Foto tahun 2015 di SPBU Payaman,Kudus Jawa Tengah. Tidak ada kaitan dengan dilantiknya Komisaris Utama Pertamina baru-baru ini.
[NARASI]
Inilah akibat memilih komisaris kafir. Budaya perusahaan lambat laun akan tidak sesuai dengan syariat Islam.
#KhilafahWillBeBack #MuslimUnitedWithKhilafah #KhilafahBukanRadikalisme
#TolakAtributNatal
(GFD-2020-3612) [SALAH] “Inilah Akibat Memilih Komisaris Kafir”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 25/02/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
[PENJELASAN]
Beredar foto operator SPBU mengenakan atribut Natal saat melayani pembelian BBM(Bahan Bakar Minyak), postingan tersebut diunggah oleh akun twitter @Pejuangtauhidku pada tanggal 23 Desember 2019 pukul 12:00.
Dalam unggahannya @Pejuangtauhidku juga menambahkan narasi “Inilah akibat memilih komisaris kafir. Budaya perusahaan lambat laun akan tidak sesuai dengan syariat Islam”.
Setelah melakukan periksa fakta, foto tersebut merupakan kegiatan rutin untuk menyambut perayaan Natal yang diselenggarakan oleh manajemen SPBU Payaman tahun 2015 silam.
Mandor SPBU Payaman Ema Susiati mengatakan, pada perayaan Natal memang biasanya karyawan SPBU akan mengenakan aksesoris Natal. Seperti halnya bando untuk pegawai perempuan dan topi kacamata motif Santa untuk pegawai putra.
Kegiatan yang sudah berjalan 10 tahun terakhir ini juga bukan hanya ketika perayaan Natal saja. Namun untuk Hari Idul Fitri maupun Ramadan, pihak SPBU juga menyesuaikan. ”Pemakaian aksesoris itu bukan hanya Natal saja. Namun ketika Idul Fitri pegawai SPBU juga mengenakan baju muslim,” ungkapnya.
Adapun Komisaris Pertamina 2015 adalah Tanri Abeng SE,MBA. Pria kelahiran Selayar 7 Maret 1942 tersebut merupakan seorang Muslim. Beliau digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama yang dilantik pada 25 November 2019.
KESIMPULAN:
Konten yang Menyesatkan, postingan @Pejuangtauhidku mengunggah foto peristiwa tahun 2015 dan dikaitkan dengan dilantiknya Komisaris Utama Pertamina 2019 Basuki Tjahaja Purnama untuk membuat isu dimasyarakat.
Beredar foto operator SPBU mengenakan atribut Natal saat melayani pembelian BBM(Bahan Bakar Minyak), postingan tersebut diunggah oleh akun twitter @Pejuangtauhidku pada tanggal 23 Desember 2019 pukul 12:00.
Dalam unggahannya @Pejuangtauhidku juga menambahkan narasi “Inilah akibat memilih komisaris kafir. Budaya perusahaan lambat laun akan tidak sesuai dengan syariat Islam”.
Setelah melakukan periksa fakta, foto tersebut merupakan kegiatan rutin untuk menyambut perayaan Natal yang diselenggarakan oleh manajemen SPBU Payaman tahun 2015 silam.
Mandor SPBU Payaman Ema Susiati mengatakan, pada perayaan Natal memang biasanya karyawan SPBU akan mengenakan aksesoris Natal. Seperti halnya bando untuk pegawai perempuan dan topi kacamata motif Santa untuk pegawai putra.
Kegiatan yang sudah berjalan 10 tahun terakhir ini juga bukan hanya ketika perayaan Natal saja. Namun untuk Hari Idul Fitri maupun Ramadan, pihak SPBU juga menyesuaikan. ”Pemakaian aksesoris itu bukan hanya Natal saja. Namun ketika Idul Fitri pegawai SPBU juga mengenakan baju muslim,” ungkapnya.
Adapun Komisaris Pertamina 2015 adalah Tanri Abeng SE,MBA. Pria kelahiran Selayar 7 Maret 1942 tersebut merupakan seorang Muslim. Beliau digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama yang dilantik pada 25 November 2019.
