• (GFD-2020-3610) [SALAH] Foto “Bayi platipus”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 21/02/2020

    Berita

    Penampakan bayi platipus dalam foto itu merupakan pahatan batu karya Vladimir Matic Kuriljov, seniman asal Serbia. Patung yang diberi judul Stone Platypus Baby itu diwarnai dengan menggunakan cat akrilik.

    Akun Moe Pakmoe (fb.com/zonder.nama) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar dari akun instagram Animals Chasers dengan narasi sebagai berikut:

    “Bayi platipus, mamalia semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia.
    Walaupun berkembangbiak dengan cara bertelur, platipus tetap tergolong kelas mammalia karena ia menyusui anaknya.
    Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.
    https://id.m.wikipedia.org/wiki/Platipus“

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran, gambar yang diunggah oleh sumber klaim memang adalah postingan foto yang diunggah oleh akun Animals Chasers pada 13 Februari 2020.

    Namun, di unggahan itu, akun Animals Chasers sudah menuliskan narasi “This is an art piece created by vmkuriljov” atau yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi : “Ini adalah karya seni yang dibuat oleh vmkuriljov”

    Faktanya penampakan bayi platipus dalam foto itu memang merupakan pahatan batu karya Vladimir Matic Kuriljov, seniman asal Serbia. Patung yang diberi judul Stone Platypus Baby itu diwarnai dengan menggunakan cat akrilik.

    Platypus (Ornithorhynchus anatinus) adalah spesies hewan yang unik dari Australia. Platipus dikelompokkan ke dalam mamalia monotremata. Kelompok ini dibedakan dari semua mamalia (hewan yang memiliki kelenjar susu) lain karena mereka bertelur.

    Ketika pertama kali ditemukan, tampilan yang tidak biasa dari platypus menyebabkan kebingungan dan keraguan di antara para ilmuwan Eropa. Bahkan banyak dari mereka percaya bahwa binatang itu palsu.

    Bentuk fisik platypus mirip dengan bebek, sehingga sering juga disebut Duck-billed Platypus atau Bebek Platypus. Namun, ia memiliki keunikan sendiri karena memiliki bentuk badan ramping (streamlined) dan pendek dengan paruh lebar pipih (bill) di bagian depan. Platypus juga memiliki ekor yang ditutupi dengan bulu-bulu kedap air untuk menjaga suhu tubuhnya, kaki berselaput, berwarna coklat gelap hingga coklat kemerahan.

    Namun, meskipun platipus jelas-jelas lucu, mereka sebenarnya adalah salah satu dari segelintir mamalia berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.

    Platypus jantan menghasilkan racun melalui taji pergelangan kaki (betina tidak berbisa). Racun ini terdiri dari protein seperti defensin, atau DLP, tiga di antaranya hanya ditemukan di platipus, yang meningkatkan faktor keanehan hewan. Racun bisa sangat melukai, tetapi tidak membunuh manusia tetapi bisa mematikan bagi hewan yang lebih kecil. Para ilmuwan berpikir bahwa racun, yang meningkat dalam produksi selama periode kawin, dimaksudkan untuk melumpuhkan jantan saingan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3609) [SALAH] “Korban penculikan, ternyata sudah dijahit semua perutnya”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 21/02/2020

    Berita

    Bukan korban penculikan. Anak itu meninggal karena tenggelam setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air. Jahitan di tubuh bocah tersebut merupakan jahitan post-mortem dari rumah sakit. Peristiwa itu tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Kampung Titian, Tawau, Sabah, Malaysia.

    Akun Fatma Herawati Mungkur (fb.com/100010046945560) mengunggah beberapa video dan foto dengan narasi “Korban penculikan,, dikira tenggelam di sungai, jadi goyang badannya,, setelah dibuka bajunya, ternyata sudah dijahit semua perutnya..”

    Satu foto yang memperlihatkan mayat seorang anak dengan bekas jahitan di dada dan perut. Video pertama yang berdurasi 53 detik berisi rekaman mayat seorang bocah laki-laki yang terapung di air. Video kedua sepanjang 21 detik memperlihatkan sejumlah warga yang mengguncangkan tubuh bocah tersebut dengan posisi terbalik.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, faktanya klaim bahwa anak itu adalah korban penculikan adalah klaim yang salah.

    Anak itu meninggal karena tenggelam setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air. Jahitan di tubuh bocah tersebut merupakan jahitan post-mortem dari rumah sakit. Peristiwa itu tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Kampung Titian, Tawau, Sabah, Malaysia.

