Beredar narasi yang intinya mengklaim bahwa Covid-19 hanyalah fitnah yang digunakan untuk menghambat kebangkitan umat Islam. Salah satunya diunggah oleh akun Bee (fb.com/100032825676164). Narasi itu berjudul “Dahsyatnya Fitnah Corona”.
Tulisan tersebut berisi 12 poin. Dalam salah satu poin, disebutkan bahwa virus Corona jenis baru itu merupakan bentuk ketakutan para elite global akan kebangkitan umat Islam yang sudah di depan mata. Akun tersebut juga menulis klaim bahwa, dalam menangani Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikendalikan oleh Amerika Serikat dan Yahudi.
(GFD-2020-4392) [SALAH] “DAHSYATNYA FITNAH CORONA, ketakutan para elit global akan kebangkitan umat Islam”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/07/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa Covid-19 hanyalah fitnah yang digunakan untuk menghambat kebangkitan umat Islam adalah klaim yang keliru.
Data menunjukkan bahwa 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi saat ini adalah negara-negara yang populasi muslimnya minoritas. Selain itu, saat ini Amerika Serikat sedang berkonflik dengan WHO, di mana mereka telah menghentikan pendanaan sejak April 2020 dan mengumumkan akan keluar dari keanggotaan WHO.
Berikut penjelasan lengkapnya, seperti yang dilansir dari situs cekfakta.tempo.co;
Klaim 1: Covid-19 sifatnya self limited desease. Artinya, manusia bisa sembuh sendiri dengan antibodi yang dimilikinya. Bagi yang punya penyakit berat memang rentan, namun tidak selamanya membawa kematian.
Fakta:
Virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV2, hingga 16 Juli 2020, telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia, dengan sekitar 586 ribu di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, kasus positif Covid-19 telah mencapai 80.094 kasus dengan 3.797 kematian. Covid-19 menginfeksi semua umur, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Dalam kasus Covid-19, tidak semua pasien bisa memulihkan dirinya sendiri dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Tingkat rawat inap pasien Covid-19 di AS pada Maret 2020 misalnya, mencapai 4,6 per 100 ribu populasi serta 89,3 persen pasien yang dirawat memiliki penyakit penyerta. Di Indonesia, tingkat hunian hunian rumah sakit yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19 mencapai 60 persen.
Selain itu, bukan hanya mereka yang punya penyakit berat (penyakit penyerta) yang rentan terhadap Covid-19, melainkan juga anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, per 18 Mei 2020, setidaknya 3.324 anak berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan 129 anak berstatus PDP meninggal dunia, sementara jumlah anak yang positif Covid-19 mencapai 584 anak.
Dengan demikian, klaim pertama di atas tidak sepenuhnya benar.
=================
Klaim 2: Banyak tenaga medis yang meninggal karena kecapekan. Bukankah ini (kelelahan) juga yang disinyalir menjadi penyebab kematian 600 petugas KPPS saat Pilpres 2019?
Fakta:
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, hingga Juli 2020, sebanyak 61 dokter meninggal dunia karena Covid-19. Di Jawa Timur, angka kematian dokter dan tenaga medis akibat Covid-19 berada di atas 10 persen. IDI menjelaskan setidaknya ada delapan faktor yang menyebabkan tingginya kasus kematian pada tenaga medis, yakni minimnya alat pelindung diri (APD) di fasilitas kesehatan; lemahnya skrining pasien, termasuk skrining untuk petugas; belum dibuatnya alur layanan yang berbeda untuk pasien Covid-19 dan non-Covid-19; lemahnya deteksi/isolasi/terapi kasus; adanya faktor risiko dan kerentanan seperti usia, penyakit, dan komorbid lainnya; adanya riwayat kontak dengan pasien Covid-19 maupun pasien umum yang tanpa gejala; terlambatnya tes dan lamanya hasil tes; serta terbatasnya jumlah fasilitas kesehatan dan rumah sakit rujukan Covid-19.
=================
Klaim 3: WHO adalah badan kesehatan di bawah PBB yang dikendalikan oleh AS dan dikuasai Yahudi Israel.
Fakta:
WHO didirikan pada 7 April 1948 dan menjadi organisasi independen di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WHO berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dan kini memiliki 150 negara anggota. AS merupakan salah satu anggota dan pendonor tetap WHO, tapi bukan satu-satunya. Pendonor WHO berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari negara anggota, organisasi internasional, sektor swasta, dan sumber lainnya. Pendonor utama WHO selain AS adalah PBB, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, Bill Gates Foundation, GAVI Alliance, National Philanthropic Trust Inggris, Bloomberg dan, Komisi Uni Eropa.
