(GFD-2021-8762) Keliru, Klaim Keberadaan Surat Keputusan Mencopot Anies Baswedan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/09/2021
Berita
Video berisi klaim Anies Baswedan dicopot sebagai Gubernur DKI Jakarta, dibagikan ke Facebook, 9 September 2021. Video itu berisi gabungan video yang memperlihatkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Presiden Joko Widodo.
Video berdurasi 10 menit itu diberi judul “Gempar, surat pemecatan, keputusan mencopot Anies bikin semua orang terkejut”.
Hingga 15 September 2021, video itu sudah ditonton 804 ribu kali dan dikomentari 3,3 ribu warganet.
Tangkapan layar unggahan video dengan klaim Presiden Jokowi memecat Anies Baswedan
Hasil Cek Fakta
Dari penelusuran Tempo, isi video tersebut tidak berisi tentang pemecatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Video itu hanya berisi gabungan beberapa video Anies Baswedan dalam berbagai kegiatan. Hingga artikel ini diturunkan, Anies Baswedan masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pada bagian awal, narator dalam video itu menyatakan, “Mengacu instruksi Menteri Dalam Negeri, Anies Baswedan terancam pencopotan. Jokowi bisa tunjuk sosok ini untuk menggantikan Anies”.
Hasil verifikasi Tempo, menunjukkan, instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penegakan Protokol Kesehatan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19. Instruksi Mendagri ini keluar setelah sejumlah kerumunan terjadi di Jakarta dan Bogor imbas kegiatan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Instruksi tersebut tidak memuat surat pemecatan bagi Anies Baswedan.
Namun narasi dalam video bagian awal ini, tidak konsisten dengan bagian berikutnya. Dalam video detik ke-8 hingga 2:15, justru memuat soal anggaran Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan atau TGUPP. Tempo menemukan video wawancara Anies terkait TGUPP itu terjadi pada 2017.
Video itu sama dengan yang dimuat oleh CNN Indonesia pada 22 Desember 2017. Konteks wawancara tersebut adalah saat Anies Baswedan mempertanyakan rekomendasi Kemendagri soal anggaran TGUPP yang sudah dialokasikan sejak gubernur sebelumnya.
Saat itu, Kemendagri mengevaluasi anggaran tim gubernur untuk percepatan pembangunan, TGUPP, pada APBD DKI Jakarta 2018. Kemendagri merekomendasikan pos dana tersebut, dianggarkan dari dana operasional gubernur.
Pada menit 2:28, narasi video itu kembali menyinggung soal dugaan pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan Anies Baswedan saat berlangsung acara Maulud Nabi di Petamburan. Narasi video ini beropini bahwa Anies bisa dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur DKI setelah terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, Anies Baswedan masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa ada surat keputusan mencopot Anies Baswedan adalah keliru. Video tersebut berisi tentang terbitnya surat instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penegakan Protokol Kesehatan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19. Selain itu isi video juga menyebut soal anggaran Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan atau TGUPP. Hingga hari ini, tidak ada pencopotan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Tim Cek Fakta Tempo
Rujukan
(GFD-2021-8761) Keliru, Klaim Wanita Melahirkan 18 Bayi Kembar
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/09/2021
Berita
Pesan berantai yang menunjukan video wanita tampak bergaya mengambil swafoto di depan cermin dengan perut membengkak ekstrem diklaim sebagai wanita yang melahirkan 18 bayi kembar sekaligus beredar di aplikasi pengiriman pesan.
Dalam video yang berdurasi 2.21 menit itu, terlihat beberapa menunjukkan seorang wanita berambut pirang hamil sedang berswafoto didepan cermin dan kemudian dilanjutkan dengan bagian tenaga kesehatan yang sedang bekerja melakukan operasi caesar membantu proses persalinannya. Operasi caesar sendiri adalah proses melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara menyayat bagian perut hingga rahim ibu. Pada akhir video terlihat seorang pria duduk di sofa dikelilingi bayi.
Lantas benarkan wanita ini melahirkan 18 bayi kembar sekaligus?
