“Walau TV nasional tdk memberitakan ,tp sang pemenang tetap bangga.
Kita sbgai umat muslim hendaknya mengapresiasi👍🏻🌹, sejak bani bipang memimpin sudah 7 th gak perna ada lomba MTQ nasional….apa lagi internasional…dan gak pernah ada peringatan nuzulul Qur an tiap 17 Romadhan.
Apakah kalian paham?”
(GFD-2021-7409) [SALAH] TV Nasional tidak Memberitakan Prestasi Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Turki
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 15/08/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook bernama Petarung Masadepan pada 6 Agustus 2021 memposting sebuah video yang berdurasi 3 menit 38 detik. Dalam video terdapat narasi “ANAK KULI BATU BATA ASAL NTB BERHASIL MENJADI JUARA 1 MTQ INTERNASIONAL DI TURKI”. Akun Facebook Petarung Masadepan juga menambahkan caption yang mengklaim TV nasional tidak ada yang memberitakan tentang prestasi tersebut.
Setelah ditelusuri dengan kata kunci “anak NTB juara MTQ di Turki” terdapat beberapa video dibeberapa TV nasional seperti Kanal YouTube metrotvnews yang berjudul “Cerita Syamsuri Firdaus Jadi Juara MTQ Internasional di Turki” 29 Mei 2019. Pada video tersebut nampak Syamsuri Firdaus diundang pada program Selamat Pagi Indonesia dan menceritakan tentang lomba yang dijuarainya.
Pada Kanal Youtube metrotvnews juga terdapat video dengan judul “Juara MTQ Dunia Ceritakan Momen Spesial pada Jokowi” diunggah pada 1 Juni 2019. Video tersebut menyiarkan saat Syamsuri Firdaus diundang Presiden Jokowi ke Istana Merdeka Jakarta. Qori muda asal Bima, NTB ini menceritakan momen spesialnya saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memberikan selamat di atas panggung.
Stasiun televisi Trans7 juga menyiarkan tentang Syamsuri Firdaus yang telah mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional. Pada Kanal Youtube TRANS7 OFFICIAL video berjudul “SYAMSURI, QORI JUARA PERTAMA MTQ INTERNASIONAL DI TURKI | HITAM PUTIH (12/06/19) PART 3” merupakan momen saat Syamsuri Firdaus diundang pada program Hitam Putih.
Lebih lanjut akun Facebook Petarung Masadepan juga mengklaim bahwa sudah 7 tahun tidak pernah ada lomba MTQ Nasional namun pernyataan tersebut tidak berdasar. Melansir dari kemenag.go.id, dalam rangka Dies natalis Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang ke-XX tahun 2021, Kamis, 29 Juli 2021 Universitas Trunojoyo Madura mengadakan lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)Tingkat Nasional. Lomba tersebut berhasil dimenangkan oleh siswa MAN 1 Pati bernama Layyinatul Faizah.
MTQ atau Musabaqah Tilawatil Quran sendiri menurut Wikipedia merupakan festival keagamaan Islam Indonesia yang diadakan di tingkat nasional yang bertujuan untuk mengagungkan Alquran dimana peserta berlomba mengaji Al-Qur’an dengan menggunakan qira’at (metodologi pengajian khusus).
Dari beberapa hal tersebut maka klaim TV nasional tidak memberitakan tentang Syamsuri Firdaus juara 1 lomba MTQ Internasional di Turki tidak benar. Pada Metro TV dan Trans7 berita prestasi Syamsuri Firdaus telah disiarkan. Juara 1 MTQ Internasional di Turki juga berkesempatan diundang pada program Selamat Pagi Indonesia serta Hitam Putih sehingga masuk dalam kategori konten yang salah.
Setelah ditelusuri dengan kata kunci “anak NTB juara MTQ di Turki” terdapat beberapa video dibeberapa TV nasional seperti Kanal YouTube metrotvnews yang berjudul “Cerita Syamsuri Firdaus Jadi Juara MTQ Internasional di Turki” 29 Mei 2019. Pada video tersebut nampak Syamsuri Firdaus diundang pada program Selamat Pagi Indonesia dan menceritakan tentang lomba yang dijuarainya.
