(GFD-2020-4732) [SALAH] Seleksi Alam Dimulai, 7 Nyawa Dalam 24 Jam
Sumber: facebook.comTanggal publish: 22/05/2020
Berita
“seleksi alam dimulai !! 7 Nyawa Dalam 24 Jam”
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun facebook bernama Agung Ananda Saputra mengunggah foto beberapa orang yang menggunakan APD lengkap tergeletak di samping mobil ambulans milik RSUD Moewardi, Solo. Selain itu, terdapat juga narasi yang mengklaim bahwa terdapat 7 nyawa dalam 24 jam. Tulisan tersebut memang tidak menjelaskan secara pasti pasien apa yang dimaksud.
Setelah dilakukan penelusuran, dilansir dari tribunjateng.com, Kepala Sub Bagian Hukum dan Humas RSUD Dr Moewardi, Eko Haryati menuturkan, tulisan yang terdapat dalam foto itu tidak benar alias hoaks. Tidak ada 7 pasien atau pasien corona yang meninggal dalam 24 jam di RSUD Dr Moewardi.
“Tidak ada kabar itu, tidak benar hoax,” kata Eko, Kamis (21/5/2020).
Pihaknya meminta pihak yang tidak bertanggung jawab atas kabar tersebut tidak membuat resah.
“Itu tidak benar dan buat resah,” ucap Eko.
Dia menambahkan para petugas yang mengenakan APD dalam foto tersebut merupakan para relawan yang sedang menunggu jenazah yang mau dimakamkan.
“Kalau lokasinya itu relawan yang sedang menunggu jenazah,” jelas Eko.
Namun, foto tersebut bukan resmi dari RSUD Dr Moewardi.
“Itu hanya status dari orang, pakai foto dan dikasih caption,” jelas Eko.
“Yang jelas bukan dari kita itu,” tandasnya.
Setelah dilakukan penelusuran, dilansir dari tribunjateng.com, Kepala Sub Bagian Hukum dan Humas RSUD Dr Moewardi, Eko Haryati menuturkan, tulisan yang terdapat dalam foto itu tidak benar alias hoaks. Tidak ada 7 pasien atau pasien corona yang meninggal dalam 24 jam di RSUD Dr Moewardi.
“Tidak ada kabar itu, tidak benar hoax,” kata Eko, Kamis (21/5/2020).
Pihaknya meminta pihak yang tidak bertanggung jawab atas kabar tersebut tidak membuat resah.
“Itu tidak benar dan buat resah,” ucap Eko.
Dia menambahkan para petugas yang mengenakan APD dalam foto tersebut merupakan para relawan yang sedang menunggu jenazah yang mau dimakamkan.
“Kalau lokasinya itu relawan yang sedang menunggu jenazah,” jelas Eko.
Namun, foto tersebut bukan resmi dari RSUD Dr Moewardi.
“Itu hanya status dari orang, pakai foto dan dikasih caption,” jelas Eko.
“Yang jelas bukan dari kita itu,” tandasnya.
Kesimpulan
Bukan jenazah pasien covid-19. 4 orang yang berbaring dan memakai APD lengkap di sebelah mobil ambulan RSUD Moewardi Solo tersebut merupakan para relawan yang sedang menunggu jenazah yang mau dimakamkan. Namun, foto tersebut bukan resmi dari RSUD Dr Moewardi. Pihak RSUD Moewardi juga menegaskan tidak ada 7 orang meninggal dalam 24 jam.
Rujukan
(GFD-2020-4731) [SALAH] Gatot Nurmantyo Akan Beri Gaji Rp5 Juta Per Jiwa Seluruh Indonesia Jika Jadi Presiden 2024
Sumber: facebook.comTanggal publish: 28/08/2020
Berita
Sebuah akun facebook bernama Wisnubudi Kusumo mengunggah gambar mantan Panglima TNI Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo. Dalam foto yang diunggah terdapat narasi “DUKUNG LAH SAYA JADI PRESIDEN 2024 SAYA BERJANJI SIAP BERI GAJI 5 JUTA/ JIWA SELURUH INDONESIA”.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, dilansir dari medcom.id, klaim pada foto yang beredar bahwa mantan Panglima TNI Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa dirinya akan memberikan gaji sebesar Rp5 juta kepada seluruh rakyat Indonesia jika terpilih menjadi presiden, adalah salah.
