• (GFD-2019-1799) Klaim Jokowi Soal Kereta Api Di Ekspor ke Bangladesh

    Sumber: Debat Pilpres 2019
    Tanggal publish: 13/04/2019

    Berita

    Debat kandidat calon presiden dan wakil presiden ke-5 digelar di Hotel Sultan Jakarta malam ini, Sabtu (13/4). Debat terakhir kali ini mengambil tema Ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri yang dipandu oleh Balques Manisang dan Tomy Ristanto.

    Pada segmen ke-5, sesi tanya jawab calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengklaim jika kereta api di ekspor ke negara Bangladesh.

    Hasil Cek Fakta

    Tahun 2019, sebanyak 250 kereta api buatan INKA di Madiun, Jawa Timur, mulai dikirim ke Bangladesh secara bertahap dengan nilai kontrak sebesar 100,8 juta dolar atau setara Rp1,4 triliun. Rinciannya, sebanyak 50 kereta tipe Broad Gauge (BG) dan 200 kereta tipe Meter Gauge (MG). Perbedaan tipe ini terletak pada lebar track: tipe BG dengan lebar 1.676 mm sedangkan tipe MG lebar 1.000 mm.

    Untuk diketahui jika PT INKA memulai pengiriman pertama sebanyak 15 kereta melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Ini bukan kali pertama Bangladesh Railway memesan kepada PT INKA. Pada 2016 PT INKA juga mengekspor 150 kereta senilai 72,39 juta dolar ke Bangladesh, serta 50 kereta pada 2006 dengan nilai kontrak 13,8 juta dolar.

    "PT INKA mulai mengirimkan 15 kereta penumpang dari Tanjung Perak, Surabaya ke Bangladesh, Minggu lalu. Ini ekspor pertama dari total 250 gerbong kereta penumpang untuk Bangladesh Railway yang tendernya dimenangi INKA tahun 2017. Seluruhnya dibuat di pabrik INKA di Jawa Timur," kutipan Jokowi pada 22 Januari 2019.

    PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manufaktur kereta api terintegrasi pertama di Asia Tenggara. Fokus kami adalah menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi bagi pelanggan. Kami menyediakan berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta after sales untuk memastikan bahwa pelanggan menerima produki dengan kualitas terbaik. Produk kami telah diekspor ke berbagai negara, seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia.

    Kesimpulan

    Klaim Capres nomor urut 01 Joko Widodo benar jika Indonesia ekspor Kereta Api ke Bangladesh. Bahkan pembuatannya di Jawa Timur di Pabrik INKA.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1798) Benarkah Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia Meningkat?

    Sumber: Debat Pilpres 2019
    Tanggal publish: 13/04/2019

    Berita

    Dalam debat pamungkas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden menjelang Pemilihan Presiden 2019 di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (13/4/2019), muncul pembahasan terkait kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia yang diklaim meningkat.

    Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia salah arah, sehingga menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan.

    “Seperti China, dalam 40 tahun mereka hilangkan kemiskinan, contoh berani belajar dari yang hebat,” ucap Prabowo Subianto.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan cek fakta yang dilakukan terkait klaim tersebut, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Rasio Gini adalah sebesar 0,384 pada September 2018.

    Angka ini menurun 0,005 poin jika dibandingkan dengan Rasio Gini pada Maret 2018 yang sebesar 0,389. Sementara itu, jika dibandingkan dengan posisi September 2017 yang sebesar 0,391, maka angkanya turun 0,007 poin.

    Skor Rasio Gini mendekati 0 mencerminkan kian sempitnya ketimpangan di suatu wilayah. Adapun ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia.

    Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah angkanya di bawah 12%, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12%–17%, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 %.

    Pada September 2018, persentase pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,47%, yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Kondisi ini naik jika dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 17,29% dan September 2017 yang sebesar 17,22%.

    Hal ini memberikan arti bahwa secara nasional, telah terjadi perbaikan tingkat ketimpangan selama periode September 2017–September 2018.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1797) Benarkah pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) telah menjangkau 4,2 juta nasabah?

    Sumber: Debat Pilpres 2019
    Tanggal publish: 13/04/2019

    Berita

    Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, mengklaim bahwa program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) telah menjangkau 4,2 juta nasabah. Pernyataan ini dilontarkan Jokowi dalam debat capres putaran ke-5 di Hotel Sultan, Sabtu 13 April 2019.

    Hasil Cek Fakta

    PT Permodalan Nasional Madani (Persero) pada tahun 2018 berhasil mencapai target sebanyak empat juta nasabah Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) di 30 provinsi di Tanah Air.

