• (GFD-2024-21355) [KLARIFIKASI] Satire, Foto Kapal Penjaga Pantai China Melintas di Banjir Manila

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/07/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar foto kapal penjaga pantai atau coast guard China melintas di jalanan Manila, Filipina, yang tergenang banjir.

    Foto itu beredar saat Manila dan kota sekitarnya terendam banjir akibat hujan deras yang dibawa Topan Gaemi pada Rabu (24/7/2024).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, foto itu perlu diluruskan.

    Foto kapal penjaga pantai China melintas di jalanan Manila yang tergenang banjir dibagikan oleh akun Facebook ini pada Rabu (24/7/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    LOOK: Chinese Coast Guard crossing along EDSA (LIHAT: Penjaga Pantai China melintas di sepanjang EDSA)

    Untuk diketahui, Epifanio de los Santos atau biasa disebut Edsa, adalah jalan raya melingkar dengan akses terbatas di sekitar Manila.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com, menelusuri foto tersebut, menggunakan Google Search. Hasilnya, foto serupa ditemukan di pemberitaan Manila Standard, pada 23 September 2023.

    Namun, foto yang dimuat Manila Standard tidak menunjukkan kapal penjaga pantai China melintas di tengah banjir yang menggenangi Edsa.

    Adapun konten yang diunggah di media sosial merupakan hasil manipulasi yang digunakan sebagai guyonan. Konten itu bisa dikategorikan satire.

    Dilansir Reuters, hujan deras akibat Topan Gaemi menyebabkan banjir di Manila dan kota-kota di sekitarnya.

    Banjir itu memaksa pihak berwenang untuk menutup sekolah, kantor, dan membatalkan penerbangan pada Rabu (24/7/2024).

    Topan Gaemi tidak menerjang daratan Filipina, tetapi telah meningkatkan hujan musiman, yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir selama beberapa hari terakhir.

    Setidaknya 12 orang tewas dan lebih dari 600.000 orang mengungsi akibat badai tersebut.

    Penjaga pantai Filipina mengatakan, 260 penumpang dan 16 kapal terdampar di pelabuhan, sementara maskapai penerbangan membatalkan 114 penerbangan dari Manila.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, foto kapal penjaga pantai China melintas di jalanan Manila yang tergenang banjir perlu diluruskan.

    Foto itu adalah hasil manipulasi dari foto asli yang dimuat Manila Standard, pada 23 September 2023. Foto asli hanya menunjukkan banjir menggenangi Edsa, Manila.

    Konten itu kemungkinan adalah satire terkait situasi Manila pada Rabu (24/7/2024) yang dilanda banjir akibat hujan deras yang dibawa Topan Gaemi.

    Rujukan

  • (GFD-2024-21354) Cek Fakta: Hoaks Foto Ikan Mutan Ditemukan Nelayan di India

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/07/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto yang diklaim ikan mutan ditemukan nelayan di India beredar di media sosial. Foto tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 11 April 2024.
    Dalam foto tersebut terlihat seorang pria berpose dengan ikan hasil tangkapannya di pinggir sungai. Namun, penampakan ikan tersebut terlihat aneh dan memiliki gigi taring yang cukup panjang. Foto itu kemudian dikaitkan dengan kabar bahwa penemuan ikan mutan oleh seorang nelayan di India.
    "A mutant fish that resembles a cross between a tiger and a fish is caught by Indian fishermen," tulis salah satu akun Facebook.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 197 kali direspons dan mendapat 36 komentar dari warganet.
    Benarkah dalam foto itu merupakan ikan mutan yang ditemukan seorang nelayan di India? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri foto yang diklaim ikan mutan ditemukan nelayan di India. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah foto tersebut ke situs isitai.com. Situs tersebut bisa mengidentifikasi sebuah gambar apakah hasil rekayasa atau asli.
    Hasilnya, foto yang diklaim merupakan ikan mutan ditemukan nelayan di India ternyata merupakan hasil rekayasa digital dengan menggunakan perangkat kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
    Penelusuran juga dilakukan dengan mengunggah foto tersebut ke situs fakeimagedetector.com. Lagi-lagi, hasilnya juga menunjukkan bahwa foto itu merupakan hasil rekayasa digital.
    Berikut gambar tangkapan layarnya.
    Penelusuran selanjutnya juga dilakukan dengan memasukkan kata kunci "fish mutant found in india" di kolom pencarian Google Search. Hasilnya, tidak ada informasi valid yang mendukung klaim tersebut.
     

