KOMPAS.com - Beredar unggahan yang menyebut Kementerian Agama (Kemenag) melibatkan pegawai non-muslim sebagai petugas haji 2024.
Unggahan itu menyertakan tangkapan layar pemberitaan di Kompas TV dengan keterangan "Kemenag Libatkan Pegawai Kristen Jadi Petugas Haji".
Setelah ditelusuri, narasi tersebut perlu diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Narasi yang mengeklaim Kemenag melibatkan pegawai non-muslim sebagai petugas haji 2024 muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Facebook ini, ini dan ini.
Akun tersebut membagikan tangkapan layar siaran Kompas TV dengan keterangan "Kemenag Libatkan Pegawai Kristen Jadi Petugas Haji".
Salah satu akun menuliskan keterangan sebagai berikut:
Petugas Haji non Muslim, kehabisan orang Islam untuk melayani peserta ibadah Haji rupanya...!!??????????
(GFD-2024-20192) [KLARIFIKASI] Penjelasan Kemenag soal 2 Pegawai Non-Muslim Jadi Petugas Haji
Sumber:Tanggal publish: 28/05/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menyimak video utuhnya di YouTube Kompas TV ini yang diunggah pada 14 Mei 2024.
Dalam video, presenter Kompas TV menjelaskan bahwa dua orang pegawai Kemenag Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulses) yang beragama Kristen dan Katolik ditugaskan untuk memastikan kelancaran pemberangkatan haji.
Adapun video di YouTube Kompas TV menampilkan momen pemberangkatan jemaah haji di Kota Parepare menuju Embarkasi Makassar.
Setelah informasi tersebut ramai di media sosial, Kepala Kemenang Kota Parepare, Fitriadi memberikan klarifikasi.
Dikutip dari laman resmi Kemenang Sulsel, Fitriadi menjelaskan bahwa dua pegawai non-muslim tersebut bukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berangkat ke Arab Saudi, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji menuju Embarkasi Makassar.
Adapun tugas yang diberikan kepada mereka tidak terkait dengan ritual ibadah.
"Untuk Bapak Dominggus (Agama Kristen) tergabung pada tim pelayanan koper jemaah dan Bapak Yohannes Salu Tandi Alla' (Agama Katolik) tergabung pada pelayanan penerimaan jemaah," ucap Fitriadi.
Menurut dia, kebijakan tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak ada suatu aturan yang dilanggar.
Hal senada juga diungkap oleh Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie. Ia memastikan dua pegawai tersebut bukanlah petugas haji, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji.
Menurut Anna, sebagai panitia pemberangkatan, tugas mereka sebatas mengantar jemaah dari Kota Parepare menuju ke Embarkasi Makassar (UPG) di Asrama Haji Sudiang, Makassar.
"Jadi keduanya bukan menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi yang berangkat ke Tanah Suci. Tugas mereka hanya sampai Embarkasi Makassar," ujar Anna.
Dijelaskan Anna, kepanitiaan yang melibatkan pegawai lintas agama juga terjadi dalam banyak kegiatan Kemenag.
Kegiatan itu seperti Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di sejumlah daerah yang melibatkan umat muslim. Kemudian, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang kepanitiannya juga melibatkan pegawai non-muslim.
"Jadi ini wilayahnya kepanitiaan untuk bersama, bergotong royong, menyukseskan acara. Adapun pada hal-hal yang sifatnya peribadahan, itu tentu menjadi wilayah masing-masing pemeluk agama, tidak ada campur aduk," kata Anna.
Anna menambahkan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mengatur bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Sehingga dalam proses kepanitian melibatkan beragam unsur.
"Pelibatan dua pegawai non-Islam dalam kepanitian itu bukan tentang mayoritas dan minoritas atau tentang siapa mengalah dan siapa menang. Ini justru bagian dari upaya menumbuhkan sikap saling gotong royong dengan tetap menghargai keyakinan dan kepercayaan masing-masing," ungkap Anna.
Dalam video, presenter Kompas TV menjelaskan bahwa dua orang pegawai Kemenag Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulses) yang beragama Kristen dan Katolik ditugaskan untuk memastikan kelancaran pemberangkatan haji.
Adapun video di YouTube Kompas TV menampilkan momen pemberangkatan jemaah haji di Kota Parepare menuju Embarkasi Makassar.
Setelah informasi tersebut ramai di media sosial, Kepala Kemenang Kota Parepare, Fitriadi memberikan klarifikasi.
Dikutip dari laman resmi Kemenang Sulsel, Fitriadi menjelaskan bahwa dua pegawai non-muslim tersebut bukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berangkat ke Arab Saudi, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji menuju Embarkasi Makassar.
