Beredar kembali sebuah artikel dari situs potretanakmelanesia.blogspot.com yanmg berisi narasi sebagai berikut :
“Pemain sepak bola asal Inggris David Beckham ternyata berkunjung ke pedalaman Wamena-Papua secara diam-diam.Pemain ternama Dunia ini ternyata memberikana bantuan kemanusiaan setelah mendegar tragedi kematian anak di Nduga pada tahun silam 2015 lalu.Pada kedatangan sang bintang sepak bola itu akhirnya dikagetkana dengan kaos baju yang dikenakan David Beckham yang bertulisan”Free West Papua”.
(GFD-2019-3016) [SALAH] Diam-Diam David Beckham Ke Wamena-Papua
Sumber: potretanakmelanesia.blogspot.comTanggal publish: 23/08/2019
Berita
Hasil Cek Fakta
Faktanya, tulisan Free West Papua di kaos putih David Beckham merupakan hasil editan dari situs tersebut. Di foto aslinya, David Beckham hanya memakai kaos polos putih. Foto asli tersebut terpajang di sebuah artikel berjudul ‘David Beckham’s 7 Fund: Keeping children safe from malnutrition in Papua New Guinea’ yang dimuat oleh situs medium.com, situs buatan Evan Williams, pendiri dan mantan CEO Twitter.
Artikel tersebut juga sudah diunggah sejak 28 Juni 2016 lalu. Berikut cuplikan artikelnya:
“David Beckham recently travelled to every continent on Earth to find out how grassroots football brings communities together, for a BBC documentary called For the Love of the Game.His incredible journey took him from the dense forests of Papua New Guinea to the foothills of the Himalayas. Along the way he visited Unicef programmes and met some of the children being supported by Unicef and David’s 7 Fund.
In Papua New Guinea, David met children who were suffering from malnutrition, which is a major issue in the country. It’s the leading cause of death among children under five, with almost half not getting the nutritious food they need to grow up healthy and strong. The first 1,000 days — from conception to a child’s second birthday — is the most critical time in a child’s development; if they don’t get the right nutrients during this time, it can lead to stunting. Stunting causes irreversible physical and mental damage that can harm health, education and economic productivity for life.
In Papua New Guinea, the underlying causes of child malnutrition are poverty, a diet lacking in the correct nutrients, and a lack of knowledge of good feeding practices and child nutrition. In the Western Highlands, the region that David visited, these factors have been made worse by a seven-month drought, which has caused crops to fail, resulting in smaller than usual harvests, food shortages and even higher levels of malnutrition in the region.”
Artikel tersebut juga sudah diunggah sejak 28 Juni 2016 lalu. Berikut cuplikan artikelnya:
“David Beckham recently travelled to every continent on Earth to find out how grassroots football brings communities together, for a BBC documentary called For the Love of the Game.His incredible journey took him from the dense forests of Papua New Guinea to the foothills of the Himalayas. Along the way he visited Unicef programmes and met some of the children being supported by Unicef and David’s 7 Fund.
In Papua New Guinea, David met children who were suffering from malnutrition, which is a major issue in the country. It’s the leading cause of death among children under five, with almost half not getting the nutritious food they need to grow up healthy and strong. The first 1,000 days — from conception to a child’s second birthday — is the most critical time in a child’s development; if they don’t get the right nutrients during this time, it can lead to stunting. Stunting causes irreversible physical and mental damage that can harm health, education and economic productivity for life.
In Papua New Guinea, the underlying causes of child malnutrition are poverty, a diet lacking in the correct nutrients, and a lack of knowledge of good feeding practices and child nutrition. In the Western Highlands, the region that David visited, these factors have been made worse by a seven-month drought, which has caused crops to fail, resulting in smaller than usual harvests, food shortages and even higher levels of malnutrition in the region.”