    Peristiwa yang menimpa bocah laki-laki tersebut belum pernah dilaporkan di media massa. Karena itu, Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran di media sosial agar konteks peristiwa yang sebenarnya bisa terungkap.

    Dengan reverse image tools milik Google, Tempo menelusuri foto mayat bocah laki-laki yang viral di atas. Lewat penelusuran ini, Tempo terhubung dengan akun Twitter Mer_Maid, yang mengunggah foto tersebut pada 24 Januari 2020. Pemilik akun ini menulis di profilnya bahwa ia berasal dari Penampang, Sabah, Malaysia.

    Tempo pun mendapatkan petunjuk dari beberapa komentar di unggahan akun Mer_Maid tersebut. Peristiwa itu disebut terjadi di belakang masjid Esbok, Tawau, Sabah, Malaysia. Kota ini berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kalimantan Utara. Beberapa akun menjelaskan bahwa bocah itu bukan korban penculikan, melainkan meninggal karena tenggelam. Jahitan di tubuhnya adalah hasil bedah post-mortem dari rumah sakit.

    Tempo mencocokkan penjelasan dari beberapa akun itu dengan percakapan warga yang terdengar dari video pertama. Dialog dalam video itu memakai bahasa Melayu, Malaysia. Salah satu dialog yang terdengar dengan jelas adalah “tunggu polis”. Polis merupakan sebutan bagi polisi di Malaysia. Lembaga kepolisian Malaysia misalnya, bernama Polis Diraja Malaysia.

    Menurut Zam Yuza, analis konsultasi keamanan regional di Sabah, Tawau menjadi salah satu pusat komunitas campuran Indonesia dan Sabahan. “Two Malay dialects, Indonesian and Sabah, are spoken in the videos (Dua dialek Melayu, Indonesia dan Sabah, digunakan dalam video itu),” kata Yuza saat dihubungi Tempo.

    Berbekal petunjuk lokasi tersebut, Tempo mengirimkan e-mail wawancara kepada Pejabat Polis Daerah Tawau pada 18 Februari 2020. Namun, hingga keesokan harinya, e-mail itu tak kunjung dijawab.

    Tempo pun mengalihkan pencarian dengan membuat daftar media-media lokal di Sabah dan mengirimkan pesan, baik melalui e-mail maupun media sosial, ke dua redaksi media lokal di sana. Dengan cara ini, Tempo berhasil terhubung ke salah satu jurnalis setempat dan mendapatkan nomor kontak Kepala Polisi Tawau, Asisten Komisaris Polisi Peter Umbuas.

    Menurut Peter, narasi bahwa bocah laki-laki yang meninggal itu adalah korban penculikan keliru. Bocah tersebut meninggal karena tenggelam, setelah terjatuh dari rumahnya yang terletak di atas air.

    Adapun jahitan pada tubuh anak itu adalah jahitan post-mortem dari rumah sakit. Post-mortem merupakan tindakan pemeriksaan keseluruhan untuk memperoleh dan mencatat data lengkap mengenai korban dan penyebab kematiannya.

    “Ini disahkan tidak betul. Gambar yang diviralkan adalah gambar selepas post-mortem,” kata Peter dalam bahasa Melayu lewat pesan WhatsApp kepada Tempo, Kamis, 20 Februari 2020.

    Menurut Peter, peristiwa itu terjadi pada 19 Januari 2020 di Tawau Ice Box, atau yang kini disebut dengan Kampung Titingan. Nama Ice Box (dibaca “Esbok”) tersebut sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.

    Di Google Maps, sejumlah rumah di Kampung Titingan memang terlihat dibangun di atas air, identik dengan yang terdapat dalam video yang viral di atas. Lokasi kampung air ini pun berada di belakang sebuah masjid, sama dengan yang disebut oleh warganet di kolom komentar unggahan akun Twitter Mer_Maid.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3608) [SALAH] Video “Kondisi WUHAN Terkini …Langsung Di TEMBAK Mati Yang Terkena CORONA NERAKA CHINA”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 20/02/2020

    Berita

    "yg terjangkit virus corona sekrg tdk diobati tp ditembak mati"
    Video gabungan dari tiga video berbeda yang diambil dalam waktu yang berbeda. Ketiga polisi di video itu tidak melakukan penembakan massal terhadap warga yang terinfeksi virus Corona. Mereka dikirim ke Jalan Futian untuk mengatasi anjing gila. Suara yang mirip tembakan dalam video itu pun bukan suara senjata, suara itu adalah suara kembang api atau petasan. Wabah virus Corona memang terjadi saat tahun baru Cina.

