• (GFD-2024-22517) [Belum Terbukti]: Pijat area jempol dapat menyembuhkan mata yang rabun

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 09/09/2024

    Berita

    Dua titik pijat untuk mata rabun, pandangan tidak jelas.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah klaim di media sosial bahwa dengan memijit area jempol dapat menyembuhkan rabun pada mata.

    Namun setelah dilakukan penelusuran klaim tersebut tidak benar.

    Disadur dari artikel periksa fakta kompas, Dr. Mario Marbungaran Hutapea, seorang dokter spesialis mata di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menekankan bahwa narasi yang menyebutkan bahwa memijat jempol dapat mengobati rabun dan pandangan kabur belum terbukti secara ilmiah. Menurutnya, metode ini lebih termasuk dalam terapi alternatif seperti akupresur, sebuah teknik pengobatan tradisional dari China yang melibatkan penekanan pada bagian tubuh tertentu. Namun, Dr. Mario menegaskan bahwa efektivitas akupresur untuk masalah mata belum teruji dalam penelitian ilmiah yang valid.

    Lebih lanjut, Dr. Mario menjelaskan bahwa dalam kedokteran modern, metode akupresur tidak diajarkan sebagai bagian dari penanganan masalah mata. Untuk mereka yang mengalami rabun dan ingin menghindari ketergantungan pada kacamata, pilihan pengobatan yang diakui secara medis biasanya adalah melalui prosedur bedah. Dengan demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan klaim bahwa pijat jempol dapat menjadi solusi efektif untuk masalah rabun dan pandangan kabur.

    Dengan demikian klaim tersebut tidak benar dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Klaim memijat area jempol mengatasi mata yang rabun tidak benar. Dokter spesialis mata Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Mario Marbungaran Hutapea menjelaskan, di dunia kedokteran apabila seorang mengalami rabun dan tidak ingin bergantung pada kacamata harus dilakukan operasi.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22516) [SALAH]: Perubahan iklim adalah hasil rekayasa

    Sumber: instagram.com
    Tanggal publish: 09/09/2024

    Berita

    Perubahan iklim adalah Hoax

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah klaim di media sosial bahwa perubahan iklim adalah sebuah hasil dari rekayasa.

    Namun setelah dilakukan penelusuran klaim tersebut tidak benar.

    Faktanya, Video yang disebutkan berasal dari akun YouTube CapitalClubCuts pada 30 April 2023 dan telah diunggah ulang di akun YouTube lain. Dalam video tersebut, Luke Belmar, seorang influencer dan pendiri Capital Club, berbicara tentang perubahan iklim. Belmar menyebut perubahan iklim sebagai “hoax” yang diciptakan oleh institusi besar. Sebagai latar belakang, Luke Belmar dikenal membuat konten seputar investasi, pemasaran digital, dan mata uang kripto.

    Namun, secara ilmiah, perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca, yang dapat terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Akan tetapi, sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas), telah menjadi penyebab utama perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil ini menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana, yang berfungsi seperti selimut yang memerangkap panas di atmosfer bumi, meningkatkan suhu global.

    Menurut laman UN Indonesia, konsentrasi gas rumah kaca saat ini berada pada level tertinggi dalam dua juta tahun terakhir. Akibatnya, suhu bumi sekarang 1,1°C lebih hangat dibandingkan akhir tahun 1800-an, dan dekade 2011-2020 menjadi yang terpanas dalam catatan sejarah. Dampak dari perubahan iklim ini sudah dirasakan, termasuk kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hutan, naiknya permukaan laut, pencairan es di kutub, badai yang semakin dahsyat, dan penurunan keanekaragaman hayati.

    NASA menyatakan bahwa 97% ilmuwan iklim aktif sepakat bahwa pemanasan global saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Selain itu, U.N.’s Intergovernmental Panel on Climate Change dalam laporannya menyebutkan bahwa ada probabilitas 95-100% bahwa peningkatan suhu rata-rata global sejak 1951 disebabkan oleh aktivitas manusia. Untuk mengatasi perubahan iklim, PBB dalam laporan tahun 2018 menyarankan pembatasan kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5°C untuk meminimalkan dampak terburuk dan mempertahankan kondisi iklim yang layak huni. Beberapa langkah mitigasi yang diusulkan mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca, adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, dan pendanaan untuk proyek-proyek pengurangan risiko. Perjanjian Paris juga mendorong negara-negara untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2050, dengan pengurangan emisi sekitar setengahnya pada tahun 2030.

    Dengan demikian klaim perubahan iklim hasil rekayasa tidaklah benar dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Klaim perubahan iklim adalah hasil rekayasa tidak benar. Perubahan iklim pada mulanya terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, sejak penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak gas, dan aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22515) [SALAH]: Prof. Budi Indarto sarankan cuci ginjal alami dengan rebusan seledri

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 09/09/2024

    Berita

    Alhamdulillah …… . Ternyata Biaya untuk Cuci Ginjal kurang dari : Rp. 10.000 saja ! . TIPS CUCI GINJAL ALAMIAH . Selama bertahun2 Ginjal kita menyaring darah dgn cara membuang : Garam, Racun & zat2 lain yg tidak diinginkan memasuki tubuh kita.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah klaim bahwa Profesor Budi Indarto memberikan saran untuk mencuci ginjal dengan menggunakan daun seledri.

    Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim tersebut tidak benar.

    Berdasarkan pemeriksaan pada laman Cek Dokter yang disediakan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), tidak ditemukan nama “Budi Indarto” baik dengan memasukkan nama depan atau belakang secara terpisah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada dokter terdaftar dengan nama tersebut di KKI.