Foto tersebut nyatanya adalah hasil suntingan atau editan. Melalui reverse image, ditemukan foto identik pada akun Facebook Detik.com. Foto itu diunggah pada 22 Maret 2018 untuk program BLAK-BLAKAN. Pada foto aslinya, narasi yang tertulis adalah “SAKSIKAN BLAK-BLAKAN GATOT NURMANTYO SEKARANG”.
Dalam narasinya akun detik.com menuliskan “Apa kata Gatot Nurmantyo soal pertemuannya dengan Prabowo Subianto? Saksikan blak-blakan bersama Gatot Nurmantyo live di detikcom, sekarang! #BlakblakanGatotNurmantyo detik.id/VxpzFx”
Selain itu, penelusuran kata kunci “Gatot Berjanji Beri Gaji Rp5 juta” tidak ditemukan pemberitaan media arus uatama yang memuat klaim tersebut.
Foto tersebut nyatanya adalah hasil suntingan atau editan. Melalui reverse image, ditemukan foto identik pada akun Facebook Detik.com. Foto itu diunggah pada 22 Maret 2018 untuk program BLAK-BLAKAN. Pada foto aslinya, narasi yang tertulis adalah “SAKSIKAN BLAK-BLAKAN GATOT NURMANTYO SEKARANG”.
Dalam narasinya akun detik.com menuliskan “Apa kata Gatot Nurmantyo soal pertemuannya dengan Prabowo Subianto? Saksikan blak-blakan bersama Gatot Nurmantyo live di detikcom, sekarang! #BlakblakanGatotNurmantyo detik.id/VxpzFx”
Selain itu, penelusuran kata kunci “Gatot Berjanji Beri Gaji Rp5 juta” tidak ditemukan pemberitaan media arus uatama yang memuat klaim tersebut.
Kesimpulan
Foto merupakan suntingan atau editan. Foto asli ditemukan pada laman facebook milik detik.com yang diunggah pada 22 Maret 2018 untuk program BLAK-BLAKAN. Pada foto aslinya, narasi yang tertulis adalah “SAKSIKAN BLAK-BLAKAN GATOT NURMANTYO SEKARANG”.
Rujukan
(GFD-2020-4730) [SALAH] “gereja semakin sepi yg tinggal cuma pakaian, org nya udh bertobat masuk islam”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 28/08/2020
Berita
Akun Sapra Nipil Khairi (fb.com/sapra.nipil) mengunggah sebuah foto dengan narasi sebagai berikut:
“Alhamdulillah gereja semakin sepi yg tinggal cuma pakaian, org nya udh bertobat masuk islam terima yesus dan muhammad sbg nabi dan utusan allah”
“Alhamdulillah gereja semakin sepi yg tinggal cuma pakaian, org nya udh bertobat masuk islam terima yesus dan muhammad sbg nabi dan utusan allah”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim foto yang diunggah seumber klaim adalah gereja yang semakin sepi dan tinggal pakaian karena orang-orangnya pindah ke agama Islam adalah klaim yang salah.
Faktanya, foto itu adalah foto karya seni instalasi yang tidak ada hubungannya dengan perpindahan agama. Penciptanya adalah kelompok seniman Kuba Los Carpinteros dan dipamerkan di Art Basel 2012, Swiss.
Dikutip dari situs fubiz.net yang mengunggah foto yang sama pada 10 Mei 2016, Los Carpinteros merancang instalasi mengesankan berjudul 150 Orang, di sebuah gereja. Instalasi tersebut menunjukkan 150 kursi di mana duduk orang tak terlihat, dalam pakaian mengambang. Refleksi lucu tentang agama dan masyarakat, didekati dari sudut pandang artistik.
Video tentang seni instalasi tersebut pernah diunggah kanal YouTube milik VernissageTV pada 18 Juni 2012. Karya itu ditampilkan dalam Art Parcours, sebuah proyek kesenian Basel, Swiss, yang mengundang pengunjung untuk menjelajahi kota melalui kesenian.
Faktanya, foto itu adalah foto karya seni instalasi yang tidak ada hubungannya dengan perpindahan agama. Penciptanya adalah kelompok seniman Kuba Los Carpinteros dan dipamerkan di Art Basel 2012, Swiss.