    Akun Anan Qan (fb.com/Anan-Qan-111368947079397) mengunggah sebuah video dengan narasi :

    “Kondisi WUHAN Terkini …Langsung Di TEMBAK Mati ● Yang Terkena (CORONA) NERAKA CHINA”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo yang menggunakan tools InVID untuk memfragmentasi video unggahan sumber klaim tersebut menjadi beberapa gambar. Dan dari sejumlah potongan gambar itu, Tempo menelusuri asal-usulnya dengan reverse image tools, baik milik Google, Yandex, maupun TinEye.

    Hasilnya, Tempo menemukan bahwa video yang diunggah sumber klaim itu adalah gabungan dari tiga video berbeda yang diambil dalam waktu yang berbeda pula.

    Berikut hasil periksa terkait 3 video tersebut:

    1. Video pertama (Detik pertama hingga detik ke-20)
    Misinformasi mengenai video tiga pria yang memegang senjata itu pertama kali beredar pada 1 Februari 2020. Salah satu akun yang membagikannya adalah akun Twitter @lym104_hker. Oleh akun ini, video tersebut diberi narasi “Somewhere in Wuhan, three unknown people are wearing protective clothing but holding guns”.

    Faktanya, tiga pria itu memang adalah polisi. Namun, ketiganya tidak sedang berada di Wuhan. Berdasarkan nomor yang tertera di badan mobil, yakni G1796, mobil tersebut adalah mobil milik biro kepolisian Kota Yiwu, Provinsi Zhejiang, Cina bagian timur.

    Ketiga polisi itu pun tidak melakukan penembakan massal terhadap warga yang terinfeksi virus Corona. Dikutip dari situs China Global Television Network (CGTN), ketiga polisi tersebut dikirim ke Jalan Futian untuk mengatasi anjing gila.

    Pernyataan resmi dari polisi berbunyi: “Pada 1 Februari pukul 11.37, polisi Yiwu menerima laporan dari warga sipil yang meminta bantuan untuk menangani anjing yang telah melukai orang-orang di lingkungan Futian. Biro kemudian mengirim tiga polisi bersenjata dengan peralatan pelindung, untuk melindungi dari virus COVID-2019.”

    2. Video kedua (Detik ke-21 sampai detik ke-35)
    Sejumlah orang yang terbaring di tanah bersama para perawat dalam cuplikan tersebut bukanlah warga yang ditembak massal seperti yang diklaim oleh sumber klaim. Tempo menemukan bahwa video itu pernah beredar sebelumnya pada 26 Januari 2020. Video tersebut diunggah oleh akun Twitter @wongwaaa.

    Akun ini menjelaskan bahwa video itu adalah video orang-orang di Wuhan yang terpaksa dirawat di rumah mereka karena rumah sakit sudah penuh dengan pasien yang terinfeksi virus Corona COVID-2019.

    Suara yang mirip tembakan dalam video itu pun bukan suara senjata. Tempo memperoleh petunjuk dari komentar akun @siren12041. Akun ini menjelaskan bahwa suara itu adalah suara kembang api atau petasan. Wabah virus Corona memang terjadi saat tahun baru Cina. Bahkan, beberapa desa di Cina menyalakan kembang api atau petasan sebagai tradisi ketika ada anggota keluarga yang meninggal dengan tujuan untuk memberitahu warga lain.

    3. Video ketiga (Detik ke-36 sampai selesai)
    Organisasi cek fakta Perancis, Observers France24, telah memverifikasi video ini dengan mewawancarai Zhang W (bukan nama sebenarnya), salah satu warga Kota Wuzu, Cina, yang berkomunikasi dengan saksi-saksi kejadian dalam video tersebut secara langsung.

    Video itu direkam di Kota Wuzu, tepatnya di depan sekolah Siyuan, pada 29 Januari 2020. Orang berjaket kuning dalam video itu bukanlah warga yang ditembak massal, melainkan korban kecelakaan motor.

    Zhang W pun menunjukkan sejumlah video yang memiliki beberapa kesamaan dengan video unggahan sumber klaim, yakni bentuk trotoar dan orang yang tergeletak di tanah dengan sepeda motor di sebelahnya. Terdapat pula jejak kecelakaan yang terlihat, yakni pecahan beton dan bercak darah di dekat sebuah pohon, tidak jauh dari korban.

    Selain itu, Zhang W mengirim beberapa gambar tangkapan layar yang berisi diskusinya dengan sekelompok warga Wuzu di aplikasi pesan WeChat serta video lain yang menunjukkan kejadian yang sama, yang direkam dari mobil yang bergerak.

    Informasi kecelakaan ini diperkuat dengan siaran pers dari polisi setempat yang dikirim Zhang W ke Observers France24.