    Kesimpulan


    Foto yang diklaim ikan mutan ditemukan nelayan di India ternyata tidak benar alias hoaks. Faktanya, foto tersebut merupakan hasil rekayasa digital menggunakan perangkat kecerdasan buatan (AI). Tidak ada informasi valid yang mendukung klaim tersebut.
     

    Rujukan

  • (GFD-2024-21353) Keliru, Klaim bahwa Nikola Tesla Menyatakan Frekuensi Suara Dapat Menyembuhkan Penyakit

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/07/2024

    Berita



    Sebuah akun Facebook [ arsip ] mengunggah sebuah video dengan narasi bahwa frekuensi suara tertentu dapat menyembuhkan tubuh yang sakit.

    Narator video ini mengatakan “ Dokter gak mau kamu tau soal fakta ini, setiap masalah yang terjadi dalam tubuh kamu, ada frekuensi yang bisa nyembuhin. Nikola Tesla sendiri bilang, "Kalau kamu mau menemui rahasia alam semesta, pikirin soal frekuensi. Kalau kamu punya masalah tidur, dengerin frekuensi 3 Hz. Frekuensi yang bikin relax ini bakal bikin tiburninya. Kalau kamu punya anxiety, dengerin frekuensi 432 Hz. Getaran harmonis ini bakal bikin kalem otak kamu yang resah dan gak bisa berhenti mikir. Kalau kamu merasa gak enak badan, dengerin frekuensi 528 Hz. Yang bakal bantu nyembuhin kamu. Karena membantu memfasilitasi regenerasi soal tubuh. Kalau ada bagian tubuh yang sakit, dengerin frekuensi 147 Hz. Yang bisa meringankan rasa sakit kamu. Kalau kamu kurang berenergi, dengerin frekuensi 417 Hz. Daya tahan tubuh kamu dan energi kamu akan meningkat.”



    Sejak diunggah video ini mendapatkan 32,4 ribu suka, 486 komentar dan bagikan 10 ribu kali oleh pengguna Facebook. Benarkah mendengarkan suara dengan frekuensi tertentu dapat sembuhkan penyakit? Berikut pemeriksaan faktanya.

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim ini dengan sumber terbuka dan pernyataan pakar.

    Klaim 1: Tentang Nikola Tesla

    Narator dalam video ini mengutip Nikola Tesla “Kalau kamu mau menemui rahasia alam semesta, pikirin soal frekuensi”. Nikola Tesla (1856-1943) merupakan Insinyur dan fisikawan Serbia-Amerika, penemu terobosan dalam produksi, transmisi, dan aplikasi tenaga listrik. Ia menciptakan motor arus bolak-balik (AC) pertama dan mengembangkan teknologi pembangkitan dan transmisi AC. 

    Penelusuran Tempo menemukan kutipan atau quote yang diklaim dari Nikola Tesla banyak ditulis di website dan media sosial. Namun kutipan tersebut tidak menunjukan referensi yang kredibel. Satu-satunya sumber yang dirujuk adalah pernyataan Ralph Bergstresser yang mengklaim telah mendengar hal ini dari Tesla dalam sebuah percakapan. 

    Satu-satunya buku yang ditulis Nikola Tesla sendiri berjudul “My Inventions". Buku ini merupakan autobiografi yang berisi perjalanan kehidupan, upaya pertama dalam penemuan, penemuan medan magnet yang berputar, koil dan transformator Tesla, pemancar pembesar, dan beberapa percobaan lainnya. Buku ini dapat dibaca di link ini. Buku lain yang dianggap komprehensif membahas ide Tesla ditulis oleh W. Bernard Carlson berjudul “ Tesla: Inventor of the Electrical Age”.