KESIMPULAN:
Konten yang Menyesatkan, postingan @Pejuangtauhidku mengunggah foto peristiwa tahun 2015 dan dikaitkan dengan dilantiknya Komisaris Utama Pertamina 2019 Basuki Tjahaja Purnama untuk membuat isu dimasyarakat.
Rujukan
(GFD-2020-3611) [SALAH] Ledakan Dahsyat di Kota Wuhan Yang Disembunyikan Pemerintah China
Sumber: youtube.comTanggal publish: 25/02/2020
Berita
Sebuah channel youtube bernama Coronavirus from wuhan mengupload sebuah video yang diklaim sebagai ledakan dahsyat di kota Wuhan yang informasinya disembunyikan pemerintah China. Fakatnya, video tersebut sudah beredar sejak tahun 2015 lalu, dan lokasi ledakan tersebut terjadi di kawasan industri timur laut Kota Tianjin China dan bukan di kota Wuhan serta tidak ada kaitannya dengan wabah virus corona saat ini.
[NARASI]:
A powerful explosion occurred in Wuhan.The Chinese government is hiding this information.Coronavirus
(Sebuah ledakan dahsyat terjadi di Wuhan. Pemerintah Cina menyembunyikan informasi ini. Koronavirus)
[NARASI]:
A powerful explosion occurred in Wuhan.The Chinese government is hiding this information.Coronavirus
(Sebuah ledakan dahsyat terjadi di Wuhan. Pemerintah Cina menyembunyikan informasi ini. Koronavirus)
Hasil Cek Fakta
Sebuah channel youtube bernama Coronavirus from wuhan mengupload sebuah video yang diklaim sebagai ledakan besar yang terjadi di kota Wuhan yang infromasinya disembunykan pemerintah China serta dikorelasikan dengan wabah virus corona.
Video yang diupload pada 8 februari 2020 oleh channel yotube tersebut hinggal kini telah ditonton sebanyak 938 kali.
Setelah dilakukan penelusuran menggunakan tools pencarian gambar, ditemukan video serupa yang diupload oleh channel youtube BBC News pada 14 agustus 2015 lalu yang berjudul “Tianjin explosion video captures fear of eyewitnesses – BBC News”. Rekaman tersebut diambil oleh seseorang bernama Dan Van Duren dari jendela tempat tinggalnya.
Selain itu, video ledakan tersebut juga terdapat pada artikel website euronews.com yang tayang pada 12 agustus 2015 dengan judul ” Video footage shows massive explosion in Tianjin, China”.
Dalam artikel euronews.com menyebutkan bahwa ledakan dahsyat terjadi di kawasan industri timur laut Kota Tianjin China.
Dua ledakan yang terjadi Rabu malam menewaskan sedikitnya 80 orang, termasuk puluhan petugas pemadam kebakaran. Sementara itu, sekitar 700 orang terluka, di mana 71 diantaranya menderita luka serius.
Ledakan bersumber dari sebuah gudang yang digunakan untuk menyimpan bahwan kimia beracun dan berbahaya. Beberapa diantara zat berbahaya di gudang tersebut yakni amonium nitrat, potassium nitrat, dan kalsium karbit.
Media negara Tiongkok melaporkan bahwa ledakan awal berasal dari material-material berbahaya yang tidak diketahui di kontainer-kontainer kapal di sebuah gudang penyimpanan yang dimiliki oleh Ruihai Logistics, sebuah firma yang mengkhususkan diri dalam menangani material-material berbahaya.
Video yang diupload pada 8 februari 2020 oleh channel yotube tersebut hinggal kini telah ditonton sebanyak 938 kali.
Setelah dilakukan penelusuran menggunakan tools pencarian gambar, ditemukan video serupa yang diupload oleh channel youtube BBC News pada 14 agustus 2015 lalu yang berjudul “Tianjin explosion video captures fear of eyewitnesses – BBC News”. Rekaman tersebut diambil oleh seseorang bernama Dan Van Duren dari jendela tempat tinggalnya.
Selain itu, video ledakan tersebut juga terdapat pada artikel website euronews.com yang tayang pada 12 agustus 2015 dengan judul ” Video footage shows massive explosion in Tianjin, China”.
