Jemaah haji lansia kecopetan, ini faktanya
Sumber:Tanggal publish: 27/05/2024
Berita
Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menampilkan foto seorang lansia tanpa identitas yang diduga kecopetan. Pengunggah berharap unggahannya tersebut viral sehingga sang nenek bisa dikembalikan ke kloter dan rombongannya.
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“Jemaah haji Indonesia baru beberapa jam yang lalu habis kecopetan , identitas apapun tidak ada, Posisi di Daker Indonesia Arab Saudi setelah diantar orang Arab, belum diketahui dari Kloter berapa dan Embarkasi mana...mohon diviralkan biar segera bisa dikembalikan ke Kloter dan Rombongannya”
Namun, benarkah hal tersebut?
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“Jemaah haji Indonesia baru beberapa jam yang lalu habis kecopetan , identitas apapun tidak ada, Posisi di Daker Indonesia Arab Saudi setelah diantar orang Arab, belum diketahui dari Kloter berapa dan Embarkasi mana...mohon diviralkan biar segera bisa dikembalikan ke Kloter dan Rombongannya”
Namun, benarkah hal tersebut?
Hasil Cek Fakta
Dilansir dari laman resmi Kemenag, Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Ali Machzumi mengatakan bahwa jemaah tersebut benar di antar ke kantornya pada 24 Mei 2024. Lansia tersebut saat ini sudah dikembalikan ke rombongannya.
“Memang benar dua hari lalu ada seorang nenek lansia diantarkan oleh seorang penduduk Saudi ke Kantor Daker Madinah. Kita sudah cek, yang bersangkutan bukan jemaah haji reguler,” kata Ali Machzumi di Madinah Minggu (26/5/2024).
Menurut Ali, nenek lansia itu sempat menginap satu malam di Kantor Daker Madinah. Pihaknya telah melakukan proses pengecekan pada sistem perhajian, dan dipastikan dia bukan jemaah haji, baik reguler maupun jemaah haji khusus.
“Meskipun demikian, tetap kita bantu dan coba fasilitasi untuk dikembalikan pada rombongan yang membawanya ke Tanah suci ini. Sebab, bagaimanapun beliau warga negara Indonesia,” terangnya.
Salah seorang mukimin mengakui itu keluarganya (orang tua) dan petugas Lansia Daker Madinah mengantarkan ke alamat saudaranya tersebut. Ibu Sujami menggunakan visa ziarah untuk mengunjungi keluarganya tersebut.
Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024
“Memang benar dua hari lalu ada seorang nenek lansia diantarkan oleh seorang penduduk Saudi ke Kantor Daker Madinah. Kita sudah cek, yang bersangkutan bukan jemaah haji reguler,” kata Ali Machzumi di Madinah Minggu (26/5/2024).
Menurut Ali, nenek lansia itu sempat menginap satu malam di Kantor Daker Madinah. Pihaknya telah melakukan proses pengecekan pada sistem perhajian, dan dipastikan dia bukan jemaah haji, baik reguler maupun jemaah haji khusus.
“Meskipun demikian, tetap kita bantu dan coba fasilitasi untuk dikembalikan pada rombongan yang membawanya ke Tanah suci ini. Sebab, bagaimanapun beliau warga negara Indonesia,” terangnya.
Salah seorang mukimin mengakui itu keluarganya (orang tua) dan petugas Lansia Daker Madinah mengantarkan ke alamat saudaranya tersebut. Ibu Sujami menggunakan visa ziarah untuk mengunjungi keluarganya tersebut.
Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024
Rujukan
(GFD-2024-20126) CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?
Sumber:Tanggal publish: 24/05/2024
Berita
KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan, oposisi tidak akan dibutuhkan di pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Hal itu disampaikan Bambang usai menghadiri open house di rumah dinas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada 11 April 2024.
Seperti diberitakan Kompas.com, Bambang mengatakan, yang dibutuhkan dalam pemerintahan baru adalah demokrasi gotong royong.
"Dan enggak dibutuhkan lagi oposisi. Saya mendukung Pak Prabowo merangkul semua parpol untuk bersatu membangun bangsa ini ke depan," kata Bambang.