    Sejumlah kutipan Tesla dipublikasikan pada laman IEEE, yang dikelola oleh asosiasi profesional teknik elektronika, teknik elektro, dan disiplin ilmu terkait di Amerika. Tidak ditemukan quotes terkait rahasia alam dan frekuensi. Walau sering ditemukan di berbagai publikasi, klaim kutipan tersebut tidak dapat dibuktikan secara sahih bersumber dari Tesla.

    Klaim 2: Frekuensi Suara Dapat Menyembuhkan Penyakit

    Tempo menemukan video yang diunggah akun Facebook tersebut di atas identik dengan video yang beredar di TikTok. Narasinya sama persis, yang berbeda hanya naratornya.

    Dilansir Logically Fact, konsep penggunaan frekuensi tertentu, yang sering disebut sebagai “frekuensi Hz”, untuk manfaat kesehatan telah dikaitkan dengan berbagai praktik pseudosains dan pengobatan alternatif. Namun, pernyataan ini telah lama diperdebatkan, karena bukti ilmiah pendukung tidak tersedia dan dianggap tidak kredibel.

    Profesor Produksi dan Teknik Musik di Berklee College of Music Susan Rogers kepada Logically Facts mengatakan "Sistem saraf kita bergetar dengan gelombang aktivitas tersinkronisasi yang berlangsung sepanjang waktu; tidak berarti bahwa mendengarkan frekuensi tertentu akan membuat sistem berperilaku dengan cara tertentu. Frekuensi suara dan warna sama sekali tidak istimewa," kata Rogers.

    Ia juga menjelaskan, perbedaan utama antara yang masuk akal dan yang tidak masuk akal adalah bahwa ketika sesuatu itu benar terjadi di alam, kita bisa memprediksi kapan, di mana, bagaimana, dan pada siapa hal itu akan terjadi. 

    “Jika sebuah teknik dapat menyembuhkan satu orang, maka teknik tersebut seharusnya dapat menyembuhkan orang lain. Jika klaim ini benar, maka akan ada bukti yang dipublikasikan di jurnal sains yang telah ditelaah sejawat. Sejauh ini, belum ada,” lanjutnya.



    Dalam jurnal berjudul “The effect of auditory stimulation using delta binaural beat for a better sleep and post-sleep mood: A pilot study” dijelaskan bahwa stimulasi pendengaran dengan delta binaural beat merupakan metode yang murah dan alternatif untuk pengobatan. Pada penelitian ini, stimulasi pendengaran dengan delta binaural beat meningkatkan parameter tidur seperti kegagalan tidur, jumlah terbangun, durasi tidur yang sebenarnya, kualitas tidur, dan perasaan setelah bangun tidur.

    Meskipun dalam penelitian ini musik dan suara dapat membuat rileks dan berdampak positif pada suasana hati dan emosi, klaim bahwa frekuensi tertentu secara langsung mempengaruhi penyembuhan fisik atau regenerasi tubuh tidak didukung oleh penelitian ilmiah yang ketat. Riset ini masih terbatas dan bukti-bukti ilmiah belum komprehensif. Oleh sebab itu musik atau suara tidak boleh dianggap sebagai pengganti perawatan atau terapi medis berbasis bukti.

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan klaim pernyataan Nikola Tesla bahwa frekuensi dapat menyembuhkan penyakit adalah keliru.

    Nikola Tesla memang bekerja meneliti frekuensi dan medan elektromagnetik. Namun tidak ditemukan kutipan Tesla terkait rahasia alam dan frekuensi. Walaupun sering ditemukan di berbagai publikasi, klaim kutipan tersebut tidak dapat dibuktikan secara sahih bersumber dari Tesla.

    Rujukan

  • (GFD-2024-21352) Keliru, Video yang Diklaim Warga Kalimantan Bertingkah Tak Wajar Karena Mabuk Kecubung

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/07/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di WhatsApp, YouTube, serta unggahan Facebook ini, ini, dan ini, yang diklaim memperlihatkan dampak maraknya konsumsi buah kecubung di Kalimantan.