Tangkapan layar unggahan dengan klaim seorang perempuan melahirkan 18 bayi kembar
Hasil Cek Fakta
Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri foto wanita hamil yang berswafoto tersebut dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google, TinEye Reverse Image Search dan Yandex. Hasilnya, wanita tersebut diketahui merupakan Catherine Bridge dari Amerika Serikat.Foto dalam video yang beredar itu sebelumnya ditemukan di postingan jejaring sosial online artis pada 21 Agustus 2015 dan gambar pada bagian video itu telah dimanipulasi secara digital.
Dikutip dari Cek Fakta AFP, pemberitaan serupa terkait Catherine Bridge yang melahirkan belasan bayi sekaligus ini pertama kali terbit di sebuah situs web satir World Daily News Report pada Februari 2014. Situs ini menulis berita dengan judul berita “USA: MOTHER GIVES BIRTH TO 17 BABIES AT ONCE!”.
Paragraf pengantar artikel satir tentang wanita yang melahirkan 17 bayi sekaligus menyatakan sebagian: “Seorang wanita Amerika telah benar-benar menghancurkan Rekor Dunia sebelumnya untuk kelahiran bayi terbanyak dalam kehamilan tunggal dengan melahirkan tujuh belas bayi selama 29 jam akhir pekan lalu di Indianapolis Memorial Hospital."
Menurut artikel ini, Catherine Bridges dan suaminya telah berusaha untuk memiliki anak selama bertahun-tahun. Akhirnya memutuskan mengikiuti program medis di sebuah klinik kesuburan di Rhodes Island, tahun lalu.
Meski demikian situs web ini menyertakan halaman penafian ini dengan mencatat bahwa artikel mereka bersifat 'satir dan fiksi'.
Menurut laporan Rappler, hingga saat ini rekor dunia wanita melahirkan anak terbanyak dipegang Nadya Suleman, yang melahirkan 8 bayi pada 26 Januari 2009. Suleman sendiri dikenal sebagai "Octomom" mengandung 6 anak laki-laki dan dua perempuan melalui fertilisasi in vitro.
Sebelum Suleman, pemegang rekor untuk kategori tersebut adalah Nkem Chukwu, yang melahirkan anak kembar delapan pada tahun 1998. Anak kembar delapan Suleman melampaui tingkat kelangsungan hidup anak kembar delapan Chukwu, itulah sebabnya mereka memecahkan rekor sebelumnya.
Sementara berdasarkan hasil pencarian gambar dengan menggunakan Google, pria yang duduk di sofa dikelilingi banyak bayi diketahui sebagai Robert Biter, seorang dokter kandungan dan ginekolog. Fotonya pertama kali digunakan untuk sebuah artikel di HuffPost.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, video wanita yang ber-swafoto di depan cermin dengan perut membengkak ekstrem diklaim sebagai wanita yang melahirkan 18 bayi kembar sekaligus adalah keliru. Hasil penelusuran foto tersebut diketahui merupakan foto lawas yang sebelumnya ditemukan di postingan jejaring sosial online artis pada 21 Agustus 2015. Foto dalam video tersebut telah dimanipulasi secara digital.
TIM CEKFAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.deviantart.com/shadowguy24/art/Pregnant-belly-48-555223166
- https://factcheck.afp.com/no-not-genuine-photo-woman-who-gave-birth-17-babies
- https://worldnewsdailyreport.com/usa-mother-gives-birth-to-17-babies-at-once/comment-page-1/#comments
- https://www.rappler.com/newsbreak/fact-check/woman-gives-birth-17-babies
(GFD-2021-8760) Benar, Eropa Tambahkan Gangguan Saraf Langka Dalam Daftar Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/09/2021
Berita
Sebuah unggahan berisi klaim bahwa vaksin AstraZeneca memiliki efek samping baru beredar di media sosial. Unggahan tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Otoritas Obat Eropa telah menambahkan daftar baru efek samping vaksin Astrazeneca yaitu Guillain Barre Syndrome atau gangguan kerusakan saraf langka.
