• (GFD-2020-5582) [SALAH] Angkut 100 Prajurit TNI, Pesawat Hercules Jatuh di Papua

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 13/11/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai di grup Whatsapp yang menyebutkan telah terjadi kecelakaan pesawat hercules yang membawa 100 prajurit TNI di wilayah Papua pada tanggal 09 November 2020, serta merinci jumlah korban luka dan meninggal.

    Hasil Cek Fakta

    Informasi tersebut salah. Faktanya, foto bangkai pesawat tersebut merupakan kecelakaan pesawat pada tahun 2016 lalu yang terjadi di sekitar Gunung Lisuwa, Kampung Maima, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya.

    Dilansir dari detik.com dan lenteratoday.com, Informasi kecelakaan pesawat ternyata adalah kabar bohong (hoax). Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad mengatakan semua pesawat dalam kondisi aman. Mayjen Achmad Riad mengatakan foto-foto yang beredar merupakan peristiwa kecelakaan pada 2016.

    “Selamat siang rekan rekan, terkait info tersebut adalah tidak benar. Saya sudah cross check dengan Asintel Kasau jawabannya ‘Semua pesawat aman’. Gambar tersebut menunjukkan nomor lambung sama dengan kejadian kecelakaan tahun 2016. Terima kasih,” ungkap Mayjen Achmad Riad.

    Hal senada disampaikan Danlanud Silas Papare Jayapura, Marsma Budhi Achmadi. Dia mengatakan tak ada kecelakaan pesawat dan gambar yang beredar merupakan foto lama.

    “Hoax (ada kecelakaan pesawat). Foto-foto semua tidak betul. Iya foto-foto lama,” katanya.

    Dengan demikian, informasi yang menyebutkan bahwa pesawat hercules membawa 100 prajurit TNI dan terjatuh di wilayah Papua adalah salah dan merupakan konten yang salah.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5581) [SALAH] Foto Suasana Vaksinasi Covid-19 di Peru

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 19/11/2020

    Berita

    Beredar di media sosial kabar terkait vaksinasi covid-19 yang wajib dijalani di Peru. Kabar ini ramai dibagikan sejak pekan lalu.

    Salah satu akun yang membagikannya adalah Fernando Capanacci Alves. Ia mengunggahnya pada 9 November 2020 lalu.

    Dalam postingannya ia mengunggah beberapa foto orang sedang disuntik dan disertai tentara. Selain itu ia menambahkan narasi sebagai berikut:

    "Pembantaian di Peru. Vaksinasi wajib dipaksakan dengan peringatan militer. Rumah-rumah, seperti di era Nazisme, ditandai setelahnya. Mengingat bahwa belum ada vaksin yang disetujui. Sialan apa yang mereka letakkan pada orang-orang ini? Kita berada di tengah Perang Dunia ke 3. Bersiap dan berdiri teguh."

    Selain itu ada juga postingan dengan foto serupa namun disertai narasi berbeda. "Di Peru, vaksinasi terhadap COVID-19 sekarang diwajibkan dan siapa pun yang menolak untuk menggunakannya akan ditangkap, lihat gambar. Sudah dimulai, BANGUN. Kekhawatiran besar datang, ini adalah awal dari rasa sakit."

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dan menemukan artikel dari lembaga pemeriksa fakta asal Brasil, Aosfatos.org. Aosfatos membahas postingan tersebut dalam artikel berjudul "Photos do not show mandatory vaccination against Covid-19 in Peru" yang tayang 10 November 2020.

    Dalam artikel itu dijelaskan foto yang tersebar tidak terkait vaksinasi covid-19 melainkan kampanye vaksinasi melawan difteri di La Victoria, distrik Lima pada 28 Oktober 2020.

    Vaksinasi difteri dilakukan karena ada laporan kasus penyakit tersebut setelah menghilang selama 20 tahun. Pemerintah Peru pun langsung melakukan imunisasi untuk menghentikan epidemi tersebut.

    Hingga 30 Oktober 2020 tercatat sudah 5.300 orang divaksinasi dan Pemerintah Peru menjelaskan sudah 2.189 rumah dikunjungi selama kampanye vaksinasi difteri itu. Selain itu 86 persen keluarga yang dikunjungi menerima kampanye tersebut dan tidak ada penangkapan bagi keluarga yang tidak mau divaksin.

    Selain itu ada artikel dari DW.com berjudul "Coronavirus vaccines: Fake news and myths go viral" yang tayang 18 November 2020.

    Dalam artikel itu dijelaskan foto yang beredar berasal dari postingan Kementerian Kesehatan Peru di Twitter pada 28 Oktober 2020. Postingan tersebut disertai narasi.

    "Saat ini, 50 brigade Minsa melakukan aksi vaksinasi dari rumah ke rumah di daerah Manzanilla, La Victoria, di mana kasus difteri terdaftar. Para spesialis ke sana dengan tujuan untuk mengidentifikasi orang yang tidak divaksinasi dan kasus yang dicurigai sebagai penyakit."

    Terkait vaksin covid-19, DW menulis Menteri Kesehatan Peru, Pilar Mazzetti menjelaskan tidak akan wajib bagi warganya.

