• (GFD-2021-8694) Sesat, Klaim Ini Video Pasien Rumah Sakit di Surabaya Dicovidkan dan Jenazahnya Ditangani Secara Tidak Wajar

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/07/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan keluarga pasien memarahi tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit di Surabaya beredar di media sosial. Dalam video tersebut seseorang menjelaskan kondisi pasien yang meninggal dicovidkan dan jenazahnya ditangani secara tidak wajar lantaran hanya dibungkus plastik tanpa dimandikan.
    Unggahan ini beredar di tengah kondisi kasus Covid-19 yang terus melonjak di Indonesia. Di Facebook, video tersebut diunggah akun ini pada 3 Juli 2021. Bersamaan dengan unggahan tersebut, pengunggah menuliskan narasi, ”RAKYAT BAWAH JADI KORBAN PEMBODOHAN , SEPERTI INI KAH KEADAAN DI NEGRI INI ...? VIRALKAN !!!”
    Hingga artikel ini dimuat, video berdurasi 3 menit 44 detik tersebut telah disaksikan lebih dari 6 ribu kali dan mendapat komentar lebih dari 10 ribu.
    Tangkapan layar video yang diunggah di Facebook, 3 Juli 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex.
    Hasilnya, peristiwa dalam video tersebut terjadi di RSI Darus Syifa Benowo, Surabaya pada Juni 2021. Berdasarkan pemeriksaan tiga dokter spesialis yaitu Syaraf, Paru dan Penyakit dalam maka diketahui bahwa yang bersangkutan juga terpapar Covid-19.
    Video yang identik juga pernah diunggah ke Youtube oleh akun HARIAN SURYA pada 4 Juli 2021 dengan judul, “Heboh... Keluarga Pasien Marahi Dokter, Anggap Tak Wajar Urus Jenazah”.
    Menurut Harian Surya, keluarga pasien marah-marah ke dokter dan tenaga kesehatan di salah satu rumah sakit di Surabaya Barat untuk memprotes tindakan pihak rumah sakit yang dianggap tidak wajar dalam menangani jenazah.
    Pada awal video diperlihatkan jenazah yang terbungkus plastik. Keluarga pasien kemudian memprotes petugas memandikan jenazah atas perlakuan yang dinilai tak layak tersebut. Namun, tak satupun petugas ada di lokasi, sehingga membuat amarah keluarga semakin memuncak.
    Tampak juga rombongan keluarga lainnya berteriak marah serta menyobek-nyobek berkas pada meja jaga tenaga medis. Mereka pun mengancam akan mencabut (membawa jenazah pulang) dan tidak takut jika berurusan dengan polisi. Dokter yang memberi keterangan pun sempat dihardik oleh keluarga pasien saat memberi keterangan.
    Dilansir dari liputan6.com, Humas Rumah Sakit Islam (RSI) Darus Syifa Benowo Surabaya, Ahmad Nafi' membenarkan video viral tersebut terjadi di rumah sakitnya.
    Nafi' menceritakan, pasien itu warga Manukan Surabaya, berjenis kelamin perempuan dan berusia 67 tahun. "Beliau masuk IGD pada 16 atau 17 Juni 2021 sekitar pukul 9 atau 10 pagi," ujarnya saat saat berbincang dengan Liputan6.com di RSI Darus Syifa' Benowo Surabaya.
    Nafi' melanjutkan, pasien itu awalnya didiagnosa menderita pneumonia paru. Kemudian dari hasil pemeriksaan tiga dokter spesialis yaitu Syaraf, Paru dan Penyakit dalam maka diketahui bahwa yang bersangkutan juga terpapar Covid-19.
    "Dari rekomendasi tiga dokter itu, pasien disarankan untuk menjalani rawat inap di ruang isolasi IGD. Namun kami kembalikan lagi kepada keluarga, mau dirawat di sini atau dibawa pulang," ucapnya.
    Nafi' menjelaskan, keluarga pasien awalnya tidak mau kalau pasien ditempatkan di ruang isolasi IGD, namun setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya keluarga pasien menerima itu.
    "Belum sampai satu hari, satu kali 24 jam, beliau meninggal dunia malam hari. Prosesnya juga lama sampai pukul dua atau tiga dini hari. Dan kondisinya memang masih memakai pampers dan dibungkus plastik di ruang isolasi IGD," ujarnya.