Di Instagram, unggahan tersebut dibagikan akun ini pada 11 September 2021. berikut narasi lengkapnya:
“Eropa telah menambahkan daftar efek samping penggunaan vaksin AstraZeneca. Efek sampingnya adalah gangguan kerusakan saraf langka yaitu guillain barre syndrome (GBS). Berikut ini selengkapnya! Otoritas obat Eropa (EMA) menyebut ada hubungan kausal antara GBS dan suntikan vaksin AstraZeneca. Disebutkan bahwa sudah ada 833 kasus sindrom langka guillain barre syndrome dari 592 juta dosis vaksin AstraZeneca yang diberikan di seluruh dunia berdasarkan data 31 Juli 2021. Walau begitu, EMA sendiri mengklaim bahwa kasus GBS ini sebagai efek yang sangat jarang. Ini artinya manfaat vaksin itu sendiri lebih besar ketimbang efek sampingnya yang memang sangat jarang terjadi. Tak hanya EMA, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga mengatakan hal yang sama bisa terjadi jika menggunakan vaksin Johnson & Johnson. Pasalnya kedua vaksin tersebut memiliki teknologi yang sama yaitu vektor virus yang belakangan dikaitkan dengan efek samping pembekuan darah langka. Walau begitu, EMA dan juga FDA tetap mengklaim bahwa penggunaan vaksin lebih baik dan lebih banyak manfaatnya ketimbang tidak vaksin sama sekali.”
Dalam unggahan tersebut juga terdapat teks yang menyebutkan bahwa efek samping baru vaksin Astrazeneca. Eropa telah menambahkan daftar efek samping penggunaan vaksin AstraZeneca. Efek sampingnya adalah gangguan kerusakan saraf langka yaitu Guillain Barre Syndrome (GBS).
Apa benar Eropa telah menambahkan Gangguan Saraf Langka dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca?
Tangkapan layar unggahan dengan klaim gangguan saraf langka masuk dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah media kredibel dengan menggunakan kata kunci “Efek samping baru vaksin AstraZeneca,” pada mesin pencari Google. Hasilnya, regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menambahkan gangguan kerusakan saraf yang sangat langka, sindrom Guillain-Barré, sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Dilansir dari situs World Health Organisation ( WHO ), pada 13 dan 20 Juli 2021, subkomite COVID-19 dari Komite Penasihat Global WHO untuk Keamanan Vaksin (GACVS) bertemu secara virtual untuk membahas laporan langka Sindrom Guillain-Barré (GBS) setelah vaksinasi dengan vaksin Janssen dan AstraZeneca COVID-19. Kedua vaksin menggunakan platform adenovirus sebagai tulang punggungnya.
Untuk Vaxzevria (vaksin AstraZeneca COVID-19 yang diproduksi di Eropa, Pharmacovigilance Risk Assessment Committee (PRAC) dan Badan Obat Eropa (EMA) mengeluarkan pernyataan pada 9 Juli yang merekomendasikan penambahan peringatan untuk meningkatkan kesadaran akan GBS setelah vaksinasi, meskipun mereka tidak dapat mengkonfirmasi atau mengesampingkan hubungan dengan vaksin.
Dilansir dari situs Ema, informasi produk akan diperbarui dengan sindrom Guillain-Barré (GBS) sebagai efek samping dari Vaxzevria. Nyeri pada kaki dan lengan atau perut dan gejala seperti influenza juga telah dimasukkan dalam informasi produk sebagai efek samping.
“Peringatan untuk meningkatkan kesadaran akan kasus sindrom Guillain-Barré (GBS) yang dilaporkan setelah vaksinasi disertakan dalam informasi produk Vaxzevria setelah PRAC pada Juli 2021,” dilansir dari Ema 22 Juli 2021.
GBS adalah peradangan saraf yang serius, yang dapat menyebabkan hilangnya perasaan dan gerakan sementara (kelumpuhan) dan kesulitan bernapas.
PRAC terus memantau GBS dan pada September 2021 menilai data tambahan yang diminta dari pemegang izin edar dan hasil dari tinjauan literatur ilmiah. Sebanyak 833 kasus GBS telah dilaporkan dengan Vaxzevria di seluruh dunia pada 31 Juli 2021, sementara sekitar 592 juta dosis Vaxzevria telah diberikan kepada orang-orang di seluruh dunia pada 25 Juli 2021.
Dilansir dari Reuters, regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menambahkan gangguan kerusakan saraf yang sangat langka, sindrom Guillain-Barré, sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Badan Obat Eropa mengatakan hubungan kausal antara GBS dan suntikan AstraZeneca, yang dikenal sebagai Vaxzevria, disebut sebagai “kemungkinan yang masuk akal" setelah 833 kasus GBS dilaporkan dari 592 juta dosis vaksin yang diberikan di seluruh dunia pada 31 Juli.
EMA mengkategorikan efek samping sebagai "sangat jarang", frekuensi terendah dari kategori efek samping yang dimilikinya, dan telah menekankan bahwa manfaat dari suntikan lebih besar daripada risikonya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah menambahkan peringatan tentang sindrom Guillain-Barré sebagai kemungkinan efek samping dari suntikan Johnson & Johnson (JNJ.N). Kedua vaksin menggunakan teknologi vektor virus, dan juga telah dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.
EMA juga menandai beberapa efek samping lain yang tidak terlalu parah pada vaksin dari Johnson & Johnson (JNJ.N), Moderna serta suntikan AstraZeneca.
Sindrom Sindrom Guillain-Barre bukan hal baru di dunia medis. Sejak satu abad lalu, sindrom Guillain Barré kerap dikaitkan dengan infeksi virus atau bakteri. Namun ini adalah penyakit autoimun yang tergolong langka.
"Benar (ini penyakit langka)," ungkap dokter kepala divisi saraf tepi RS PON Aldy Novriansyah kepada CNNIndonesia.com.
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Sistem imunitas tubuh berbalik menyerang saraf dan mengakibatkan kelumpuhan. Kelemahan dan kesemutan pada bagian ekstremitas biasanya merupakan gejala pertama.
"(GBS) Itu suatu peradangan terjadi di akar saraf tulang belakang, mulai dari leher sampai tangan dan kaki. Utamanya di situ, tapi bisa juga meluas sampai ke saraf kranial," ungkapnya.
"Ini merupakan bagian dari autoimun. Jadi awalnya itu biasanya kebanyakan sebagian besar dari suatu proses infeksi apapun, tapi yang paling banyak infeksi pencernaan, jadi dari infeksi itu memicu timbulnya suatu antibodi. Hanya saja akhirnya pada beberapa orang tertentu antibodi yang malah menyerang saraf,” jelas Aldy.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Eropa telah menambahkan Gangguan Saraf Langka dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca benar. Namun, regulator obat-obatan Eropa (EMA) mengkategorikan efek samping tersebut sebagai "sangat jarang”. Merupakan frekuensi terendah dari kategori efek samping yang dimilikinya. EMA juga menekankan bahwa manfaat dari suntikan vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/CTqujoirNli/?utm_source=ig_embed&ig_rid=651eeddf-0dc4-4999-a587-a6d32a7f534c
- https://www.tempo.co/tag/astrazeneca
- https://www.kemkes.go.id/article/print/1628/guillain-barre-sindrom.html
- https://www.tempo.co/tag/who
- https://www.who.int/news/item/26-07-2021-statement-of-the-who-gacvs-covid-19-subcommittee-on-gbs
- https://www.ema.europa.eu/en/documents/covid-19-vaccine-safety-update/covid-19-vaccine-safety-update-vaxzevria-previously-covid-19-vaccine-astrazeneca-8-september-2021_en.pdf
- https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/eu-lists-rare-nerve-disorder-possible-side-effect-astrazeneca-covid-19-vaccine-2021-09-08/
- https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210910084607-255-692317/gangguan-saraf-langka-masuk-daftar-efek-samping-astrazeneca
(GFD-2021-8759) Keliru, Klaim Pemberitaan Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Menewaskan 176 Penumpang
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/09/2021
Berita
Sebuah tautan mengabarkan peristiwa kecelakaan pesawat sriwijaya diklaim telah menewaskan 176 orang beredar. Berita ini diberi judul “Innalillahi 176 Orang Tewas di dalam pesawat sriwijaya , Dua Pesawat Tabrakan saat Sedang Mengudara pada 10 September 2021” dan tayang di blog media insegnia pada tanggal 10 September 2021.
