(GFD-2020-8378) Tidak Benar Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat usai Macron Hina Islam
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/11/2020
Berita
KLAIM
Gambar tangkapan layar artikel yang berjudul “Masya Allah, Jumlah Mualaf di Prancis Meningkat Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” beredar di media sosial. Artikel itu dilengkapi dengan foto sebuah masjid yang halamannya dipadati oleh ribuan jemaah. Artikel ini diterbitkan pada 10 November 2020. Namun, tidak terdapat keterangan terkait situs yang menerbitkan artikel tersebut.
Salah satu akun Facebook yang membagikan gambar tangkapan layar artikel itu adalah akun Candra Gunawan, yakni pada 13 November 2020. Akun tersebut menulis, "Assalamualaikum.. Dari pada ngurusin habib.mending kita ammiinin umat yang mualaf.. Masya allah." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 800 reaksi dan 149 komentar.
Adapun di Instagram, klaim yang sama dibagikan oleh akun @go_newss, tepatnya pada 9 November 2020. Unggahan akun ini memuat foto Presiden Prancis Emmanuel Macron dan teks yang berbunyi: “Semenjak Ucapan Macron Yang Kontroversi. Jumlah Mualaf di Prancis naik Dua Kali Lipat.”
Dalam keterangannya, akun tersebut membagikan sebuah tulisan panjang yang juga berisi klaim bahwa jumlah mualaf meningkat dua kali lipat. Akun ini pun menyebut tulisan dalam keterangannya itu bersumber dari situs Kumparan.com dan Portal-islam.id.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Candra Gunawan.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, jumlah mualaf di Prancis memang naik dua kali lipat. Namun, hal ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, sesuai dengan berita yang dimuat oleh Republika pada 2 November 2020. Tapi berita tersebut kemudian didaur ulang oleh situs-situs lain, dengan menambahkan informasi yang tidak akurat bahwa kenaikan jumlah mualaf itu terjadi setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut menghina Islam.
Untuk memverifikasi klaim "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam", Tempo memeriksa secara menyeluruh isi unggahan akun @go_newss dan membandingkannya dengan pemberitaan media yang lebih kredibel terkait klaim tersebut.
Lewat pencarian di mesin perambah Google, Tempo menemukan judul artikel “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat Usai Macron Hina Islam” pernah dimuat oleh situs Pikiran-rakyat.com. Foto, nama penulis, dan tanggal terbitnya artikel tersebut sama dengan yang terdapat dalam unggahan akun Candra Gunawan. Dalam artikel ini, disebutkan bahwa sumber informasi tersebut adalah situs Hajinews.id, video Muslim Converts Stories, harian La Croix, dan data Pew Research Center (PRC).
Namun, hasil pencarian lebih lanjut menunjukkan bahwa artikel tersebut diambil dari berita di Republika yang berjudul “Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat dalam 30 Tahun”. Berita ini terbit pada 2 November 2020. Namun, dalam artikel Pikiran-rakyat.com, ditambahkan informasi yang tidak akurat.
Berita Republika menjelaskan bahwa jumlah mualaf di Prancis meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Informasi ini dikutip dari video Muslim Converts Stories. Tidak satu pun kalimat dalam berita tersebut yang menyebut bahwa peningkatan jumlah mualaf di Prancis terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam.
Bertambahnya jumlah mualaf itu, menurut berita Republika, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh para mualaf sebelumnya, terutama pemain sepak bola. Adalah Nicolas Anelka, mantan pemain tim nasional Prancis yang orang tuanya berasal dari Martinik, yang mengubah namanya menjadi Abdul-Salam Bilal Anelka ketika memeluk Islam pada 2004.
Pemain sepak bola Prancis lain, Franck Ribery, juga masuk Islam, tepatnya pada 2006, untuk menikahi seorang wanita muslim, Wahiba. Dia pun mengambil nama Bilal Yusuf Mohammed. Ada pula rapper Prancis, Melanie Georgiades, yang lebih dikenal dengan nama panggung Diam's, mualaf pada 2009. Dia mengaku menemukan ketenangan dalam Islam.
Menurut Pew Research Center, seperti dikutip oleh Republika, terdapat tiga juta muslim kelahiran asing di Prancis yang sebagian besar berasal dari bekas koloni Prancis, seperti Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Jumlah muslim di Prancis diprediksi akan melebihi 10 persen dari total penduduk negara tersebut pada 2030.