Namun, di tengah pandemi Covid-19, Presiden AS Donald Trump berkonflik dengan WHO yang dipicu oleh meningkatnya ketegangan dengan Cina terkait pandemi Covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Trump telah menghentikan pendanaan AS terhadap WHO sejak April 2020. Trump pun menyatakan bahwa AS akan keluar dari WHO pada 2021, mengakhiri keanggotaannya selama 70 tahun. Namun, AS harus melalui masa tenggang satu tahun sebelum resmi keluar dari WHO dan membayar seluruh iuran yang telah disepakati dalam resolusi bersama Kongres AS pada 1948. Saat ini, AS berutang lebih dari 200 juta dolar AS kepada WHO.
Dengan demikian, klaim bahwa keputusan WHO terkait pandemi Covid-19 dipengaruhi oleh AS tidak benar.
=================
Klaim 4: Covid-19 adalah bentuk ketakutan elite global akan kebangkitan umat Islam.
Fakta:
Tidak ada bukti bahwa virus Corona penyebab Covid-19 sengaja diciptakan, termasuk dengan tujuan untuk menghambat bangkitnya umat Islam. Menurut artikel Nature pada 17 Maret 2020, penelitian terhadap struktur genetik SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa virus itu bukanlah manipulasi laboratorium. Para ilmuwan memiliki dua penjelasan tentang asal usul virus tersebut, yakni seleksi alam pada inang hewan atau seleksi alam pada manusia setelah virus melompat dari hewan.
Faktanya lainnya, sepuluh negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia adalah negara-negara yang populasi umat Islamnya lebih kecil ketimbang umat agama lain.
Selain itu, Covid-19 bukan satu-satunya pandemi mematikan. Jurnal Science mencatat setidaknya ada 20 epidemi dan pandemi mematikan dalam sejarah manusia sejak abad prasejarah hingga masa sekarang, seperti Zika (2015), Ebola (2014), dan flu burung (2009).
Dengan demikian, klaim bahwa virus penyebab Covid-19 sengaja diciptakan dengan tujuan menghambat bangkitnya umat Islam keliru.
=================
Klaim 5: Parlemen Italia telah membongkar data ribuan orang yang meninggal karena Covid-19 adalah fiktif.
Fakta:
Tidak ada pemberitaan yang menyebutkan informasi tersebut. Pada 24 April 2020, memang beredar klaim di media sosial yang mengutip pernyataan politikus Italia bahwa terdapat sekitar 25 ribu orang yang tidak meninggal karena Covid-19, dan 96,3 persen dari mereka yang meninggal disebabkan oleh penyakit lain. Menurut klaim itu, data tersebut berasal dari Higher Institute of Health.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Full Fact, klaim tersebut keliru. Laporan sebenarnya yang dirilis oleh Higher Institute of Health pada 20 April 2020 tidak menampilkan proporsi kematian akibat Covid-19. Laporan tersebut menyebut bahwa 96,3% persen pasien positif Covid-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan 3,7 persen tanpa komorbiditas. Artinya, Covid-19 menyebabkan kematian pada mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta dan mempercepat kematian pada pasien dengan komorbid.
Hingga 16 Juli 2020, Italia mencatatkan kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 34.997 orang. Kematian ini menimpa mereka yang sudah didiagnosa positif Covid-19.
=================
Klaim 6: TBC lebih berbahaya dibanding Covid-19 karena menyebabkan kematian terhadap 300 orang setiap harinya.
Fakta:
WHO memang pernah mengumumkan bahwa jumlah pasien TBC yang meninggal di Indonesia mencapai 300 orang setiap harinya. Namun, WHO menegaskan tingkat kematian akibat Covid-19 tidak bisa diketahui secara pasti karena berbagai faktor. Beberapa laporan memperkirakan tingkat kematian Covid-19 berkisar antara 1,5-20 persen, di mana 20 persen merupakan perkiraan tertinggi yang terjadi di pusat wabah, yakni di Wuhan. Adapun tingkat kematian TBC yang tidak diobati lebih tinggi, yakni 45 persen.
Sedangkan dari sisi penularan penyakit yang ditunjukkan dengan nomor reproduksi kasus, (R0) nilai, infeksi SARS-CoV-2 bernilai (R0) 2,2. Ini berarti setiap orang dengan Covid-19 dapat menularkan infeksi ke 2,2 individu lainnya. Sedangkan nilai R0 untuk TBC di negara dengan jumlah kasus yang rendah berada di bawah 1. Selama ini, tidak pernah pula terjadi wabah TBC. Namun, di negara-negara tertentu yang pernah mencatatkan kasus TBC yang tinggi, nilai R0 untuk TB telah mencapai 4,3 (Cina, 2012) dan 3,55 (India Selatan, 2004-2006).
