(GFD-2021-8614) Keliru, Klaim Ini Bukan Video Kremasi Jenazah Covid-19 di India Tapi Korban Kebocoran Gas
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 05/05/2021
Berita
Narasi yang meragukan parahnya gelombang kedua Covid-19 di India beredar di media sosial. Salah satu akun di Facebook mengklaim bahwa video yang beredar di internet, yang diambil dari udara dan disebut memperlihatkan situasi di area kremasi jenazah Covid-19 di India, sebenarnya menunjukkan proses kremasi para korban kebocoran gas.
Video itu berjudul "Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!". Video tersebut juga memuat logo stasiun televisi Metro TV. Akun ini membagikan klaim beserta video tersebut pada 27 April 2021. Selain mengunggah video itu, akun ini menyertakan empat video lain yang diklaim sebagai bukti bahwa kondisi India normal, karena menggelar acara musik.
Akun itu pun menulis, "Slide 1 Pembodohan kopid! Korban yang di kremasi adalah korban kebocoran gas, Slide 2 korban yang berjatuhan akibat pipa kebocoran gas, Slide 3 adalah komentar orang cerdas, Slide 4 sampai terakhir adalah kondisi india saat ini, dangdutan saweran, Selamat jadi manusia yang berakal." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 100 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu memang menunjukkan situasi di area kremasi jenazah pasien Covid-19 di India.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, video yang memuat logo Metro TV dan berjudul “Asap Kremasi Tutupi Langit India, Kematian Covid-19 Membludak!” itu memang memperlihatkan situasi di area kremasi massal jenazah Covid-19 di India, di tengah meningkatnya jumlah kematian akibat infeksi virus Corona di negara tersebut.
Mula-mula, Tempo memfragmentasi video itu menjadi beberapa gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar tersebut ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google. Selain itu, Tempo juga menelusuri pemberitaan terkait dengan kata kunci “mass cremation in India” di mesin perambah Google.
Hasilnya, ditemukan bahwa beberapa cuplikan dalam video tersebut sama dengan video yang dipublikasikan oleh media Korea Selatan, SBS, pada 26 April 2021. Video itu berjudul “Jenazah pasien Covid-19 berserakan di trotoar, 'Kekurangan oksigen'". Kesamaan terdapat pada cuplikan dari udara yang menunjukkan area kremasi serta cuplikan beberapa petugas berpakaian hazmat yang sedang menggotong jenazah.
Dua cuplikan yang sama-sama terlihat dalam video yang beredar di Facebook maupun yang diunggah oleh media Korea Selatan SBS pada 26 April 2021.
Tempo pun membandingkan video itu dengan video yang dipublikasikan oleh media kredibel lainnya. Salah satunya adalah media Inggris, The Guardian, yang mengunggah video kremasi yang identik yang diambil dari udara. Video yang dipublikasikan di YouTube pada 26 April 2021 tersebut diberi judul "India: drone footage shows makeshift mass crematorium in Delhi".
Dalam penjelasannya, The Guardian menulis bahwa kremasi massal telah dilakukan di ibukota India, New Delhi, di fasilitas darurat yang disiapkan untuk mengatasi peningkatan kematian akibat virus Corona yang besar. Per 26 April, India mencatat 352.991 kasus Covid-19 baru, hari kelima dari rekor tertinggi, dan 2.812 kematian baru, angka kematian harian tertinggi sejauh ini.
Menurut arsip berita Tempo pada 19 April, India mengalami kekurangan tempat tidur dan oksigen untuk pasien Covid-19 ketika kasus infeksi virus Corona di sana semakin melonjak. Ibukota India, New Delhi, mencatat 25.500 kasus Covid-19 baru dalam periode 24 jam. Namun, kurang dari 100 tempat tidur untuk perawatan kritis tersedia di kota itu. Sementara jumlah kasus di seluruh India pada hari itu mencapai sekitar 233 ribu.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas bukan video kremasi jenazah Covid-19 di India, tapi kremasi korban kebocoran gas, keliru. Video tersebut memang memperlihatkan situasi kremasi massal jenazah pasien Covid-19 di India. Sejak pertengahan April 2021, India mencatatkan kenaikan drastis terkait jumlah kasus Covid-19, dan juga peningkatan angka kematian.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/jenazah-covid-19
- https://web.facebook.com/rachell.suffocation/posts/1861549364014189
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://news.sbs.co.kr/news/endPage.do?news_id=N1006295873
- https://www.youtube.com/watch?v=WulnwQU17Rc
- https://www.tempo.co/tag/kremasi
- https://dunia.tempo.co/read/1453894/diterpa-gelombang-kedua-covid-19-ibu-kota-india-krisis-tempat-tidur-dan-oksigen
- https://tekno.tempo.co/read/1458481/india-negara-pertama-catat-400-000-kasus-covid-19-dalam-sehari
- https://www.tempo.co/tag/india
(GFD-2021-8613) Sesat, Penyebab Krisis Oksigen di India Bukan Covid-19 Tapi Saluran Gas RS yang Bocor
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 05/05/2021
Berita
Klaim bahwa penyebab krisis oksigen di India adalah kebocoran saluran gas di rumah sakit, bukan lonjakan kasus Covid-19, beredar di Instagram. Klaim ini disertai dengan video berita dari situs media Kumparan yang berisi informasi bahwa terdapat sebuah rumah sakit di India yang mengalami kebocoran saluran oksigen di tengah meningkatnya kasus Covid-19 di sana.
Akun ini membagikan klaim beserta video tersebut pada 1 Mei 2021. Akun itu pun menuliskan narasi sebagai berikut: “Penyebab krisis oksigen di India bukan karena 'tsunami kopit', tapi adanya kebocoran saluran oksigen di rumah sakit India.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah ditonton lebih dari 266 ribu kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi klaim sesat terkait penyebab krisis oksigen di India.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video dalam unggahan itu memang menunjukkan kebocoran tangki oksigen di sebuah rumah sakit di Nashik, Maharashtra, India, pada 21 April 2021. Namun, kebocoran tersebut muncul di tengah terjadinya krisis oksigen di India. Negara ini mengalami krisis oksigen karena dilanda gelombang kedua pandemi Covid-19 sejak pertengahan April lalu.
Terkait video kebocoran oksigen
Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri denganreverse image toolGoole dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video yang identik yang pernah dimuat oleh kanal YouTube milik media India, Hindustan Times, pada 21 April 2021. Video ini berjudul “Nashik: 22 patients die due to interrupted oxygen supply after tank leak at hospital”.
Dalam keterangannya, Hindustan Times menulis bahwa sedikitnya 22 pasien meninggal akibat terputusnya pasokan oksigen di Rumah Sakit Zakir Hussain, rumah sakit umum untuk pasien Covid-19 di Kota Nashik, Negara Bagian Maharashtra, India. Menurut kolektor distrik, Suraj Mandhare, hal itu terjadi setelah adanya kebocoran dari pabrik penyimpanan oksigen.
Peristiwa ini terjadi di tengah kekurangan oksigen yang akut di beberapa negara bagian di India. Petugas pun melakukan operasi penahanan kebocoran di lokasi. Kebocoran tersebut menyebabkan gas menyebar ke seluruh area di luar rumah sakit. Maharashtra merupakan salah satu negara bagian yang paling parah terkena Covid-19. Lebih dari 58.920 kasus baru dan 351 kematian dilaporkan per 21 April.
Video yang sama juga pernah dimuat oleh kanal YouTube media Inggris, The Telegraph, pada 22 April 2021. Video itu berjudul “India: 'My mother died in agony' from Covid after an oxygen tank leak at hospital”. Video ini berkisah tentang seorang pasien Covid-19 yang meninggal akibat kebocoran oksigen di Rumah Sakit Zakir Hussain.
Seorang administrator lokal di India barat mengatakan sebanyak 22 pasien meninggal di Rumah Sakit Zakir Hussain ketika pasokan oksigen mereka terganggu akibat kebocoran tangki. Putri dari salah satu pasien Covid-19 yang meninggal mengatakan bahwa ibunya telah berada di rumah sakit selama lima hari dan bahwa ia telah "pulih" dari Covid-19 ketika meninggal akibat kekurangan oksigen.
"Tidak ada oksigen, dia meninggal kesakitan, dia kesulitan bernapas, dia meninggal. Semua orang di sana (di bangsal) meninggal," katanya. India menghadapi krisis kesehatan yang parah karena persediaan oksigen di rumah sakit menipis, seiring dengan lonjakan jumlah kasus Covid-19 baru yang kini memecahkan rekor dunia.
Terkait krisis oksigen di India
India mulai mengalami kekurangan tempat tidur dan oksigen untuk pasien Covid-19 pada pertengahan April 2021, ketika kasus infeksi virus Corona semakin melonjak. Menurut arsip berita Tempo pada 19 April, ibukota India, New Delhi, mencatat 25.500 kasus Covid-19 baru dalam periode 24 jam. Namun, kurang dari 100 tempat tidur untuk perawatan kritis tersedia di kota itu. Sementara jumlah kasus di seluruh India pada hari itu mencapai sekitar 233 ribu.
Pada 1 Mei, India mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus Covid-19 dalam satu hari, yakni 401.993 kasus. Menurut arsip berita Tempo, krematorium di seluruh India dipenuhi dengan mayat. Pasien terengah-engah dan sekarat karena rumah sakit kehabisan oksigen. India telah melaporkan lebih dari 300 ribu kasus baru setiap harinya selama sembilan hari berturut-turut sejak 21 April sebelum mencapai angka 400 ribu.
Per 4 Mei 2021, total kasus Covid-19 di India sejak awal pandemi menembus angka 20 juta. Jumlah ini membuat India menjadi negara kedua di dunia dengan kasus infeksi virus Corona terbanyak setelah Amerika Serikat. India mencatat 10 juta kasus tambahan dalam empat bulan terakhir. Namun, para pakar medis mengatakan angka sebenarnya di India bisa 5-10 kali lebih tinggi ketimbang yang dilaporkan.
Dilansir dari media India, The Hindu, yang mengutip Reuters, Moloy Banerjee, direktur Linde Plc, produsen gas terbesar di India, mengatakan krisis pasokan oksigen medis yang parah di India diperkirakan akan mereda pada pertengahan Mei. Produksi diprediksi bakal meningkat sebesar 25 persen, dan infrastruktur transportasi siap untuk mengatasi lonjakan permintaan yang disebabkan oleh peningkatan dramatis kasus Covid-19.
Menurut Banerjee, konsumsi oksigen medis di India telah melonjak lebih dari delapan kali lipat dari level biasanya menjadi sekitar 7.200 ton per hari pada April. "Inilah yang menyebabkan krisis, karena tidak ada yang siap untuk itu, terutama kurva yang tajam," kata Banerjee. "Harapan saya, pada pertengahan Mei, kami sudah pasti memiliki infrastruktur transportasi yang memungkinkan kami melayani permintaan ini di seluruh negeri," katanya.
Perdana Menteri India Narendra Modi sendiri telah dikritik karena tidak bergerak lebih cepat dalam membatasi gelombang kedua Covid-19, dan karena membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak bermasker menghadiri festival keagamaan atau kampanye politik selama Maret dan April. Permodelan pemerintah India menunjukkan kasus Covid-19 bisa mencapai puncaknya pada 5 Mei, beberapa hari lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa penyebab krisis oksigen di India adalah kebocoran saluran gas di rumah sakit, bukan lonjakan kasus Covid-19, menyesatkan. Kebocoran saluran oksigen memang terjadi di sebuah rumah sakit di Nashik, Maharashtra, India. Namun, kebocoran tersebut muncul di tengah terjadinya krisis oksigen di negara tersebut. India mengalami krisis oksigen karena dilanda gelombang kedua pandemi Covid-19 sejak pertengahan April lalu. Pada 1 Mei, India mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus Covid-19 dalam satu hari, yakni 401.993 kasus.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/india
- https://www.instagram.com/p/COUcUFMBACB/
- https://www.tempo.co/tag/oksigen
- https://www.youtube.com/watch?v=pTybbc-W2uY
- https://www.youtube.com/watch?v=bfYSeoXbt5c
- https://dunia.tempo.co/read/1453894/diterpa-gelombang-kedua-covid-19-ibu-kota-india-krisis-tempat-tidur-dan-oksigen
- https://tekno.tempo.co/read/1458481/india-negara-pertama-catat-400-000-kasus-covid-19-dalam-sehari/full&view=ok
- https://dunia.tempo.co/read/1459247/kasus-covid-19-india-tembus-20-juta-pemimpin-oposisi-desak-lockdown-nasional/full&view=ok
- https://www.thehindu.com/business/Industry/indias-oxygen-crisis-to-ease-by-mid-may-output-to-jump-25-linde-plc/article34446629.ece
- https://www.tempo.co/tag/gelombang-kedua-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
(GFD-2021-8612) Keliru, Klaim Ini Foto Sajadah Awak KRI Nanggala yang Tak Hancur saat Ditemukan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 04/05/2021
Berita
Foto yang memperlihatkan sejumlah anggota TNI sedang menunjukkan sebuah sajadah berwarna coklat beredar di Facebook. Di sebelah sajadah itu, tampak puing-puing dari sesuatu yang telah hancur. Sajadah dalam foto tersebut diklaim sebagai sajadah milik awak kapal selam TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402, yang tenggelam di perairan Bali pada 21 April 2021 lalu.