Sebagai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Prabowo dinilai memiliki tanggung jawab untuk merangkul semua parpol masuk ke pemerintahan. Akan tetapi, bukan berarti tidak akan ada sistem checks and balances.
"Lebih gampang (checks and balances) justru. Karena kan kalau oposisi bicara pride. Kadang lari dari substansi, tapi kalau satu koalisi bisa bicara dari hati ke hati dan lebih baik untuk masyarakat," ujar dia.
Lantas, benarkah oposisi tidak lagi dibutuhkan dalam pemerintahan?
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Jenderal Achmad Yani, Yohanes Sulaiman, tidak sependapat dengan Bambang soal oposisi tidak lagi dibutuhkan dalam pemerintahan.
Menurut Yohanes, ketiadaan oposisi berarti tidak akan ada partai yang berani mengeluarkan kritik karena takut dikeluarkan dari koalisi pendukung pemerintah.
Ia menjelaskan, motivasi oposisi mengkritik pemerintah adalah memberikan pandangan alternatif yang bisa digunakan di pemilu berikutnya sebagai rekam jejak.
Ketiadaan oposisi dalam pemerintahan juga bermasalah secara prinsip dan moral.
"Kalau semua berada di posisi pemerintah, ya pertanyaannya adalah kalau partai tidak setuju, kenapa mereka tidak memegang prinsip dan keluar dari pemerintah?" kata Yohanes.
Menurut Yohanes, risiko ketiadaan oposisi adalah kebijakan buruk dan tindakan-tindakan berbau korupsi, kolusi, dan nepotisme makin tidak terkontrol.
"Kita bisa lihat bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontroversial tidak mendapat tanggapan dari partai-partai pendukungnya. Yang berteriak malah netizen," ujar Yohanes.
"Jadi apa guna partai kalau semua enggak ada yang berani mengkritik pemerintah karena ingin posisi dalam kabinet?" tutur dia.
Yohanes mencontohkan kurangnya oposisi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo berdampak pada lahirnya kebijakan yang kontroversial.
Saat itu, partai politik yang berada di luar pemerintah hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Partai koalisi pemerintah mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontroversial, seperti Undang-Undang Cipta Kerja.
Sementara, partai oposisi tidak punya cukup kekuatan untuk menentang atau melawannya.
Yohanes memprediksi, hanya PKS dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang akan menjadi oposisi pada pemerintahan berikutnya.
Menurut dia, situasi itu masih belum ideal karena kedua partai tersebut tidak cukup secara kekuatan di parlemen.
"Idealnya, kubu pemerintah jangan sampai menguasai kursi mayoritas 67 persen, karena jika mencapai persentase tersebut, undang-undang dan aturan bermasalah bisa mudah digolkan tanpa mempedulikan suara oposisi," kata Yohanes.
Yohanes menegaskan, tanpa oposisi, tidak akan ada checks and balances dalam tata kelola pemerintahan.
"Pemerintah akan menjadi korup, otoriter, dan sewenang-wenang. Demokrasi akan cuma jadi formalitas ala Orde Baru," ujar Yohanes.
***
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Hal itu disampaikan Bambang usai menghadiri open house di rumah dinas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada 11 April 2024.
Seperti diberitakan Kompas.com, Bambang mengatakan, yang dibutuhkan dalam pemerintahan baru adalah demokrasi gotong royong.
"Dan enggak dibutuhkan lagi oposisi. Saya mendukung Pak Prabowo merangkul semua parpol untuk bersatu membangun bangsa ini ke depan," kata Bambang.
Sebagai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Prabowo dinilai memiliki tanggung jawab untuk merangkul semua parpol masuk ke pemerintahan. Akan tetapi, bukan berarti tidak akan ada sistem checks and balances.
"Lebih gampang (checks and balances) justru. Karena kan kalau oposisi bicara pride. Kadang lari dari substansi, tapi kalau satu koalisi bisa bicara dari hati ke hati dan lebih baik untuk masyarakat," ujar dia.
Lantas, benarkah oposisi tidak lagi dibutuhkan dalam pemerintahan?