    Siaran pers itu berbunyi:
    “Pada 29 Januari sore, kecelakaan tunggal terjadi di Kota Wuzu. Orang tersebut mengendarai skuter. Karena lalu lintas yang buruk, dia bergeser ke sisi jalan, menabrak batu-batu, dan jatuh dengan benturan di bagian belakang kepala. Sayangnya, dia meninggal. Pengemudilah yang bertanggung jawab. Polisi setempat dan staf pusat kesehatan dengan cepat tiba untuk menangani kecelakaan itu.”

    Rujukan

  • (GFD-2020-3607) [SALAH] Foto “Wanita pengikut ISIS ini bangga setelah memenggal kepala sesama umat Allah”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 20/02/2020

    Berita

    Bukan pengikut ISIS, sebaliknya wanita itu adalah komandan grup milisi di Irak yang memenggal kepala anggota ISIS di negaranya sebagai pembalasan atas pembunuhan saudara-saudaranya oleh ISIS.

    Peringatan!, Tautan REFERENSI mengandung konten sadis! Tidak perlu dibuka jika anda mudah terganggu dengan foto mayat/darah.

    Akun Wiajeng Nia (fb.com/nia.wiajeng) mengunggah sebuah foto dengan narasi:

    “Wanita pengikut ISIS ini yg begitu bangganya setelah memenggal kepala sesama umat Allah dgn mengatas namakan krn perintah Allah
    Bener2 sakit parah mental mereka
    Masihkah kita harus menerima 600 lainya yg sudah terkena virus terroris kejam seperti ini?”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan Tim Periksa Fakta AFP, klaim bahwa wanita di dalam foto itu adalah pengikut ISIS ternyata salah.

    Faktanya, foto tersebut telah beredar di berbagai laporan media mengenai seorang komandan grup milisi di Irak yang memenggal kepala anggota ISIS di negaranya.

    Pencarian gambar terbalik di Google diikuti dengan pencarian kata kunci menemukan foto asli diunggah pada tanggal 19 November 2015 di laman Facebook Wahida Mohamed. Foto tersebut merupakan bagian dari unggahan Facebook tertanggal 19 November 2015 yang memperlihatkan perempuan yang sama berpose dengan mayat orang yang berbeda-beda.

    Foto itu juga muncul di laporan yang diterbitkan oleh media yang berbasis di Amerika Serikat, The International Business Times, tertanggal 4 Oktober 2016. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, laporan tersebut berjudul: “Irak: Perempuan memenggal kepala anggota Isis, memasak kepala mereka sebagai pembalasan atas pembunuhan saudara-saudaranya.”

    Empat paragraf pertama laporan itu berbunyi: “Seorang wanita Irak dengan cepat berubah menjadi individu yang paling ditakuti oleh kelompok Negara Islam – juga dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah (Isis) atau Negara Islam Irak dan Syam (Isil) – karena dia membalas dendam kepada mereka.

    “Perempuan berusia 39 tahun itu bernama Wahida Mohamed Al Jumaily yang beberapa kerabat dekatnya, termasuk ayah, suami, dan tiga saudara lelakinya, dibunuh oleh Isis di beberapa tahun terakhir. Bahkan suaminya dibunuh awal tahun ini yang tampaknya menjadi pemicu tindakannya saat ini terhadap anggota Isis.

    “Jumaily, yang lebih dikenal sebagai Um Hanadi di antara mereka yang telah melakukan kontak dengannya, telah dibandingkan dengan Abu Azrael sang ‘Rambo Irak’, karena memiliki kesamaan dalam upaya mereka untuk mendorong Isis keluar dari Irak dan mendapatkan kembali negara untuk warganya.

    “Jumaily memimpin grup milisi beranggotakan 70 orang yang menentang Isis, dan dilaporkan tidak hanya memenggal kepala anggota organisasi teroris itu tetapi juga memasak kepala mereka, dalam unjuk kekuatan yang dicocokan dengan apa yang Isis lakukan terhadap tahanannya. Dia bahkan mengunggah foto-foto tersebut di platform media sosial.”

    Diterjemahkan dari bahasa Inggris, keterangan foto tersebut adalah: “Irak: Perempuan memenggal kepala anggota Isis, memasak kepala mereka sebagai balas dendam karena membunuh sanak keluarganya. Wahida Mohamed Al Jumaily telah menerima banyak ancaman mati dari pemimpin Isis Abu Bakr al-Baghdadi.” Kredit foto itu diberikan kepada “Um Hanadi” yang merupakan nama lain Al Jumaily.

    Rujukan