Akun ini membagikan foto tersebut pada 25 April 2021. Akun itu kemudian menulis narasi, "Allahuakbar sajadah di temukan utuh dan tidak hancur di serpihan kapal selam KRI Nanggala 402. Subhanallah..." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 192 reaksi dan 20 komentar serta dibagikan sebanyak 6 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya, yang faktanya diambil pada Januari 2021, sebelum peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala pada April 2021.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image tool Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu bukan foto sajadah milik awak kapal selam KRI Nanggala 402. Foto tersebut memperlihatkan barang-barang yang ditemukan dari pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Januari 2021 lalu.
Foto yang identik pernah dimuat oleh Tempo dalam artikelnya pada 15 Januari 2021 yang berjudul "Kotak Penyimpanan Memori CVR Sriwijaya Air SJ182 Berhasil Ditemukan". Foto ini merupakan foto yang diambil oleh fotografer kantor berita Antara, Muhammad Adimaja. Foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
"Panglima Koarmada I Laksmana Muda TNI AL Abdul Rasyid (ketujuh kiri) memeriksa serpihan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 hasil operasi pencarian di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat 15 Januari 2021. Panglima Koarmada I Laksmana Muda TNI AL Abdul Rasyid mengatakan tim SAR masih melakukan pencarian memori dari CVR tersebut karena telah terpisah dari 'underwater locator beacon'."
Foto yang beredar di Facebook (kiri) dan foto yang diambil oleh fotografer Antara, yang memperlihatkan barang-barang yang ditemukan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Januari 2021 lalu (kanan).
Foto ini dimuat bersama lima foto lainnya yang diambil dari lokasi yang sama. Salah satu foto memperlihatkan momen ketika Abdul menunjukkan kotak penyimpanan memori dari perekam suara kokpit atauCockpit Voice Recorder(CVR) yang ditemukan dalam operasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada 15 Januari 2021.
Foto-foto yang sama juga pernah dimuat oleh Republika.co.id dalam artikelnya pada 15 Januari 2021 yang berjudul "In Picture: Tim SAR Gabungan Temukan Kotak Memori CVR Sriwijaya Air".
Barang yang ditemukan dari KRI Nanggala
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono pernah menggelar konferensi pers terkait KRI Nanggala 402, di mana dalam acara tersebut, ia menunjukkan sejumlah benda yang diyakini berasal dari kapal selam yang hilang dan tenggelam di perairan Bali itu. Konferensi pers ini dilaksanakan pada 24 April 2021.
Dilansir dari Kompas.com, Yudo mengatakan bahwa terdapat enam benda berupa kepingan komponen yang ditemukan. Ditemukannya benda-benda ini membuat TNI AL meyakini bahwa KRI Nanggala telah mengalami keretakan. "Telah ditemukan beberapa kepingan dan barang-barang yang berada di sekitar lokasi terakhir kapal selam itu terlihat, saat menyelam," kata Yudo.
Menurut Yudo, benda-benda itu terlepas dan keluar dari kapal karena mengalami tekanan yang cukup besar di kedalaman 700-800 meter. Tekanan ini pula yang menyebabkan keretakan pada kapal. Adapun benda-benda yang ditemukan adalah pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, botol berisi pelumas, alat salat, potongan busa penahan panas, dan tumpahan solar.
Berdasarkan arsip berita Tempo pada 25 April 2021, menyusul penemuan benda-benda tersebut, Yudo menyatakan bahwa KRI Nanggala 402 berstatussubsunkatau tenggelam. "Barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum, dan dalam radius 10 mil tidak ada kapal lain yang melintas," ujar Yudo.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut menunjukkan sajadah milik awak KRI Nanggala 402, keliru. Foto itu adalah foto lama, yang diambil pada Januari 2021 lalu. Foto tersebut memperlihatkan barang-barang yang ditemukan dari pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Januari 2021.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/kri-nanggala
- https://archive.ph/X16bx
- https://www.tempo.co/tag/kri-nanggala-402
- https://foto.tempo.co/read/86000/kotak-penyimpanan-memori-cvr-sriwijaya-air-sj182-berhasil-ditemukan#foto-5
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air
- https://www.republika.co.id/berita/qmzc2v314/tim-sar-gabungan-temukan-kotak-memori-cvr-sriwijaya-air-3
- https://www.tempo.co/tag/tni-al
- https://nasional.kompas.com/read/2021/04/24/20555581/daftar-6-benda-milik-kri-nanggala-402-yang-ditemukan-pelurus-tabung-torpedo?page=all
- https://nasional.tempo.co/read/1456033/kri-nanggala-402-berstatus-subsunk-alas-salat-hingga-pelumas-periskop-ditemukan/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air-sj182
(GFD-2021-8611) Keliru, Klaim Ini Video Ratusan Kantong Jenazah Covid-19 Palsu yang Berisi Kertas
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 04/05/2021
Berita
Video yang diklaim menunjukkan ratusan kantong jenazah Covid-19 palsu beredar di Facebook. Menurut klaim tersebut, ratusan kantong jenazah itu sebenarnya berisi kertas, bukan pasien yang telah meninggal akibat Covid-19.