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Jenderal Achmad Yani, Yohanes Sulaiman, tidak sependapat dengan Bambang soal oposisi tidak lagi dibutuhkan dalam pemerintahan.
Menurut Yohanes, ketiadaan oposisi berarti tidak akan ada partai yang berani mengeluarkan kritik karena takut dikeluarkan dari koalisi pendukung pemerintah.
Ia menjelaskan, motivasi oposisi mengkritik pemerintah adalah memberikan pandangan alternatif yang bisa digunakan di pemilu berikutnya sebagai rekam jejak.
Ketiadaan oposisi dalam pemerintahan juga bermasalah secara prinsip dan moral.
"Kalau semua berada di posisi pemerintah, ya pertanyaannya adalah kalau partai tidak setuju, kenapa mereka tidak memegang prinsip dan keluar dari pemerintah?" kata Yohanes.
Menurut Yohanes, risiko ketiadaan oposisi adalah kebijakan buruk dan tindakan-tindakan berbau korupsi, kolusi, dan nepotisme makin tidak terkontrol.
"Kita bisa lihat bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontroversial tidak mendapat tanggapan dari partai-partai pendukungnya. Yang berteriak malah netizen," ujar Yohanes.
"Jadi apa guna partai kalau semua enggak ada yang berani mengkritik pemerintah karena ingin posisi dalam kabinet?" tutur dia.
Yohanes mencontohkan kurangnya oposisi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo berdampak pada lahirnya kebijakan yang kontroversial.
Saat itu, partai politik yang berada di luar pemerintah hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Partai koalisi pemerintah mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontroversial, seperti Undang-Undang Cipta Kerja.
Sementara, partai oposisi tidak punya cukup kekuatan untuk menentang atau melawannya.
Yohanes memprediksi, hanya PKS dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang akan menjadi oposisi pada pemerintahan berikutnya.
Menurut dia, situasi itu masih belum ideal karena kedua partai tersebut tidak cukup secara kekuatan di parlemen.
"Idealnya, kubu pemerintah jangan sampai menguasai kursi mayoritas 67 persen, karena jika mencapai persentase tersebut, undang-undang dan aturan bermasalah bisa mudah digolkan tanpa mempedulikan suara oposisi," kata Yohanes.
Yohanes menegaskan, tanpa oposisi, tidak akan ada checks and balances dalam tata kelola pemerintahan.
"Pemerintah akan menjadi korup, otoriter, dan sewenang-wenang. Demokrasi akan cuma jadi formalitas ala Orde Baru," ujar Yohanes.
***
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Hasil Cek Fakta
Rujukan
(GFD-2024-20125) [KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker
Sumber:Tanggal publish: 24/05/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar narasi mengenai produk bayi dari Johnson & Johnson mengandung bahan penyebab kanker.
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, sebagian narasi keliru dan perlu diluruskan.
Informasi mengenai produk bayi Johnson & Johnson mengandung bahan penyebab kanker disebarkan oleh akun Facebook ini, pada Kamis (24/5/2025).
Pengguna Facebook menyertakan tautan artikel dari Livelovefruit.com dan tangkapan layar artikel dengan teks berikut:
Johnson & Johnson Akhirnya Mengakui: Produk Bayi kami Mengandung Bahan Penyebab Kanker
Narasi serupa beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, sebagian narasi keliru dan perlu diluruskan.
Informasi mengenai produk bayi Johnson & Johnson mengandung bahan penyebab kanker disebarkan oleh akun Facebook ini, pada Kamis (24/5/2025).
Pengguna Facebook menyertakan tautan artikel dari Livelovefruit.com dan tangkapan layar artikel dengan teks berikut:
Johnson & Johnson Akhirnya Mengakui: Produk Bayi kami Mengandung Bahan Penyebab Kanker
Narasi serupa beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Hasil Cek Fakta
Tautan dari Livelovefruit.com merupakan artikel lama, pada 24 Juni 2019, yang membahas soal kandungan quaternium-15 dan 1,4-dioksan dalam produk Johnson & Johnson.
Johnson & Johnson menggunakan bahan kimia pelepas formaldehida lainnya, termasuk DMDM hydantoin, imidazolidinyl urea, dan diazolidinyl urea.
Artikel telah menyertakan respons dari Johnson & Johnson yang menyatakan telah menghentikan penggunaan bahan pengawet yang melepaskan sejumlah kecil formaldehida untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Mereka tengah menyelesaikan reformulasi produk sesuai standar yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA.
Isu soal formaldehida di produk Johnson & Johnson pertama kali muncul 10 tahun lalu.
New York Times, pada 17 Januari 2014, melaporkan produk Johnson & Johnson tidak lagi mengandung dua bahan kimia yang berpotensi berbahaya, formaldehida dan 1,4-dioksan akibat tekanan konsumen dan kelompok lingkungan selama dua tahun.
Dikutip dari Snopes, produk yang diformulasi ulang ini mulai dipasarkan di seluruh dunia dan akan menggantikan produk yang sudah ada.
Formaldehida merupakan kandungan alami yang ada pada buah-buahan dan sayuran. Hubungan formaldehida dan kanker terjadi apabila terdapat paparan dalam jumlah besar serta jangka panjang.
Johnson & Johnson menggunakan bahan kimia pelepas formaldehida lainnya, termasuk DMDM hydantoin, imidazolidinyl urea, dan diazolidinyl urea.
Artikel telah menyertakan respons dari Johnson & Johnson yang menyatakan telah menghentikan penggunaan bahan pengawet yang melepaskan sejumlah kecil formaldehida untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Mereka tengah menyelesaikan reformulasi produk sesuai standar yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA.
Isu soal formaldehida di produk Johnson & Johnson pertama kali muncul 10 tahun lalu.
New York Times, pada 17 Januari 2014, melaporkan produk Johnson & Johnson tidak lagi mengandung dua bahan kimia yang berpotensi berbahaya, formaldehida dan 1,4-dioksan akibat tekanan konsumen dan kelompok lingkungan selama dua tahun.
Dikutip dari Snopes, produk yang diformulasi ulang ini mulai dipasarkan di seluruh dunia dan akan menggantikan produk yang sudah ada.
Formaldehida merupakan kandungan alami yang ada pada buah-buahan dan sayuran. Hubungan formaldehida dan kanker terjadi apabila terdapat paparan dalam jumlah besar serta jangka panjang.
Kesimpulan
Johnson & Johnson melakukan reformulasi produknya karena kekhawatiran konsumen dan kelompok lingkungan soal formaldehida dan 1,4-dioksan.
Kendati demikian, reformulasi sudah dilakukan sejak 2017. Artikel yang beredar terbit pada 2019 dan disebarkan ulang pada 2024.
Kendati demikian, reformulasi sudah dilakukan sejak 2017. Artikel yang beredar terbit pada 2019 dan disebarkan ulang pada 2024.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid031yiGFFPb4e6bGSp3ndRUUScuXj2AGxKtPWS2zd3v7HYUh7RHopdkfq5FXddhy2A5l&id=100079965219100
- https://www.facebook.com/sueann.connolly.5/posts/pfbid02YZisRqqtmdXbvXc11cHmc5gxdnWD4PdPKzWYHEebcdG1yXdymCek3YTrH58uiAtul
- https://www.facebook.com/trish.mcbride.94/posts/pfbid02MyXQY3DPckcnE7Jhw4spRPsUZFhP4rYBdDQJX5J4AWJKaaExdhbaWNbz48bUULEhl
- https://www.facebook.com/robinsonsdefender/posts/pfbid0iuBH7WUz28eHj1WSqnWFN2CUQtDYn1cupyAFdKm6rco3mvwDqKysumPkipJQBP2ol
- https://www.facebook.com/groups/1643548942554759/posts/3735460090030290/
- https://livelovefruit.com/johnson-johnson-baby-products-contain-cancer-causing-ingredients/
- https://www.nytimes.com/2014/01/18/business/johnson-johnson-takes-first-step-in-removal-of-questionable-chemicals-from-products.html
- https://www.snopes.com/fact-check/johnson-johnson-formaldehyde/
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Halaman: 1708/6116