Dikutip dari situs fubiz.net yang mengunggah foto yang sama pada 10 Mei 2016, Los Carpinteros merancang instalasi mengesankan berjudul 150 Orang, di sebuah gereja. Instalasi tersebut menunjukkan 150 kursi di mana duduk orang tak terlihat, dalam pakaian mengambang. Refleksi lucu tentang agama dan masyarakat, didekati dari sudut pandang artistik.
Video tentang seni instalasi tersebut pernah diunggah kanal YouTube milik VernissageTV pada 18 Juni 2012. Karya itu ditampilkan dalam Art Parcours, sebuah proyek kesenian Basel, Swiss, yang mengundang pengunjung untuk menjelajahi kota melalui kesenian.
Kesimpulan
Foto karya seni instalasi yang tidak ada hubungannya dengan perpindahan agama. Penciptanya adalah kelompok seniman Kuba Los Carpinteros dan dipamerkan di Art Basel 2012, Swiss.
Rujukan
(GFD-2020-4728) [SALAH] Video “PENJELASAN AHLI VIRUS BAHWA CORONA TIDAK MEMBUNUH”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 23/05/2020
Berita
Akun Ditaleni Rafia (fb.com/slankcooters.jombang) mengunggah video dengan narasi sebagai berikut:
“DENGARKAN DAN SIMAK BAIK BAIK PENJELASAN AHLI VIRUS
TENTANG COVID 19
*BAHWA CORONA TIDAK MEMBUNUH*”
Video yang diunggah adalah wawancara Jawa Pos TV dengan Mohammad Indro Cahyono. Wawancara itu membahas seputar virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.
Narasi “virus Corona tidak membunuh” memang berasal dari pernyataan Indro dalam wawancara tersebut, terutama pada bagian akhir segmen, mulai menit 7:18. Pernyataan itu dilontarkan Indro untuk menjawab presenter yang bertanya mengenai prediksi darinya soal kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Indro menjawab bahwa virus Corona sebenarnya tidak tahan lama. Apabila masyarakat melakukan gerakan massal untuk hidup bersih, minum vitamin, dan cuci tangan, pandemi akan selesai dalam 2-3 minggu. Namun, dia menganggap permasalahan pandemi Covid-19 ini bergeser ke persoalan lockdown.
“Sebenarnya, intinya kan di virusnya. Kalau kita tahu virusnya tidak berbahaya. Ya, (virus) ini memang akan menimbulkan penyakit, tapi tidak menimbulkan kematian. Belum tentu menimbulkan kematian bagi manusia normal. Nah, kalau ini terjadi ini, tidak ada kehebohan itu semua,” katanya.
“DENGARKAN DAN SIMAK BAIK BAIK PENJELASAN AHLI VIRUS
TENTANG COVID 19
*BAHWA CORONA TIDAK MEMBUNUH*”
Video yang diunggah adalah wawancara Jawa Pos TV dengan Mohammad Indro Cahyono. Wawancara itu membahas seputar virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.
Narasi “virus Corona tidak membunuh” memang berasal dari pernyataan Indro dalam wawancara tersebut, terutama pada bagian akhir segmen, mulai menit 7:18. Pernyataan itu dilontarkan Indro untuk menjawab presenter yang bertanya mengenai prediksi darinya soal kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Indro menjawab bahwa virus Corona sebenarnya tidak tahan lama. Apabila masyarakat melakukan gerakan massal untuk hidup bersih, minum vitamin, dan cuci tangan, pandemi akan selesai dalam 2-3 minggu. Namun, dia menganggap permasalahan pandemi Covid-19 ini bergeser ke persoalan lockdown.
“Sebenarnya, intinya kan di virusnya. Kalau kita tahu virusnya tidak berbahaya. Ya, (virus) ini memang akan menimbulkan penyakit, tapi tidak menimbulkan kematian. Belum tentu menimbulkan kematian bagi manusia normal. Nah, kalau ini terjadi ini, tidak ada kehebohan itu semua,” katanya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2 tidak membunuh adalah klaim yang menyesatkan.