Dalam video berdurasi 38 detik itu, tampak puluhan kantong hitam yang digeletakkan di jalanan di samping sebuah gedung. Sempat terlihat seorang petugas yang mengenakan pakaian hazmat. Dalam cuplikan selanjutnya, tampak sejumlah orang yang melempar dan menendang kantong-kantong hitam yang digeletakkan di area parkir sebuah gedung.
Akun ini membagikan video itu pada 12 April 2021. Akun tersebut kemudian menulis narasi, "450 'mati karena Covid'. Padahal, itu adalah 450 kantong yang berisi kertas. Begitulah yang terjadi di seluruh dunia."
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya, yang memperlihatkan demonstrasi mahasiswa di Venezuela.
Hasil Cek Fakta
Mereka berunjuk rasa dengan membawa properti kantong jenazah berisi kertas. Para mahasiswa itu memprotes banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19 dan terbatasnya vaksin Covid-19 bagi mereka.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi beberapa gambar dengan toolInVID. Lalu, gambar-gambar ini ditelusuri denganreverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan beberapa foto yang identik yang dibagikan oleh akun Twitter milik radio Venezuela, Radio Caracas, @RCR750, pada 6 April 2021.
Akun ini mengunggah tiga foto dalam cuitannya dengan narasi berbahasa Spanyol yang jika diterjemahkan berbunyi: "#Protes mahasiswa kedokteran UCV (Universidad Central de Venezuela ) yang menuntut vaksin di depan klinik ini diserang oleh sekelompok orang. Mereka merusak semua kantong yang mensimulasikan orang-orang yang meninggal akibat pandemi."
Kesamaan antara cuplikan yang terlihat dalam video yang beredar (kiri) dengan foto yang diunggah oleh akun Twitter Radio Caracas (kanan).
Tempo juga mendapatkan petunjuk lain dari utas yang dibagikan oleh akun Twitter milik stasiun televisi El Pitazo, @ElPitazoTV, pada 6 April 2021. Dalam utas ini, terdapat tiga video dengan kualitas yang lebih baik. Informasi dalam utas tersebut sama dengan yang dijelaskan oleh Radio Caracas, namun lebih detail. Menurut El Pitazo, peristiwa itu merupakan aksi protes yang digelar oleh mahasiswa kedokteran UCV di depan Hospital Universitario de Caracas (HUC), Venezuela.
Berikut ini rangkaian peristiwa yang terjadi:
Selain membagikan utas di Twitter, El Pitazo juga mempublikasikan berita mengenai aksi mahasiswa di depan HUC tersebut dalam situsnya pada 6 April 2021. Berita ini berjudul "Kelompok yang kasar menyabotase protes mahasiswa di Klinik Rumah Sakit Universitas".
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas menunjukkan ratusan kantong jenazah pasien Covid-19 palsu yang sebenarnya berisi kertas, keliru. Video tersebut merupakan video aksi para mahasiswa kedokteran di Caracas, Venezuela, yang memprotes kurangnya vaksin Covid-19 untuk tenaga kesehatan sehingga banyak dari mereka yang meninggal. Dalam aksi itu, para mahasiswa tersebut menggunakan kantong-kantong hitam berisi kertas sebagai properti.TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/jenazah-covid-19
- https://archive.is/hKPWN
- https://www.tempo.co/tag/kematian-akibat-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://twitter.com/RCR750/status/1379460015199817730
- https://www.tempo.co/tag/venezuela
- https://elpitazo.net/gran-caracas/sujetos-desconocidos-sabotean-protesta-de-estudiantes-que-rechazan-balances-gubernamentales-del-covid-19/
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
Halaman: 5046/6616