Akan tetapi, bedanya, TBC bisa dicegah dan dapat diobati dengan rata-rata keberhasilan di tingkat global mencapai 85 persen pada 2018. Pencegahan TBC salah satunya melalui pemberian vaksin BCG pada anak-anak. Sed
Data menunjukkan bahwa 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi saat ini adalah negara-negara yang populasi muslimnya minoritas. Selain itu, saat ini Amerika Serikat sedang berkonflik dengan WHO, di mana mereka telah menghentikan pendanaan sejak April 2020 dan mengumumkan akan keluar dari keanggotaan WHO.
Berikut penjelasan lengkapnya, seperti yang dilansir dari situs cekfakta.tempo.co;
Klaim 1: Covid-19 sifatnya self limited desease. Artinya, manusia bisa sembuh sendiri dengan antibodi yang dimilikinya. Bagi yang punya penyakit berat memang rentan, namun tidak selamanya membawa kematian.
Fakta:
Virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV2, hingga 16 Juli 2020, telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia, dengan sekitar 586 ribu di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, kasus positif Covid-19 telah mencapai 80.094 kasus dengan 3.797 kematian. Covid-19 menginfeksi semua umur, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Dalam kasus Covid-19, tidak semua pasien bisa memulihkan dirinya sendiri dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Tingkat rawat inap pasien Covid-19 di AS pada Maret 2020 misalnya, mencapai 4,6 per 100 ribu populasi serta 89,3 persen pasien yang dirawat memiliki penyakit penyerta. Di Indonesia, tingkat hunian hunian rumah sakit yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19 mencapai 60 persen.
Selain itu, bukan hanya mereka yang punya penyakit berat (penyakit penyerta) yang rentan terhadap Covid-19, melainkan juga anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, per 18 Mei 2020, setidaknya 3.324 anak berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan 129 anak berstatus PDP meninggal dunia, sementara jumlah anak yang positif Covid-19 mencapai 584 anak.
Dengan demikian, klaim pertama di atas tidak sepenuhnya benar.
=================
Klaim 2: Banyak tenaga medis yang meninggal karena kecapekan. Bukankah ini (kelelahan) juga yang disinyalir menjadi penyebab kematian 600 petugas KPPS saat Pilpres 2019?
Fakta:
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, hingga Juli 2020, sebanyak 61 dokter meninggal dunia karena Covid-19. Di Jawa Timur, angka kematian dokter dan tenaga medis akibat Covid-19 berada di atas 10 persen. IDI menjelaskan setidaknya ada delapan faktor yang menyebabkan tingginya kasus kematian pada tenaga medis, yakni minimnya alat pelindung diri (APD) di fasilitas kesehatan; lemahnya skrining pasien, termasuk skrining untuk petugas; belum dibuatnya alur layanan yang berbeda untuk pasien Covid-19 dan non-Covid-19; lemahnya deteksi/isolasi/terapi kasus; adanya faktor risiko dan kerentanan seperti usia, penyakit, dan komorbid lainnya; adanya riwayat kontak dengan pasien Covid-19 maupun pasien umum yang tanpa gejala; terlambatnya tes dan lamanya hasil tes; serta terbatasnya jumlah fasilitas kesehatan dan rumah sakit rujukan Covid-19.
=================
Klaim 3: WHO adalah badan kesehatan di bawah PBB yang dikendalikan oleh AS dan dikuasai Yahudi Israel.
Fakta:
WHO didirikan pada 7 April 1948 dan menjadi organisasi independen di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WHO berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dan kini memiliki 150 negara anggota. AS merupakan salah satu anggota dan pendonor tetap WHO, tapi bukan satu-satunya. Pendonor WHO berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari negara anggota, organisasi internasional, sektor swasta, dan sumber lainnya. Pendonor utama WHO selain AS adalah PBB, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, Bill Gates Foundation, GAVI Alliance, National Philanthropic Trust Inggris, Bloomberg dan, Komisi Uni Eropa.
Namun, di tengah pandemi Covid-19, Presiden AS Donald Trump berkonflik dengan WHO yang dipicu oleh meningkatnya ketegangan dengan Cina terkait pandemi Covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Trump telah menghentikan pendanaan AS terhadap WHO sejak April 2020. Trump pun menyatakan bahwa AS akan keluar dari WHO pada 2021, mengakhiri keanggotaannya selama 70 tahun. Namun, AS harus melalui masa tenggang satu tahun sebelum resmi keluar dari WHO dan membayar seluruh iuran yang telah disepakati dalam resolusi bersama Kongres AS pada 1948. Saat ini, AS berutang lebih dari 200 juta dolar AS kepada WHO.
Dengan demikian, klaim bahwa keputusan WHO terkait pandemi Covid-19 dipengaruhi oleh AS tidak benar.
=================
Klaim 4: Covid-19 adalah bentuk ketakutan elite global akan kebangkitan umat Islam.
