Beredar postingan di Facebook oleh akun bernama Rupa Ganguli yang menarasikan bahwa Menghirup kapus barus, cengkeh, biji karom, dan minyak kayu putih dapat meningkatkan kadar oksigen dan membantu meringankan sesak nafas. Klaim serupa juga dibagikan dalam bentuk video oleh akun bernama Deepz Theeban yang mempraktikan cara pembuatan sekaligus cara pemakaian terapi bahan kapus barus, cengkeh, biji karom, dan minyak kayu putih. Selain itu, pengobatan tersebut juga diklaim dapat meredakan gangguan pernapasan pasien COVID-19.
Minyak kayu putih untuk covid
"Terapi uap untuk covid"
Minyak kayu putih covid
Minyak kayu putih di baskom
Hirup uap panas kayu putih
Minyak Kayu Putih Corona
Minyak Kayu Putih untuk Corona
Minum Kayu Putih
(GFD-2021-6787) [SALAH] Menghirup Kapur Barus, Cengkeh, Biji Karom, dan Minyak Kayu Putih dapat Meredakan Sesak Nafas Akibat Infeksi COVID-19
Sumber: facebook.comTanggal publish: 23/04/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Setelah dilakukan penelusuran fakta terkait, klaim Rupa Ganguli tidak berdasar, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan menghirup kapus barus, cengkeh, biji karom, dan minyak kayu putih dapat meningkatkan kadar oksigen dan membantu meringankan sesak nafas. Mengendus campuran kapur barus malah dapat membuat keracunan dan mengancam keselamatan jiwa.
Kamper/kapur barus digunakan dalam gel untuk melegakan hidung tersumber seperti pada Vicks VapoRubs dalam kadar kecil (4-5%), beberapa penelitian mengungkapkan penggunaan kapur barus dan minyak kayu putih tidak berpengaruh. Meski begitu, menggunakan kapur barus untuk meningkatkan saturasi oksigen pada darah yang menurun saat seseorang terinfeksi COVID-19, tidak berefek. Hal ini dikarenakan, sesak nafas pada penderita COVID-19 tidak ada hubungannya dengan penyumbatan hidung, dengan kata lain gangguan pernapasan saat terinfeksi COVID-19 tidak bisa diatasi dengan cara melegakan hidung tersumbat.
Penggunaan kamper untuk kesehatan pernapasan justru berbahaya bagi manusia. Sesuai laporan American Association of Poison Control Center, pada tahun 2018 terdapat sekitar 9.500 orang keracunan kapur barus di AS, 10 diantaranya mengancam jiwa dan mengakibatkan kecacatan yang signifikan. Menurut pedoman Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, menghirup uap kamper menyebabkan iritas pada hidung, tenggorokan, menyebabkan kejang, penyakit mental, kebingungan, sakit perut, penggunaan dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
Adapun penggunaan cengkeh untuk pengobatan COVID-19 didasarkan pada sebuah penelitian dari Italia yang menghipotesakan kemungkinkan efek cengkeh untuk SARS-CoV-2. Namun, penelitian tersebut didasarkan pada virus herpes simpleks bukan virus SARS-CoV-2 pada penyakit COVID-19. Penelitian tersebut juga mengaitkan kandungan eugenol pada tanaman seperti cengkeh, kayu manis, pala, dan kemangi, dengan kemampuannya yang dapat membunuh bakteri. Ekstrak eugenol biasanya digunakan untuk obat kumur infeksi mulut dan tenggorokan. Tetapi sampai saat ini tidak ada penelitian yang membuktikan kandungan eugenol pada cengkeh dapat meredakan sakit pernapasan karena infeksi COVID-19.
Lebih lanjut, misinformasi terkait penggunaan minyak kayu putih untuk pengobatan COVID-19 telah berkali-kali beredar selama pandemi COVID-19, salah satunya pernah dibahas oleh tunbackhoax.id dengan artikel yang berjudul “[SALAH] Terapi Uap Panas dan Minyak Kayu Putih Dapat Membunuh Virus Corona”.
Dalam artikel tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI, menyatakan Eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, serta diketahui mampu membunuh virus betacorona, namun bukan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Rupa Ganguli adalah HOAX dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Kamper/kapur barus digunakan dalam gel untuk melegakan hidung tersumber seperti pada Vicks VapoRubs dalam kadar kecil (4-5%), beberapa penelitian mengungkapkan penggunaan kapur barus dan minyak kayu putih tidak berpengaruh. Meski begitu, menggunakan kapur barus untuk meningkatkan saturasi oksigen pada darah yang menurun saat seseorang terinfeksi COVID-19, tidak berefek. Hal ini dikarenakan, sesak nafas pada penderita COVID-19 tidak ada hubungannya dengan penyumbatan hidung, dengan kata lain gangguan pernapasan saat terinfeksi COVID-19 tidak bisa diatasi dengan cara melegakan hidung tersumbat.