Penambahan informasi yang tidak akurat
Sejumlah situs memang melakukanframingdan menambahkan informasi yang tidak akurat, bahwa naiknya jumlah mualaf terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam, pada isi berita Republika. Situs Pikiran-rakyat.com misalnya, membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut:
“Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina Islam dan melecehkan Nabi Muhammad memang banyak dikecam berbagai pihak di dunia. Di tengah banyak aksi penolakan dan kecaman atas pernyataan Presiden Macron, ternyata ada hal baik terjadi. Dilansir dari Hajinews.id, jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan.”
Kemudian, dalam alinea keempat, situs Pikiran-rakyat.com menambahkan kalimat bahwa naiknya jumlah mualaf itu terjadi setelah Macron menghina Islam. Kalimat itu berbunyi: “Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”
Situs Hajinews.id, yang menjadi sumber rujukan situs-situs lainnya, juga membuka artikelnya dengan kalimat sebagai berikut: “Jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan. Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Macron.”
Framingpada paragraf pembuka itu dikutip dari situs About Islam. Padahal, isi artikel About Islam juga tidak menyebut peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat itu terjadi setelah Macron dianggap menghina Islam. Menurut artikel About Islam, peningkatan itu terjadi dalam 30 tahun terakhir.
Foto tidak menunjukkan masjid di Prancis
Foto di situs Pikiran-rakyat.com yang memperlihatkan sebuah masjid yang halamannya dipenuhi oleh ribuan jemaah sebenarnya bukan masjid di Prancis, melainkan di New Delhi, India. Lewat penelusuran denganreverse image toolYandex, Tempo menemukan bahwa foto itu diambil oleh akun Chattrapal pada 18 Juli 2015 dan diunggah di situs penyedia foto Pexels.com dengan keterangan “Crowd of People Gathering Near Jama Masjid, Delhi.”
Arsitektur masjid dalam foto tersebut juga sama dengan yang terlihat dalam unggahan di Google Maps oleh akun Kandarp Detroja pada Oktober 2020. Dalam keterangannya, akun tersebut menulis bahwa bangunan itu merupakan Jama Masjid yang terletak di New Delhi, India.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat usai Macron hina Islam" keliru. Faktanya, peningkatan jumlah mualaf di Prancis dua kali lipat ini terjadi dalam 30 tahun terakhir, seperti yang dilaporkan oleh Republika. Beberapa situs yang menyebarkan klaim tersebut telah menambahkan informasi yang tidak akurat pada berita Republika itu.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/prancis
- https://archive.vn/VU67T
- https://www.instagram.com/p/CHW4s2MnCkF/
- https://www.tempo.co/tag/mualaf
- https://ringtimesbali.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-28938000/masya-allah-jumlah-mualaf-di-prancis-meningkat-dua-kali-lipat-usai-macron-hina-islam?page=2
- https://republika.co.id/berita/qj5ts9366/jumlah-mualaf-di-prancis-naik-dua-kali-lipat-dalam-30-tahun-part1
- https://archive.is/u715D
- https://www.tempo.co/tag/emmanuel-macron
- https://archive.is/jsKeb
- https://aboutislam.net/muslim-issues/europe/more-people-converting-to-islam-in-france-report/
- https://www.pexels.com/photo/crowd-of-people-gathering-near-jama-masjid-delhi-2989625/
- https://s.id/uT5x5
(GFD-2020-8377) Ini Bukan Video Pemilik Toko yang Bunuh Diri di Roxy Mas karena Dagangannya Sepi Akibat Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/11/2020
Berita
KLAIM
Video yang diklaim sebagai video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, viral di media sosial. Menurut klaim itu, pemilik toko merupakan suami-istri. Mereka bunuh diri karena dagangannya sepi dan hutangnya menumpuk akibat pandemi Covid-19.
Di Facebook, video tersebut diunggah salah satunya oleh akun Aryaibrahim2204, tepatnya pada 13 November 2020. Akun ini menulis narasi, "Di Roxy Mas Jkt, bos toko bunuh diri loncat dari atas yg cowok dulu, menyusul bininya...katanya frustasi,...dagang sepi....hutang banyak ga bisa bayar....dampak covid 19.”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aryaibrahim2204.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video itu bukan video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, karena dagangannya sepi akibat pandemi Covid-19. Peristiwa dalam video ini terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 2017, sebelum munculnya Covid-19. Dua orang yang bunuh diri dalam video itu pun bukan suami-istri. Keduanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan kakak-adik.