    Sebenarnya, proses pengurusan jenazah belum selesai. Namun, pihak keluarga sudah terlanjur marah-marah. "Kejadiannya sudah lama dan baru viral akhir-akhir ini, saya jadi bingung, dan harusnya ada video yang lebih lengkap, video viral itu cuma menampilkan sebagian gambar saja," ucapnya.
    Fatwa MUI
    Dilansir dari mui.or.id, pada 21 Maret 2020, MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19. Fatwa ini diperkuat Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim yang Terinfeksi COVID-19 tertanggal 27 Maret 2020.
    Pedoman ini dipisahkan ke dalam empat bagian, yaitu cara memandikan jenazah, cara mengafani jenazah, cara menyalatkan jenazah, dan cara menguburkan jenazah terpapar virus corona.
    MUI memandang, umat Islam yang meninggal karena COVID-19 tergolong syahid akhirat. Artinya, muslim yang meninggal dunia karena kondisi tertentu yang mendapat pahala syahid, tetapi tetap wajib dipenuhi hak-hak jenazahnya secara duniawi.
    Dalam Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 ditegaskan pula bahwa pengurusan jenazah, terutama dalam memandikan jenazah dilakukan oleh pihak berwenang, atau petugas muslim yang melaksanakan tajhiz janazah.
    Memandikan jenazah yang terpapar virus corona mesti mempertimbangkan pendapat ahli terpercaya. Pedoman umumnya adalah memandikan jenazah tanpa membuka pakaian mayit. Namun, bila tidak memungkinkan, maka yang dilakukan adalah menayamumkan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka jenazah tidak dimandikan atau ditayamumkan.
    Tata cara memandikan jenazah terkena virus corona adalah sebagai berikut:
    1. Memandikan jenazah tanpa membuka pakaiannya. 2. Petugas yang memandikan wajib berjenis kelamin yang sama dengan jenazah.3. Jika tidak ada petugas yang berjenis kelamin sama, maka petugas yang ada tetap memandikan dengan syarat jenazah tetap memakai pakaian. Jika tidak, maka jenazah ditayamumkan.4. Jika ada najis pada tubuh jenazah, petugas membersihkannya sebelum memandikan. Petugas memandikan jenazah dengan cara mengucurkan air secara merata ke seluruh tubuh; Jika atas pertimbangan ahli terpercaya bahwa jenazah tidak mungkin dimandikan, maka memandikan dapat diganti dengan tayamum sesuai ketentuan syariah, caranya adalah mengusap wajah dan kedua tangan jenazah dengan debu.5. Demi perlindungan diri, petugas dapat tetap menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Jika berdasarkan pendapat ahli, memandikan atau menayamumkan jenazah tidak mungkin dilakukan karena membahayakan petugas, maka jenazah tidak perlu dimandikan atau ditayamumkan berdasarkan ketentuan dlarurat syar’iyyah.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim pasien rumah sakit di Surabaya dicovidkan dan jenazahnya ditangani secara tidak wajar, menyesatkan. Kejadian dalam video tersebut benar terjadi di RSI Darus Syifa Benowo Surabaya pada Juni 2021.
    Namun, kondisi pasien saat itu memang diketahui positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan tiga dokter spesialis yaitu Syaraf, Paru dan Penyakit dalam. Pihak rumah sakit juga sudah menjelaskan bahwa video yang viral bukan video utuh.
    Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim yang Terinfeksi COVID-19 tertanggal 27 Maret 2020 juga menegaskan bahwa memandikan jenazah yang terpapar Covid-19 mesti mempertimbangkan pendapat ahli terpercaya. Pedoman umumnya adalah memandikan jenazah tanpa membuka pakaian mayit. Namun, bila tidak memungkinkan, maka yang dilakukan adalah menayamumkan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8693) Keliru, Susu Beruang (Bear Brand) dapat Menyembuhkan Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/07/2021