Hingga 22 Mei 2020, jumlah kematian akibat Covid-19 di dunia telah mencapai 323.256 orang dan di Indonesia 1.326 orang. Pasien yang meninggal karena Covid-19 bukan saja mereka yang memiliki penyakit penyerta dan berusia tua, melainkan juga kelompok usia muda dan tanpa penyakit penyerta.
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, wawancara Jawa Pos TV dengan Mohammad Indro Cahyono dilakukan pada 7 April 2020. Jawa Pos TV memberikan keterangan bahwa Indro adalah seorang ahli virus atau virolog. Namun, dalam video itu, tidak dijelaskan bahwa Indro sebenarnya merupakan dokter hewan.
Indro adalah lulusan Universitas Gajah Mada. Sejak 2006, ia bekerja di Badan Penelitian Veteriner (Balitvet), sebuah unit yang berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementerian Pertanian. Di Balitvet, Indro bertugas sebagai peneliti di Laboratorium Virologi. Pada 2018, Indro keluar dari Balitvet dan menjadi peneliti di kantor swasta.
Dilihat dari latar belakang tersebut, Indro sebenarnya adalah ahli kesehatan atau ahli virus pada hewan, bukan ahli virus pada manusia. Ia juga tidak terlibat dalam penanganan klinis pasien yang terinfeksi Covid-19. Dengan alasan ini, Tempo perlu memeriksa klaim Indro dalam wawancaranya dengan Jawa Pos TV di atas.
Untuk memverifikasi klaim Indro itu, Tempo mewawancarai ahli epidemiologi Universitas Padjajaran, Panji Fortuna Hadisoemarto, dan dokter spesialis paru sekaligus juru bicara Tim Penanganan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan. Tempo juga menggunakan data-data dari pemberitaan terkait.
Saat dihubungi pada 22 Mei 2020, Panji mengatakan bahwa pernyataan Indro itu bertolak belakang dengan fakta yang ada. SARS-CoV-2 telah menyebabkan kematian pasien di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kasus kematian tidak hanya menimpa pasien di kelompok usia tua, melainkan juga di kelompok usia lainnya. “Faktanya, sudah banyak kematian di mana-mana, tingkat kematian sudah cukup tinggi,” kata Panji.
Orang berusia tua dan yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas, kata Panji, memang menjadi kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Akan tetapi, mereka yang berusia lebih muda dan tanpa penyakit penyerta juga punya risiko untuk terinfeksi. Kelompok ini, meski tanpa gejala, juga berisiko menularkan kepada sesama.
Menurut Panji, virus Corona memang memiliki banyak jenis, yang mana beberapa di antaranya menyebabkan flu biasa. Namun, beberapa jenis virus Corona juga menyebabkan kematian, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS), pun SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. “SARS-CoV-2 ini adalah jenis virus Corona baru, bukan virus Corona yang menyebabkan flu biasa,” katanya.
Panji juga menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak mungkin selesai dalam waktu 2-3 minggu. Merujuk kasus pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, infeksi Covid-19 masih terus terjadi sampai hari ini. Itu berarti pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung hampir tiga bulan.
Erlina menjelaskan hal serupa. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kematian dengan risiko terbesar pada orang tua dan yang memiliki penyakit penyerta. Meskipun begitu, sekitar 15-20 persen pasien yang tidak memiliki penyakit penyerta bisa terinfeksi SARS-CoV-2.
Menurut Erlina, mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta bisa terinfeksi saat imunitasnya turun, sebagai dampak dari stres atau kurang istirahat. Saat SARS-CoV-2 menginfeksi dan terjadi replikasi virus yang cukup besar pada organ tubuh, hal ini dapat memicu badai sitokin. “Ini yang bisa merusak sistem organ lain dan bisa menyebabkan kematian,” kata Erlina.
Sitokin adalah protein kecil yang dilepaskan oleh banyak sel berbeda di dalam tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh tempat mereka mengkoordinasikan respons terhadap infeksi. Reaksi yang berlebihan memicu peradangan. Pada beberapa pasien, tingkat sitokin tidak terkontrol yang kemudian mengaktifkan lebih banyak sel imun menghasilkan hiperinflamasi. Pada akhirnya, hal itu dapat membahayakan atau bahkan membunuh pasien.