    Direktur Utama PNM, Arief Mulayadi memaparkan bahwa pada 2017 aset PNM sebesar Rp 11.1 triliun meningkat menjadi Rp 18,3 triliun pada 2018. Aset bertambah sebesar 70 persen.

    Hal positif juga dapat dilihat dari peningkatan jumlah nasabah di tahun 2017 sebesar 2,3 juta nasabah. Sedangkan di tahun 2018, nasabah Mekaar mencapai 4.277.000.

    “Jumlah nasabah Unit Layanan Modal Mikro (UlaMM) tidak terlalu banyak karena PNM ingin menciptakan role-role model yang bisa dicontoh. Per Desember 2018 hampir 70 ribu, jadi kalau nasabah di total per Desember 2018 itu sekitar 4.127.000,” kata Arief.

    Sementara saluran kredit saat ini sebesar Rp 15,4 triliun, dengan dana berasal dari capital market sebesar Rp 10 triliun dan sisanya dari bank komersial, dengan 4-5% pinjaman pemerintah melalui Kementerian Keuangan RI.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1796) Sandiaga: Rahman Pengusaha Muda Asal Sidrap Mampu Ciptakan Lapangan Kerja

    Sumber: Debat Pilpres 2019
    Tanggal publish: 13/04/2019

    Berita

    Debat kandidat calon presiden dan wakil presiden ke-5 digelar di Hotel Sultan Jakarta malam ini, Sabtu (13/4). Debat terakhir kali ini mengambil tema Ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri yang dipandu oleh Balques Manisang dan Tomy Ristanto.

    Pada segmen ke-4, sesi tanya jawab dari pasangan nomor urut 01 ke nomor urut 02, dimana pertanyaan Jokowi soal peluang pengusaha muda di Indonesia, yang sangat berkembang pesat dengan adanya profesi gamers.

    Namun pertanyaan tersebut ditanggapi Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno dengan menceritakan kisah Rahman pemuda millenial asal Sidrap yang menjadi pengusaha beras yang mampu menciptakan lapangan kerja bukan pencari kerja.

    Hasil Cek Fakta

    Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno berkampanye dan mengunjungi pengusaha beras bernama Rahman di Kabupaten Sindereng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan.

    Rahman di mata Sandi adalah pengusaha muda yang memberikan inspirasi. Tidak mencari kerja tapi menciptakan lapangan kerja. Rahman bersama kakak dan adiknya mengelola perusahaan beras dengan produksi 250 ton per hari. Sawah yang dikelola mereka seluas 300 hektar. Sidrap memang salah satu daerah lumbung pangan, penghasil beras terbesar di Indonesia.

    Rahman merupakan pengusaha beras yang bekerjasama dengan food station DKI untuk memenuhi kebutuhan beras warga Jakarta.

    "Rahman adalah pengusaha muda, milenial, bersama Cahyadi adiknya dan abangnya, mengelola hasil pertanian. Dan sangat menghasilkan dengan memperkerjakan ratusan orang. Ini belum termasuk dengan banyak orang lainnya yang terlibat dalam rantai distribusinya," terang Sandi di Sidrap, Rabu (28/3).

    "Tidak mencari kerja tapi menciptakan lapangan kerja. Pak Rahman bersama abang dan adiknya mengelola perusahaan beras dengan produksi 250 ton per hari dengan luas sawah yang dikelola sebanyak 300 hektar," ujar Sandiaga, seperti dilansir Antara, Jumat (29/3/2019).

    Ia mengatakan Sidrap memang salah satu daerah lumbung pangan, penghasil beras terbesar di Indonesia.

    Dia menceritakan, Herman adalah salah satu pengusaha beras yang bekerja sama dengan Food Station DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan beras warga Ibukota.

    Menurut Sandiaga, hal tersebut merupakan salah program yang dijalankannya saat menjabat Wakil Gubernur DKI dan pemenuhan janjinya untuk harga-harga kebutuhan pokok stabil dan terjangkau.

    "Saudara Herman adalah pengusaha muda, milenials, bersama Cahyadi adiknya dan abangnya, mengelola hasil pertanian. Dan sangat menghasilkan dengan memperkerjakan ratusan orang. Ini belum termasuk dengan banyak orang lainnya yang terlibat dalam rantai distribusinya," papar dia.

    Menurut Sandiaga Uno, ini sebagai bukti bahwa masih banyak anak muda di Indonesia yang masih mau terjun dalam industri pangan, seperti Herman dan keluarganya.

    Kesimpulan

    Pernyataan Cawapres Nomor Urut 02 Sandiaga Uno benar jika Rahman pengusaha muda asal Sidrap mampu menciptakan lapangan kerja bersama saudaranya. Tidak hanya itu pengusaha beras asal Sidrap ini juga bekerja sama dengan "Food Station DKI".

    Rujukan