Fakta:
Tidak ada bukti bahwa virus Corona penyebab Covid-19 sengaja diciptakan, termasuk dengan tujuan untuk menghambat bangkitnya umat Islam. Menurut artikel Nature pada 17 Maret 2020, penelitian terhadap struktur genetik SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa virus itu bukanlah manipulasi laboratorium. Para ilmuwan memiliki dua penjelasan tentang asal usul virus tersebut, yakni seleksi alam pada inang hewan atau seleksi alam pada manusia setelah virus melompat dari hewan.
Faktanya lainnya, sepuluh negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia adalah negara-negara yang populasi umat Islamnya lebih kecil ketimbang umat agama lain.
Selain itu, Covid-19 bukan satu-satunya pandemi mematikan. Jurnal Science mencatat setidaknya ada 20 epidemi dan pandemi mematikan dalam sejarah manusia sejak abad prasejarah hingga masa sekarang, seperti Zika (2015), Ebola (2014), dan flu burung (2009).
Dengan demikian, klaim bahwa virus penyebab Covid-19 sengaja diciptakan dengan tujuan menghambat bangkitnya umat Islam keliru.
=================
Klaim 5: Parlemen Italia telah membongkar data ribuan orang yang meninggal karena Covid-19 adalah fiktif.
Fakta:
Tidak ada pemberitaan yang menyebutkan informasi tersebut. Pada 24 April 2020, memang beredar klaim di media sosial yang mengutip pernyataan politikus Italia bahwa terdapat sekitar 25 ribu orang yang tidak meninggal karena Covid-19, dan 96,3 persen dari mereka yang meninggal disebabkan oleh penyakit lain. Menurut klaim itu, data tersebut berasal dari Higher Institute of Health.
Berdasarkan pemeriksaan fakta Full Fact, klaim tersebut keliru. Laporan sebenarnya yang dirilis oleh Higher Institute of Health pada 20 April 2020 tidak menampilkan proporsi kematian akibat Covid-19. Laporan tersebut menyebut bahwa 96,3% persen pasien positif Covid-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan 3,7 persen tanpa komorbiditas. Artinya, Covid-19 menyebabkan kematian pada mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta dan mempercepat kematian pada pasien dengan komorbid.
Hingga 16 Juli 2020, Italia mencatatkan kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 34.997 orang. Kematian ini menimpa mereka yang sudah didiagnosa positif Covid-19.
=================
Klaim 6: TBC lebih berbahaya dibanding Covid-19 karena menyebabkan kematian terhadap 300 orang setiap harinya.
Fakta:
WHO memang pernah mengumumkan bahwa jumlah pasien TBC yang meninggal di Indonesia mencapai 300 orang setiap harinya. Namun, WHO menegaskan tingkat kematian akibat Covid-19 tidak bisa diketahui secara pasti karena berbagai faktor. Beberapa laporan memperkirakan tingkat kematian Covid-19 berkisar antara 1,5-20 persen, di mana 20 persen merupakan perkiraan tertinggi yang terjadi di pusat wabah, yakni di Wuhan. Adapun tingkat kematian TBC yang tidak diobati lebih tinggi, yakni 45 persen.
Sedangkan dari sisi penularan penyakit yang ditunjukkan dengan nomor reproduksi kasus, (R0) nilai, infeksi SARS-CoV-2 bernilai (R0) 2,2. Ini berarti setiap orang dengan Covid-19 dapat menularkan infeksi ke 2,2 individu lainnya. Sedangkan nilai R0 untuk TBC di negara dengan jumlah kasus yang rendah berada di bawah 1. Selama ini, tidak pernah pula terjadi wabah TBC. Namun, di negara-negara tertentu yang pernah mencatatkan kasus TBC yang tinggi, nilai R0 untuk TB telah mencapai 4,3 (Cina, 2012) dan 3,55 (India Selatan, 2004-2006).
