(GFD-2020-5590) [SALAH] Indonesia Tawarkan Amerika Serikat Bangun Pangkalan Militer di Kepulauan Natuna
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/11/2020
Berita
Beredar artikel di media sosial Facebook dengan nama akun Supardi yang menyatakan bahwa Indonesia menawari Amerika Serikat (AS) untuk membangun pangkalan militernya di Kepulauan Natuna di Indonesia.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, pernyataan itu tidak benar. Bahkan di dalam artikel tersebut juga tidak ada disebutkan pernyataan bahwa Indonesia menawari Amerika Serikat (AS) untuk membangun pangkalan militernya di Kepulauan Natuna di Indonesia.
Dilansir dari Medcom.id, Indonesia memang menawari para negara investor untuk berinvestasi di pulau-pulau terluar Indonesia. Terkait hubungan dengan AS, kebijakan ini dibuat demi memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dengan AS, bukan untuk membangun pangkalan militer.
Bahkan Menlu Indonesia, Retno menyatakan menolak berbagai klaim maritim di wilayah perairan tersebut. Hal ini dikarenakan Kepulauan Natuna tengah terancam dampak dari konflik Laut China Selatan (LCS). Konflik memanas usai China mengklaim sepihak 90 persen dari perairan LCS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyatakan Indonesia menawarkan Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militernya di Kepulauan Natuna adalah hoaks kategori false connection atau ketidaksesuaian antara judul dengan isi berita.
Dilansir dari Medcom.id, Indonesia memang menawari para negara investor untuk berinvestasi di pulau-pulau terluar Indonesia. Terkait hubungan dengan AS, kebijakan ini dibuat demi memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dengan AS, bukan untuk membangun pangkalan militer.
Bahkan Menlu Indonesia, Retno menyatakan menolak berbagai klaim maritim di wilayah perairan tersebut. Hal ini dikarenakan Kepulauan Natuna tengah terancam dampak dari konflik Laut China Selatan (LCS). Konflik memanas usai China mengklaim sepihak 90 persen dari perairan LCS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyatakan Indonesia menawarkan Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militernya di Kepulauan Natuna adalah hoaks kategori false connection atau ketidaksesuaian antara judul dengan isi berita.
Rujukan
- https://m.medcom.id/telusur/cek-fakta/VNxv3o8k-cek-fakta-indonesia-tawarkan-amerika-serikat-bangun-pangkalan-di-natuna-ini-faktanya
- https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20201029121640-92-563917/ri-undang-as-investasi-di-natuna
- https://m.merdeka.com/cek-fakta/cek-fakta-tidak-benar-indonesia-tawarkan-pangkalan-di-kepulauan-natuna-kepada-as.html
(GFD-2020-5589) [SALAH] “FPI Masuk Daftar Hitam Interpol Internasional Sebagai Ormas Ilegal Terlarang”
Sumber: twitter.comTanggal publish: 20/11/2020
Berita
Akun Twitter @Jumianto_RK membuat tweet disertai dengan gambar pada tanggal 12 November 2020 pukul 17.41. Postingan tersebut mendapat likes sebanyak 119, dibagikan sebanyak 48 kali dan mendapat 12 komentar. Dalam cuitannya mengatakan bahwa FPI masuk daftar hitam International Police (Interpol) sebagai ormas ilegal terlarang.
Hasil Cek Fakta
Klaimnya tersebut didasari hasil screenshot dari laman TRAC yang memberikan penjelasan bahwa FPI merupakan organisasi terorisme lokal. Kata “terrorist organization” (terjemahan: organisasi terorisme) diperjelas dengan cara font tulisan diperbesar. Hal ini kemudian dimaknai oleh @Jumianto_RK jika interpol yang memberikan label FPI sebagai organisasi teroris dan masuk daftar hitam.
Sejauh dari data yang kami temukan, situs TRAC tidak memiliki afiliasi dengan The International Criminal Police Organization (Interpol). Adapun TRAC sendiri merupakan situs digital penyedia informasi seputar terorisme dan aksi kriminal politik yang mereka klaim sumbernya dari hasil penelitian para peneliti, akademi polisi, situs pemerintahan, dan lembaga think tank (lembaga riset).