    Berita


    Susu beruang atau Bear Brand diburu banyak konsumen dalam beberapa hari terakhir. Hal itu dipicu beberapa unggahan di media sosial yang mengklaim bahwa susu tersebut membuat seseorang cepat pulih dari Covid-19.
    Salah satunya adalah narasi yang dibagikan di Facebook pada 6 Juli 2021 yang menyatakan meminum Bear Brand menjadi bagian dari 11 tips cepat pulih dari Covid-19.
    “Sedikit informasi berbagi pengalaman karena ponakan saya pernah terkena covid-19 (gejala ringan/isoman). Biar cepat pulih sering minum susu bear brand,” tulis narasi di Facebook.
    Sepuluh tips lainnya yang dibagikan antara lain makan-makanan bergizi, mengkonsumsi vitamin C, madu dan rempah, minum paracetamol saat demam, berjemur dan berolahraga ringan, irigasi nassal saat hilang indra penciuman, dan terapi uap minyak putih. 

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan bahwa susu Bear Brand maupun jenis susu lainnya bukan obat Covid-19. Perlindungan terbaik dari virus penyebab Covid-19 adalah sering mencuci tangan, menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit, memakai masker wajah saat merasa sakit, membersihkan dan mendesinfeksi permukaan yang sering disentuh, dan menjaga jarak.
    Dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), dosen Departemen Gizi Kesehatan FKKMK UGM Rahadyana Muslichah mengatakan, susu beruang tidak dapat mengobati Covid-19. Sebab, hingga saat ini belum apa penelitian yang membuktikan jika susu bisa mengobati virus corona jenis baru ini.
    "Susu beruang bukan obat dan sampai sekarang pun belum ada obat spesifik untuk mengobati Covid-19. Jadi, klaim susu beruang bisa menyembuhkan Covid-19 itu tidak benar," kata dia, Senin, 5 Juli 2021.
    Ia menjelaskan dalam setiap produk susu memiliki kandungan gizi yang hampir sama, termasuk susu beruang. Dalam produk susu mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral.
    Hanya saja, dalam susu beruang varian kemasan warna putih, kata Icha, merupakan produk susu murni (100 persen susu sapi). Di dalamnya hanya mengandung makronutrien yakni karbohidrat, protein, serta lemak. Sementara varian lainnya telah difortifikasi dengan vitamin dan mineral.
    "Tidak ada perbedaan antara susu beruang dengan produk susu lainnya, kandungan gizinya hampir sama. Soal kandungan gizi ini bisa dicek di label kemasan," ujar Icha menjelaskan.
    Icha menambahkan, mengonsumsi susu saja tidak lantas meningkatkan imunitas tubuh. Untuk menjaga dari paparan Covid-19, tubuh membutuhkan asupan makanan bergizi.
    "Minum susu sebenarnya salah satu opsi yang bisa dikonsumsi untuk tambahan asupan. Utamanya ya dari makanan holistik yakni karbohidrat, protein, sayur, dan buah, kalau susu saja tidak lengkap kandungan gizinya," paparnya.
    Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Epi Taufik menyatakan hal yang sama. Menurut dia, semua jenis olahan susu cair baik itu susu pasteurisasi ataupun susu UHT seperti susu beruang dengan susu steril dari berbagai merek yang beredar di pasaran memiliki kandungan nilai gizi yang hampir sama.
    Dia menerangkan, sebagaimana bahan pangan lainnya, susu merupakan sumber nutrisi bagi tubuh untuk menjaga proses metabolisme normal, termasuk mencegah inflamasi juga meningkatkan imunitas tubuh, tapi susu bukanlah obat atau vaksin.
    Di luar negeri, klaim bahwa susu bisa menyembuhkan Covid-19 juga pernah dibahas oleh Reuters. British Nutrition Foundation menyatakan, tidak ada makanan atau suplemen yang dapat melindungi seseorang dari virus SARS-Cov 2 (COVID-19). Namun demikian, memiliki pola makan yang sehat penting dalam mendukung fungsi kekebalan tubuh kita dan banyak nutrisi mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
    Di satu sisi, memang benar bahwa vitamin C dan zinc memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Menurut National Institutes of Health (NIH), vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati dan membantu sistem kekebalan bekerja dengan baik untuk melindungi tubuh dari penyakit. NIH juga mengatakan bahwa zinc membantu sistem kekebalan melawan bakteri dan virus yang menyerang.
    Namun, susu tidak mengandung vitamin C atau zinc dalam jumlah yang signifikan. Departemen Pertanian AS (USDA) mencantumkan makanan dan nutrisinya dalam database. Untuk susu murni tanpa merek, tercantum 0,903 mg zinc dan 0 mg Vitamin C per cangkir.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan klaim bahwa susu Bear Brand atau susu beruang bisa menyembuhkan Covid-19 adalah keliru. Susu maupun makanan tertentu, tidak dapat mengobati atau melindungi seseorang dari virus SARS-Cov 2 (Covid-19).
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8692) Keliru, Masjid Jayakarta di Kawasan Pulogadung Dibakar oleh Komunis karena Ditutup