Akan tetapi, bedanya, TBC bisa dicegah dan dapat diobati dengan rata-rata keberhasilan di tingkat global mencapai 85 persen pada 2018. Pencegahan TBC salah satunya melalui pemberian vaksin BCG pada anak-anak. Sed
Kesimpulan
Data menunjukkan bahwa 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi saat ini adalah negara-negara yang populasi muslimnya minoritas. Selain itu, saat ini Amerika Serikat sedang berkonflik dengan WHO, di mana mereka telah menghentikan pendanaan sejak April 2020 dan mengumumkan akan keluar dari keanggotaan WHO.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/888/fakta-atau-hoaks-benarkah-covid-19-diciptakan-untuk-hambat-kebangkitan-umat-islam
- https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/4bamd1Zb-cek-fakta-covid-19-diciptakan-untuk-hambat-kebangkitan-umat-islam-cek-fa
- https://www.worldometers.info/coronavirus/
- https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/69/wr/mm6915e3.htm
- https://nasional.kompas.com/read/2020/07/01/06103131/update-56385-kasus-covid-19-di-indonesia-tingkat-hunian-rs-60-persen?page=all
- https://www.tempo.co/abc/5652/mengapa-angka-kematian-anak-akibat-virus-corona-di-indonesia-tinggi
- https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/13/172000765/14-dokter-meninggal-dalam-sepekan-kenapa-banyak-nakes-terinfeksi-covid-19-?page=all
- https://regional.kontan.co.id/news/kenapa-banyak-dokter-perawat-corona-di-jawa-timur-meninggal-dunia-ini-analisa-idi
- https://www.who.int/westernpacific/about/partnerships/donors
- https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/5f0528d990e6c/pbb-umumkan-amerika-serikat-resmi-keluar-dari-who-6-juli-2021
- https://www.livescience.com/worst-epidemics-and-pandemics-in-history.html
- https://fullfact.org/health/sgarbi-coronavirus/
- https://www.euronews.com/2020/07/17/covid-19-coronavirus-breakdown-of-deaths-and-infections-worldwide
- https://www.who.int/news-room/q-a-detail/tuberculosis-and-the-covid-19-pandemic
- https://gaya.tempo.co/read/1342866/hoaks-masker-sebabkan-kekurangan-oksigen-cek-faktanya
(GFD-2020-4391) [SALAH] Foto Massa Sudah Tumpah Ruah Mengepung Gedung DPR Terkait RUU HIP
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/07/2020
Berita
“Semoga RUU HIP atau diganti dengan nama apapun dibatalkan, Massa Rakyat sudah tumpah ruah mengepung Gedung DPR dari depan dan belakang,” unggah akun Facebook Feizal Syahmenan atau @feizal.syahmenan disertai foto banyak orang yang nampak sedang melakukan demonstrasi, pada Jumat, (19/7).
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Feizal Syahmenan atau @feizal.syahmenan mengunggah foto banyak orang yang Nampak sedang melakukan aksi demonstrasi di jalan. Pada unggahan itu ditambahkan narasi sebagai berikut:
“Semoga RUU HIP atau diganti dengan nama apapun dibatalkan, Massa Rakyat sudah tumpah ruah mengepung Gedung DPR dari depan dan belakang”.
Setelah menelusuri melalui mesin pencari, diketahui unggahan akun Facebook Feizal Syahmenan adalah salah atau keliru.
Diketahui foto asli yang diunggah akun Facebook Feizal Syahmenan adalah karya dari Jurnalis tagar.id, Gemilang Isromi Nuari yang ditayangkan pada artikel berjudul “Gelar Aksi Tolak RUU KUHP, Poster Mahasiswa Sindir DPR” pada 24 September 2019 dan dengan judul “HTI Menyusup Dalam Demonstrasi Mahasiswa di Gedung DPR” pada 25 September 2019.
Di sisi lain, diketahui pemerintah, melalui Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, dan DPR sepakat mengubah pembahasan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menjadi RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU BPIP).
Meski begitu, Ketua DPR, Puan Maharani menyatakan bahwa konsep RUU BPIP ini “tidak akan segera dibahas” dan “akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut mempelajari, memberi saran, masukan, dan kritik terhadap konsep RUU badan pembinaan ideologi Pancasila”.
“DPR bersama pemerintah akan membahas RUU badan pembinaan ideologi Pancasila tersebut apabila DPR dan pemerintah sudah merasa mendapatkan masukan yang cukup dari seluruh elemen anak bangsa,” ujar Puan.
Dengan begitu, berdasarkan kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft, unggahan akun Facebook Feizal Syahmenan dapat disebut sebagai False Context atau Konten yang Salah.
“Semoga RUU HIP atau diganti dengan nama apapun dibatalkan, Massa Rakyat sudah tumpah ruah mengepung Gedung DPR dari depan dan belakang”.
Setelah menelusuri melalui mesin pencari, diketahui unggahan akun Facebook Feizal Syahmenan adalah salah atau keliru.
Diketahui foto asli yang diunggah akun Facebook Feizal Syahmenan adalah karya dari Jurnalis tagar.id, Gemilang Isromi Nuari yang ditayangkan pada artikel berjudul “Gelar Aksi Tolak RUU KUHP, Poster Mahasiswa Sindir DPR” pada 24 September 2019 dan dengan judul “HTI Menyusup Dalam Demonstrasi Mahasiswa di Gedung DPR” pada 25 September 2019.
Di sisi lain, diketahui pemerintah, melalui Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, dan DPR sepakat mengubah pembahasan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menjadi RUU Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (RUU BPIP).