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2016/02/18/hoax-david-beckham-pakai-kaos-bertuliskan-free-west-papua-saat-berkunjung-ke-wamena-papua/
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4045505/cek-fakta-viral-kabar-david-beckham-diam-diam-datang-ke-papua-benarkah
- https://medium.com/@UNICEFpng/david-beckhams-7-fund-keeping-children-safe-from-malnutrition-in-papua-new-guinea-e444074a9538
(GFD-2019-3012) [KLARIFIKASI] Polri bantah informasi gambar meme yang sudutkan Komjen Arief
Sumber: kaskus.co.idTanggal publish: 23/08/2019
Berita
Beredar meme 'Skandal Buku Merah, Arief Sulistyanto dan Barisan Iblis'. Selain Arief, di gambar itu terdapat Bambang Widjojanto, Haris Azhar, Ali Maftuh dan Muhammad Adam Firdaus. Gambar itu menyebutkan, Arief Sulistyanto selaku Perwira Tinggi Polri menggelontorkan Rp3 miliar untuk mengeksekusi skandal Buku Merah dan sebagian uang itu dinikmati oleh nama-nama tersebut. Seolah ada 'Perang Jenderal' dalam kasus Buku Merah.
Hasil Cek Fakta
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan bahwa informasi yang dibeberkan dalam sejumlah gambar meme di media sosial yang menyudutkan Kepala Lemdiklat Polri Komjen Pol Arief Sulityanto, tidak benar.
"Tidak benar sama sekali," kata Kombes Asep di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Ia pun menegaskan bahwa Polri tetap solid di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Hal ini sekaligus membantah opini yang berkembang seolah ada 'perang bintang' di institusi Polri.
"Yang jelas Polri solid di bawah kepemimpinan Jenderal Tito," katanya.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan, masyarakat perlu waspada dengan informasi dan meme seperti itu.
"Hati-hati akun yang mem-framing personal seperti itu. Ada sanksi pidananya, akan didalami oleh Tim Siber," kata dia ketika dihubungi Tirto, Kamis (8/8/2019).
"Tidak benar sama sekali," kata Kombes Asep di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Ia pun menegaskan bahwa Polri tetap solid di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Hal ini sekaligus membantah opini yang berkembang seolah ada 'perang bintang' di institusi Polri.
"Yang jelas Polri solid di bawah kepemimpinan Jenderal Tito," katanya.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan, masyarakat perlu waspada dengan informasi dan meme seperti itu.
"Hati-hati akun yang mem-framing personal seperti itu. Ada sanksi pidananya, akan didalami oleh Tim Siber," kata dia ketika dihubungi Tirto, Kamis (8/8/2019).
Rujukan
- https://www.antaranews.com/berita/1003562/polri-bantah-informasi-gambar-meme-yang-sudutkan-komjen-arief
- https://tirto.id/meme-skandal-buku-merah-polri-solid-di-bawah-jenderal-tito-efZQ
- https://nasional.republika.co.id/berita/pvz6zm409/beredar-ltemgtmeme-ltemgtskandal-buku-merah-polri-tegaskan-tetap-solid
(GFD-2019-3011) [SALAH] “ternyata si adik kecil ini sudah meninggal”
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 23/08/2019
Berita
LP“sangat miris anak yatim kelaparan dan kecapaian sampai meninggal didaerah jkt”.
–
“INDONESIA MERDEKA | INDONESIA BERDUKA
Minggu, 18 Agustus 2019 …”
Salinan narasi selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.
–
“INDONESIA MERDEKA | INDONESIA BERDUKA
Minggu, 18 Agustus 2019 …”
Salinan narasi selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.
Hasil Cek Fakta
Pelintiran daur ulang, video yang dibagikan adalah suntingan dari video pelintiran yang sudah diklarifikasi sebelumnya.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
Rujukan
(GFD-2019-3010) [KLARIFIKASI] Penjelasan Fenomena Hiu Menepi di Pinggir Pantai Nusa Dua
Sumber: instagram.comTanggal publish: 23/08/2019
Berita
Di media sosial sempat viral mengenai munculnya kerumunan hiu di pinggir Pantai Nusa Dua, Bali. Fenomena kemunculan hiu itu ternyata merupakan fenomena alam yang lumrah.
Hasil Cek Fakta
Dharmadi dari Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) mengatakan munculnya ikan hiu berjenis blacktip itu dikarenakan upwelling. “Kelimpahan nutrien akan mengundang gerombolan ikan-ikan pelagis untuk memakannya. Keberadaan ikan pelagis akan menarik perhatian kelompok hiu untuk memangsanya,” ujar Dharmadi.
Menurut Dharmadi, hiu blacktip merupakan ikan yang hidup di sekitar karang yang relatif dangkal. Hiu ini menjadikan ikan pelagis kecil sebagai makanan. Ikan pelagis adalah biota yang hidup di permukaan kolom air antara 0-200 meter atau berada di area pasang surut.