Situs Terrorism Research & Analysis Consortium (TRAC) berada di bawah naungan The Beacham Group dengan direktur editoral Ms Veryan Khan, ia mengendalikan semua konten TRAC mulai dari judul, pusat penerbitan, profil organisasi teroris, dan pengontrol diskusi. Dr Arabinda Acharyal sebagai pimpinan editor kontribusi, seorang peneliti di Pusat Internasional untuk Penelitian Kekerasan Politik dan Terorisme di Universitas Teknologi Nanyang Singapura. Serta Walton Beacham sebagai pendiri perusahaan penerbitan The Beacham, merupakan mantan profesor Sastra Inggris. Tim selainnya adalah anggota TRAC yang turut menyumbangkan artikel namun sedikit kontribusinya.
TRAC merupakan situs berorientasi profit karena untuk mengaksesnya harus berlangganan/membayar. Meski begitu situs ini diragukan kredibilitasnya.
Menurut Alex P. Schmid, seorang peneliti tamu dari Pusat Internasional untuk Penanggulangan Terorisme di Den Haag dan Pemimpin Redaksi ‘Perspektif tentang Terorisme’, mereview situs TRAC dalam jurnal artikel Perspectives on Terrorism Vol. 6, No. 6 (Desember 2012) dan memberikan penilaian bahwa, artikel TRAC menyajikan deskripsi informasi yang sempit mengenai profil organisasi teroris, lalu para kontributor artikel diragukan keahliannya, serta tidak melalui peer-review (koreksi kualitas dari ahli) sebelum artikel diterbitkan. Dalam situsnya TRAC sendiri mengklaim bahwa mereka tidak dapat menjamin keakuratan informasi yang disajikan.
Situs dengan kebenaran informasi berkualitas rendah tidak mungkin berafiliasi dengan organisasi kepolisian tingkat Internasional yang mengutamakan kekuratan data tingkat tinggi yang bekerja secara profesional dengan para ahli di bidang kriminalitas. Lebih lanjut, tidak ada data dari situs resmi Interpol yang menunjukkan FPI termasuk organisasi ilegal terlarang yang setara dengan ISIS.
Sejauh dari data yang kami temukan, situs TRAC tidak memiliki afiliasi dengan The International Criminal Police Organization (Interpol). Adapun TRAC sendiri merupakan situs digital penyedia informasi seputar terorisme dan aksi kriminal politik yang mereka klaim sumbernya dari hasil penelitian para peneliti, akademi polisi, situs pemerintahan, dan lembaga think tank (lembaga riset).
Situs Terrorism Research & Analysis Consortium (TRAC) berada di bawah naungan The Beacham Group dengan direktur editoral Ms Veryan Khan, ia mengendalikan semua konten TRAC mulai dari judul, pusat penerbitan, profil organisasi teroris, dan pengontrol diskusi. Dr Arabinda Acharyal sebagai pimpinan editor kontribusi, seorang peneliti di Pusat Internasional untuk Penelitian Kekerasan Politik dan Terorisme di Universitas Teknologi Nanyang Singapura. Serta Walton Beacham sebagai pendiri perusahaan penerbitan The Beacham, merupakan mantan profesor Sastra Inggris. Tim selainnya adalah anggota TRAC yang turut menyumbangkan artikel namun sedikit kontribusinya.
TRAC merupakan situs berorientasi profit karena untuk mengaksesnya harus berlangganan/membayar. Meski begitu situs ini diragukan kredibilitasnya.
Menurut Alex P. Schmid, seorang peneliti tamu dari Pusat Internasional untuk Penanggulangan Terorisme di Den Haag dan Pemimpin Redaksi ‘Perspektif tentang Terorisme’, mereview situs TRAC dalam jurnal artikel Perspectives on Terrorism Vol. 6, No. 6 (Desember 2012) dan memberikan penilaian bahwa, artikel TRAC menyajikan deskripsi informasi yang sempit mengenai profil organisasi teroris, lalu para kontributor artikel diragukan keahliannya, serta tidak melalui peer-review (koreksi kualitas dari ahli) sebelum artikel diterbitkan. Dalam situsnya TRAC sendiri mengklaim bahwa mereka tidak dapat menjamin keakuratan informasi yang disajikan.
Situs dengan kebenaran informasi berkualitas rendah tidak mungkin berafiliasi dengan organisasi kepolisian tingkat Internasional yang mengutamakan kekuratan data tingkat tinggi yang bekerja secara profesional dengan para ahli di bidang kriminalitas. Lebih lanjut, tidak ada data dari situs resmi Interpol yang menunjukkan FPI termasuk organisasi ilegal terlarang yang setara dengan ISIS.