Dalam artikel euronews.com menyebutkan bahwa ledakan dahsyat terjadi di kawasan industri timur laut Kota Tianjin China.
Dua ledakan yang terjadi Rabu malam menewaskan sedikitnya 80 orang, termasuk puluhan petugas pemadam kebakaran. Sementara itu, sekitar 700 orang terluka, di mana 71 diantaranya menderita luka serius.
Ledakan bersumber dari sebuah gudang yang digunakan untuk menyimpan bahwan kimia beracun dan berbahaya. Beberapa diantara zat berbahaya di gudang tersebut yakni amonium nitrat, potassium nitrat, dan kalsium karbit.
Media negara Tiongkok melaporkan bahwa ledakan awal berasal dari material-material berbahaya yang tidak diketahui di kontainer-kontainer kapal di sebuah gudang penyimpanan yang dimiliki oleh Ruihai Logistics, sebuah firma yang mengkhususkan diri dalam menangani material-material berbahaya.
Rujukan
(GFD-2020-3610) [SALAH] Foto “Bayi platipus”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 21/02/2020
Berita
Penampakan bayi platipus dalam foto itu merupakan pahatan batu karya Vladimir Matic Kuriljov, seniman asal Serbia. Patung yang diberi judul Stone Platypus Baby itu diwarnai dengan menggunakan cat akrilik.
Akun Moe Pakmoe (fb.com/zonder.nama) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar dari akun instagram Animals Chasers dengan narasi sebagai berikut:
“Bayi platipus, mamalia semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia.
Walaupun berkembangbiak dengan cara bertelur, platipus tetap tergolong kelas mammalia karena ia menyusui anaknya.
Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Platipus“
Akun Moe Pakmoe (fb.com/zonder.nama) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar dari akun instagram Animals Chasers dengan narasi sebagai berikut:
“Bayi platipus, mamalia semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia.
Walaupun berkembangbiak dengan cara bertelur, platipus tetap tergolong kelas mammalia karena ia menyusui anaknya.
Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Platipus“
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, gambar yang diunggah oleh sumber klaim memang adalah postingan foto yang diunggah oleh akun Animals Chasers pada 13 Februari 2020.
Namun, di unggahan itu, akun Animals Chasers sudah menuliskan narasi “This is an art piece created by vmkuriljov” atau yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi : “Ini adalah karya seni yang dibuat oleh vmkuriljov”
Faktanya penampakan bayi platipus dalam foto itu memang merupakan pahatan batu karya Vladimir Matic Kuriljov, seniman asal Serbia. Patung yang diberi judul Stone Platypus Baby itu diwarnai dengan menggunakan cat akrilik.
Platypus (Ornithorhynchus anatinus) adalah spesies hewan yang unik dari Australia. Platipus dikelompokkan ke dalam mamalia monotremata. Kelompok ini dibedakan dari semua mamalia (hewan yang memiliki kelenjar susu) lain karena mereka bertelur.
Ketika pertama kali ditemukan, tampilan yang tidak biasa dari platypus menyebabkan kebingungan dan keraguan di antara para ilmuwan Eropa. Bahkan banyak dari mereka percaya bahwa binatang itu palsu.
Bentuk fisik platypus mirip dengan bebek, sehingga sering juga disebut Duck-billed Platypus atau Bebek Platypus. Namun, ia memiliki keunikan sendiri karena memiliki bentuk badan ramping (streamlined) dan pendek dengan paruh lebar pipih (bill) di bagian depan. Platypus juga memiliki ekor yang ditutupi dengan bulu-bulu kedap air untuk menjaga suhu tubuhnya, kaki berselaput, berwarna coklat gelap hingga coklat kemerahan.
Namun, meskipun platipus jelas-jelas lucu, mereka sebenarnya adalah salah satu dari segelintir mamalia berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.
Platypus jantan menghasilkan racun melalui taji pergelangan kaki (betina tidak berbisa). Racun ini terdiri dari protein seperti defensin, atau DLP, tiga di antaranya hanya ditemukan di platipus, yang meningkatkan faktor keanehan hewan. Racun bisa sangat melukai, tetapi tidak membunuh manusia tetapi bisa mematikan bagi hewan yang lebih kecil. Para ilmuwan berpikir bahwa racun, yang meningkat dalam produksi selama periode kawin, dimaksudkan untuk melumpuhkan jantan saingan.