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan video serupa yang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal 24 TV pada 25 Juli 2017 dengan judul “2 Perempuan Kak Beradik Lompat dari Apartemen di Bandung”.
Tempo kemudian menelusuri pemberitaan terkait dua perempuan kakak-adik yang bunuh diri di sebuah apartemen di Bandung tersebut. Menurut laporan di kanal YouTube CNN Indonesia, kakak-adik itu tewas setelah melompat dari lantai 5 sebuah apartemen di kawasan Cicadas, Bandung, pada 24 Juli 2017. Depresi diduga kuat menjadi penyebab kedua perempuan tersebut memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
Dilansir dari Kompas.com, polisi telah mengidentifikasi dua perempuan yang bunuh diri dengan melompat dari lantai 5 Apartemen Gateway, Jalan Ahmad Yani, Bandung, pada 24 Juli 2017 tersebut. Keduanya merupakan kakak-adik. Sang kakak berinisial EP, 34 tahun, dan adiknya, ESP, 28 tahun. Keduanya diduga kuat mengalami depresi berkepanjangan.
"Menurut keterangan kakak kedua korban, Rionald Parubak, EP dan ESP mengalami gangguan psikis selama delapan tahun," kata Kepala Polsek Cibeunying Kidul, Bandung, Komisaris Anton Purwantoro di lokasi kejadian pada 24 Juli 2017.
Dikutip dari Detik.com, Anton menjelaskan bahwa kedua korban tinggal bersama seorang keponakannya di Apartemen Gateway tersebut sejak 2015. Saat kejadian, kata dia, hanya ada para korban, di mana pintu kamar mereka dikunci dari dalam. Menurut kakak kedua korban, Rionald Parubak, 39 tahun, EP dan ESP tidak bekerja. Sehari-hari, mereka mengurus keponakannya yang masih bersekolah.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah "video pemilik toko yang bunuh diri di Roxy Mas, Jakarta, karena dagangannya sepi akibat pandemi Covid-19" keliru. Peristiwa dalam video itu terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 2017, sebelum munculnya Covid-19. Dua orang yang bunuh diri dalam video itu pun bukan suami-istri. Keduanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan kakak-adik.
ZAINAL ISHAQ
Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, hubungi Yayasan Pulih (021-78842580).
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id.
Rujukan
(GFD-2020-8376) Tidak Benar Mike Tyson Siap Bayar 10 Juta Dolar untuk Pria yang Nikahi Putrinya
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/11/2020
Berita
KLAIM
Klaim bahwa petinju legendaris Mike Tyson siap membayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell beredar di media sosial. Klaim ini dilengkapi dengan sebuah foto yang memperlihatkan Tyson sedang memeluk seorang remaja perempuan.
Di Instagram, foto beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun @beritaudunia_, tepatnya pada 10 November 2020. Akun ini pun menulis sebagai berikut:
“Setelah menjadi terkenal, Tyson disukai oleh banyak wanita cantik, dengan tiga pernikahan dan punya banyak anak. Di antara mereka, Mitchell adalah anak perempuan tertua. Anak perempuan tertua telah mencapai usia menikah, dan pernikahan putrinya selalu jadi keprihatinan Tyson. Untuk menemukan pacar Mitchell putrinya, Tyson mengusulkan 1 juta dolar untuk pernikahan putrinya. Selama pria itu menikahi putrinya dan langgeng terus dia bisa mengambil 10 juta dolar lagi.”
Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 8 ribu kali dan dikomentasi lebih dari 400 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @beritaudunia_.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto dalam unggahan akun @beritaudunia_ denganreverse image toolSource dan Google. Penelusuran ini mengarah pada sejumlah pemberitaan yang menyatakan bahwa klaim "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell" telah dibantah oleh Tyson. Mantan juara tinju dunia tersebut juga tidak memiliki putri yang bernama Mitchell.
Foto tersebut pernah diunggah oleh situs penyedia foto Getty Images pada 8 Maret 2013. Foto tersebut diabadikan oleh fotografer Gregg DeGuire saat Mike Tyson dan putrinya, Mikey Tyson, tiba di acara pembukaan "Mike Tyson - Undisputed Truth" di Pantages Theater, Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 8 Maret 2013.