    Konten itu berisi beberapa video yang memperlihatkan sejumlah perempuan menari di jalan, seseorang duduk di tengah jalan, dan perilaku-perilaku tak biasa lainnya. Dikatakan bahwa orang-orang tersebut merupakan warga Kalimantan korban konsumsi buah kecubung, yang berakibat linglung dan melakukan kegiatan yang tak wajar.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah video itu memperlihatkan warga Kalimantan yang mabuk kecubung?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo memverifikasi narasi tersebut menggunakan layanan reverse image search dari Google, Yandex, dan Bing, sehingga ditemukan informasi selengkapnya terkait video yang disertakan.

    Berikut hasil penelusurannya:

    Verifikasi Video

    Video 1



    Video yang beredar diawali menampilkan sejumlah perempuan yang melakukan gerakan mengikuti musik. Video itu diklaim terjadi di Kalimantan baru-baru ini, dan dikatakan memperlihatkan orang-orang yang terpengaruh konsumsi buah kecubung.

    Padahal video itu pernah beredar di Thailand tahun 2018. Sebuah akun mengunggah versi video lebih panjang di YouTube dengan memberikan keterangan yang diterjemahkan artinya: Gerakan tari remaja dan wanita yang menyebalkan dalam parade.

    Video 2



    Pada menit ke-1:11 video yang beredar memperlihatkan seorang pria yang dibonceng naik sepeda motor. Pria ini juga diklaim warga Kalimantan yang berkelakuan aneh karena mengkonsumsi kecubung.

    Dilansir Antara, Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan Kombes Pol Adam Erwindi menjelaskan pria di atas motor tersebut telah dimintai keterangan. Dia mengaku tidak mengkonsumsi buah kecubung melainkan terpengaruh pil putih, hingga bertingkah aneh sebagaimana terlihat dalam video.

    "Dua korban yang videonya viral berinisial AR dan S, yakni perempuan dengan mulut berbusa dan laki-laki kaos hitam di atas motor, mengaku hanya mengonsumsi obat putih tanpa merek dibeli Rp25 ribu," kata Adam.

    Video 3



    Video yang beredar pada menit ke-2 juga memperlihatkan seseorang yang duduk di tengah jalan, yang diklaim tengah terpengaruh konsumsi buah kecubung di Kalimantan. Dilansir Detik.com, pria di tengah jalan itu mengalami halusinasi hebat dan diantar ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

    Kasi Humas dan Informasi RSJ Sambang Lihum, Budi Harmanto, sejumlah pasien tersebut masuk dalam kondisi mengalami halusinasi hebat. Keterangan dari kepolisian menyebutkan orang-orang tersebut tidak sedang terpengaruh tanaman kecubung, melainkan telah mengkonsumsi pil putih tanpa merk.

    Duduk Perkara Halusinasi Massal

    Dilansir Tempo, peristiwa tersebut terungkap dari masuknya sejumlah orang ke RSJ Sambang Lihum sejak tanggal 5 Juli 2024. Sampai sekitar tanggal 20 Juli 2024, jumlah pasien dengan keluhan yang sama menjadi 56 orang.

    Pasien-pasien berusia antara 22 sampai 50 tahun itu berasal dari berbagai daerah, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Batola, dan Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. 

    Dua pasien dilaporkan meninggal dunia pada tanggal 15 Juli 2024. Awalnya pil putih tanpa jenama yang menyebabkan kondisi tersebut diduga berbahan kecubung, karena konsumsi tanaman itu juga menyebabkan munculnya halusinasi.

    Namun, hasil pemeriksaan terbaru menunjukkan bahan pembuatan pil tersebut adalah parasetamol, carisoprodol, dan kafein. Ketiganya diduga bisa memunculkan efek samping mabuk seperti mengkonsumsi buah kecubung.

    Selanjutnya, berdasarkan keterangan kepolisian setempat, pil putih tersebut masih diperiksa kandungannya di Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan warga Kalimantan yang berhalusinasi karena terpengaruh kecubung adalah keliru.

    Video sejumlah perempuan yang menari di jalan, sesungguhnya telah beredar sejak tahun 2018, bukan direkam di Kalimantan baru-baru ini. Video orang-orang di jalanan tersebut, bukan karena efek kecubung tapi bagian dari gerakan tarian.  

    Rujukan