    Selain itu, pencarian melalui Google Scholar untuk penelitian yang terkait dengan daun seledri dan kesehatan ginjal juga tidak menunjukkan adanya keterlibatan nama “Budi Indarto.” Walaupun terdapat berbagai studi tentang manfaat daun seledri dalam konteks kesehatan ginjal, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa air rebusan seledri efektif sebagai terapi cuci ginjal. Informasi yang menyatakan bahwa air rebusan seledri dapat digunakan untuk terapi gagal ginjal tampaknya telah beredar sejak 2015 di media sosial dan forum daring, namun tidak didukung oleh bukti ilmiah yang sah.

    Dokter konsultan ginjal dan hipertensi telah menjelaskan bahwa pengobatan yang diakui secara medis untuk gagal ginjal mencakup hemodialisis, peritoneal dialysis, dan transplantasi ginjal. Sementara itu, Prof. Taofik Rusdiana dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran menyatakan bahwa daun seledri menunjukkan potensi dalam pengobatan batu ginjal berdasarkan studi in vitro dan in vivo, tetapi tidak ada bukti ilmiah yang mendukung penggunaan seledri sebagai pengganti prosedur medis yang telah terbukti efektif untuk gagal ginjal.

    Dengan demikian, klaim tentang Prof. Budi Indarto dan penelitian daun seledri untuk cuci ginjal tidak didukung oleh bukti-bukti dari sumber resmi atau ilmiah yang dapat dipercaya sehingga masuk kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Klaim Profesor Budi Indarto menyarankan cuci ginjal dengan rebusan daun seledri tidak benar. Tidak ditemukan profesor di bidang kesehatan dengan nama tersebut. Istilah cuci ginjal juga tidak ada dalam pengobatan gagal ginjal secara medis, melainkan yang benar adalah cuci darah. Cuci darah tidak bisa digantikan dengan minum air rebusan seledri.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22514) [SALAH]: Frekuensi dapat menyembuhkan penyakit

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 09/09/2024

    Berita

    Jika seseorang sedang sakit bisa dipastikan sistem frekuensi dalam molekul tubuhnya tidak sinkron.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah klaim bahwa frekuensi dapat menyembuhkan penyakit.

    Namun setelah dilakukan penelusuran klaim tersebut tidak benar.

    Narator dalam video tersebut mengutip pernyataan yang diklaim berasal dari Nikola Tesla, “Kalau kamu mau menemui rahasia alam semesta, pikirin soal frekuensi.” Namun, setelah penelusuran lebih lanjut, tidak ditemukan bukti yang kredibel bahwa Tesla pernah mengatakan hal ini. Kutipan tersebut sering muncul di berbagai situs web dan media sosial, tetapi hanya mengacu pada pernyataan Ralph Bergstresser, yang mengklaim mendengar kutipan itu dari Tesla dalam percakapan pribadi.

    Nikola Tesla memang dikenal sebagai seorang penemu dan ilmuwan yang melakukan terobosan besar dalam bidang tenaga listrik, terutama dalam pengembangan teknologi arus bolak-balik (AC). Namun, satu-satunya buku yang ditulis oleh Tesla sendiri adalah “My Inventions,” sebuah autobiografi yang merinci perjalanan hidup dan berbagai penemuan teknologinya, termasuk motor AC dan transformator Tesla. Buku ini tidak mengandung kutipan yang relevan mengenai rahasia alam semesta dan frekuensi.

    Penelusuran di laman IEEE, yang merupakan organisasi profesional untuk insinyur elektro dan elektronika, juga tidak menemukan kutipan Tesla terkait frekuensi dan rahasia alam semesta. Oleh karena itu, meskipun kutipan ini sering diulang dalam berbagai publikasi, klaim bahwa itu berasal dari Tesla tidak dapat dibuktikan dengan bukti yang sahih.

    Video serupa dengan narasi yang sama telah beredar di berbagai platform media sosial, termasuk Facebook dan TikTok. Klaim tentang frekuensi tertentu yang memiliki manfaat kesehatan sering kali terkait dengan praktik pseudosains dan pengobatan alternatif. Namun, klaim ini banyak diperdebatkan dan kurang didukung oleh bukti ilmiah. Susan Rogers, seorang Profesor Produksi dan Teknik Musik di Berklee College of Music, menjelaskan bahwa meskipun sistem saraf kita memang bergetar dengan aktivitas gelombang, mendengarkan frekuensi tertentu tidak serta-merta menyebabkan perubahan perilaku spesifik dalam sistem saraf.

    Dalam penelitian ilmiah, seperti yang dipublikasikan dalam jurnal “The effect of auditory stimulation using delta binaural beat for a better sleep and post-sleep mood: A pilot study,” ditemukan bahwa stimulasi pendengaran dapat memengaruhi kualitas tidur dan suasana hati. Meskipun demikian, klaim bahwa frekuensi tertentu dapat secara langsung memengaruhi penyembuhan fisik atau regenerasi tubuh tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Musik dan suara dapat memberikan efek relaksasi, tetapi tidak seharusnya dianggap sebagai pengganti untuk perawatan medis yang terbukti secara ilmiah.

    Dengan demikian klaim mengenai frekuensi dapat menyembuhkan penyakit tidak benar dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Klaim bahwa frekuensi tertentu secara langsung mempengaruhi penyembuhan fisik atau regenerasi tubuh tidak didukung oleh penelitian ilmiah yang ketat. Riset ini masih terbatas dan bukti-bukti ilmiah belum komprehensif. Oleh sebab itu musik atau suara tidak boleh dianggap sebagai pengganti perawatan atau terapi medis berbasis bukti.

    Rujukan