Tingkat kematian Covid-19 di dunia 6,6 persen
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia per 22 Mei 2020 mencapai 4.893.186 kasus dengan 323.256 orang meninggal. Tingkat kematian Covid-19 di dunia sebesar 6,6 persen. Adapun tingkat kematian Covid-19 di Indonesia mencapai 6,4 persen, dengan jumlah kematian sebanyak 1.326 orang.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengumumkan bahwa kasus meninggal akibat Covid-19 di Indonesia paling banyak dialami oleh kelompok rentang usia 30-59 tahun, yakni sebanyak 351 orang dari total kematian sebesar 773 orang per 28 April 2020. Jumlah kasus kematian terbanyak kedua adalah pada kelompok rentang usia 60-79 tahun, yaitu 302 orang. Kemudian, pada rentang usia 0-4 tahun dua orang, rentang usia 5-14 tahun tiga orang, dan rentang usia 15-29 tahun 19 orang.
Mencuplik data kasus Covid-19 di New York dalam Worldometers, kasus kematian Covid-19 di sana juga terjadi pada seluruh rentang usia, yakni usia 0-17 tahun (0,06 persen), 18-44 tahun (3,9 persen), 45-64 tahun (22,4 persen), 65-74 tahun (24,9 persen), dan 75 tahun ke atas (48,7 persen).
Erlina pun mengingatkan bahwa kasus kematian tidak bisa hanya dilihat sebagai angka statistik. Sebab, setiap kematian memiliki dampak sosial, baik terhadap keluarga terdekat ataupun lingkungan sekitarnya.
Hingga 22 Mei 2020, jumlah kematian akibat Covid-19 di dunia telah mencapai 323.256 orang dan di Indonesia 1.326 orang. Pasien yang meninggal karena Covid-19 bukan saja mereka yang memiliki penyakit penyerta dan berusia tua, melainkan juga kelompok usia muda dan tanpa penyakit penyerta.
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, wawancara Jawa Pos TV dengan Mohammad Indro Cahyono dilakukan pada 7 April 2020. Jawa Pos TV memberikan keterangan bahwa Indro adalah seorang ahli virus atau virolog. Namun, dalam video itu, tidak dijelaskan bahwa Indro sebenarnya merupakan dokter hewan.
Indro adalah lulusan Universitas Gajah Mada. Sejak 2006, ia bekerja di Badan Penelitian Veteriner (Balitvet), sebuah unit yang berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementerian Pertanian. Di Balitvet, Indro bertugas sebagai peneliti di Laboratorium Virologi. Pada 2018, Indro keluar dari Balitvet dan menjadi peneliti di kantor swasta.
Dilihat dari latar belakang tersebut, Indro sebenarnya adalah ahli kesehatan atau ahli virus pada hewan, bukan ahli virus pada manusia. Ia juga tidak terlibat dalam penanganan klinis pasien yang terinfeksi Covid-19. Dengan alasan ini, Tempo perlu memeriksa klaim Indro dalam wawancaranya dengan Jawa Pos TV di atas.
Untuk memverifikasi klaim Indro itu, Tempo mewawancarai ahli epidemiologi Universitas Padjajaran, Panji Fortuna Hadisoemarto, dan dokter spesialis paru sekaligus juru bicara Tim Penanganan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan. Tempo juga menggunakan data-data dari pemberitaan terkait.
Saat dihubungi pada 22 Mei 2020, Panji mengatakan bahwa pernyataan Indro itu bertolak belakang dengan fakta yang ada. SARS-CoV-2 telah menyebabkan kematian pasien di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kasus kematian tidak hanya menimpa pasien di kelompok usia tua, melainkan juga di kelompok usia lainnya. “Faktanya, sudah banyak kematian di mana-mana, tingkat kematian sudah cukup tinggi,” kata Panji.
Orang berusia tua dan yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas, kata Panji, memang menjadi kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Akan tetapi, mereka yang berusia lebih muda dan tanpa penyakit penyerta juga punya risiko untuk terinfeksi. Kelompok ini, meski tanpa gejala, juga berisiko menularkan kepada sesama.
Menurut Panji, virus Corona memang memiliki banyak jenis, yang mana beberapa di antaranya menyebabkan flu biasa. Namun, beberapa jenis virus Corona juga menyebabkan kematian, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS), pun SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. “SARS-CoV-2 ini adalah jenis virus Corona baru, bukan virus Corona yang menyebabkan flu biasa,” katanya.