“Kemungkinan besar meskipun tidak lama namun suatu saat akan muncul kembali,” tambah Dharmadi.
Hal senada pun diungkapkan oleh Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (BPSPL) Denpasar Suko Wardono. Perihal fenomena berkumpulnya ikan hiu di Nusa Dua, Suko mengatakan, fenomena tersebut adalah peristiwa alamiah dan tak perlu dikhawatirkan. Ia pun menuturkan, hiu-hiu itu menepi karena mengikuti mangsanya, meliputi ikan pelagis, tongkol, kembung, dan lemuru.
“Itu ceritanya dari pengalaman masyarakat nelayan memang sedang musim ikan yang dijadikan makanan hiu. Jadi hiu mendatanginya,” kata Suko.
Mengenai fenomena upwelling, juga dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, menjelaskan, upwelling adalah pengangkatan massa air dari lapisan dalam ke lapisan permukaan laut. Pengangkatan massa air ini kaya akan nutrien dan mineral.
“Penyebabnya adalah adanya angin dingin dan kering dari atas benua Australia bergerak ke arah Barat laut. Angin dingin dan kering tersebut sering disebut sebagai Angin Tenggara, oleh orang Indonesia,” ujar Widodo.
Intensitas kekuatan upwelling dan lama periode (durasi) upwelling bisa bervariasi. Hal ini tergantung dari apakah ada pengaruh interaksi laut-atmosferik antar tahunan yang seperti El Nino, La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD).
“Pada tahun 2019 ini terjadi El Nino bersamaan dengan Angin Monsoon Tenggara yang dingin dan kering, sehingga mengakibatkan kekeringan di daratan Pulau Jawa dan sekitarnya,” ungkap Widodo.
Namun sebaliknya, El Nino membawa keberkahan di laut, di mana intensitas upwelling semakin meningkat. Upwelling ini membawa nutrien yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya zooplankton turut melimpah.
“Proses rantai makanan selanjutnya diteruskan dengan kemunculan ikan-ikan mikronekton yang disukai oleh ikan pelagis kecil dan mamalia laut lainnya pemakan ikan-ikan kecil tersebut, seperti hiu blacktip,” kata Widodo.
Angin tenggara yang kering dan dingin ini, kemudian dimanfaatkan pula oleh masyarakat pesisir di Madura dan sekitarnya untuk memproduksi garam. Sehingga biasanya Mei digunakan sebagai masa persiapan lahan tambak garam, Juni hingga Oktober untuk masa produksi garam.
Upwelling di sepanjang laut Selatan Jawa hingga Lombok, NTB, akan terus berlangsung dari Juni hingga Oktober. Mungkin, hiu-hiu ini akan muncul kembali untuk berburu ikan pelagis di Nusa Dua.
Perihal kemunculan hiu blacktip itu pun ditanggapi oleh Nusa Dua Reef Foundation (NDRF). Pariama Hutasoit, Direktur NDRF mengatakan, fenomena itu biasa ditemukan pada bulan Juli-Agustus.
“Kemunculan hiu di the bay memang ini sepertinya fenomena tahunan setiap musim pergantian bulan-bulan Juli-Agustus, tidak bisa dipastikan banget tanggal kemunculannya,” ujarnya.
Pariama dan organisasinya aktif melestarikan terumbu karang di Nusa Dua ini. Selama melestarikan terumbu karang, dia memang kerap menemui hiu yang menghebohkan ini.
“Saya sendiri beberapa waktu lalu pernah di pantai dan melihat secara langsung ada cukup banyak hiu jenis blacktip yang siripnya ada hitamnya. Mereka ini reef sharks, hiu yang ada di karang dan terumbu,” jelas Pariama.
Ia pun mengatakan, jenis hiu ini tidak berbahaya. Soal dugaan kemunculan hiu yang mendekati bibir pantai, dia mengaku tidak tahu.
“Nggak (berbahaya) sama sekali, justru hiu itu harus kita lindungi, kenyataannya di dunia hiu itu diburu untuk konsumsi. Di Indonesia, di beberapa daerah, dagingnya dijual, padahal hiu memiliki peran penting di ekosistem bagian penting sebagai predator makanan di laut. Dia juga sebagai indikator terumbu karang,” jelasnya.
Menurut Dharmadi, hiu blacktip merupakan ikan yang hidup di sekitar karang yang relatif dangkal. Hiu ini menjadikan ikan pelagis kecil sebagai makanan. Ikan pelagis adalah biota yang hidup di permukaan kolom air antara 0-200 meter atau berada di area pasang surut.