    "Jika memang ada orang yang tak mau divaksin maka kami tidak akan mewajibkannya," ujar Mazzeti dilansir DW.

    Vaksin covid-19 sendiri saat ini belum ada yang memperoleh izin edar. Beberapa calon vaksin covid-19 seperti dari Moderna, Pfizer, hingga Sinovac masih menjalani fase uji klinis tahap ketiga.

    Kesimpulan

    Postingan yang menyebut vaksinasi covid-19 wajib diikuti di Peru adalah tidak benar. Faktanya foto tersebut merupakan foto kampanye vaksinasi difteri yang muncul lagi di Peru sejak 20 tahun terakhir.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5580) [SALAH] Google Buka Kantor di Pakistan

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 19/11/2020

    Berita

    Akun Facebook atas nama Entertainment Center mengunggah dua foto yang menampilkan sebuah ruangan milik Google. Akun itu dengan tegas mengklaim ruangan tersebut sebagai kantor pertama Google di Pakistan.

    Entertainment Center mengunggah narasi Google membuka kantor di Pakistan pada 9 November 2020. Dia juga mengklaim kalau ini merupakan keberhasilan dari Perdana Menteri Pakistan.

    Begini narasinya tentang kantor Google di Pakistan:

    "Berkat upaya pribadi Perdana Menteri, Google telah membuka kantor pertamanya di Pakistan.

    Setelah Google, PayPal dan Facebook juga kemungkinan membuka kantor mereka di Pakistan. Dengan kedatangan Google di Pakistan, ekonomi akan mendapatkan keuntungan dari crore, sedangkan dengan kedatangan PayPal dan Facebook, keuntungan ini akan menjadi milyaran."

    Hasil Cek Fakta

    Untuk mengungkap kebenaran informasi tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menggunakan mesin pencari, Google dengan kata kunci: "Google has opened its first office in Pakistan".

    Hasil penelusuran mengarahkan ke situs Phone World dengan artikel berjudul: "Google Opens its First Authorized Store in Pakistan". Artikel itu dipublikasikan pada 9 November 2020.

    Disebutkan dalam artikel tersebut, Google membuka toko resmi pertama mereka di Pakistan. Lokasi tepatnya di Commercial Area DHA Phase 1, Lahore.

    Upacara pembukaan toko pertama Google di Pakistan dilakukan dengan cara yang meriah. Google memutuskan untuk membuka toko resmi mereka di Pakistan agar tidak ada lagi orang Pakistan yang membeli secara online.

    Hasil penelusuran Google juga mengarahkan ke situs RS News dengan judul artikel: "First Authorized Google Store Opens in Pakistan". Artikel ini sudah berada di ruang digital pada 15 November 2020.

    Dalam artikel tersebut, dijelaskan kalau Google membuka toko resmi di Pakistan, bukan kantor. Di toko ini, Google menjual semua produk dan akan ada staf penjualan yang bakal menjelaskan keunggulan produk keluaran Google.

    Kesimpulan

    Klaim yang menyebut Google membuka kantor pertama di Pakistan adalah salah. Sebabnya, Google membuka toko resmi pertama di sana.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5579) [SALAH] Menggunakan Masker Sebabkan Infeksi Staph

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 18/11/2020

    Berita

    “Staph infection from mask wearing think twice”

    Terjamahan ke bahasa Indonesia:

    “Infeksi Staph akibat pemakaian masker pikirkan dua kali”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah postingan disertakan foto yang diunggah oleh akun Har Hari Khalsa pada 24 Oktober 2020. Dalam postingan tersebut terdapat sebuah foto seorang wanita dengan narasi bahwa memakai masker dapat menyebabkan infeksi Staph. Postingan ini dibagikan sebanyak 295 kali.

    Berdasarkan penulusuran menggunakan mesin pencari Google dengan kata kunci ‘mask wearing cause staph’ ditemukan sebuah artikel dari USA TODAY pada tanggal 18 September 2020 dengan judul “Fact check: Staph infections are common and aren’t caused by face masks” yang menyatakan bahwa klaim penggunaan masker dapat menyebabkan infeksi Staph adalah tidak benar.

    Dr. Zaineb Makhzoumi, asisten profesor dan kepala bedah dermatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, mengatakan kepada USA TODAY bahwa infeksi Staph “sangat umum”.

    Makhzoumi juga menyatakan bahwa klaim yang menyebut penggunaan masker dapat menyebabkan infeksi Staph adalah tidak benar.

    “Kami tidak pernah melihat atau mendengar atau memiliki hubungan antara penggunaan masker dan infeksi Staph,” katanya dilansir dari USA TODAY.

    Hoaks ini pernah dibahas di Turn Back Hoax pada tanggal 31 Agustus 2020 dengan judul “[SALAH] Masker dapat Menyebabkan Infeksi Staph”.

    Dengan demikian, narasi yang menyatakan penggunaan masker dapat menyebabkan infeksi Staph adalah tidak benar dan masuk dalam kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Muhammad Padhliansyah (Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)

    Informasi tersebut tidak benar. Faktanya, penggunaan masker tidak menyebabkan infeksi Staph dan tidak ditemukan data korban yang terinfeksi Staph melalui penggunaan masker.

    Selengkapnya di bagian penjelasan.

    Rujukan