Panji juga menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak mungkin selesai dalam waktu 2-3 minggu. Merujuk kasus pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, infeksi Covid-19 masih terus terjadi sampai hari ini. Itu berarti pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung hampir tiga bulan.
Erlina menjelaskan hal serupa. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kematian dengan risiko terbesar pada orang tua dan yang memiliki penyakit penyerta. Meskipun begitu, sekitar 15-20 persen pasien yang tidak memiliki penyakit penyerta bisa terinfeksi SARS-CoV-2.
Menurut Erlina, mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta bisa terinfeksi saat imunitasnya turun, sebagai dampak dari stres atau kurang istirahat. Saat SARS-CoV-2 menginfeksi dan terjadi replikasi virus yang cukup besar pada organ tubuh, hal ini dapat memicu badai sitokin. “Ini yang bisa merusak sistem organ lain dan bisa menyebabkan kematian,” kata Erlina.
Sitokin adalah protein kecil yang dilepaskan oleh banyak sel berbeda di dalam tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh tempat mereka mengkoordinasikan respons terhadap infeksi. Reaksi yang berlebihan memicu peradangan. Pada beberapa pasien, tingkat sitokin tidak terkontrol yang kemudian mengaktifkan lebih banyak sel imun menghasilkan hiperinflamasi. Pada akhirnya, hal itu dapat membahayakan atau bahkan membunuh pasien.
Tingkat kematian Covid-19 di dunia 6,6 persen
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia per 22 Mei 2020 mencapai 4.893.186 kasus dengan 323.256 orang meninggal. Tingkat kematian Covid-19 di dunia sebesar 6,6 persen. Adapun tingkat kematian Covid-19 di Indonesia mencapai 6,4 persen, dengan jumlah kematian sebanyak 1.326 orang.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengumumkan bahwa kasus meninggal akibat Covid-19 di Indonesia paling banyak dialami oleh kelompok rentang usia 30-59 tahun, yakni sebanyak 351 orang dari total kematian sebesar 773 orang per 28 April 2020. Jumlah kasus kematian terbanyak kedua adalah pada kelompok rentang usia 60-79 tahun, yaitu 302 orang. Kemudian, pada rentang usia 0-4 tahun dua orang, rentang usia 5-14 tahun tiga orang, dan rentang usia 15-29 tahun 19 orang.
Mencuplik data kasus Covid-19 di New York dalam Worldometers, kasus kematian Covid-19 di sana juga terjadi pada seluruh rentang usia, yakni usia 0-17 tahun (0,06 persen), 18-44 tahun (3,9 persen), 45-64 tahun (22,4 persen), 65-74 tahun (24,9 persen), dan 75 tahun ke atas (48,7 persen).
Erlina pun mengingatkan bahwa kasus kematian tidak bisa hanya dilihat sebagai angka statistik. Sebab, setiap kematian memiliki dampak sosial, baik terhadap keluarga terdekat ataupun lingkungan sekitarnya.
Kesimpulan
Pernyataan bahwa virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2 tidak membunuh itu bertolak belakang dengan fakta yang ada. Hingga 22 Mei 2020, jumlah kematian akibat Covid-19 di dunia telah mencapai 323.256 orang dan di Indonesia 1.326 orang. Pasien yang meninggal karena Covid-19 bukan saja mereka yang memiliki penyakit penyerta dan berusia tua, melainkan juga kelompok usia muda dan tanpa penyakit penyerta.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/795/fakta-atau-hoaks-benarkah-virus-corona-covid-19-tidak-bahaya-dan-tidak-sebabkan-kematian
- https://www.youtube.com/watch?v=B15brKCrQwk
- https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-22-mei-2020/#.Xsi6pzozaHs
- https://tekno.tempo.co/read/1327284/infeksi-virus-corona-begini-badai-sitokin-bisa-bikin-fatal
- https://covid19.go.id/p/berita/kasus-meninggal-akibat-covid-19-paling-banyak-usia-30-59-tahun
- https://www.worldometers.info/coronavirus/coronavirus-age-sex-demographics/
Halaman: 5996/6619