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/07/2021

    Berita


    Pesan berantai berisi video berdurasi 2:11 menit menyebar di Whatsapp, Senin 5 Juli. Video itu memperlihatkan sejumlah orang yang merekam dan menonton sebuah masjid yang terbakar. Terdengar percakapan warga yang terekam di video mengatakan, “Ini ganjaran buat kita, kalau masjid jangan ditutup, Allah ilangin sekalian. Pelajaran buat masjid-masjid yang lain,” kata seorang pria.Video ini beredar di tengah pemberlakuakan pembatasan kegiatan masyarakat ( PPKM ) Mikro Darurat yang ditetapkan Pemerintah Pusat sejak 3 Juli lalu. Selain itu, sebuah narasi juga disebar bersamaan dengan video tersebut, “Masjid Jayakarta kawasan Pulogadung yang dekat PT Kimia Farma, ditutup tidak boleh buat sholat tadi pagi, ada yang membakar. Awas anda menutup masjid, ada Komunis masuk membakar Masjid. Pesan Dari MUI: Mulai malam ini sekarang jaga masjid kalian, jangan dikosongkan.”

    Hasil Cek Fakta


    Dalam kanal Youtube resmi Inews, video berdurasi 1:38 menit memperlihatkan sebuah masjid yang dilalap api hingga isinya ludes. Inews memberikan keterangan, “Kebakaran menghanguskan bangunan masjid di kawasan industri Pulo Gadung, Cakung, Jakarta Timur. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun kerugian diperkirakan mencapai 500 juta rupiah.” 
    Tempo kemudian memverifikasi lokasi dalam video yang tersebar di Whatsapp dengan petunjuk masjid di kawasan industri Pulo Gadung tersebut dengan menggunakan Google Maps. Hasilnya, Tempo menemukan bahwa video yang tersebar di Whatsapp, diambil dari Jalan RW Gelam V, tepatnya depan apotek Kimia Farma di kawasan industri Pulo Gadung. 
    Hal itu dilihat berdasarkan petunjuk pada awal video yang memperlihatkan plakat nama bertuliskan “Diabetes”, dinding pagar yang berwarna-warni di bagian depan, serta video pada menit 1:43 yang memperlihat plang nama “Tanah Bersertifikat Hak Pengelolaan (HPL) atas nama PT Jakarta Industrial Estate Pulo gadung.Melalui verifikasi lokasi tersebut, Tempo meyakini bahwa masjid yang terbakar memang benar Masjid JIEP (Jakarta Industrial Estate Pulogadung) Jayakarta.Penyebab Kebakaran
    Dikutip dari Antara, kebakaran Masjid JIEP Jayakarta tersebut disebabkan oleh korsleting listrik di area imam. Hal ini disampaikan oleh Kasi Operasional Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaeman. 
    Gatot Sulaeman menjelaskan bahwa awalnya ada seorang petugas kebersihan yang melihat api muncul dari tempat imam. Gatot mengatakan petugas kebersihan itu kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pengurus masjid."Dia melaporkan ke pengurus masjid dan ketika pengurus masjid ke lokasi, api sudah membesar," ujar Gatot Sulaeman, dikutip dari Suara.com.
    Dia mengatakan proses pemadaman api melibatkan sebanyak tujuh unit mobil pemadam kebakaran dengan total 35 personel. Pemadaman pun selesai pada pukul 11.06 WIB setelah petugas berjibaku kurang lebih selama satu jam untuk memadamkan api tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut. Namun kerugian materi ditaksir mencapai Rp 500 juta.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan klaim Masjid Jayakarta kawasan Pulogadung dibakar oleh Komunis karena ditutup adalah keliru. Masjid tersebut terbakar pada 1 Juli 2021 karena korsleting listrik.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8691) Sesat, Klaim ini Video Sekelompok Tentara Israel Sengaja Menangkap Anak Palestina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/07/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan seorang bocah ditangkap sekelompok tentara bersenjata lengkap beredar di Twitter. Video yang berdurasi 44 detik tersebut diklaim sebagai video yang memperlihatkan sekelompok tentara Israel sengaja menangkap bocah Palestina di Gaza. Video ini beredar di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Palestina pada pertengahan 2021 ini.