Meski begitu, Ketua DPR, Puan Maharani menyatakan bahwa konsep RUU BPIP ini “tidak akan segera dibahas” dan “akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut mempelajari, memberi saran, masukan, dan kritik terhadap konsep RUU badan pembinaan ideologi Pancasila”.
“DPR bersama pemerintah akan membahas RUU badan pembinaan ideologi Pancasila tersebut apabila DPR dan pemerintah sudah merasa mendapatkan masukan yang cukup dari seluruh elemen anak bangsa,” ujar Puan.
Dengan begitu, berdasarkan kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft, unggahan akun Facebook Feizal Syahmenan dapat disebut sebagai False Context atau Konten yang Salah.
Kesimpulan
Foto massa mengepung Gedung DPR terkait RUU HIP yang diunggah akun Facebook Feizal Syahmenan adalah salah. Aslinya foto tersebut adalah karya Jurnalis tagar.id, Gemilang Isromi Nuari yang ditayangkan pada artikel berjudul “Gelar Aksi Tolak RUU KUHP, Poster Mahasiswa Sindir DPR” pada 24 September 2019 dan dengan judul “HTI Menyusup Dalam Demonstrasi Mahasiswa di Gedung DPR” pada 25 September 2019.
Rujukan
- http1.
- https://archive.fo/ylX92 2.
- https://www.facebook.com/feizal.syahmenan/posts/10158632230509461 3.
- https://www.tagar.id/gelar-aksi-tolak-ruu-kuhp-poster-mahasiswa-sindir-dpr 4.
- https://www.tagar.id/hti-menyusup-dalam-demonstrasi-mahasiswa-di-gedung-dpr 5.
- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53426123
(GFD-2020-4390) [SALAH] Foto Gubernur Anies sedang Makan dengan Sekumpulan Orang Jawa Tulen
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/07/2020
Berita
“Terlihat sekumpulan orang Jawa tulen yang sedang menyantap kuliner khas Jawa, berupa nasi samin, kebab, buaya panggang, dan minumannya tentu fifis onta segar.. Percakapan dari mereka pun memakai bahasa Jawa halus alias kromo inggil pula..Seperti, ana, akhi, antum, afwan, dan lain lain.. Hmmm, sungguh mengagumkan sekali bukan? Nb : Seng wani protes PKI.. Opo kowe Bong? ,” unggah akun Facebook Boen Syafi’i atau @leo.bunthedzz dengan menyematkan sebuah foto Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang sedang makan di meja makan Bersama beberapa pria bersorban, Sabtu, (18/7).
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Boen Syafi’i atau @leo.bunthedzz mengunggah foto Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang sedang makan di meja makan Bersama beberapa pria bersorban. Dalam unggahan tersebut ditambahkan narasi sebagai berikut:
“Terlihat sekumpulan orang Jawa tulen yang sedang menyantap kuliner khas Jawa, berupa nasi samin, kebab, buaya panggang, dan minumannya tentu fifis onta segar.. Percakapan dari mereka pun memakai bahasa Jawa halus alias kromo inggil pula..Seperti, ana, akhi, antum, afwan, dan lain lain.. Hmmm, sungguh mengagumkan sekali bukan? Nb : Seng wani protes PKI.. Opo kowe Bong?”.
Setelah menelusuri melalui mesin pencari, unggahan akun Facebook Boen Syafi’i adalah salah atau keliru.
Diketahui foto asli saat Gubernur Anies makan dengan beberapa pria bersorban adalah foto yang diambil dari dokumentasi pribadi pada akun Facebook Gubernur Anies yakni Anies Baswedan atau @aniesbaswedan. Pada foto yang diunggah pada 28 Agustus 2017 tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
“Semalam, diundang dan dijamu makan malam oleh para tokoh Kota Makkah yang dihadiri juga oleh Petinggi Kementrian Haji Pemerintah Saudi dan beberapa tokoh dari Afrika. Jamuan disini unik, dimulai pukul 23 hingga pukul 1.30 dini hari ?,” tulis akun Facebook Gubernur Anies.
Selain itu beberapa media, yakni Tempo dan Kumparan juga menjadikan foto Gubernur Anies tersebut sebagai sampul pada artikel yang berjudul “Bertemu Tokoh di Arab Saudi, Anies: Banyak yang Dibicarakan” dan “Saat Anies Baswedan Dijamu Pemerintah Arab Saudi di Mekah”.
Dengan begitu, unggahan akun Facebook Boen Syafi’i menurut kategori Misinformasi dan Disiformasi dari First Draft dapat disebut sebagai False Context atau Konten yang Salah.
“Terlihat sekumpulan orang Jawa tulen yang sedang menyantap kuliner khas Jawa, berupa nasi samin, kebab, buaya panggang, dan minumannya tentu fifis onta segar.. Percakapan dari mereka pun memakai bahasa Jawa halus alias kromo inggil pula..Seperti, ana, akhi, antum, afwan, dan lain lain.. Hmmm, sungguh mengagumkan sekali bukan? Nb : Seng wani protes PKI.. Opo kowe Bong?”.