Foto yang identik juga ditemukan di situs penyedia foto Shutter Stock dengan keterangan bahwa, dalam foto itu, Mike Tyson dan Mikey Lorna Tyson sedang berada di acara pembukaan "Mike Tyson: Undisputed Truth" di Pantages, Hollywood, California.
Terkait klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell", klaim tersebut telah beredar di internet sejak awal 2020.
Dikutip dari The Guardian, Mike Tyson telah menyatakan bahwa berita itu palsu. Ia mengaku tak senang dengan beredarnya informasi yang merusak semacam itu. Ia pun meminta semua pihak menghapus unggahan yang memuat klaim tersebut, atau ia bakal mengambil tindakan terhadap mereka.
Salah satu situs yang memuat klaim keliru tersebut adalah Maravipost.com. Pada 26 Februari 2020, situs ini memuat artikel yang berjudul “Mike Tyson gives out US$10millions to any man to marry his daughter”. Foto dan narasi yang dimuat oleh situs itu identik dengan foto dan narasi dalam unggahan akun beritaudunia_.
Pada 28 Februari 2020, Maravipost.com pun memuat artikel yang berjudul "Mike Tyson Refutes Reporting About Giving Daughter Away For $10 Million", usai artikel sebelumnya mendapat bantahan dari seseorang bernama Gary yang menyatakan berbicara atas nama Mike Tyson.
“Gary menyatakan bahwa kami telah mengunggah artikel palsu serta memfitnah Mike Tyson dan putrinya. Tidak ada kebenaran dalam cerita ini, dan kami disarankan untuk segera menghapus artikel itu, atau tindakan lebih lanjut akan diambil,” demikian penjelasan Maravipost.com.
Klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta dolar untuk pria yang menikahi putrinya yang bernama Mitchell" juga telah disanggah oleh organisasi cek fakta Check Your Fact. Mereka tidak menemukan media kredibel yang melaporkan bahwa Tyson menawarkan US$ 10 juta kepada para pria untuk menikahi putrinya.
Juru bicara Tyson, Joann Mignano, tidak hanya menyatakan bahwa klaim itu "salah", tapi juga mengkonfirmasi bahwa Tyson tidak memiliki anak perempuan yang bernama Mitchell. “Sama sekali tidak ada kebenaran dalam cerita ini,” kata Mignano.
Menurut laporan The New York Times, Tyson memiliki enam anak biologis dari tiga wanita yang berbeda. Dari enam anak biologis itu, Tyson punya tiga anak perempuan yang masih hidup, yakni Mikey, Rayna, dan Milan. Dilansir dari ABC News, anak perempuan keempat, Exodus, meninggal dalam kecelakaan pada 2009 ketika berusia 4 tahun.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta tempo, klaim bahwa "Mike Tyson siap bayar US$ 10 juta untuk pria yang menikahi putrinya" keliru. Petinju legendaris itu telah menyatakan bahwa berita tersebut palsu. Tyson pun tidak memiliki anak perempuan yang bernama Mitchell.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/mike-tyson
- https://archive.vn/SRTst
- https://www.tempo.co/tag/tinju
- https://bit.ly/2Us7X3K
- https://shutr.bz/3ng9sOS
- https://bit.ly/3powRzD
- https://bit.ly/2JXestd
- https://www.maravipost.com/mike-tyson-refutes-reporting-about-giving-daughter-away-for-10-million/
- https://bit.ly/3lximXE
- https://www.tempo.co/tag/petinju
(GFD-2020-8375) Relawan Prancis yang Mualaf Sophie Petronin Tak Pernah Kirim Pesan tentang Islam ke Macron
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 13/11/2020
Berita
KLAIM
Klaim bahwa Sophie Petronin mengirim pesan bernada kritik kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron viral di media sosial. Petronin disebut sebagai misionaris asal Prancis yang mualaf setelah ditawan oleh kelompok Islam di Mali, Afrika Barat.
Klaim ini beredar di tengah pro-kontra terkait pernyataan Macron yang merespons kasus pemenggalan guru Prancis Samuel Paty. Paty dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
Pesan dari Petronin itu terdiri dari lima paragraf. Secara garis besar, pesan tersebut berisi kritik tentang bagaimana Macron memperlakukan Islam. “Tidak ada yang pernah melecehkan saya secara verbal atau fisik, dan mereka tidak menghina agama saya, Yesus, atau Perawan Damai seperti yang Anda lakukan terhadap Nabi Muhammad SAW.”