Pada Kanal Youtube metrotvnews juga terdapat video dengan judul “Juara MTQ Dunia Ceritakan Momen Spesial pada Jokowi” diunggah pada 1 Juni 2019. Video tersebut menyiarkan saat Syamsuri Firdaus diundang Presiden Jokowi ke Istana Merdeka Jakarta. Qori muda asal Bima, NTB ini menceritakan momen spesialnya saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memberikan selamat di atas panggung.
Stasiun televisi Trans7 juga menyiarkan tentang Syamsuri Firdaus yang telah mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional. Pada Kanal Youtube TRANS7 OFFICIAL video berjudul “SYAMSURI, QORI JUARA PERTAMA MTQ INTERNASIONAL DI TURKI | HITAM PUTIH (12/06/19) PART 3” merupakan momen saat Syamsuri Firdaus diundang pada program Hitam Putih.
Lebih lanjut akun Facebook Petarung Masadepan juga mengklaim bahwa sudah 7 tahun tidak pernah ada lomba MTQ Nasional namun pernyataan tersebut tidak berdasar. Melansir dari kemenag.go.id, dalam rangka Dies natalis Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang ke-XX tahun 2021, Kamis, 29 Juli 2021 Universitas Trunojoyo Madura mengadakan lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)Tingkat Nasional. Lomba tersebut berhasil dimenangkan oleh siswa MAN 1 Pati bernama Layyinatul Faizah.
MTQ atau Musabaqah Tilawatil Quran sendiri menurut Wikipedia merupakan festival keagamaan Islam Indonesia yang diadakan di tingkat nasional yang bertujuan untuk mengagungkan Alquran dimana peserta berlomba mengaji Al-Qur’an dengan menggunakan qira’at (metodologi pengajian khusus).
Dari beberapa hal tersebut maka klaim TV nasional tidak memberitakan tentang Syamsuri Firdaus juara 1 lomba MTQ Internasional di Turki tidak benar. Pada Metro TV dan Trans7 berita prestasi Syamsuri Firdaus telah disiarkan. Juara 1 MTQ Internasional di Turki juga berkesempatan diundang pada program Selamat Pagi Indonesia serta Hitam Putih sehingga masuk dalam kategori konten yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Infomasi tersebut tidak benar. Faktanya, Metro TV dan Trans7 telah memberitakan prestasi Syamsuri Firdaus yang mengharumkan nama Indonesia. Pemuda Juara 1 MTQ Internasional di Turki juga berkesempatan diundang bertemu Presiden Jokowi serta diundang pada program Selamat Pagi Indonesia dan Hitam Putih.
Selengkapnya pada penjelasan!
Infomasi tersebut tidak benar. Faktanya, Metro TV dan Trans7 telah memberitakan prestasi Syamsuri Firdaus yang mengharumkan nama Indonesia. Pemuda Juara 1 MTQ Internasional di Turki juga berkesempatan diundang bertemu Presiden Jokowi serta diundang pada program Selamat Pagi Indonesia dan Hitam Putih.
Selengkapnya pada penjelasan!
Rujukan
(GFD-2021-7408) [SALAH] Tidak Boleh Mengonsumsi Makanan dan Minuman yang Mengandung Alkohol dan Soda setelah Vaksin Covid-19
Sumber: Whatsapp.comTanggal publish: 15/08/2021
Berita
“Ya cin..baik nya gt..min 6 bln..setlh selesai vaksin semua..
Jgn minum atau mkn yg berbau alkohol termasuk tape ya khan ada fermentasinya alkohol spr fant dll nya itu..”
Jgn minum atau mkn yg berbau alkohol termasuk tape ya khan ada fermentasinya alkohol spr fant dll nya itu..”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah pesan melalui WhatsApp yang menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung alkohol seperti tape serta minuman bersoda seperti Fanta setidaknya hingga 6 bulan setelah menerima kedua dosis vaksin Covid-19.
Berdasarkan hasil penelusuran, belum ada hasil penelitian yang membuktikan bahwa konsumsi makanan dan minuman beralkohol serta minuman bersoda setelah menerima vaksin Covid-19 dapat berpengaruh terhadap keefektifan vaksin.