Adapun tugas yang diberikan kepada mereka tidak terkait dengan ritual ibadah.
"Untuk Bapak Dominggus (Agama Kristen) tergabung pada tim pelayanan koper jemaah dan Bapak Yohannes Salu Tandi Alla' (Agama Katolik) tergabung pada pelayanan penerimaan jemaah," ucap Fitriadi.
Menurut dia, kebijakan tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak ada suatu aturan yang dilanggar.
Hal senada juga diungkap oleh Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie. Ia memastikan dua pegawai tersebut bukanlah petugas haji, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji.
Menurut Anna, sebagai panitia pemberangkatan, tugas mereka sebatas mengantar jemaah dari Kota Parepare menuju ke Embarkasi Makassar (UPG) di Asrama Haji Sudiang, Makassar.
"Jadi keduanya bukan menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi yang berangkat ke Tanah Suci. Tugas mereka hanya sampai Embarkasi Makassar," ujar Anna.
Dijelaskan Anna, kepanitiaan yang melibatkan pegawai lintas agama juga terjadi dalam banyak kegiatan Kemenag.
Kegiatan itu seperti Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di sejumlah daerah yang melibatkan umat muslim. Kemudian, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang kepanitiannya juga melibatkan pegawai non-muslim.
"Jadi ini wilayahnya kepanitiaan untuk bersama, bergotong royong, menyukseskan acara. Adapun pada hal-hal yang sifatnya peribadahan, itu tentu menjadi wilayah masing-masing pemeluk agama, tidak ada campur aduk," kata Anna.
Anna menambahkan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah mengatur bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Sehingga dalam proses kepanitian melibatkan beragam unsur.
"Pelibatan dua pegawai non-Islam dalam kepanitian itu bukan tentang mayoritas dan minoritas atau tentang siapa mengalah dan siapa menang. Ini justru bagian dari upaya menumbuhkan sikap saling gotong royong dengan tetap menghargai keyakinan dan kepercayaan masing-masing," ungkap Anna.
Kesimpulan
Narasi yang mengeklaim Kemenag Parepare melibatkan dua pegawai non-muslim sebagai petugas haji 2024 perlu diluruskan.
Kemenang menjelaskan bahwa kedua pegawai non-muslim tersebut bukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berangkat ke Arab Saudi, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji menuju Embarkasi Makassar dan tidak terkait dengan ritual ibadah.
Kemenang menjelaskan bahwa kedua pegawai non-muslim tersebut bukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berangkat ke Arab Saudi, melainkan panitia pemberangkatan jemaah haji menuju Embarkasi Makassar dan tidak terkait dengan ritual ibadah.
Rujukan
- https://www.facebook.com/groups/572182703224970/permalink/1868728220237072/?mibextid=oFDknk&rdid=GnD7rYXoDK2OM7xd&share_url=
- https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fshare%2Fp%2FERNnBj9pTjCdeAsH%2F%3Fmibextid%3DoFDknk
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=122144366000182283&id=61555468503249&mibextid=oFDknk&rdid=mfDWV9b0aWUSk4l3
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=363000690085519&id=100091267727963&mibextid=oFDknk&rdid=XnOSCoD9DhCqQQN6
- https://www.youtube.com/watch?v=_Rzc8yMRWUY
- https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/viral-berita-pegawai-kristen-jadi-petugas-haji-kemenag-parepare-sampaikan-ini-KmT5B
- https://www.kemenag.go.id/nasional/pegawai-non-islam-di-parepare-bukan-petugas-haji-tapi-panitia-pemberangkatan-jemaah-bvjG6
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2024-20191) Cek Fakta: Tidak Benar AHM Bagikan Hadiah 50 Unit PCX dengan Menangkap Gambar
Sumber:Tanggal publish: 29/05/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim PT Astra Honda Motor (AHM) bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 11 Mei 2024.
Klaim AHM bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar berupa video yang menampilkan tulisan sebagai berikut.
"PT Astra Honda Motor Bagikan hadiah 50 unit motor PCX apabila ada yg bisa menangkap gambar di bawah dengan tepat jikan bisa silahkan pilih warna
PUTIH
MERAH
HITAM
Cek bio untuk info lebih lanjut"
Dalam video tersebut terdapat gambar sepeda motor yang terlihat berjalan dengan bayangan di baliknya.
Benarkah klaim AHM bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim AHM bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar, dengan mengkonfirmasi ke pihak AHM.
General Manager Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM), Ahmad Muhibbuddin menyatakan, informasi tentang AHM bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar tidak benar.
