Video yang dibagikan adalah hasil suntingan, contoh suara Paus Biru yang asli dapat didengarkan di situs NOAA.
NARASI
“Suara melengking dari dasar Laut, ada yang bilang suara ikan paus.
Tapi dalam sebuah riwayat, saat dajjal Laknatullah, akan keluar dari belenggu ikatan rantai maka akan terdengar suara melengking, yaitu suara Dabbatul Arz. Wallahu ‘ak’lam ( hanya Allah yang tau ).”
(GFD-2019-3468) [SALAH] “ada yang bilang suara ikan paus”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan video hasil suntingan.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran sehingga membangun premis yang salah.
(2) Sebelumnya beredar di Mesir dan Libya, sudah diklarifikasi oleh otoritas yang terkait:
* ArabiaWeather: “Ini adalah kebenaran dari suara paus biru di pantai Mesir dan Libya
…
Dan saya menyarankan bahwa klip ini sengaja dibuat dengan memasang suara pada klip video, mengkonfirmasikan bahwa suara yang menyertai klip bertentangan dengan suara yang dihasilkan oleh paus untuk saling berkomunikasi di bawah air, yang ditandai dengan frekuensi rendah untuk tingkat yang sulit untuk dilakukan. manusia mendengar sebagian besar dari mereka kecuali melalui alat ilmiah khusus untuk merekam dan memperbesarnya ke tingkat yang sepadan dengan kemampuan pendengaran manusia.”
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2MpI4y0 / http://archive.md/eu9Hp (arsip cadangan)
(3) Suara yang sama muncul juga di video suntingan yang lainnya, salah satunya:
* YouTube: “Hari ini paus biru tiba di Kegubernuran Damietta, Ras al-Bar, Kemuliaan bagi Allah
131.947 kali dilihat • 20 Des 2019
Kareem Nihad”
Google Translate, video di http://bit.ly/2PSzY2R / http://archive.md/hCNbD (arsip cadangan).
(4) Contoh suara Paus Biru yang asli di situs NOAA,
“Suara Mamalia Laut – Paus biru
Catatan skala waktu dan frekuensi tidak identik , spektogram ditampilkan bersama untuk perbandingan umum gambar.
Klik pada spektrogram untuk mendengar suara (file wav). Klik pada gambar “nama” untuk deskripsi lengkap suara.”
(Saran: gunakan ear/head phone).
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2saf9XR / http://archive.md/khNSD (arsip cadangan).
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan video hasil suntingan.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran sehingga membangun premis yang salah.
(2) Sebelumnya beredar di Mesir dan Libya, sudah diklarifikasi oleh otoritas yang terkait:
* ArabiaWeather: “Ini adalah kebenaran dari suara paus biru di pantai Mesir dan Libya
…
Dan saya menyarankan bahwa klip ini sengaja dibuat dengan memasang suara pada klip video, mengkonfirmasikan bahwa suara yang menyertai klip bertentangan dengan suara yang dihasilkan oleh paus untuk saling berkomunikasi di bawah air, yang ditandai dengan frekuensi rendah untuk tingkat yang sulit untuk dilakukan. manusia mendengar sebagian besar dari mereka kecuali melalui alat ilmiah khusus untuk merekam dan memperbesarnya ke tingkat yang sepadan dengan kemampuan pendengaran manusia.”
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2MpI4y0 / http://archive.md/eu9Hp (arsip cadangan)
(3) Suara yang sama muncul juga di video suntingan yang lainnya, salah satunya:
* YouTube: “Hari ini paus biru tiba di Kegubernuran Damietta, Ras al-Bar, Kemuliaan bagi Allah
131.947 kali dilihat • 20 Des 2019
Kareem Nihad”
Google Translate, video di http://bit.ly/2PSzY2R / http://archive.md/hCNbD (arsip cadangan).
(4) Contoh suara Paus Biru yang asli di situs NOAA,
“Suara Mamalia Laut – Paus biru
Catatan skala waktu dan frekuensi tidak identik , spektogram ditampilkan bersama untuk perbandingan umum gambar.
Klik pada spektrogram untuk mendengar suara (file wav). Klik pada gambar “nama” untuk deskripsi lengkap suara.”
(Saran: gunakan ear/head phone).
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2saf9XR / http://archive.md/khNSD (arsip cadangan).
Rujukan
(GFD-2019-3467) [SALAH] “Wanita hamil tidak boleh keluar selama gerhana matahari berlangsung”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Mitos yang selalu muncul saat menjelang gerhana. Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin menegaskan tidak ada hubungan antara gerhana dengan ibu hamil atau sinar matahari yang berbahaya saat gerhana. Yang bahaya adalah menatap langsung ke arah matahari tanpa menggunakan pelindung saat gerhana matahari terjadi.
Akun Erlina L (fb.com/100008522474383) mengunggah beberapa gambar dengan narasi :
“Banyak yg inbox aq soal gerhana.
Nih simak penjelasannya.
Pasalnya, energi negatif yang dipaparkan oleh gerhana matahari dapat memengaruhi kesehatan jabang bayi dan ibunya. Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk simak ulasan lengkapnya, sebagaimana dilansir dari Boldsky,
Jangan keluar rumah
Wanita hamil tidak boleh keluar selama gerhana matahari berlangsung. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kesehatan janin. Banyak bayi yang dilahirkan dengan tanda merah di tubuhnya, karena efek dari gerhana matahari
baca juga:
Hindari benda-benda tajam
Wanita hamil harus menghindari benda-benda tajam seperti pisau, gunting, jarum, dan lain sebagainya. Menurut para ahli, penggunaan benda tajam saat gerhana matahari bisa memengaruhi perkembangan organ tubuh bayi di dalam kandungan.
Hindari konsumsi makanan apa pun
Makanan yang dimasak selama gerhana matahari tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Paparan sinar gerhana dipercaya bisa mencemari makanan, dan lagi-lagi dapat berdampak buruk bagi kesehatan bayi. Jika Anda tidak menahan rasa lapar, tambahkan lah daun tulsi karena dipercaya dapat membuat makanan menjadi lebih aman untuk dikonsumsi.
Mandi setelah gerhana matahari berlangsung
Konon katanya, wanita hamil diwajibkan membersihkan diri (mandi) setelah gerhana matahari berakhir. Jika tidak, bayi akan menderita penyakit yang berhubungan dengan kulit.
Jangant tidur saat gerhana matahari terjadi
Wanita hamil juga tidak boleh tidur selama gerhana matahari berlangsung. Ini mungkin sulit untuk dilakukan, mengingat energi negatif dari paparan sinar gerhana dapat memicu rasa kantung yang berlebih.
Bsk gerhana berlangsung jam 10 sampai jam 12
Entah mitos entah fakta smua di tangan anda”
Akun Erlina L (fb.com/100008522474383) mengunggah beberapa gambar dengan narasi :
“Banyak yg inbox aq soal gerhana.
Nih simak penjelasannya.
Pasalnya, energi negatif yang dipaparkan oleh gerhana matahari dapat memengaruhi kesehatan jabang bayi dan ibunya. Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk simak ulasan lengkapnya, sebagaimana dilansir dari Boldsky,
Jangan keluar rumah
Wanita hamil tidak boleh keluar selama gerhana matahari berlangsung. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kesehatan janin. Banyak bayi yang dilahirkan dengan tanda merah di tubuhnya, karena efek dari gerhana matahari
baca juga:
Hindari benda-benda tajam
Wanita hamil harus menghindari benda-benda tajam seperti pisau, gunting, jarum, dan lain sebagainya. Menurut para ahli, penggunaan benda tajam saat gerhana matahari bisa memengaruhi perkembangan organ tubuh bayi di dalam kandungan.
Hindari konsumsi makanan apa pun
Makanan yang dimasak selama gerhana matahari tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Paparan sinar gerhana dipercaya bisa mencemari makanan, dan lagi-lagi dapat berdampak buruk bagi kesehatan bayi. Jika Anda tidak menahan rasa lapar, tambahkan lah daun tulsi karena dipercaya dapat membuat makanan menjadi lebih aman untuk dikonsumsi.
Mandi setelah gerhana matahari berlangsung
Konon katanya, wanita hamil diwajibkan membersihkan diri (mandi) setelah gerhana matahari berakhir. Jika tidak, bayi akan menderita penyakit yang berhubungan dengan kulit.
Jangant tidur saat gerhana matahari terjadi
Wanita hamil juga tidak boleh tidur selama gerhana matahari berlangsung. Ini mungkin sulit untuk dilakukan, mengingat energi negatif dari paparan sinar gerhana dapat memicu rasa kantung yang berlebih.
Bsk gerhana berlangsung jam 10 sampai jam 12
Entah mitos entah fakta smua di tangan anda”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim ini sebenarnya sudah pernah dibantah oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Thomas Djamaluddin. Klaim ini muncul lagi menjelang fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang bakal menyambangi sejumlah wilayah di Indonesia pada 26 Desember 2019.
Kepala LAPAN menegaskan tidak ada hubungan antara gerhana dengan ibu hamil atau sinar matahari yang berbahaya saat gerhana.
“Gerhana matahari tidak memancarkan radiasi yang berbeda dari pada radiasi yang ada pada matahari. Gerhana matahari total itu radiasi matahari tertutup oleh bulan tidak berbahaya sama sekali,” kata Thomas.
Imam besar masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengatakan, Islam hanya mengajarkan yang mendatangkan kemudaratan (kejelekan) harus ditinggalkan, sedangkan hal yang mendatangkan kemaslahatan harus dilakukan.
“Enggak ada dasar ilmiahnya kemudian dasar agamanya juga tidak ada. Dalilnya juga tidak ada yang melarang ibu hamil untuk ke luar,” tegas Umar seusai menjalani salat gerhana matahari di masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (9/3/2016).
Dia mengakui, melihat langsung dengan mata telanjang peristiwa gerhana matahari total bisa berpengaruh terhadap kesehatan mata. “Kalau matahari total kan itu bisa menyebabkan gangguan pada mata kita jadi itu yang dilarang kan bisa merusak organ tubuh,” jelasnya.
Menatap gerhana matahari secara langsung tanpa pelindung dapat menyebabkan retinopati surya. Retinopati surya terjadi ketika terlalu banyak sinar ultraviolet (UV) yang masuk ke retina dan akhirnya merusak mata.
Saat masuk ke mata, sinar UV akan difokuskan oleh lensa dan diserap oleh retina yang berada di belakang mata. Setelah diserap oleh retina, sinar UV menghasilkan radikal bebas yang mulai mengoksidasi jaringan di sekitar mata. Hasilnya, sel batang dan sel kerucut pada retina akan rusak. Kondisi inilah yang dinamakan dengan retinopati surya.
Orang yang mengalami retinopati surya umumnya tidak langsung merasakan gejala atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali. Gejala retinopati surya muncul beberapa jam hingga 12 jam kemudian, yang berupa:
1. Rasa tidak nyaman pada mata saat menatap cahaya terang.
2. Sakit mata.
3. Mata berair.
4. Sakit kepala.
Dalam kondisi yang lebih serius, mata dapat mengalami:
1. Pandangan kabur atau berbayang.
2. Menurunnya kemampuan melihat warna dan bentuk.
3. Terdapat bintik hitam di tengah mata.
4. Kerusakan mata permanen.
Gejala dapat membaik dengan sendirinya, namun bisa memakan waktu sebulan hingga setahun untuk sembuh. Kerusakan mata permanen juga mungkin terjadi, terutama jika kerusakan retina tergolong parah.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran di situs alodokter.com, penyebab timbulnya tanda lahir pada bayi sendiri masih belum bisa dipastikan. Dokter pun tidak tahu kenapa ada bayi yang memiliki tanda lahir dan ada juga yang tidak memilikinya. Jika dilihat dari sisi medis, sebagian tanda lahir disebabkan oleh pembuluh darah yang terkumpul atau tidak tumbuh normal. Sementara tanda lahir lainnya timbul karena zat warna atau pigmen tambahan pada kulit.
Dari sisi medis, mempercayai hal-hal seperti ini dapat merugikan Anda. Misalnya, bila pihak keluarga jadi memiliki keinginan untuk menunda atau sebaliknya menggegas kelahiran untuk menghindari hari gerhana. Ini tentunya bisa berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
Misalnya dengan berpikir bahwa segala hal yang dikaitkan dengan gerhana dan ibu hamil sebenarnya lebih kepada kekhawatiran akan apa yang dilakukan ibu saat gerhana terjadi. Berdiri terlalu lama untuk menyaksikan gerhana misalnya, tentu bisa membuat ibu hamil lelah hingga memberi tekanan lebih pada bagian bawah tubuh yang dapat memicu terjadinya pembengkakan kaki. Atau apakah ibu hamil menyaksikannya dari tempat tinggi (atap rumah mungkin?) yang berpeluang membuatnya tergelincir.
Sementara untuk larangan keluar rumah, mungkin maksudnya Anda tidak perlu mendatangi lokasi-lokasi tempat masyarakat berkumpul untuk beramai-ramai menyaksikan gerhana. Tempat seperti ini pasti dipadati orang, penuh sesak dan tidak nyaman untuk ibu hamil. Bukan tidak mungkin Anda terdorong, terjatuh, atau terpapar asap rokok yang tidak baik bagi ibu hamil maupun janin.
Bagaimana dengan larangan menggunakan pisau untuk memotong apapun, jadikan ini kesempatan. Anda bebas dari urusan dapur dan bisa minta pasangan atau orang lain gantian masak untuk Anda! Asyik, kan…
Tapi kalau soal wanita hamil harus bersembunyi di kolong ranjang, tak perlu Anda ikuti ya, Moms. Dengan perut membuncit, membungkuk untuk mengambil sesuatu yang jatuh di lantai saja sudah sulit, apalagi harus masuk ke kolong ranjang. Yang benar, saja!
Bila pasangan, orang tua, atau kerabat Anda menegur atau meminta Anda memercayai hal-hal seperti ini, selama masih masuk di akal, ambil saja sisi positifnya dan nikmati sebagai bentuk perhatian dan sayang mereka pada Anda.
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim ini sebenarnya sudah pernah dibantah oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Thomas Djamaluddin. Klaim ini muncul lagi menjelang fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang bakal menyambangi sejumlah wilayah di Indonesia pada 26 Desember 2019.
Kepala LAPAN menegaskan tidak ada hubungan antara gerhana dengan ibu hamil atau sinar matahari yang berbahaya saat gerhana.
“Gerhana matahari tidak memancarkan radiasi yang berbeda dari pada radiasi yang ada pada matahari. Gerhana matahari total itu radiasi matahari tertutup oleh bulan tidak berbahaya sama sekali,” kata Thomas.
Imam besar masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengatakan, Islam hanya mengajarkan yang mendatangkan kemudaratan (kejelekan) harus ditinggalkan, sedangkan hal yang mendatangkan kemaslahatan harus dilakukan.
“Enggak ada dasar ilmiahnya kemudian dasar agamanya juga tidak ada. Dalilnya juga tidak ada yang melarang ibu hamil untuk ke luar,” tegas Umar seusai menjalani salat gerhana matahari di masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (9/3/2016).
Dia mengakui, melihat langsung dengan mata telanjang peristiwa gerhana matahari total bisa berpengaruh terhadap kesehatan mata. “Kalau matahari total kan itu bisa menyebabkan gangguan pada mata kita jadi itu yang dilarang kan bisa merusak organ tubuh,” jelasnya.
Menatap gerhana matahari secara langsung tanpa pelindung dapat menyebabkan retinopati surya. Retinopati surya terjadi ketika terlalu banyak sinar ultraviolet (UV) yang masuk ke retina dan akhirnya merusak mata.
Saat masuk ke mata, sinar UV akan difokuskan oleh lensa dan diserap oleh retina yang berada di belakang mata. Setelah diserap oleh retina, sinar UV menghasilkan radikal bebas yang mulai mengoksidasi jaringan di sekitar mata. Hasilnya, sel batang dan sel kerucut pada retina akan rusak. Kondisi inilah yang dinamakan dengan retinopati surya.
Orang yang mengalami retinopati surya umumnya tidak langsung merasakan gejala atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali. Gejala retinopati surya muncul beberapa jam hingga 12 jam kemudian, yang berupa:
1. Rasa tidak nyaman pada mata saat menatap cahaya terang.
2. Sakit mata.
3. Mata berair.
4. Sakit kepala.
Dalam kondisi yang lebih serius, mata dapat mengalami:
1. Pandangan kabur atau berbayang.
2. Menurunnya kemampuan melihat warna dan bentuk.
3. Terdapat bintik hitam di tengah mata.
4. Kerusakan mata permanen.
Gejala dapat membaik dengan sendirinya, namun bisa memakan waktu sebulan hingga setahun untuk sembuh. Kerusakan mata permanen juga mungkin terjadi, terutama jika kerusakan retina tergolong parah.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran di situs alodokter.com, penyebab timbulnya tanda lahir pada bayi sendiri masih belum bisa dipastikan. Dokter pun tidak tahu kenapa ada bayi yang memiliki tanda lahir dan ada juga yang tidak memilikinya. Jika dilihat dari sisi medis, sebagian tanda lahir disebabkan oleh pembuluh darah yang terkumpul atau tidak tumbuh normal. Sementara tanda lahir lainnya timbul karena zat warna atau pigmen tambahan pada kulit.
Dari sisi medis, mempercayai hal-hal seperti ini dapat merugikan Anda. Misalnya, bila pihak keluarga jadi memiliki keinginan untuk menunda atau sebaliknya menggegas kelahiran untuk menghindari hari gerhana. Ini tentunya bisa berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
Misalnya dengan berpikir bahwa segala hal yang dikaitkan dengan gerhana dan ibu hamil sebenarnya lebih kepada kekhawatiran akan apa yang dilakukan ibu saat gerhana terjadi. Berdiri terlalu lama untuk menyaksikan gerhana misalnya, tentu bisa membuat ibu hamil lelah hingga memberi tekanan lebih pada bagian bawah tubuh yang dapat memicu terjadinya pembengkakan kaki. Atau apakah ibu hamil menyaksikannya dari tempat tinggi (atap rumah mungkin?) yang berpeluang membuatnya tergelincir.
Sementara untuk larangan keluar rumah, mungkin maksudnya Anda tidak perlu mendatangi lokasi-lokasi tempat masyarakat berkumpul untuk beramai-ramai menyaksikan gerhana. Tempat seperti ini pasti dipadati orang, penuh sesak dan tidak nyaman untuk ibu hamil. Bukan tidak mungkin Anda terdorong, terjatuh, atau terpapar asap rokok yang tidak baik bagi ibu hamil maupun janin.
Bagaimana dengan larangan menggunakan pisau untuk memotong apapun, jadikan ini kesempatan. Anda bebas dari urusan dapur dan bisa minta pasangan atau orang lain gantian masak untuk Anda! Asyik, kan…
Tapi kalau soal wanita hamil harus bersembunyi di kolong ranjang, tak perlu Anda ikuti ya, Moms. Dengan perut membuncit, membungkuk untuk mengambil sesuatu yang jatuh di lantai saja sudah sulit, apalagi harus masuk ke kolong ranjang. Yang benar, saja!
Bila pasangan, orang tua, atau kerabat Anda menegur atau meminta Anda memercayai hal-hal seperti ini, selama masih masuk di akal, ambil saja sisi positifnya dan nikmati sebagai bentuk perhatian dan sayang mereka pada Anda.
Rujukan
(GFD-2019-3466) [KLARIFIKASI] “Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
BMKG telah membantah bahwa klaim mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda itu adalah hoaks pada 2 Agustus 2018. Selain itu, pada November 2018, salah satu pelaku penyebar hoaks foto lautan retak dan potensi gempa besar di Jawa ditangkap oleh Polres Tegal Kota.
Akun Muhammad Alexander Zen (fb.com/silvestre.stalone.7186) mengunggah sebuah gambar dengan kalimat awal
“Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah..
Buat yg lg d pulau Jawa atau ada keluarga d pulau Jawa..”
Selain itu, sumber juga menyertakan tautan video dari kanal Youtube milik BeritaSatu yang berjudul “Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa” yang diunggah pada 24 Januari 2018.
Narasi diakhir dengan kalimat : “Kirim kepada 3 group saja. Lihat apakah anda mempunyai waktu untuk ALLAH atau tidak???”
Akun Muhammad Alexander Zen (fb.com/silvestre.stalone.7186) mengunggah sebuah gambar dengan kalimat awal
“Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah..
Buat yg lg d pulau Jawa atau ada keluarga d pulau Jawa..”
Selain itu, sumber juga menyertakan tautan video dari kanal Youtube milik BeritaSatu yang berjudul “Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa” yang diunggah pada 24 Januari 2018.
Narasi diakhir dengan kalimat : “Kirim kepada 3 group saja. Lihat apakah anda mempunyai waktu untuk ALLAH atau tidak???”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelurusan terhadap narasi dan foto yang diunggah oleh sumber, faktanya klaim tersebut pernah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.
BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda adalah kabar bohong (hoax). Kedua gempa tersebut dinilai memiliki sumber gempa yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh.
“Itu Hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (2/82018).
Dwikorita menerangkan, gempa Lombok merupakan gempa yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa Megathrust dibangkitkan oleh aktifitas tumbukan lempeng di zona subduksi.
Menurut Dwikorita, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.
“Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat – Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial. BMKG sendiri, tambah dia, terus mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh.
BMKG juga menyayangkan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.
“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/82018).
Dwikorita mengatakan, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, lanjut dia, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.
“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, kata dia, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.
Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.
“Perlu proses saring sebelum sharing sehingga (informasi hoaks) tidak menjadi viral. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan,” tuturnya.
“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan “tergoda” dengan ramalan-ramalan atau prediksi. Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG. Silahkan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam,” tambah dia.
Sementara itu, pada 15 November 2018, Polres Tegal Kota mengamankan Dian Purwanto, warga Kelurahan Keturen Kecamatan Tegal Selatan. Gara-gara menyebarkan informasi tentang gempa dahsyat yang cukup membuat banyak orang resah melalui facebook, pemuda 25 tahun itu kini harus meringkuk di sel tahanan Mapolres Tegal Kota. Diketahui, melalui postingannya di FB, dia membuat status soal gempa tak lama setelah musibah gempa bumi di Lombok.
Kapolres Tegal Kota AKBP Jon Wesly Arianto menyatakan, dalam informasi bohong yang dibagikan, tersangka menggunakan pernyataan dari hasil wawancara satu stasiun televisi swasta dengan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Namun dalam postingan itu, dia melintir informasi tersebut sehingga menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat,” kata Jon.
Tersangka menulis di akun tersebut tentang ‘nestapa Lombok belum berakhir’. Laut mulai retak-retak sudah. Buat yang lagi di pulau Jawa atau ada keluarga di pulau Jawa. Perbanyak doa dan tetap waspada’.
Dalam postingannya, pelaku juga menuliskan ‘LIPI mewaspadai akan terjadinya gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan’.
”Termasuk diantaranya, dia (pelaku) juga menambahkan tulisan angka-angka yang saling dihubungkan dengan ayat-ayat suci,” jelasnya.
Sementara, pengungkapan kasus ini bermula ketika ada patroli siber oleh anggotanya. Setelah ditelusuri, akhirnya tim menangkap tersangka di rumahnya di Keturen Tegal Selatan.
”Dian Purwanto kami amankan pada Kamis (15/11). Dan atas tindakannya itu, pelaku terbukti melanggar perbuatan yang dilarang dan dijerat Pasal 15 UU 1946 tentang hukum pidana,” jelas Jon.
Disebutkan, barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti kabar tersebut akan menimbulkan keonaran di masyarakat diancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
”Karenanya, kepada masyarakat yang suka memposting di medsos, agar berhati-hati. Saring dulu sebelum di share,” bebernya.
Sementara tersangka Dian mengaku bahwa dirinya memperoleh informasi itu dari akun Facebook lain.
“Saya dapat itu hasil copy-paste dari akun lain yang muncul di beranda Facebook. Selanjutnya, saya copy paste dan diunggah di postingan FB saya,” akunya.
Atas postingannya itu, Dian juga mengaku tidak tahu bahwa tindakannya itu melawan hukum.
“Baru sekali ini saya melakukannya. Dan saya menyesal sekali,” pungkasnya.
Berdasarkan hasil penelurusan terhadap narasi dan foto yang diunggah oleh sumber, faktanya klaim tersebut pernah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.
BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda adalah kabar bohong (hoax). Kedua gempa tersebut dinilai memiliki sumber gempa yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh.
“Itu Hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (2/82018).
Dwikorita menerangkan, gempa Lombok merupakan gempa yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa Megathrust dibangkitkan oleh aktifitas tumbukan lempeng di zona subduksi.
Menurut Dwikorita, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.
“Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat – Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial. BMKG sendiri, tambah dia, terus mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh.
BMKG juga menyayangkan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.
“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/82018).
Dwikorita mengatakan, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, lanjut dia, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.
“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, kata dia, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.
Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.
“Perlu proses saring sebelum sharing sehingga (informasi hoaks) tidak menjadi viral. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan,” tuturnya.
“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan “tergoda” dengan ramalan-ramalan atau prediksi. Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG. Silahkan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam,” tambah dia.
Sementara itu, pada 15 November 2018, Polres Tegal Kota mengamankan Dian Purwanto, warga Kelurahan Keturen Kecamatan Tegal Selatan. Gara-gara menyebarkan informasi tentang gempa dahsyat yang cukup membuat banyak orang resah melalui facebook, pemuda 25 tahun itu kini harus meringkuk di sel tahanan Mapolres Tegal Kota. Diketahui, melalui postingannya di FB, dia membuat status soal gempa tak lama setelah musibah gempa bumi di Lombok.
Kapolres Tegal Kota AKBP Jon Wesly Arianto menyatakan, dalam informasi bohong yang dibagikan, tersangka menggunakan pernyataan dari hasil wawancara satu stasiun televisi swasta dengan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Namun dalam postingan itu, dia melintir informasi tersebut sehingga menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat,” kata Jon.
Tersangka menulis di akun tersebut tentang ‘nestapa Lombok belum berakhir’. Laut mulai retak-retak sudah. Buat yang lagi di pulau Jawa atau ada keluarga di pulau Jawa. Perbanyak doa dan tetap waspada’.
Dalam postingannya, pelaku juga menuliskan ‘LIPI mewaspadai akan terjadinya gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan’.
”Termasuk diantaranya, dia (pelaku) juga menambahkan tulisan angka-angka yang saling dihubungkan dengan ayat-ayat suci,” jelasnya.
Sementara, pengungkapan kasus ini bermula ketika ada patroli siber oleh anggotanya. Setelah ditelusuri, akhirnya tim menangkap tersangka di rumahnya di Keturen Tegal Selatan.
”Dian Purwanto kami amankan pada Kamis (15/11). Dan atas tindakannya itu, pelaku terbukti melanggar perbuatan yang dilarang dan dijerat Pasal 15 UU 1946 tentang hukum pidana,” jelas Jon.
Disebutkan, barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti kabar tersebut akan menimbulkan keonaran di masyarakat diancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
”Karenanya, kepada masyarakat yang suka memposting di medsos, agar berhati-hati. Saring dulu sebelum di share,” bebernya.
Sementara tersangka Dian mengaku bahwa dirinya memperoleh informasi itu dari akun Facebook lain.
“Saya dapat itu hasil copy-paste dari akun lain yang muncul di beranda Facebook. Selanjutnya, saya copy paste dan diunggah di postingan FB saya,” akunya.
Atas postingannya itu, Dian juga mengaku tidak tahu bahwa tindakannya itu melawan hukum.
“Baru sekali ini saya melakukannya. Dan saya menyesal sekali,” pungkasnya.
Rujukan
(GFD-2019-3465) [SALAH] Video “Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Tidak terkait dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur. Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Akun Rezafzrz12 (fb.com/rezachanel12) mengunggah sebuah video pada 18 Desember 2019 pukul 16.56 dengan narasi :
“Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki ,melek tu yg bilang tidak ada penganiayaan Dan Ham diam seribu bahasa … Seolah” polisi itu berkata liat nanti giliran anda sama orang di sekitarnya biadab”
Narasi ini diubah oleh akun Rezafzrz12 pada 19 Desember 2019 pukul 18.53 dengan menghilangkan kata “uighur”
Akun Rezafzrz12 (fb.com/rezachanel12) mengunggah sebuah video pada 18 Desember 2019 pukul 16.56 dengan narasi :
“Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki ,melek tu yg bilang tidak ada penganiayaan Dan Ham diam seribu bahasa … Seolah” polisi itu berkata liat nanti giliran anda sama orang di sekitarnya biadab”
Narasi ini diubah oleh akun Rezafzrz12 pada 19 Desember 2019 pukul 18.53 dengan menghilangkan kata “uighur”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) dan Tim CekFakta Liputan6, faktanya video tersebut sama tidak ada kaitannya dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur.
Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Video tersebut kemudian mendapat kecaman, lantaran si polisi yang dianggap tidak manusiawi saat mengamankan wanita tersebut.
A police officer in south China has been caught pinning down a woman by the neck with his knee in an attempt to restrain her, sparking anger and accusations of police brutality.
The woman posted the shocking video and photos of her injured neck on social media on Saturday after the incident, saying she was traumatised physically and mentally after being violently treated by the policeman in Shenzhen, Guangdong.
However, the 23-year-old woman, identified by her surname Cheng, swiftly deleted the post and on Sunday published a statement thanking the Luohu district police for their ‘sincere communication and assistance’.
She added in her Weibo post that the issue had been resolved, asking people to stop commenting on the matter.
Cheng had called the police after a security guard at her hotel had been taking photographs of her, according to her now-deleted post.
However, the police refused to allow review surveillance footage with them and threatened her with a stun gun, demanding her leave the room, she claimed.
The video clip Cheng posted shows her being pinned down by the neck while she screamed out in pain and struggled to push the unnamed policeman off.
Another woman, identified as Cheng’s friend, tried to pull her away from him. The woman was left with a red and swollen face as she lay on the floor, out of breath.
The officer was heard yelling: ‘Get her out of here!’
The Luohu district police published a statement for the incident on Sunday, saying that the officer did not let Cheng review the CCTV footage with them due to privacy reasons.
However, Cheng, who was drunk, then pushed and hit the officer, who then retrained her with ‘his bare hands’ after she failed to stop attacking the policeman.
Cheng was later ‘educated on common law’ and ‘expressed understanding’, according to the police statement. The policeman’s actions were not addressed in the statement.
A separate CCTV footage published on Tuesday shows the verbal argument between the woman and the police officer escalating into a physical altercation as they pushed and hit each other.
The incident drew thousands of angry comments on Weibo, with net users accusing Chinese police of brutality.
‘This is one of the most shameless, hypocritical and evasive police statements I have ever read in my life,’ one top comment wrote.
‘I wouldn’t dare call the police in the future,’ another user said.
‘She almost suffocated! This is too much even if she was at fault,’ one user said.
In June 2016, a woman in Shenzhen claimed that an officer had beaten her up in when she went to report her missing bag. The police said the woman was drunk and had insulted the officer.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) dan Tim CekFakta Liputan6, faktanya video tersebut sama tidak ada kaitannya dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur.
Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Video tersebut kemudian mendapat kecaman, lantaran si polisi yang dianggap tidak manusiawi saat mengamankan wanita tersebut.
A police officer in south China has been caught pinning down a woman by the neck with his knee in an attempt to restrain her, sparking anger and accusations of police brutality.
The woman posted the shocking video and photos of her injured neck on social media on Saturday after the incident, saying she was traumatised physically and mentally after being violently treated by the policeman in Shenzhen, Guangdong.
However, the 23-year-old woman, identified by her surname Cheng, swiftly deleted the post and on Sunday published a statement thanking the Luohu district police for their ‘sincere communication and assistance’.
She added in her Weibo post that the issue had been resolved, asking people to stop commenting on the matter.
Cheng had called the police after a security guard at her hotel had been taking photographs of her, according to her now-deleted post.
However, the police refused to allow review surveillance footage with them and threatened her with a stun gun, demanding her leave the room, she claimed.
The video clip Cheng posted shows her being pinned down by the neck while she screamed out in pain and struggled to push the unnamed policeman off.
Another woman, identified as Cheng’s friend, tried to pull her away from him. The woman was left with a red and swollen face as she lay on the floor, out of breath.
The officer was heard yelling: ‘Get her out of here!’
The Luohu district police published a statement for the incident on Sunday, saying that the officer did not let Cheng review the CCTV footage with them due to privacy reasons.
However, Cheng, who was drunk, then pushed and hit the officer, who then retrained her with ‘his bare hands’ after she failed to stop attacking the policeman.
Cheng was later ‘educated on common law’ and ‘expressed understanding’, according to the police statement. The policeman’s actions were not addressed in the statement.
A separate CCTV footage published on Tuesday shows the verbal argument between the woman and the police officer escalating into a physical altercation as they pushed and hit each other.
The incident drew thousands of angry comments on Weibo, with net users accusing Chinese police of brutality.
‘This is one of the most shameless, hypocritical and evasive police statements I have ever read in my life,’ one top comment wrote.
‘I wouldn’t dare call the police in the future,’ another user said.
‘She almost suffocated! This is too much even if she was at fault,’ one user said.
In June 2016, a woman in Shenzhen claimed that an officer had beaten her up in when she went to report her missing bag. The police said the woman was drunk and had insulted the officer.
Rujukan
Halaman: 5288/5638