Melansir dari Kompas, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan bahwa larangan mengonsumsi makanan dan minuman beralkohol seperti tape bergantung pada kondisi kesehatan yang melatarbelakangi setiap orang, bukan karena dapat mempengaruhi keefektifan vaksin.
Sedangkan, terkait dengan minuman bersoda, melansir dari The New York Times, salah satu peneliti dari Departemen Kesehatan Umum Universitas Harvard, Vasanti S. Malik menyatakan bahwa mengonsumsi minuman bersoda dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang lama memang berbahaya bagi kesehatan, bukan karena minuman bersoda dapat mempengaruhi keefektifan vaksin.
Narasi serupa juga pernah beredar pada Maret 2021 lalu, yang menyatakan bahwa setelah menerima vaksin Covid-19, tidak diperbolehkan mengonsumsi minuman beralkohol setidaknya selama 5 bulan. Artikel dengan topik tersebut telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul “[SALAH] “setelah vaksin Covid-19 selama 5 bulan tak boleh minum yg mengandung alkohol” yang diunggah pada 28 Maret 2021.
Dengan demikian, pesan yang beredar melalui WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Berdasarkan hasil penelusuran, belum ada hasil penelitian yang membuktikan bahwa konsumsi makanan dan minuman beralkohol serta minuman bersoda setelah menerima vaksin Covid-19 dapat berpengaruh terhadap keefektifan vaksin.
Melansir dari Kompas, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan bahwa larangan mengonsumsi makanan dan minuman beralkohol seperti tape bergantung pada kondisi kesehatan yang melatarbelakangi setiap orang, bukan karena dapat mempengaruhi keefektifan vaksin.
Sedangkan, terkait dengan minuman bersoda, melansir dari The New York Times, salah satu peneliti dari Departemen Kesehatan Umum Universitas Harvard, Vasanti S. Malik menyatakan bahwa mengonsumsi minuman bersoda dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang lama memang berbahaya bagi kesehatan, bukan karena minuman bersoda dapat mempengaruhi keefektifan vaksin.
Narasi serupa juga pernah beredar pada Maret 2021 lalu, yang menyatakan bahwa setelah menerima vaksin Covid-19, tidak diperbolehkan mengonsumsi minuman beralkohol setidaknya selama 5 bulan. Artikel dengan topik tersebut telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul “[SALAH] “setelah vaksin Covid-19 selama 5 bulan tak boleh minum yg mengandung alkohol” yang diunggah pada 28 Maret 2021.
Dengan demikian, pesan yang beredar melalui WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung alkohol dan soda dapat berpengaruh terhadap keefektifan vaksin Covid-19. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung alkohol dan soda dalam jumlah berlebihan memang tidak baik bagi kesehatan.
Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung alkohol dan soda dapat berpengaruh terhadap keefektifan vaksin Covid-19. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung alkohol dan soda dalam jumlah berlebihan memang tidak baik bagi kesehatan.
Rujukan
(GFD-2021-7407) [SALAH] Video “BERITA VIRAL ~ AZAB TUKANG NYI NYIR BERAKHIR BEGINI ~ BERITA TERBARU HARI INI SBY DEMOKRAT”
Sumber: Youtube.comTanggal publish: 15/08/2021
Berita
“BERITA VIRAL ~ AZAB TUKANG NYI NYIR BERAKHIR BEGINI ~ BERITA TERBARU HARI INI SBY DEMOKRAT”
NARASI DALAM GAMBAR:
“AZAB TUKANG NYI NYIR…!!!
SBY SEMAKIN PARAH
DOKTER MENYERAH TAKUT ADA HAL ANEH TERJADI”
NARASI DALAM GAMBAR:
“AZAB TUKANG NYI NYIR…!!!
SBY SEMAKIN PARAH
DOKTER MENYERAH TAKUT ADA HAL ANEH TERJADI”
Hasil Cek Fakta
Kanal YouTube “TEROPONG ISTANA” mengunggah sebuah video dengan judul “BERITA VIRAL ~ AZAB TUKANG NYI NYIR BERAKHIR BEGINI ~ BERITA TERBARU HARI INI SBY DEMOKRAT” pada 5 Agustus 2021. Video tersebut disertai dengan foto thumbnail yang menunjukkan Susilo Bambang Yudhoyono tengah berbaring di ranjang rumah sakit dan dikelilingi oleh tenaga kesehatan yang menggunakan baju hazmat.
Berdasarkan hasil penelusuran, SBY masih dalam kondisi sehat. Hal ini dapat dilihat dalam foto yang diunggah oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra, pada 7 Agustus 2021 yang menunjukkan SBY tengah berdiri di samping lukisan karyanya. Selain itu, pada 13 Agustus 2021, SBY juga terlihat ikut merayakan ulangtahun Agus Yudhoyono.
Video yang beredar di YouTube itu sendiri tidak memberitakan tentang kondisi terkini SBY, melainkan memberitakan mengenai kritik terhadap pesawat kepresidenan yang berganti warna menjadi merah putih.
Foto thumbnail yang digunakan pada video tersebut merupakan foto hasil suntingan yang pernah beredar sebelumnya. Artikel terkait dengan foto hasil suntingan tersebut telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] “LUPA SEMUANYA , SBY SEMAKIN PARAH KASIHAN! SBY JADI BEGINI” pada 17 Januari 2021 lalu.
Dengan demikian, video yang diunggah oleh kanal YouTube “TEROPONG ISTANA” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Dimanipulasi/Manipulated Content.
Berdasarkan hasil penelusuran, SBY masih dalam kondisi sehat. Hal ini dapat dilihat dalam foto yang diunggah oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra, pada 7 Agustus 2021 yang menunjukkan SBY tengah berdiri di samping lukisan karyanya. Selain itu, pada 13 Agustus 2021, SBY juga terlihat ikut merayakan ulangtahun Agus Yudhoyono.
Video yang beredar di YouTube itu sendiri tidak memberitakan tentang kondisi terkini SBY, melainkan memberitakan mengenai kritik terhadap pesawat kepresidenan yang berganti warna menjadi merah putih.
Foto thumbnail yang digunakan pada video tersebut merupakan foto hasil suntingan yang pernah beredar sebelumnya. Artikel terkait dengan foto hasil suntingan tersebut telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] “LUPA SEMUANYA , SBY SEMAKIN PARAH KASIHAN! SBY JADI BEGINI” pada 17 Januari 2021 lalu.
Dengan demikian, video yang diunggah oleh kanal YouTube “TEROPONG ISTANA” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Dimanipulasi/Manipulated Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Faktanya, Susilo Bambang Yudhoyono masih dalam kondisi sehat. Video tersebut juga tidak memberitakan tentang kondisi terkini SBY, melainkan memberitakan tentang kritik terhadap pesawat kepresidenan yang berganti warna.
Faktanya, Susilo Bambang Yudhoyono masih dalam kondisi sehat. Video tersebut juga tidak memberitakan tentang kondisi terkini SBY, melainkan memberitakan tentang kritik terhadap pesawat kepresidenan yang berganti warna.
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/CSQ2ouSHpHE/
- https://www.instagram.com/p/CSgUB29h7-n/
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/08/173000965/kisah-lukisan-sby–antara-hobi-dan-ekspresi-cinta-kepada-ani-yudhoyono?page=all
- https://turnbackhoax.id/2021/01/17/salah-lupa-semuanya-sby-semakin-parah-kasihan-sby-jadi-begini/
(GFD-2021-7406) [SALAH] Hasil Perhitungan Data Orang yang Sudah Divaksinasi Lebih Banyak Terpapar Varian Delta dan Peluang Kematian Lebih Tinggi
Sumber: artikel onlineTanggal publish: 14/08/2021
Berita
Beredar sebuah artikel online dari dailyexpose.co.uk yang mengklaim data Public Health England (PHE) menunjukkan bahwa orang yang sudah divaksinasi lengkap atau mendapatkan dua dosis lebih banyak terpapar Varian Delta dan lebih rentan untuk meninggal.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah. Faktanya dilansir dari apnews.com Public Health England (PHE) tidak pernah menunjukkan data orang yang divaksinasi lebih rentan meninggal akibat varian delta virus corona. Sebaliknya, data, yang diterbitkan pada 18 Juni 2021, menunjukkan vaksin Pfizer dan AstraZeneca sangat efektif mengurangi gejala Covid-19 varian delta.
Dilansir dari afp.com, juru bicara Public Health England, James McCreadie, mengonfirmasi bahwa cara menghitung persentase data tersebut salah. Devon Greyson dari Fakultas Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat Universitas British Columbia menjelaskan bahwa perhitungan data dalam artikel tersebut salah dan berakibat fatal dalam pengambilan kesimpulan.
Media publikasi tersebut menghitung tingkat kematian yang menerima suntikan dengan membagi jumlah kematian akibat varian delta yang sudah divaksin dengan jumlah pasien yang sudah divaksinasi yang masuk rumah sakit.
Menurut Greyson, seharusnya penyebut yang benar adalah total populasi Inggris yang divaksinasi. Demikian pula, untuk menghitung tingkat kematian orang yang tidak divaksinasi, penyebutnya adalah jumlah total orang yang tidak divaksinasi.
Greyson menyamakan skenario dengan mengukur efektivitas sabuk pengaman. Misalnya, bayangkan populasi 1.000, yang terdiri dari 900 orang memakai sabuk pengaman dan 100 tidak. Jika sabuk pengaman tidak berfungsi, sembilan kali lebih banyak kematian kendaraan bermotor akan terjadi pada kelompok sabuk pengaman karena mengandung proporsi populasi yang lebih besar.Namun, karena sabuk pengaman memang memberikan perlindungan, kelompok orang yang tidak memakainya bertanggung jawab atas lebih dari bagian kematiannya. Logika yang sama berlaku untuk kelompok yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.
Dengan demikian, klaim orang yang sudah divaksinasi lebih banyak terpapar varian delta dan peluang kematian lebih tinggi merupakan hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Dilansir dari afp.com, juru bicara Public Health England, James McCreadie, mengonfirmasi bahwa cara menghitung persentase data tersebut salah. Devon Greyson dari Fakultas Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat Universitas British Columbia menjelaskan bahwa perhitungan data dalam artikel tersebut salah dan berakibat fatal dalam pengambilan kesimpulan.
Media publikasi tersebut menghitung tingkat kematian yang menerima suntikan dengan membagi jumlah kematian akibat varian delta yang sudah divaksin dengan jumlah pasien yang sudah divaksinasi yang masuk rumah sakit.
Menurut Greyson, seharusnya penyebut yang benar adalah total populasi Inggris yang divaksinasi. Demikian pula, untuk menghitung tingkat kematian orang yang tidak divaksinasi, penyebutnya adalah jumlah total orang yang tidak divaksinasi.
Greyson menyamakan skenario dengan mengukur efektivitas sabuk pengaman. Misalnya, bayangkan populasi 1.000, yang terdiri dari 900 orang memakai sabuk pengaman dan 100 tidak. Jika sabuk pengaman tidak berfungsi, sembilan kali lebih banyak kematian kendaraan bermotor akan terjadi pada kelompok sabuk pengaman karena mengandung proporsi populasi yang lebih besar.Namun, karena sabuk pengaman memang memberikan perlindungan, kelompok orang yang tidak memakainya bertanggung jawab atas lebih dari bagian kematiannya. Logika yang sama berlaku untuk kelompok yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.
Dengan demikian, klaim orang yang sudah divaksinasi lebih banyak terpapar varian delta dan peluang kematian lebih tinggi merupakan hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Fathia Islamiyatul Syahida (Universitas Pendidikan Indonesia)
Klaim tersebut salah. Setelah ditelusuri, melalui apnews.com, tidak ada bukti bahwa orang yang sudah divaksinasi lebih rentan meninggal akibat terpapar varian Delta Covid-19.
Klaim tersebut salah. Setelah ditelusuri, melalui apnews.com, tidak ada bukti bahwa orang yang sudah divaksinasi lebih rentan meninggal akibat terpapar varian Delta Covid-19.
Rujukan
Halaman: 5251/6522