Dalam berita ditulis telah terjadi tabrakan dua pesawat saat mengudara pada 10 september 2021 dan sedikitnya 176 orang dikabarkan meninggal. Tragedi kecelakaan pesawat itu terjadi di Wilayah Zagreb.
Tangkapan layar unggahan artikel blog tentang tabrakan dua pesawat di udara pada 10 September 2021.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait kecelakaan pesawat sriwijaya yang menewaskan 176 orang pada 10 September 2021, melalui sejumlah media massa kredibel. Hasilnya tidak ditemukan satupun pemberitaan terkait peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air pada 10 September 2021.
Berdasarkan hasil penelusuran, peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di sepanjang tahun 2021 hanya terjadi pada Sabtu 06 Januari 2021, bukan pada 10 September 2021. Dikutip dari CNBC, pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan adalah pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 jurusan Jakarta-Pontianak yang hilang kontak dengan menara kendali setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Pesawat jenis Boeing 737-524 ini membawa setidaknya 50 penumpang yang terdiri dari 12 orang kru kabin.
Dilansir dari dokumen pemberitaan TEMPO, pesawat Sriwijaya Air yang jatuh itu bukan disebabkan karena tabrakan dengan pesawat lain namun diduga akibat karena sistem autothrottle yang berfungsi sebagai pergerakan sistem pengatur daya atau gas tak berfungsi secara baik. Pesawat ini terdeteksi jatuh setelah sempat melewati ketinggian 11 ribu kaki sebelum kemudian hilang kontak. Pesawat Sriwijaya Air ini membawa 62 orang. Sebanyak 50 orang merupakan penumpang dan 12 lainnya adalah kru. Pesawat semestinya dijadwalkan tiba di Pontianak pukul 15.50 WIB.
Dikutip dari liputan 6, sepanjang 2021 setidaknya ada lima peristiwa kecelakaan pesawat di Indonesia, yaitu pada 09 Januari 2021 pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan kepulauan seribu. Kurang dari 3 bulan sejak kecelakaan pesawat Sriwijaya Air, pesawat kargo B737-400 Trigana Air tergelincir di Bandara Halim Perdanakusuma pada Sabtu, 20 Maret 2021.
Lalu pada 17 Februari, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 642 mengalami rusak mesin saat terbang dari Makassar menuju Gorontalo sehingga harus kembali ke Makassar. Tak berselang lama pada 06 Maret 2021, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6803 rute Jambi-Jakarta mendadak harus Return To Base (RTB) ke Jambi karena roda depan pesawat bermasalah sehingga pesawat terhenti di tengah runway dan mengakibatkan bandara ditutup sementara.
Pada 8 Maret 2021, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6561 rute Palu - Jakarta mengalami penundaan keberangkatan karena ditemukan garis yang melengkung pada permukaan lapisan kaca kokpit di bagian kiri.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, tautan yang mengabarkan peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya karena tabrakan saat sedang mengudara pada 10 September 2021 dan menewaskan 176 orang penumpang, keliru. Berdasarkan hasil penelusuran, peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di sepanjang 2021 hanya terjadi pada Sabtu 06 Januari 2021, bukan pada 10 September 2021.
Pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan adalah pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 jurusan Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan kepulauan seribu. Pesawat Sriwijaya Air ini membawa 62 orang. Sebanyak 50 orang merupakan penumpang dan 12 lainnya adalah kru.
TIM CEKFAKTA TEMPO
Rujukan
- http%20
- https:/www.insegnia.xyz/2021/09/innalillahi-176-orang-tewas-di-dalam_10.html
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20210110082604-4-214745/duka-ri-sriwijaya-musibah-kecelakaan-pesawat-pertama-2021
- https://bisnis.tempo.co/read/1421701/knkt-masih-selidiki-penyebab-jatuhnya-pesawat-sriwijaya-air-sj182/full&view=ok [
- https:/www.liputan6.com/bisnis/read/4523133/banyak-insiden-kecelakaan-penerbangan-terjadi-di-2021-tanggung-jawab-siapa
Halaman: 4579/6186