Berdasarkan hasil penelusuran, gambar yang diunggah oleh sumber klaim memang adalah postingan foto yang diunggah oleh akun Animals Chasers pada 13 Februari 2020.
Namun, di unggahan itu, akun Animals Chasers sudah menuliskan narasi “This is an art piece created by vmkuriljov” atau yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi : “Ini adalah karya seni yang dibuat oleh vmkuriljov”
Faktanya penampakan bayi platipus dalam foto itu memang merupakan pahatan batu karya Vladimir Matic Kuriljov, seniman asal Serbia. Patung yang diberi judul Stone Platypus Baby itu diwarnai dengan menggunakan cat akrilik.
Platypus (Ornithorhynchus anatinus) adalah spesies hewan yang unik dari Australia. Platipus dikelompokkan ke dalam mamalia monotremata. Kelompok ini dibedakan dari semua mamalia (hewan yang memiliki kelenjar susu) lain karena mereka bertelur.
Ketika pertama kali ditemukan, tampilan yang tidak biasa dari platypus menyebabkan kebingungan dan keraguan di antara para ilmuwan Eropa. Bahkan banyak dari mereka percaya bahwa binatang itu palsu.
Bentuk fisik platypus mirip dengan bebek, sehingga sering juga disebut Duck-billed Platypus atau Bebek Platypus. Namun, ia memiliki keunikan sendiri karena memiliki bentuk badan ramping (streamlined) dan pendek dengan paruh lebar pipih (bill) di bagian depan. Platypus juga memiliki ekor yang ditutupi dengan bulu-bulu kedap air untuk menjaga suhu tubuhnya, kaki berselaput, berwarna coklat gelap hingga coklat kemerahan.
Namun, meskipun platipus jelas-jelas lucu, mereka sebenarnya adalah salah satu dari segelintir mamalia berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.
Platypus jantan menghasilkan racun melalui taji pergelangan kaki (betina tidak berbisa). Racun ini terdiri dari protein seperti defensin, atau DLP, tiga di antaranya hanya ditemukan di platipus, yang meningkatkan faktor keanehan hewan. Racun bisa sangat melukai, tetapi tidak membunuh manusia tetapi bisa mematikan bagi hewan yang lebih kecil. Para ilmuwan berpikir bahwa racun, yang meningkat dalam produksi selama periode kawin, dimaksudkan untuk melumpuhkan jantan saingan.
Rujukan
(GFD-2020-3609) [SALAH] “Korban penculikan, ternyata sudah dijahit semua perutnya”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 21/02/2020
Berita
Bukan korban penculikan. Anak itu meninggal karena tenggelam setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air. Jahitan di tubuh bocah tersebut merupakan jahitan post-mortem dari rumah sakit. Peristiwa itu tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Kampung Titian, Tawau, Sabah, Malaysia.
Akun Fatma Herawati Mungkur (fb.com/100010046945560) mengunggah beberapa video dan foto dengan narasi “Korban penculikan,, dikira tenggelam di sungai, jadi goyang badannya,, setelah dibuka bajunya, ternyata sudah dijahit semua perutnya..”
Satu foto yang memperlihatkan mayat seorang anak dengan bekas jahitan di dada dan perut. Video pertama yang berdurasi 53 detik berisi rekaman mayat seorang bocah laki-laki yang terapung di air. Video kedua sepanjang 21 detik memperlihatkan sejumlah warga yang mengguncangkan tubuh bocah tersebut dengan posisi terbalik.
Akun Fatma Herawati Mungkur (fb.com/100010046945560) mengunggah beberapa video dan foto dengan narasi “Korban penculikan,, dikira tenggelam di sungai, jadi goyang badannya,, setelah dibuka bajunya, ternyata sudah dijahit semua perutnya..”
Satu foto yang memperlihatkan mayat seorang anak dengan bekas jahitan di dada dan perut. Video pertama yang berdurasi 53 detik berisi rekaman mayat seorang bocah laki-laki yang terapung di air. Video kedua sepanjang 21 detik memperlihatkan sejumlah warga yang mengguncangkan tubuh bocah tersebut dengan posisi terbalik.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, faktanya klaim bahwa anak itu adalah korban penculikan adalah klaim yang salah.
Anak itu meninggal karena tenggelam setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air. Jahitan di tubuh bocah tersebut merupakan jahitan post-mortem dari rumah sakit. Peristiwa itu tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Kampung Titian, Tawau, Sabah, Malaysia.
Peristiwa yang menimpa bocah laki-laki tersebut belum pernah dilaporkan di media massa. Karena itu, Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran di media sosial agar konteks peristiwa yang sebenarnya bisa terungkap.
Dengan reverse image tools milik Google, Tempo menelusuri foto mayat bocah laki-laki yang viral di atas. Lewat penelusuran ini, Tempo terhubung dengan akun Twitter Mer_Maid, yang mengunggah foto tersebut pada 24 Januari 2020. Pemilik akun ini menulis di profilnya bahwa ia berasal dari Penampang, Sabah, Malaysia.
Tempo pun mendapatkan petunjuk dari beberapa komentar di unggahan akun Mer_Maid tersebut. Peristiwa itu disebut terjadi di belakang masjid Esbok, Tawau, Sabah, Malaysia. Kota ini berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kalimantan Utara. Beberapa akun menjelaskan bahwa bocah itu bukan korban penculikan, melainkan meninggal karena tenggelam. Jahitan di tubuhnya adalah hasil bedah post-mortem dari rumah sakit.
Tempo mencocokkan penjelasan dari beberapa akun itu dengan percakapan warga yang terdengar dari video pertama. Dialog dalam video itu memakai bahasa Melayu, Malaysia. Salah satu dialog yang terdengar dengan jelas adalah “tunggu polis”. Polis merupakan sebutan bagi polisi di Malaysia. Lembaga kepolisian Malaysia misalnya, bernama Polis Diraja Malaysia.
Menurut Zam Yuza, analis konsultasi keamanan regional di Sabah, Tawau menjadi salah satu pusat komunitas campuran Indonesia dan Sabahan. “Two Malay dialects, Indonesian and Sabah, are spoken in the videos (Dua dialek Melayu, Indonesia dan Sabah, digunakan dalam video itu),” kata Yuza saat dihubungi Tempo.
Berbekal petunjuk lokasi tersebut, Tempo mengirimkan e-mail wawancara kepada Pejabat Polis Daerah Tawau pada 18 Februari 2020. Namun, hingga keesokan harinya, e-mail itu tak kunjung dijawab.
Tempo pun mengalihkan pencarian dengan membuat daftar media-media lokal di Sabah dan mengirimkan pesan, baik melalui e-mail maupun media sosial, ke dua redaksi media lokal di sana. Dengan cara ini, Tempo berhasil terhubung ke salah satu jurnalis setempat dan mendapatkan nomor kontak Kepala Polisi Tawau, Asisten Komisaris Polisi Peter Umbuas.
Menurut Peter, narasi bahwa bocah laki-laki yang meninggal itu adalah korban penculikan keliru. Bocah tersebut meninggal karena tenggelam, setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air.
Adapun jahitan pada tubuh anak itu adalah jahitan post-mortem dari rumah sakit. Post-mortem merupakan tindakan pemeriksaan keseluruhan untuk memperoleh dan mencatat data lengkap mengenai korban dan penyebab kematiannya.
“Ini disahkan tidak betul. Gambar yang diviralkan adalah gambar selepas post-mortem,” kata Peter dalam bahasa Melayu lewat pesan WhatsApp kepada Tempo, Kamis, 20 Februari 2020.
Menurut Peter, peristiwa itu terjadi pada 19 Januari 2020 di Tawau Ice Box, atau yang kini disebut dengan Kampung Titingan. Nama Ice Box (dibaca “Esbok”) tersebut sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.
Di Google Maps, sejumlah rumah di Kampung Titingan memang terlihat dibangun di atas air, identik dengan yang terdapat dalam video yang viral di atas. Lokasi kampung air ini pun berada di belakang sebuah masjid, sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, faktanya klaim bahwa anak itu adalah korban penculikan adalah klaim yang salah.
Anak itu meninggal karena tenggelam setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air. Jahitan di tubuh bocah tersebut merupakan jahitan post-mortem dari rumah sakit. Peristiwa itu tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Kampung Titian, Tawau, Sabah, Malaysia.
Peristiwa yang menimpa bocah laki-laki tersebut belum pernah dilaporkan di media massa. Karena itu, Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran di media sosial agar konteks peristiwa yang sebenarnya bisa terungkap.
Dengan reverse image tools milik Google, Tempo menelusuri foto mayat bocah laki-laki yang viral di atas. Lewat penelusuran ini, Tempo terhubung dengan akun Twitter Mer_Maid, yang mengunggah foto tersebut pada 24 Januari 2020. Pemilik akun ini menulis di profilnya bahwa ia berasal dari Penampang, Sabah, Malaysia.
Tempo pun mendapatkan petunjuk dari beberapa komentar di unggahan akun Mer_Maid tersebut. Peristiwa itu disebut terjadi di belakang masjid Esbok, Tawau, Sabah, Malaysia. Kota ini berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kalimantan Utara. Beberapa akun menjelaskan bahwa bocah itu bukan korban penculikan, melainkan meninggal karena tenggelam. Jahitan di tubuhnya adalah hasil bedah post-mortem dari rumah sakit.
Tempo mencocokkan penjelasan dari beberapa akun itu dengan percakapan warga yang terdengar dari video pertama. Dialog dalam video itu memakai bahasa Melayu, Malaysia. Salah satu dialog yang terdengar dengan jelas adalah “tunggu polis”. Polis merupakan sebutan bagi polisi di Malaysia. Lembaga kepolisian Malaysia misalnya, bernama Polis Diraja Malaysia.
Menurut Zam Yuza, analis konsultasi keamanan regional di Sabah, Tawau menjadi salah satu pusat komunitas campuran Indonesia dan Sabahan. “Two Malay dialects, Indonesian and Sabah, are spoken in the videos (Dua dialek Melayu, Indonesia dan Sabah, digunakan dalam video itu),” kata Yuza saat dihubungi Tempo.
Berbekal petunjuk lokasi tersebut, Tempo mengirimkan e-mail wawancara kepada Pejabat Polis Daerah Tawau pada 18 Februari 2020. Namun, hingga keesokan harinya, e-mail itu tak kunjung dijawab.
Tempo pun mengalihkan pencarian dengan membuat daftar media-media lokal di Sabah dan mengirimkan pesan, baik melalui e-mail maupun media sosial, ke dua redaksi media lokal di sana. Dengan cara ini, Tempo berhasil terhubung ke salah satu jurnalis setempat dan mendapatkan nomor kontak Kepala Polisi Tawau, Asisten Komisaris Polisi Peter Umbuas.
Menurut Peter, narasi bahwa bocah laki-laki yang meninggal itu adalah korban penculikan keliru. Bocah tersebut meninggal karena tenggelam, setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air.
Adapun jahitan pada tubuh anak itu adalah jahitan post-mortem dari rumah sakit. Post-mortem merupakan tindakan pemeriksaan keseluruhan untuk memperoleh dan mencatat data lengkap mengenai korban dan penyebab kematiannya.
“Ini disahkan tidak betul. Gambar yang diviralkan adalah gambar selepas post-mortem,” kata Peter dalam bahasa Melayu lewat pesan WhatsApp kepada Tempo, Kamis, 20 Februari 2020.
Menurut Peter, peristiwa itu terjadi pada 19 Januari 2020 di Tawau Ice Box, atau yang kini disebut dengan Kampung Titingan. Nama Ice Box (dibaca “Esbok”) tersebut sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.
Di Google Maps, sejumlah rumah di Kampung Titingan memang terlihat dibangun di atas air, identik dengan yang terdapat dalam video yang viral di atas. Lokasi kampung air ini pun berada di belakang sebuah masjid, sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.
Rujukan
Halaman: 6222/6604