Setelah menelusuri melalui mesin pencari, unggahan akun Facebook Boen Syafi’i adalah salah atau keliru.
Diketahui foto asli saat Gubernur Anies makan dengan beberapa pria bersorban adalah foto yang diambil dari dokumentasi pribadi pada akun Facebook Gubernur Anies yakni Anies Baswedan atau @aniesbaswedan. Pada foto yang diunggah pada 28 Agustus 2017 tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
“Semalam, diundang dan dijamu makan malam oleh para tokoh Kota Makkah yang dihadiri juga oleh Petinggi Kementrian Haji Pemerintah Saudi dan beberapa tokoh dari Afrika. Jamuan disini unik, dimulai pukul 23 hingga pukul 1.30 dini hari ?,” tulis akun Facebook Gubernur Anies.
Selain itu beberapa media, yakni Tempo dan Kumparan juga menjadikan foto Gubernur Anies tersebut sebagai sampul pada artikel yang berjudul “Bertemu Tokoh di Arab Saudi, Anies: Banyak yang Dibicarakan” dan “Saat Anies Baswedan Dijamu Pemerintah Arab Saudi di Mekah”.
Dengan begitu, unggahan akun Facebook Boen Syafi’i menurut kategori Misinformasi dan Disiformasi dari First Draft dapat disebut sebagai False Context atau Konten yang Salah.
Kesimpulan
Foto dengan klaim yang salah. Aslinya foto tersebut adalah dokumentasi milik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada 28 Agustus 2017 lalu dengan keterangan “Semalam, diundang dan dijamu makan malam oleh para tokoh Kota Makkah yang dihadiri juga oleh Petinggi Kementrian Haji Pemerintah Saudi dan beberapa tokoh dari Afrika. Jamuan disini unik, dimulai pukul 23 hingga pukul 1.30 dini hari ?,” tulisnya.
Rujukan
- http1.
- https://archive.fo/z0jT0 2.
- https://www.facebook.com/leo.bunthedzz/posts/3021082814636930?_rdc=1&_rdr 3.
- https://metro.tempo.co/read/904186/bertemu-tokoh-di-arab-saudi-anies-banyak-yang-dibicarakan 4.
- https://kumparan.com/kumparannews/saat-anies-baswedan-dijamu-pemerintah-arab-saudi-di-mekah/full 5.
- https://turnbackhoax.id/2020/05/14/salah-warga-dijamu-gubernurnya/
(GFD-2020-4389) [SALAH] Laser dari termometer gun akan merusak struktur otak
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/07/2020
Berita
Ichsanuddin Noorsy (IN): Paranoid selesai…
Helmi Yahya (HY): Sekarang lebih gila ya dipake handgun…
IN: Pake handgun, dan, tapi saya nolak kalau saya, terus terang.
HY: Oh ya?
IN: Saya nolak. Kalau Anda mau periksa, bukan periksa kepala saya, periksa sini (menunjukkan punggung telapak tangan), kenapa? Karena handgun termometer itu, itu untuk memeriksa kabel panas. Lasernya dipakai untuk laser memeriksa kabel panas bukan untuk meriksa untuk temperatur manusia. Dan kita mau terima! (tertawa) Dan mereka jual alat dengan mahal! Coba kebayang kan? Bagaimana mereka jual alat tapi kemudian kita dibodohi kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak kayak (kue?) gimana gitu ya, kalau saya gak mau.
HY: Mau mereka nembak ke sini mau?
IN: Mau. Jadi beberapa, kalau mereka gak mau saya, saya gak mau ngerusak, ngerusak, ini ciptaan Allah, gitu ya, Anda rusak hanya karena kebetulan Anda curigai temperatur Anda tinggi; waaah nanti dulu, gak bisa dong, haha. Dah, posisi di situ ya. Nah itu bagian dari paranoid, posisi dia itu curiga.
HY: Jadi kan by design ini kan? Ada yang mendesain.
Thermo gun menggunakan laser beresiko terhadap otak
benar atau salah laser termometer gun dapat merusak otak jika sering digunakan?
Thermo gun merusak otak
Helmi Yahya (HY): Sekarang lebih gila ya dipake handgun…
IN: Pake handgun, dan, tapi saya nolak kalau saya, terus terang.
HY: Oh ya?