Rujukan
(GFD-2020-5588) [SALAH] Video “BERITA TERKINI ~ TURK1 DAN ARAB SIAP R4TAKN PRANCIS PENGH1N4 15L4M”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/11/2020
Berita
Akun Akademi Militer (fb.com/akmilindonesia) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:
“BERITA TERKINI ~ TURK1 DAN ARAB SIAP R4TAKN PRANCIS PENGH1N4 15L4M ~ BERITA MILITER TERBARU HARI INI #akademimiliter”
“BERITA TERKINI ~ TURK1 DAN ARAB SIAP R4TAKN PRANCIS PENGH1N4 15L4M ~ BERITA MILITER TERBARU HARI INI #akademimiliter”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya berita terkini yang menyatakan bahwa Turki dan Arab siap ratakan Prancis adalah klaim yang keliru.
Faktanya, tidak ada pernyataan bahwa baik Turki maupun Arab “siap ratakan Prancis”di dua berita yang dikutip oleh video itu. Per tanggal 19 November 2020, tidak ada satupun berita kredibel yang menyatakan bahwa Turki atau Arab memiliki rencana seperti itu.
Narasi video yang dibacakan di rentang waktu 0:05-0:12 dan 1:02-5:29 diambil dari artikel CNBC Indonesia, yang diterbitkan tanggal 27 Oktober 2020 dengan judul: “Dunia Terbelah Macron Hina Islam: Arab-Erdogan vs Eropa.”
Dari mulai menit 5:30 hingga ke akhir video, narasi itu membacakan keseluruhan berita Sindonews tanggal 21 Oktober 2020, yang berjudul: “Erdogan: Inisiatif Macron untuk Reformasi Institusi Islam Upaya Serang Muslim.”
Tidak satupun dari kedua berita di atas menyebutkan bahwa “Turki dan Arab siap ratakan Prancis”.
Pencarian dengan alat verifikasi digital InVid-WeVerify menemukan klip-klip yang menunjukkan Erdogan. Video itu menunjukkan potongan-potongan rekaman yang diambil dari video rekaman langsung di kanal kantor berita Turki Anadolu Agency YouTube pada tanggal 26 Oktober 2020, di mana Erdogan berbicara tentang pembelaan Macron atas kartun Nabi Muhammad.
Terjemahan judul berbahasa Turki video itu adalah: “Presiden Erdogan: Saya memanggil rakyat saya: Jangan pernah membeli produk-produk Prancis”.
Video di Facebook itu juga menampilkan potongan rekaman kongres Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan yang dihelat di Malatya, Turki, yang diambil dari siaran langsung pada tanggal 25 Oktober 2020 di kanal YouTube Erdogan. Judul berbahasa Turki video itu terjemahannya adalah “Kongres tingkat provinsi Partai AK kami di Malatya”.
Seorang jurnalis AFP di biro Istanbul memeriksa isi kedua video tersebut dan berkesimpulan bahwa tidak ada pernyataan Erdogan tentang Turki “siap ratakan Prancis”, atau kalimat-kalimat lainnya yang dapat ditafsirkan menjadi seperti itu. Video menyesatkan itu tidak menampilkan atau menyebutkan pemimpin-pemimpin politik lain selain dari Macron dan Erdogan.
Faktanya, tidak ada pernyataan bahwa baik Turki maupun Arab “siap ratakan Prancis”di dua berita yang dikutip oleh video itu. Per tanggal 19 November 2020, tidak ada satupun berita kredibel yang menyatakan bahwa Turki atau Arab memiliki rencana seperti itu.
Narasi video yang dibacakan di rentang waktu 0:05-0:12 dan 1:02-5:29 diambil dari artikel CNBC Indonesia, yang diterbitkan tanggal 27 Oktober 2020 dengan judul: “Dunia Terbelah Macron Hina Islam: Arab-Erdogan vs Eropa.”
Dari mulai menit 5:30 hingga ke akhir video, narasi itu membacakan keseluruhan berita Sindonews tanggal 21 Oktober 2020, yang berjudul: “Erdogan: Inisiatif Macron untuk Reformasi Institusi Islam Upaya Serang Muslim.”
Tidak satupun dari kedua berita di atas menyebutkan bahwa “Turki dan Arab siap ratakan Prancis”.