"Tidak benar," kata Muhibbuddin, saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (29/5/2024).
Menurut Muhibbuddin AHM tidak menyelenggarakan program pembagian hadiah motor PCX 50 unit dengan menangkap gambar.
"Tidak ada program tersebut di AHM," ucapnya.
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim AHM bagikan hadiah 50 unit PCX dengan menangkap gambar tidak benar.
AHM tidak menyelenggarakan program pembagian hadiah motor PCX 50 unit dengan menangkap gambar.
(GFD-2024-20190) Cek Fakta: Klarifikasi Pegawai Non-Muslim Jadi Petugas Haji
Sumber:Tanggal publish: 29/05/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang menyebut ada pegawai non-muslim yang menjadi petugas haji. Postingan itu beredar sejak pekan lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 17 Mei 2024.
Dalam postingannya terdapat tangkapan cuplikan layar dari Kompas TV dengan narasi "Kemenag Libatkan Pegawai Kristen Jadi Petugas Haji"
Akun itu menambahkan narasi:
"Kemenag libatkan pegawai Kristen jadi petugas hajiKemenag knp???!! Apa di negeri ini sudah kehabisan orang Islam yang bisa menjadi petugas haji ? Sehingga harus menjadikan umat agama lain untuk mengurus ibadah umat Islam?"
Lalu benarkah postingan yang menyebut ada pegawai non-muslim yang menjadi petugas haji?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel Liputan6.com berjudul "Pegawai Non Islam Masuk Kepanitiaan Haji di Pare-Pare Jadi Sorotan, Begini Penjelasan Kemenag" yang tayang pada 20 Mei 2024.
Di sana terdapat penjelasan Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie.
"Kita sudah memastikan bahwa dua pegawai non Islam itu dilibatkan hanya sebagai bagian dari panitia pemberangkatan jemaah haji. Jadi keduanya bukan menjadi bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang berangkat ke Tanah Suci. Tugas mereka hanya sampai Embarkasi Makassar," ujar Anna.
Anna menambahkan kepanitiaan yang melibatkan pegawai lintas agama juga terjadi dalam banyak kegiatan Kementerian Agama. Misalnya, Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di sejumlah daerah juga melibatkan umat Islam. Demikian juga dengan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dalam kepanitiannya juga melibatkan pegawai non Islam.
"Jadi ini wilayahnya kepanitiaan untuk bersama, bergotong royong, menyukseskan acara. Adapun pada hal-hal yang sifatnya peribadahan, itu tentu menjadi wilayah masing-masing pemeluk agama, tidak ada campur aduk," kata Anna.
Kesimpulan
Postingan yang menyebut ada pegawai non-muslim yang menjadi petugas haji telah diklarifikasi pihak Kementerian Agama. Keduanya hanya sebagai bagian dari panitia pemberangkatan jemaah haji.
Rujukan
(GFD-2024-20189) Keliru, Konten yang Berisi Klaim Kematian Mendadak yang Dikaitkan dengan Waktu Mandi
Sumber:Tanggal publish: 29/05/2024
Berita
Sebuah unggahan video pendek berisi klaim tentang larangan mandi di tiga waktu tertentu karena menyebabkan kematian mendadak, diunggah oleh akun Facebook ini. Dalam narasi di video, ditulis bahwa mandi tidak boleh dilakukan sembarangan waktu karena jantung sedang melemah sehingga berisiko kematian.
Tiga waktu tersebut adalah 1) 30 menit setelah salat Ashar kondisi darah dalam tubuh sedang panas, 2) setelah Magrib, pukul 18.00-19.00 WIB, dan 3) sesudah salat Isya hingga pukul 24.00 WIB.
Benarkah klaim yang menyebutkan bahwa mandi di tiga waktu tertentu menyebabkan kematian mendadak?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa serangan jantung dan kematian mendadak di kamar mandi tidak terkait dengan tiga waktu mandi.
Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RSUD Dr HM Rabain Muara Enim, Sumatera Selatan, dr. Sondang Jasmine Mustikasari, Sp.JP. Menurutnya, seseorang atau pasien yang sudah pernah menderita penyakit jantung memiliki risiko mengalami serangan jantung.
Risiko tersebut meningkat apabila ada trigger alias pemicunya. Misalnya peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba pada saat pasien emosional atau stress.
Namun peningkatan tekanan darah bisa juga dipicu oleh perbedaan suhu saat mandi. “Kadang saat mandi kulit terkena air yang tiba-tiba suhunya berbeda dari tubuh, memicu peningkatan nadi,” kata Sondang kepada Tempo melalui pesan suara, Selasa, 28 Mei 2024.