Penggunaan kamper untuk kesehatan pernapasan justru berbahaya bagi manusia. Sesuai laporan American Association of Poison Control Center, pada tahun 2018 terdapat sekitar 9.500 orang keracunan kapur barus di AS, 10 diantaranya mengancam jiwa dan mengakibatkan kecacatan yang signifikan. Menurut pedoman Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, menghirup uap kamper menyebabkan iritas pada hidung, tenggorokan, menyebabkan kejang, penyakit mental, kebingungan, sakit perut, penggunaan dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
Adapun penggunaan cengkeh untuk pengobatan COVID-19 didasarkan pada sebuah penelitian dari Italia yang menghipotesakan kemungkinkan efek cengkeh untuk SARS-CoV-2. Namun, penelitian tersebut didasarkan pada virus herpes simpleks bukan virus SARS-CoV-2 pada penyakit COVID-19. Penelitian tersebut juga mengaitkan kandungan eugenol pada tanaman seperti cengkeh, kayu manis, pala, dan kemangi, dengan kemampuannya yang dapat membunuh bakteri. Ekstrak eugenol biasanya digunakan untuk obat kumur infeksi mulut dan tenggorokan. Tetapi sampai saat ini tidak ada penelitian yang membuktikan kandungan eugenol pada cengkeh dapat meredakan sakit pernapasan karena infeksi COVID-19.
Lebih lanjut, misinformasi terkait penggunaan minyak kayu putih untuk pengobatan COVID-19 telah berkali-kali beredar selama pandemi COVID-19, salah satunya pernah dibahas oleh tunbackhoax.id dengan artikel yang berjudul “[SALAH] Terapi Uap Panas dan Minyak Kayu Putih Dapat Membunuh Virus Corona”.
Dalam artikel tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI, menyatakan Eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, serta diketahui mampu membunuh virus betacorona, namun bukan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Rupa Ganguli adalah HOAX dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).
Informasi Palsu. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menghirup kapur barus, cengkeh, atau biji karom dapat meningkatkan oksigen dalam darah atau meredakan gangguan pernapasan. Terapi ini mungkin bekerja dengan baik pada infeksi pernapasan ringan namun tidak pada penyakit infeksi pernapasan berat seperti penderita COVID-19.
Informasi Palsu. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menghirup kapur barus, cengkeh, atau biji karom dapat meningkatkan oksigen dalam darah atau meredakan gangguan pernapasan. Terapi ini mungkin bekerja dengan baik pada infeksi pernapasan ringan namun tidak pada penyakit infeksi pernapasan berat seperti penderita COVID-19.
Rujukan
- https://www.deccanherald.com/science-and-environment/fact-check-inhaling-camphor-clove-carom-seeds-eucalyptus-oil-doesnt-increase-blood-oxygen-level-975889.html
- https://www.altnews.in/inhaling-camphor-lavang-ajwain-and-eucalyptus-oil-does-not-increase-blood-oxygen-level/
- https://idnmedis.com/eugenol
- https://turnbackhoax.id/2021/01/15/salah-terapi-uap-panas-dan-minyak-kayu-putih-dapat-membunuh-virus-corona/
(GFD-2021-6786) [SALAH] Pertamina Tegal Gede Kebakaran
Sumber: facebook.comTanggal publish: 23/04/2021
Berita
Sebuah unggahan dari akun Facebook bernama Bekasikepo, menampilkan video yang diklaim sebagai kebakaran yang terjadi di Pertamina Tegal Gede. Video yang juga beredar luas di berbagai medsos lain ini memperlihatkan kobaran api yang cukup besar, yang berasal dari kawasan Pertamina, yang ada di Tegal Gede.
Hasil Cek Fakta
Namun klaim yang menyatakan bahwa ledakan itu adalah ledakan akibat kebakaran Pertamina Tegal Gede adalah sebuah kekeliruan.
Melansir dari artikel Liputan6.com, Manager Communication Relations & CSR Pertamina Gas, Elok Riani Ariza menyatakan, kobaran api tersebut diakibatkan oleh perawatan rutin di Stasiun Kompresor Gas (SKG) Tegal Gede, Bekasi pada Senin 19 April 2021. Perawatan tersebut merupakan bagian dari perawatan fasilitas penyaluran gas, untuk menjaga performa sarana distribusi gas agar tetap berfungsi optimal.
Aktivitas utama pembersihan pipa adalah mengalirkan gas dari Citarik ke Tegal Gede, Bekasi. Seterusnya dilanjutkan dengan pengecekan tekanan pada pipa dan aktivitas pembakaran gas atau flaring.