“Kemungkinan besar meskipun tidak lama namun suatu saat akan muncul kembali,” tambah Dharmadi.
Hal senada pun diungkapkan oleh Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (BPSPL) Denpasar Suko Wardono. Perihal fenomena berkumpulnya ikan hiu di Nusa Dua, Suko mengatakan, fenomena tersebut adalah peristiwa alamiah dan tak perlu dikhawatirkan. Ia pun menuturkan, hiu-hiu itu menepi karena mengikuti mangsanya, meliputi ikan pelagis, tongkol, kembung, dan lemuru.
“Itu ceritanya dari pengalaman masyarakat nelayan memang sedang musim ikan yang dijadikan makanan hiu. Jadi hiu mendatanginya,” kata Suko.
Mengenai fenomena upwelling, juga dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, menjelaskan, upwelling adalah pengangkatan massa air dari lapisan dalam ke lapisan permukaan laut. Pengangkatan massa air ini kaya akan nutrien dan mineral.
“Penyebabnya adalah adanya angin dingin dan kering dari atas benua Australia bergerak ke arah Barat laut. Angin dingin dan kering tersebut sering disebut sebagai Angin Tenggara, oleh orang Indonesia,” ujar Widodo.
Intensitas kekuatan upwelling dan lama periode (durasi) upwelling bisa bervariasi. Hal ini tergantung dari apakah ada pengaruh interaksi laut-atmosferik antar tahunan yang seperti El Nino, La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD).
“Pada tahun 2019 ini terjadi El Nino bersamaan dengan Angin Monsoon Tenggara yang dingin dan kering, sehingga mengakibatkan kekeringan di daratan Pulau Jawa dan sekitarnya,” ungkap Widodo.
Namun sebaliknya, El Nino membawa keberkahan di laut, di mana intensitas upwelling semakin meningkat. Upwelling ini membawa nutrien yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya zooplankton turut melimpah.
“Proses rantai makanan selanjutnya diteruskan dengan kemunculan ikan-ikan mikronekton yang disukai oleh ikan pelagis kecil dan mamalia laut lainnya pemakan ikan-ikan kecil tersebut, seperti hiu blacktip,” kata Widodo.
Angin tenggara yang kering dan dingin ini, kemudian dimanfaatkan pula oleh masyarakat pesisir di Madura dan sekitarnya untuk memproduksi garam. Sehingga biasanya Mei digunakan sebagai masa persiapan lahan tambak garam, Juni hingga Oktober untuk masa produksi garam.
Upwelling di sepanjang laut Selatan Jawa hingga Lombok, NTB, akan terus berlangsung dari Juni hingga Oktober. Mungkin, hiu-hiu ini akan muncul kembali untuk berburu ikan pelagis di Nusa Dua.
Perihal kemunculan hiu blacktip itu pun ditanggapi oleh Nusa Dua Reef Foundation (NDRF). Pariama Hutasoit, Direktur NDRF mengatakan, fenomena itu biasa ditemukan pada bulan Juli-Agustus.
“Kemunculan hiu di the bay memang ini sepertinya fenomena tahunan setiap musim pergantian bulan-bulan Juli-Agustus, tidak bisa dipastikan banget tanggal kemunculannya,” ujarnya.
Pariama dan organisasinya aktif melestarikan terumbu karang di Nusa Dua ini. Selama melestarikan terumbu karang, dia memang kerap menemui hiu yang menghebohkan ini.
“Saya sendiri beberapa waktu lalu pernah di pantai dan melihat secara langsung ada cukup banyak hiu jenis blacktip yang siripnya ada hitamnya. Mereka ini reef sharks, hiu yang ada di karang dan terumbu,” jelas Pariama.
Ia pun mengatakan, jenis hiu ini tidak berbahaya. Soal dugaan kemunculan hiu yang mendekati bibir pantai, dia mengaku tidak tahu.
“Nggak (berbahaya) sama sekali, justru hiu itu harus kita lindungi, kenyataannya di dunia hiu itu diburu untuk konsumsi. Di Indonesia, di beberapa daerah, dagingnya dijual, padahal hiu memiliki peran penting di ekosistem bagian penting sebagai predator makanan di laut. Dia juga sebagai indikator terumbu karang,” jelasnya.
Halaman: 6021/6301