IN: Saya nolak. Kalau Anda mau periksa, bukan periksa kepala saya, periksa sini (menunjukkan punggung telapak tangan), kenapa? Karena handgun termometer itu, itu untuk memeriksa kabel panas. Lasernya dipakai untuk laser memeriksa kabel panas bukan untuk meriksa untuk temperatur manusia. Dan kita mau terima! (tertawa) Dan mereka jual alat dengan mahal! Coba kebayang kan? Bagaimana mereka jual alat tapi kemudian kita dibodohi kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak kayak (kue?) gimana gitu ya, kalau saya gak mau.
HY: Mau mereka nembak ke sini mau?
IN: Mau. Jadi beberapa, kalau mereka gak mau saya, saya gak mau ngerusak, ngerusak, ini ciptaan Allah, gitu ya, Anda rusak hanya karena kebetulan Anda curigai temperatur Anda tinggi; waaah nanti dulu, gak bisa dong, haha. Dah, posisi di situ ya. Nah itu bagian dari paranoid, posisi dia itu curiga.
HY: Jadi kan by design ini kan? Ada yang mendesain.
Thermo gun menggunakan laser beresiko terhadap otak
benar atau salah laser termometer gun dapat merusak otak jika sering digunakan?
Thermo gun merusak otak
Hasil Cek Fakta
Sinar laser yang ada pada termometer non-kontak bukan untuk mengukur temperatur, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk membidik area mana yang akan diukur suhunya. Laser yang dipergunakan adalah warna merah; daya yang dipergunakan lebih rendah dari 1 mW (miliWatt), dan cuma berbahaya jika disorot langsung ke mata. Energinya yang sangat kecil tidak akan mampu membuat kerusakan pada jaringan kulit manusia, apalagi sampai menembus ke dalam otak. Sebagai perbandingan, sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi kekuatannya antara 1321 sampai 1413 watt per meter persegi, 1.3 sampai 1.4 juta kali lebih kuat daripada energi sinar laser dari termometer gun tadi, namun tidak ada yang takut otaknya akan rusak terkena radiasi sinar matahari.
Cara kerja termometer IR (infra red), laser termometer ataupun temperature gun (thermogun) adalah mengukur energi dan emisivitas gelombang infra merah yang diradiasikan oleh objek yang ingin diukur suhunya; sinar laser yang dikeluarkan oleh alat tersebut hanya untuk membantu untuk memvisualisasikan area yang diukur suhunya, bukan untuk mengukur suhunya sendiri.
Jenis termometer non-kontak ini juga secara umum terbagi dua: untuk kepentingan industri, yang disebut oleh Noorsy untuk mengukur panas kabel, dan untuk keperluan medis. Untuk keperluan medis ini sudah ada perhitungan khusus untuk menghitung suhu pada pertengahan dahi diukur dari jarak maksimal 4 cm dikonversikan menjadi sama dengan suhu dari dalam mulut (oral-equivalent), jadi seperti memasukkan termometer konvensional ke dalam mulut.
Kesimpulannya, klaim sinar laser dari termometer IR akan merusak struktur otak itu tidak benar, dan pengukuran termometer IR untuk keperluan medis memang harus pada dahi agar hasilnya akurat.
Cara kerja termometer IR (infra red), laser termometer ataupun temperature gun (thermogun) adalah mengukur energi dan emisivitas gelombang infra merah yang diradiasikan oleh objek yang ingin diukur suhunya; sinar laser yang dikeluarkan oleh alat tersebut hanya untuk membantu untuk memvisualisasikan area yang diukur suhunya, bukan untuk mengukur suhunya sendiri.
Jenis termometer non-kontak ini juga secara umum terbagi dua: untuk kepentingan industri, yang disebut oleh Noorsy untuk mengukur panas kabel, dan untuk keperluan medis. Untuk keperluan medis ini sudah ada perhitungan khusus untuk menghitung suhu pada pertengahan dahi diukur dari jarak maksimal 4 cm dikonversikan menjadi sama dengan suhu dari dalam mulut (oral-equivalent), jadi seperti memasukkan termometer konvensional ke dalam mulut.
Kesimpulannya, klaim sinar laser dari termometer IR akan merusak struktur otak itu tidak benar, dan pengukuran termometer IR untuk keperluan medis memang harus pada dahi agar hasilnya akurat.
Kesimpulan
Beredar video Ichsanuddin Noorsy dalam wawancara dengan Helmi Yahya menyatakan laser dari termometer gun akan merusak otak, pada kenyataannya kekuatan laser adalah sangat rendah dan tidak akan sampai membuat kerusakan otak.
Rujukan
- https://en.wikipedia.org/wiki/Infrared_thermometer
- https://id.wikipedia.org/wiki/Termometer_inframerah
- https://en.wikipedia.org/wiki/Sunlight#Intensity_in_the_Solar_System
- https://blog.thermoworks.com/tips/infrared-thermometry/
- https://dijf55il5e0d1.cloudfront.net/pdf/CDNNonContactForeheadThermometerOperatingManual.pdf
Halaman: 5553/6104