Elok menambahkan bahwa kobaran api yang dihasilkan flaring merupakan kondisi yang normal terjadi. Setelah proses perawatan selesai, kondisi sekitar Stasiun Kompresor Gas (SKG) Tegal Gede terpantau kembali kondusif.
Jadi dapat disimpulkan, klaim yang menyatakan bahwa kobaran api di kawasan Pertamina Tegal Gede merupakan peristiwa kebakaran adalah hoaks kategori misleading content atau konten menyesatkan.
Melansir dari artikel Liputan6.com, Manager Communication Relations & CSR Pertamina Gas, Elok Riani Ariza menyatakan, kobaran api tersebut diakibatkan oleh perawatan rutin di Stasiun Kompresor Gas (SKG) Tegal Gede, Bekasi pada Senin 19 April 2021. Perawatan tersebut merupakan bagian dari perawatan fasilitas penyaluran gas, untuk menjaga performa sarana distribusi gas agar tetap berfungsi optimal.
Aktivitas utama pembersihan pipa adalah mengalirkan gas dari Citarik ke Tegal Gede, Bekasi. Seterusnya dilanjutkan dengan pengecekan tekanan pada pipa dan aktivitas pembakaran gas atau flaring.
Elok menambahkan bahwa kobaran api yang dihasilkan flaring merupakan kondisi yang normal terjadi. Setelah proses perawatan selesai, kondisi sekitar Stasiun Kompresor Gas (SKG) Tegal Gede terpantau kembali kondusif.
Jadi dapat disimpulkan, klaim yang menyatakan bahwa kobaran api di kawasan Pertamina Tegal Gede merupakan peristiwa kebakaran adalah hoaks kategori misleading content atau konten menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)
Bukan kebakaran. Faktanya, kobaran api yang terlihat dari kawasan Pertamina Tegal Gede merupakan dampak dari pembakaran gas untuk perawatan fasilitas pipa pembuangan gas.
Bukan kebakaran. Faktanya, kobaran api yang terlihat dari kawasan Pertamina Tegal Gede merupakan dampak dari pembakaran gas untuk perawatan fasilitas pipa pembuangan gas.
Rujukan
(GFD-2021-6785) [SALAH] Foto Seorang Anak Memberikan Masker Gratis Kepada Warga Tidak Mampu
Sumber: facebook.comTanggal publish: 23/04/2021
Berita
Beredar postingan di Facebook oleh akun kanal berita dari India, Abhi Abhi Breaking, yang membagikan sebuah gambar bocah laki-laki terlihat memakai pakaian lusuh, dengan memanggul sebuah tongkat untuk mengaitkan banyak masker kain. Gambar terdapat keterangan dengan Bahasa Hindi yang jika diartikan menyatakan bahwa, anak tersebut membagikan masker kain secara gratis kepada warga miskin karena ibunya menyuruhnya membantu orang yang membutuhkan. Postingan bertajuk iba tersebut disukai sebanyak 1,5 ribu akun dan dibagikan 42 kali.
Hasil Cek Fakta
Setelah dilakukan pencarian fakta terkait, diketahui bahwa bocah laki-laki pada gambar tidak membagikan masker gratis, justru ia sedang menjual masker di tengah situasi lockdown Pakistan karena pandemi COVID-19, yang mengakibatkan pusat penjualan ditutup.
Dilansir dari indiatoday.in, foto asli ditemukan di kanal berita reuters.com. Foto seorang bocah laki yang menjajakan masker terlihat bersama seorang anak laki-laki yang diketahui adalah kakak laki-lakinya. Dalam gambar tersebut diberi keterangan:
“Uzbillah yang berusia tujuh tahun berdiri membawa masker wajah dengan tongkat dan menjualnya bersama saudara laki-lakinya di sudut jalan selama lockdown, setelah Pakistan menutup semua pasar, tempat umum, dan membatasi kerumunan di tengah wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Karachi, Pakistan”. Foto asli dipotret oleh seorang bernama Akhtar Soomro dari Reuters.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa, klaim bocah laki-laki pembawa masker wajah untuk dibagikan gratis adalah HOAX dan termasuk kategori Konten yang Salah/FALSE CONTEXT.
Dilansir dari indiatoday.in, foto asli ditemukan di kanal berita reuters.com. Foto seorang bocah laki yang menjajakan masker terlihat bersama seorang anak laki-laki yang diketahui adalah kakak laki-lakinya. Dalam gambar tersebut diberi keterangan:
“Uzbillah yang berusia tujuh tahun berdiri membawa masker wajah dengan tongkat dan menjualnya bersama saudara laki-lakinya di sudut jalan selama lockdown, setelah Pakistan menutup semua pasar, tempat umum, dan membatasi kerumunan di tengah wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Karachi, Pakistan”. Foto asli dipotret oleh seorang bernama Akhtar Soomro dari Reuters.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa, klaim bocah laki-laki pembawa masker wajah untuk dibagikan gratis adalah HOAX dan termasuk kategori Konten yang Salah/FALSE CONTEXT.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).
Salah konteks gambar. Faktanya, bocah laki-laki tersebut sedang menjual masker saat semua pusat perbelanjaan di wilayah Pakistan tutup karena lockdown pandemi COVID-19.
Salah konteks gambar. Faktanya, bocah laki-laki tersebut sedang menjual masker saat semua pusat perbelanjaan di wilayah Pakistan tutup karena lockdown pandemi COVID-19.
Rujukan
(GFD-2021-6784) [SALAH] Alat Rapid Test Antigen Menunjukkan Hasil Positif saat Diberikan Air Keran
Sumber: FacebookTanggal publish: 23/04/2021
Berita
Beredar di media sosial postingan video terkait pengujian alat rapid tes antigen dengan air keran. Postingan tersebut ramai dibagikan sejak awal pekan ini.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Bubu Alkarimiya. Dia mengunggahnya di Facebook pada 21 April 2021.
Dalam unggahannya terdapat video pengujian alat rapid tes antigen yang menunjukkan hasil positif saat diberi air keran. Postingan video itu juga dilengkapi narasi:
"Covid yg bikin confusedSwab uji tes antigen dgn tetes air keran,dan apa yg terjadi ,air pun positif kopit"
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Bubu Alkarimiya. Dia mengunggahnya di Facebook pada 21 April 2021.
Dalam unggahannya terdapat video pengujian alat rapid tes antigen yang menunjukkan hasil positif saat diberi air keran. Postingan video itu juga dilengkapi narasi:
"Covid yg bikin confusedSwab uji tes antigen dgn tetes air keran,dan apa yg terjadi ,air pun positif kopit"
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta menelusuri dengan menghubungi Assoc. Prof. Bimo A. Tejo Ph.D, Ilmuan Kimia & Bioteknologi Universiti Putra Malaysia. Dia menjelaskan hasil rapid tes menjadi positif saat menggunakan air keran karena tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrikan alat rapid tes tersebut.
Dalam video yang beredar, pengujian tidak memakai larutan penyangga (buffer) yang seharusnya dipakai saat menggunakan alat tersebut. Pembuat video hanya meneteskan air keran dan menunggu hasilnya dalam beberapa saat.
"Alat rapid test antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan. Oleh sebab itu sampel swab hidung harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8," ujar Prof Bimo saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com beberapa waktu lalu.
"Nilai pH Coca-Cola, sambal cireng, atau air keran yang digunakan beberapa orang untuk menguji alat rapid test antigen berada di luar nilai pH yang diizinkan. Nilai pH itu justru merusak alat rapid test antigennya," katanya menambahkan.
"PH sampel yang diambil dari hidung sekitar 5,6 sampai 7,4 sehingga kalau masuk buffer distabilkan menjadi sekitar 7-8. Intinya penggunaan alat rapid test antigen harus dilakukan sesuai instruksi."
Dalam video yang beredar, pengujian tidak memakai larutan penyangga (buffer) yang seharusnya dipakai saat menggunakan alat tersebut. Pembuat video hanya meneteskan air keran dan menunggu hasilnya dalam beberapa saat.
"Alat rapid test antigen sangat sensitif terhadap keasaman (pH) sampel yang digunakan. Oleh sebab itu sampel swab hidung harus dimasukkan ke dalam larutan penyangga (buffer) supaya keasamannya stabil di kisaran pH 7-8," ujar Prof Bimo saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com beberapa waktu lalu.
"Nilai pH Coca-Cola, sambal cireng, atau air keran yang digunakan beberapa orang untuk menguji alat rapid test antigen berada di luar nilai pH yang diizinkan. Nilai pH itu justru merusak alat rapid test antigennya," katanya menambahkan.
"PH sampel yang diambil dari hidung sekitar 5,6 sampai 7,4 sehingga kalau masuk buffer distabilkan menjadi sekitar 7-8. Intinya penggunaan alat rapid test antigen harus dilakukan sesuai instruksi."
Kesimpulan
Postingan video alat rapid test antigen jika diberikan air keran akan memberikan hasil positif adalah tidak benar. Faktanya pembuat video melakukan tes tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan dan itu membuat hasilnya rusak.
Rujukan
Halaman: 5847/6964



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3436431/original/085576000_1619067627-cek_fakta_antigen_air_keran.jpg)