Pencarian dengan alat verifikasi digital InVid-WeVerify menemukan klip-klip yang menunjukkan Erdogan. Video itu menunjukkan potongan-potongan rekaman yang diambil dari video rekaman langsung di kanal kantor berita Turki Anadolu Agency YouTube pada tanggal 26 Oktober 2020, di mana Erdogan berbicara tentang pembelaan Macron atas kartun Nabi Muhammad.
Terjemahan judul berbahasa Turki video itu adalah: “Presiden Erdogan: Saya memanggil rakyat saya: Jangan pernah membeli produk-produk Prancis”.
Video di Facebook itu juga menampilkan potongan rekaman kongres Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan yang dihelat di Malatya, Turki, yang diambil dari siaran langsung pada tanggal 25 Oktober 2020 di kanal YouTube Erdogan. Judul berbahasa Turki video itu terjemahannya adalah “Kongres tingkat provinsi Partai AK kami di Malatya”.
Seorang jurnalis AFP di biro Istanbul memeriksa isi kedua video tersebut dan berkesimpulan bahwa tidak ada pernyataan Erdogan tentang Turki “siap ratakan Prancis”, atau kalimat-kalimat lainnya yang dapat ditafsirkan menjadi seperti itu. Video menyesatkan itu tidak menampilkan atau menyebutkan pemimpin-pemimpin politik lain selain dari Macron dan Erdogan.
Rujukan
- https://periksafakta.afp.com/tidak-ada-laporan-kredibel-tentang-turki-siap-ratakan-prancis-penghina-islam-di-video-itu
- https://international.sindonews.com/read/203774/43/erdogan-inisiatif-macron-untuk-reformasi-institusi-islam-upaya-serang-muslim-1603282238
- https://international.sindonews.com/read/203774/43/erdogan-inisiatif-macron-untuk-reformasi-institusi-islam-upaya-serang-muslim-1603282238
- https://www.youtube.com/watch?v=F6B63IXYkBk
- https://www.youtube.com/watch?v=y56KW9RL3KE
(GFD-2020-5587) [SALAH] Video Militer Pakistan Menang Lawan Militer Amerika dalam Lomba
Sumber: facebook.comTanggal publish: 19/11/2020
Berita
Akun Ertugrul Ghazi Fanx Page mengunggah sebuah video yang menampilkan dua orang sedang beradu di kegiatan pentathlon dengan menambahkan bendera Amerika Serikat dan Pakistan di video tersebut. Di postingan tersebut juga terdapat narasi bahwa tentara Pakistan menang melawan tentara Amerika. Postingan ini mendapat 138 ribu atensi, 2.600 komentar, dan 25 ribu kali dibagikan.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran dengan menonton videonya, pada detik ke-39 ditemukan sebuah logo kegiatan yang bertempel di dinding peserta melompat. Logo kegiatan tersebut menyerupai bentuk logo kegiatan 60th World Military Pentathlon Championship yang di selenggarakan oleh International Military Sports Council (CISM) di Brazil tahun 2013. Dalam kegiatan tersebut Pakistan dan juga Amerika tidak ikut berpartisipasi.
Penelusuran juga merujuk pada laman periksa fakta AFP, di mana mereka juga menemukan bahwa video tersebut merupakan salah satu pertandingan 60th World Military Pentathlon Championship.
“Saya dapat mengonfirmasi bahwa video ini diambil selama Kejuaraan Pentathlon Militer Dunia ke-60 yang diadakan di Brasil 2013 tetapi itu bukan video resmi yang kami ambil,” kata Direktur Media dan Komunikasi CISM, David Vandenplas, mengatakan kepada AFP (17/11/2020).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa video tentara Pakistan menang melawan tentara Amerika tidak benar. Hoaks ini termasuk dalam kategori konten yang dimanipulasi.
Penelusuran juga merujuk pada laman periksa fakta AFP, di mana mereka juga menemukan bahwa video tersebut merupakan salah satu pertandingan 60th World Military Pentathlon Championship.
“Saya dapat mengonfirmasi bahwa video ini diambil selama Kejuaraan Pentathlon Militer Dunia ke-60 yang diadakan di Brasil 2013 tetapi itu bukan video resmi yang kami ambil,” kata Direktur Media dan Komunikasi CISM, David Vandenplas, mengatakan kepada AFP (17/11/2020).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa video tentara Pakistan menang melawan tentara Amerika tidak benar. Hoaks ini termasuk dalam kategori konten yang dimanipulasi.
Rujukan
Halaman: 4807/5638