Peningkatan nadi secara tiba-tiba tersebut, lanjutnya, dapat mengakibatkan pasien menjadi cemas dan aktivitas saraf simpatisnya meningkat. Peningkatan pada saraf simpatis tersebut dapat menimbulkan serangan jantung.
“Jadi tidak terkait dengan tiga waktu tertentu. Jam berapapun mandi, jika ada perbedaan suhu tubuh dengan air bisa jadi pemicu,” katanya.
Sejauh ini memang tidak ada penelitian yang mengaitkan hubungan serangan jantung dengan waktu mandi. Beberapa studi yang ada menyelidiki kaitan antara kematian di kamar mandi meski sebagian besar penyebab hal ini masih misteri. Riset oleh Yang, dkk (2018) yang menyelidiki kematian yang terkait dengan mandi di Korea periode 2008-2015, menunjukkan dua penyebab utama kematian terkait mandi adalah penyakit kardiovaskular dan keracunan alkohol (pesta minuman keras sebelum mandi). Namun otopsi komprehensi masih dibutuhkan untuk memahami situasi tersebut.
Mereka merekomendasikan strategi pencegahan untuk mengurangi kematian tersebut dengan berendam dengan waktu yang cukup di bak mandi, terutama di kalangan lansia dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya.
Studi autopsi di Jepang oleh Satoh dkk (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar kematian mendadak yang terjadi saat mandi terjadi pada musim dingin dan sebagian besar terjadi pada lansia. Kesimpulannya, memang terdapat hubungan kondisi-kondisi fisik tertentu yang spesifik terhadap penuaan. Contohnya fibrilasi atrium, yang meningkat seiring bertambahnya usia.
Studi tersebut menguji perubahan histologis pada pembuluh darah jantung (vena pulmonalis) dari korban kematian mendadak di bak mandi dan membandingkannya dengan individu kontrol. Mereka membandingkan 35 kematian mendadak yang terjadi saat mandi dan 34 kematian karena kecelakaan atau kematian yang disebabkan oleh penyakit yang tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Hasil studi menunjukkan pada kelompok yang mengalami kematian mendadak saat mandi, hasil autopsi menunjukkan 28 di antaranya mengalami pembesaran jantung (kardiomegali). Mandi air panas juga dapat menyebabkan aritmia supraventrikular seperti fibrilasi atrium, kondisi ketika serambi (atrium) jantung berdenyut dengan tidak beraturan dan cepat. Gejala utama aritmia supraventrikular adalah detak jantung cepat, yakni melebihi 100 detak/menit (bpm).
"Jadi bagi yang punya riwayat penyakit jantung, memang harus hati-hati saat mandi. Termasuk memperhatikan perbedaan suhu air dan kulitnya, jangan sampai terlalu berbeda. Jika mau menyamakan suhunya bisa dengan berendam terlebih dahulu," tambah Sondang, merujuk pada studi itu.
Penelitian lain di Jepang yang mengobservasi 4.593 kejadian meninggal di kamar mandi menunjukkan, petugas gawat darurat melaporkan bahwa 79% serangan jantung mendadak terjadi pada korban yang wajahnya terendam air bak mandi, sedangkan 18% korban selamat yang wajahnya terendam air bak mandi.
Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa kecelakaan, termasuk kejadian tidak mematikan, sering terjadi. Gejala utamanya adalah gangguan kesadaran dan kelesuan yang ditandai dengan gangguan fungsional dan disertai peningkatan suhu tubuh. Temuan tersebut menunjukkan bahwa suhu tubuh yang mengalami demam saat direndam dalam air panas menyebabkan pasien tenggelam.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan bahwa mandi di tiga waktu tertentu bisa menyebabkan serangan jantung dan kematian adalah keliru.
Mandi pada waktu-waktu tertentu tidak menyebabkan seseorang meninggal dunia. Risiko serangan jantung dimiliki orang atau pasien yang sudah pernah menderita penyakit jantung, meski peningkatan tekanan darah bisa juga dipicu oleh perbedaan suhu saat mandi.
Rujukan
- https://www.facebook.com/watch/?ref=search&v=5323409591027297&external_log_id=9b1fbb51-f7e8-40d7-865d-16bbf3561de3&q=mandi%20di%20tiga%20waktu%20ini%20sebabkan%20kematian
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5879039/
- https://www.scirp.org/journal/paperinformation?paperid=55369
- https://www.jstage.jst.go.jp/article/internalmedicine/58/1/58_0825-18/_article/-char/ja/
- https://wa.me/6281315777057 mailto:cekfakta@tempo.co.id
Halaman: 1691/6115