Di Facebook, klaim tentang Petronin itu diunggah oleh halaman Ceramah Ust Adi Hidayat pada 9 November 2020. Klaim tersebut disertai dengan video kepulangan Petronin ke Prancis. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 2.700 kali.
Klaim itu juga dimuat oleh situs Warta-berita.com pada 31 Oktober 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Ini Isi Pesan Buat Macros dari Misionaris Prancis yang Muallaf Setelah Ditawan 'Teroris' Mali". Namun, dalam artikel itu, tidak tercantum sumber tulisan tersebut.
Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Ceramah Ust Adi Hidayat.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi unggahan tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkan narasi dari unggahan itu dengan informasi dari berbagai pemberitaan media. Menurut laporan BBC dan France24, Sophie Petronin memang disandera di Mali oleh pemberontak Tuareg yang didukung oleh kelompok Islam pada Desember 2016. Ia dibebaskan pada 8 Oktober 2020, bersama mantan pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, setelah pemerintah Mali melepaskan lebih dari 100 tawanan jihadis.
Namun, Petronin bukan seorang misionaris. Ia adalah pekerja sosial yang fokus dalam membantu anak yatim dan anak kekurangan gizi. Dia menjalankan program dari Asosiasi Amal Swiss untuk Gao sejak 2004. Dia juga merupakan seorang ahli penyakit cacing Guinea yang ditemukan menyebar melalui air yang terkontaminasi di Mali Utara.
Berdasarkan laporan kantor berita Turki Anadolu Agency dan media Cristianity Today, Sophie Petronin memang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam. Hal itu dinyatakan oleh Petronin setelah ia dibebaskan, seperti dikutip dari surat kabar harian Prancis Le Point.
“My greatest joy today is knowing that my assistant was able to continue working without me. For Mali, I will pray, implore Allah's blessings and mercy, because I am a Muslim. You say Sophie, but you have Mariam in front of you," katanya.
Meskipun Petronin mualaf, perempuan berusia 75 tahun tersebut tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini disampaikan oleh Sebastien Chadaud-Petronin, putra Sophie Petronin, kepada organisasi pemeriksa fakta Prancis CheckNews. "Tidak ada surat yang ditujukan kepada Tuan Macron dari Sophie Petronin," ujarnya.
CheckNews mendokumentasikan bahwa surat yang diklaim dikirim oleh Sophie itu mulanya beredar dalam bahasa Arab di Facebook pada 19 Oktober 2020. Kemudian, surat itu beredar semakin luas setelah dikutip oleh sejumlah situs dan media Arab. Pada 23 Oktober, surat tersebut pun dibagikan oleh media Mesir Al Hiwar. Surat ini juga ditemukan dalam versi online surat kabar Aljazair, El-Khabar, pada 26 Oktober. Akhirnya, surat palsu itu beredar dalam bahasa Prancis.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa relawan Prancis yang mualaf, Sophie Petronin, mengirim pesan tentang Islam kepada Presiden Emmanuel Macron, keliru. Perempuan berusia 75 tahun yang disandera di Mali, Afrika Barat, pada 2016 dan telah dibebaskan pada Oktober 2020 itu tidak pernah mengirim pesan terkait Islam yang bernada kritik kepada Macron. Hal ini telah dikonfirmasi oleh putra Petronin, Sebastien Chadaud-Petronin.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/emmanuel-macron
- https://www.tempo.co/tag/prancis
- https://archive.is/uiZwU
- https://archive.is/sSkMo
- https://www.bbc.com/news/world-europe-54472504
- https://www.france24.com/en/20201008-french-hostage-sophie-p%C3%A9tronin-released-after-being-held-in-mali-since-2016
- https://www.aa.com.tr/en/africa/freed-french-humanitarian-reveals-she-is-muslim/2001631
- https://www.christianitytoday.com/news/2020/october/swiss-missionary-hostage-killed-mali-islamist-extremist.html
- https://www.tempo.co/tag/mualaf
- https://www.liberation.fr/checknews/2020/10/28/non-sophie-petronin-n-a-pas-ecrit-de-lettre-evoquant-sa-conversion-a-l-islam-a-emmanuel-macron_1803741
- https://www.tempo.co/tag/mali
Halaman: 5288/6799
        