    Video ini dibagikan pada 06 Juni 2021 dengan menambahkan narasi bahasa Inggris jika diterjemahkan berarti “Tentara zionis bersenjata menangkap seorang bocah Palestina. Apakah ini terlihat seperti pembelaan diri bagimu? #Terorisme Israel #Palestina”. Hingga artikel ini ditulis, video tersebut telah dilihat lebih dari 1 juta kali di unggahan online. 
    Gambar tangkapan layar video tentara Israel membawa bocah Palestina di Gaza yang tersebar di Twitter.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar tersebut ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan video tersebut identik dengan yang pernah dibagikan oleh akun YouTube @btselem, pada 24 Maret 2017. Btselem sendiri adalah organisasi masyarakat di Israel yang bergerak pada isu hak asasi manusia. Video itu diberi judul “Tentara Israel menyeret bocah 8 tahun dari rumah ke rumah mencari pelempar batu, Hebron, Maret 2017”.
    Dalam keterangannya, disebutkan bahwa sekitar pukul 13.30 pada 19 Maret 2017, pasukan lebih dari 15 tentara menangkap Sufian Abu Hitah bocah berusia 8 tahun, yang berada di jalan tanpa alas kaki, mencari mainan yang hilang. Dua tentara menyeretnya ke lingkungan al-Harika dan membawanya ke beberapa rumah, menuntut dia mengidentifikasi anak-anak yang telah melemparkan batu dan bom Molotov di pemukiman Kiryat Arba. Lebih dari satu jam kemudian, beberapa wanita berhasil melepaskan anak itu dan mengembalikannya ke ibunya. Dua warga setempat, termasuk relawan B'Tselem, May Da'na merekam kejadian tersebut dalam video.
    Haaretz, surat kabar harian Independen yang berbasis di Yerusalem melansir, bocah Palestina ditangkap tentara israel lantaran dicurigai sebagai pelaku pelemparan batu ke pemukiman warga itu bernama Sufian Abu Hita. Ia dibawa paksa saat sedang bermain untuk membantu tentara Israel mengidentifikasi pelaku pelempar batu lainya. "Saya sedang mencari mainan yang ingin saya mainkan," katanya. “Saya tidak menemukannya di rumah, jadi saya pergi ke luar. Tiba-tiba, saya berlari ke tentara. Mereka menyeret saya dari satu tempat ke tempat lain. Saya sangat takut, dan saya tidak tahu apa yang mereka inginkan dari saya.”
    Meski ia sudah mengaku tidak melakukannya, para prajurit tetap memintanya untuk menunjukkan pelempar batuu. “Mereka berkata kepada saya, ‘Siapa yang melempar batu?’ Saya tidak tahu siapa yang melempar batu. Mereka membawa saya dari satu tempat ke tempat lain dan saya ingin pulang, saya ingin berada di rumah.” Bocah ini lalu dikembalikan pada ibunya setengah jam kemudian. 
    Dikutip dari AFP,  Bocah palestina yang ditangkap itu lalu dibawa tentara israel ke beberapa rumah di lingkungan Al-Harika, untuk mengidentifikasi anak-anak yang telah melemparkan batu dan bom Molotov di pemukiman Kiryat Arba. Namun sekitar satu jam kemudian, beberapa wanita berhasil melepaskan anak laki-laki itu dan mengembalikannya ke ibunya. Dua warga setempat, termasuk relawan B'Tselem May Da'na, merekam kejadian tersebut dalam video.” 
    Dilansir dari The Times of Israel, surat kabar online berbasis di Yerusalem, pihak Israel Defense Force membantah menangkap bocah Palestina tersebut. Mereka mengaku menahan anak itu untuk dibawa pulang ke orang tuanya setelah keberadaannya dicurigai sebagai pelempar molotov ke pemukiman padat penduduk.
    “Pasukan yang berada di tempat kejadian menangkap seorang tersangka. Karena tersangka masih di bawah umur, kami tidak menangkap tapi membawa dia ke rumah orang tuanya," kata mereka dalam sebuah pernyataan. "Tercatat dalam tinjauan awal bahwa pasukan tidak meminta anak di bawah umur untuk mengarahkan mereka ke tersangka lain," tambah IDF

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video tentara Israel yang menangkap bocah Palestina di Gaza, menyesatkan. Video tersebut diketahui video lawas yang sempat beredar pada maret 2017. Bocah Palestina pada video itu diketahui bernama Sufian Abu Hitah. Ia sempat ditahan tentara Israel dan diminta ikut mengidentifikasi pelaku pelemparan batu dan molotov ke pemukiman padat penduduk di wilayah Kiryat Arba. Satu jam kemudian bocah tersebut  dikembalikan pada orang tuanya.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan