• (GFD-2020-5632) [SALAH] “DONATUR MUSLIM INDONESIA-ARAB SUMBANG UNTUK PASANG IKLAN BERBAYAR”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/11/2020

    Berita

    Donatur Muslim Indonesia + Arab Sumbang Untuk Pasang Iklan Berbayar.
    Reklame Sudah Ber-ijin dan Ber-pajak Mau Apa Lagi Jing

    By. Wira Permana 212

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah akun Facebook bernama Ilham Karkun membagikan sebuah foto papan reklame yang berisi foto Habib Rizieq Shihab dengan penjelasan bahwa donator Muslim Indonesia-Arab Saudi menyumbang pemasangan iklan di reklame berbayar yang sudah mendapat ijin dan membayar pajak.

    Setelah ditelusuri, foto tersebut merupakan foto editan dari berita Jawa Pos yang berjudul “Dua Reklame Bahayakan Pengendara” yang ditulis pada 12 Februari 2020. Pada gambar aslinya, reklame tersebut masih kosong. Keterangan dalam foto tersebut menjelaskan bahwa reklame tersebut sudah lama rusak dan membahayakan para pengguna jalan.

    Berdasarkan seluruh referensi yang ada, “DONATUR MUSLIM INDONESIA-ARAB SUMBANG UNTUK PASANG IKLAN BERBAYAR” merupakan hoaks dengan kategori konten yang dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Aisyah Adilah (Anggota Komisariat MAFINDO Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik Jakarta)

    Faktanya, foto tersebut merupakan editan dari sebuah foto papan reklame yang masih kosong.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5631) [SALAH] Joe Biden Mengangkat Orang India sebagai Penasehat Politik

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/11/2020

    Berita

    (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)

    “#Bignews Presiden baru Amerika, Joe Biden, telah menunjuk Ahmed Khan yang berasal dari India sebagai penasehat politik. Patut diketahui bahwa Ahmeh Khan adalah orang India dan berasal dari Hyderabad. Ini adalah politik tanpa diskriminasi”

    Hasil Cek Fakta

    Pengguna Facebook Ashraf Ali mengunggah serangkaian foto (11/11) yang menunjukkan Joe Biden bersama dengan seorang pria India bernama Ahmed Khan. Dalam unggahan tersebut, juga disertakan keterangan yang menyatakan bahwa Ahmed Khan telah ditunjuk oleh Biden sebagai penasehat politik.

    Berdasarkan hasil penelusuran, Ahmed Khan bukan merupakan penasehat politik Biden, melainkan merupakan anggota tim ‘Draft Biden 2016’ atau dikenal juga dengan nama ‘Ridin’with Biden’, yaitu sebuah tim yang berusaha mendorong Biden untuk maju dalam pemilihan presiden tahun 2016 yang lalu. Melansir dari situs resmi ‘Biden-Harris Transition’, penasehat politik yang telah ditunjuk oleh Biden adalah Steve Ricchetti dan Cedric Richmond.

    Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Ashraf Ali tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang salah / False Context.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Evarizma Zahra (Universitas Diponegoro)

    Informasi yang salah. Faktanya, Ahmed Khan merupakan anggota Draft Biden 2016, bukan merupakan anggota badan penasehat Joe Biden.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5630) [SALAH] Lowongan Kerja di Transjakarta

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/11/2020

    Berita

    “Penerimaan Lowongan kerja di Transjakarta nih.”

    NARASI DALAM GAMBAR:

    “Lowongan Kerja
    Dibutuhkan Ratusan Pengemudi Bus Dan Satgas Pengamanan Serta Petugas Cuci Bus Dengan GAJI YANG TIDAK MENGECEWAKAN

    Kode Lamaran Agar ditulis di Pojok Kanan Atas:
    1. Satgas Pengamanan (SP);
    2. Pengemudi Bus (PB);
    3. Cleaning Service/Cuci Bus (CS/CM);
    Dengan Persyaratan Sebagai Berikut:
    1. Pria Dan Wanita;
    2. Pengemudi Bus Usia Min: 27 Th, Max: 47 Th;
    3. Satgas Pengamanan Dan Petugas Cleaning Service/Cuci Bus Usia Min: 19 Th Dan Max: 30 Th;
    4. Pendidikan Sebagai Berikut:
    – Pengemudi Bus dan Petugas Cleaning Service/Cuci Bus Min: SLTP;
    – Satgas Pengamanan Min: SLTA;
    5. Tinggi Badan Sebagai Berikut:
    – Pengemudi Bus Min: 163 Cm dan Bagi Wanita Min: 158 Cm
    – Satgas Pengamanan Pria Min: 163 Cm dan Bagi Wanita Min: 160 Cm

    Hasil Cek Fakta

    Pengguna Facebook Jimmy mengunggah sebuah foto (19/11) yang menunjukkan informasi tentang lowongan kerja di PT Transjakarta sebagai pengemudi bus, satgas pengamanan, serta petugas cuci bus. Dalam foto tersebut juga dicantumkan logo PT Transjakarta.

    Melansir dari Kompas.com, Plt. Sekretaris Perusahaan dan Humas PT Transjakarta, Angelina Betris, menyatakan bahwa PT Transjakarta masih belum membuka lowongan pekerjaan seperti yang beredar. Angelina juga menyatakan bahwa lowongan pekerjaan di Transjakarta hanya akan dipublikasikan melalui situs resmi transjakarta.co.id maupun melalui media sosial resmi Transjakarta. Akun Facebook resmi PT Transjakarta, PT. Transportasi Jakarta, juga telah mengunggah imbauan kepada masyarakat agar waspada terhadap modus penipuan kerja yang mengatasnamakan Transjakarta.

    Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Jimmy tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Informasi yang salah. Faktanya, PT Transjakarta telah menyatakan bahwa lowongan kerja di Transjakarta hanya akan dipublikasikan melalui situs resmi transjakarta.co.id maupun media sosial resmi Transjakarta.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5629) [SALAH] COVID-19 adalah Akronim dari “Certification Of Vaccination Identification 2019” dan Penanaman Barcode Implan di Wuhan pada Tahun 2019

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/11/2020

    Berita

    NARASI:

    “COVID-19 adlh,
    C – Certification
    O – Of
    V – Vaccination
    ID – IDentification
    19 – 2019
    Artinya adlh,
    Sertifikat sbg tanda bukti telah divaksin,
    Yakni berbentuk Bar Code, spt yg tertera pada barang2 yg dijual di swalayan yg jumlahnya ada 13 bar.
    Mereka mengatakan covid adlh corona virus,
    Namun nyatanya adlh Barcode, yakni barcode yg akan diimplankan di bagian tertentu pd tubuh manusia, spt jidad, leher, ataupun lengan yg menunjukkan orang tsb sdh divaksin.
    Dan program pemasangan barcode itu dieksekusi pelaksanaannya pd akhir 2019, di kota Wuhan, RRC
    Setiap orang pny barcode sendiri2,
    Layaknya barang, jika tdk ada barcodenya, barang tsb tdk bisa masuk swalayan,
    Maka nanti, orang yg tdk memiliki tanda barcode pd tubuhnya, mereka tdk bisa masuk ke dlm tempat perbelanjaan, pelayanan umum, pelayanan kesehatan, pendidikan, transportasi, dll […] (narasi dilanjutkan setelah bagian Referensi)

    Hasil Cek Fakta

    Beredar postingan dari akun Facebook Qidjwini Qorni dengan narasi yang berisikan klaim bahwa COVID-19 adalah akronim dari “Certification Of Vaccination Identification 2019” dan adanya penanaman barcode implan di Wuhan pada tahun 2019. Postingan ini disukai sebanyak 35 kali dan disebarkan kembali sebanyak 26 kali.

    Hoax ini sudah pernah beredar sejak bulan Septermber 2020 lalu dengan narasi yang berbeda, berdasarkan media briefing oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Direktor Umum WHO menjelaskan bahwa nama resmi penyakit COVID-19 dengan penjabaran “CO” merujuk pada Corona, “VI” merujuk pada virus, dan “D” merujuk pada disease atau penyakit, istilah lain sebelum menggunakan kata COVID-19 adalah 2019-nCoV atau 2019 Novel Coronavirus. COVID-19 sendiri disebabkan oleh virus korona jenis baru yaitu SARS-CoV-2.

    Menurut artikel berita nypost.com, lebih dari 4000 orang di Swedia menerima implan mikrochip yang dipasangkan di bawah kulit tangan untuk kegiatan sehari-hari, memonitor kesehatan, menggantikan penggunaan kartu kredit dan uang kertas serta membuka pintu kantor dan gedung layaknya kartu kunci. Jowan Österlund sebagai perintis dari teknologi tersebut menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan aman tetapi tidak luput dari beberapa potensi kejahatan cybercrime seperti kepemilikian data yang dipersonalisasi, integrasi microchip dengan sistem lain dan data sharing mengingat meningkatnya cybercrime di Swedia akhir dekade ini.

    Melihat dari penjelasan tersebut, klaim COVID-19 adalah akronim dari “Certification Of Vaccination Identification 2019” dan adanya penanaman barcode implan di Wuhan pada tahun 2019 adalah tidak benar dan termasuk dalam Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Natalia Kristian (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Indonesia).

    Klaim tersebut tidak benar, istilah COVID-19 bukanlah sebuah akronim tetapi singkatan dari Coronavirus Disease 2019. Teknologi chip implan ini sendiri sudah pernah digunakan pada tahun 2019 di Swedia yang dapat memonitor kesehatan dan menggantikan kartu kerdit dan uang kertas dalam bertransaksi.

    Rujukan