• (GFD-2021-6385) [SALAH] Foto “vtube skrg dibawah naungan FIFA”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 20/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Dandy Maulana (fb.com/dandy.maulana.31) pada 19 Februari 2021 mengunggah foto Presiden FIFA Gianni Infantino yang tampak menunjukkan logo dari aplikasi VTube yang dibuat oleh PT. Future View Tech ke grup VTUBER_INDONESIA dengan narasi sebagai berikut:

    “Teruntuk heaters pasti kejang kejang, vtube skrg dibawah naungan FIFA,heaters jamgan iri ya berani melawan ombak besar yahahaha palepale #godaymen #ragumurugiku #horaumum”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa aplikasi VTube milik PT. Future View Tech saat ini dibawah lindungan FIFA yang disertai dengan foto residen FIFA Gianni Infantino yang tampak menunjukkan logo dari aplikasi VTube adalah konten satire, atau sindiran.

    Faktanya, foto itu merupakan foto editan atau suntingan. Foto aslinya adalah foto ketika Presiden FIFA Gianni Infantino berpose dengan Trofi Piala Dunia Wanita setelah pengumuman bahwa Australia / Selandia Baru adalah tuan rumah pemenang untuk FWWV23 pada 25 Juni 2020.

    Foto yang identik, diunggah pada situs penyedia foto, gettyimages.com pada 25 Juni 2020 dengan keterangan sebagai berikut:

    “FIFA Council Meeting
    ZURICH, SWITZERLAND – JUNE 25: FIFA President Gianni Infantino pose with the Women’s World Cup Trophy after the announcement that Australia/New-Zealand are the winning host’s for the FWWV23 during a virtual FIFA Council Meeting at the Home of FIFA on June 25, 2020 in Zurich, Switzerland. The virtual meeting, held behind closed doors due to the Covid-19 pandemic, includes the bidding process and vote for the host of the FIFA Women’s World Cup 2023 (FWWC23). (Photo by Ben Moreau/FIFA via Getty Images)” atau yang jika diterjemahkan:

    “ZURICH, SWISS – 25 JUNI: Presiden FIFA Gianni Infantino berpose dengan Trofi Piala Dunia Wanita setelah pengumuman bahwa Australia / Selandia Baru adalah tuan rumah pemenang untuk FWWV23 selama Pertemuan Dewan FIFA virtual di Rumah FIFA pada 25 Juni 2020 di Zurich, Swiss. Pertemuan virtual, yang diadakan secara tertutup karena pandemi Covid-19, mencakup proses penawaran dan pemungutan suara untuk tuan rumah Piala Dunia Wanita FIFA 2023 (FWWC23). (Foto oleh Ben Moreau / FIFA via Getty Images)”

    Dilansir dari situs resmi FIFA, Piala Dunia Wanita FIFA 2023 akan diselenggarakan di Australia dan Selandia Baru, menyusul pemungutan suara yang diambil oleh Dewan FIFA selama pertemuannya yang diadakan melalui konferensi video, yang hasilnya diumumkan oleh Presiden FIFA Gianni Infantino.

    Tawaran bersama yang diajukan oleh Federasi Sepak Bola Australia dan Selandia Baru. Sepak bola menerima 22 dari 35 suara sah yang diberikan oleh anggota Dewan FIFA dalam pemungutan suara pertama, dengan Asosiasi Sepak Bola Kolombia memperoleh 13 suara. Hasil pemungutan suara lengkap tersedia di bawah.

    Mengikuti kesuksesan luar biasa Piala Dunia Wanita FIFA 2019 di Prancis dan keputusan bulat berikutnya dari Dewan FIFA, Piala Dunia Wanita FIFA 2023 akan menjadi edisi pertama yang menampilkan 32 tim dan juga akan menjadi yang pertama diselenggarakan oleh Australia dan Selandia Baru dan di dua konfederasi (AFC dan OFC).

    Rujukan

  • (GFD-2021-6384) [SALAH] “setelah di vaksin maka kasus HIV dan kanker akan meledak”

    Sumber: Instagram.com
    Tanggal publish: 20/02/2021

    Berita

    Akun Instagram Lois Lois (instagram.com/dr_lois7) pada 17 Februari 2021 mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:

    “Inilah daftar penyakit akibat semua Vaksin!! Vaksin Flu sama dgn vaksin Covid. Mereka cuma pura2 aja meneliti. Buktikan bhw setelah di vaksin maka kasus HIV dan kanker akan meledak!! Vaksin FLu Vaksin paling beracun di dunia!”

    Gambar yang diunggah adalah sebuah diagram yang berisi berbagai nama penyakit dan gangguan yang terjadi pada manusia, yang diklaim disebabkan oleh vaksin. Penyakit itu antara lain kanker, infeksi HIV/AIDS, stroke, diabetes, arthritis, dan serangan jantung. Terdapat pula gangguan autisme dalam diagram tersebut. Bahkan, di bagian bawah, disebutkan bahwa kematian adalah salah satu akibat dari pemberian vaksin.

    Orang kena hiv boleh vaksin covid
    Penyakit HIV

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa setelah divaksin maka kasus HIV dan kanker akan meledak adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, vaksin flu belum pernah dilaporkan menyebabkan infeksi HIV maupun kanker. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin flu dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya aman.

    Dilansir dari Tempo, dikutip dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), influenza atau flu adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza. Virus ini menginfeksi hidung, tenggorokan, dan terkadang paru-paru. Influenza juga bisa menyebabkan penyakit ringan hingga parah. Komplikasi serius dari influenza dapat membuat pengidapnya menjalani rawat inap, bahkan meninggal.

    Ada dua jenis vaksin yang digunakan untuk influenza. Pertama, vaksin flu suntik. Vaksin ini terdiri dari vaksin influenza yang tidak aktif (IIV) dan vaksin influenza rekombinan (RIV). Vaksin tersebut tidak mengandung virus flu hidup. Vaksin ini hadir dalam berbagai jenis formulasi trivalen, kuadrivalen, dosis tinggi, adjuvan, berbasis sel, dan rekombinan.

    Sementara yang kedua adalah vaksin flu semprotan hidung. Vaksin ini juga dikenal sebagai vaksin influenza hidup yang telah dilemahkan (LAIV). Vaksin yang digunakan dengan cara disemprotkan ke hidung tersebut mengandung virus hidup. Namun, virus itu telah dilemahkan sehingga tidak menyebabkan influenza.

    Dilansir dari Health Line, selama setengah abad terakhir, jutaan orang telah mendapatkan vaksin flu. Namun, sangat sedikit orang yang mengalami masalah serius. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin flu dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya aman.

    Sebagaimana vaksin lainnya, efek samping dari vaksin flu kebanyakan ringan. Orang yang telah mendapatkan vaksin ini biasanya melaporkan gejala seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak pada kulit di sekitar tempat suntikan, demam, kelelahan, dan sakit kepala.

    Beberapa penyakit dan gangguan yang tercantum dalam diagram pada unggahan akun Instagram di atas tidak disebabkan atau berkaitan dengan vaksin flu. Berikut ini penjelasannya:

    Kanker
    Sekitar 40 persen kasus kanker disebabkan oleh virus. Beberapa virus memang telah diketahui sejak lama menjadi penyebab kanker. Namun, kasusnya diduga hanya 10 atau 20 persen. Virus yang dikenal luas terkait kanker adalah virus hepatitis B dan C, yang bisa menyebabkan kanker hati dan human papilloma virus (HPV), lalu memicu kanker serviks. Penyebab kanker lainnya adalah sering mengkonsumsi daging olahan, menghirup udara berpolusi, dan stres.

    Dikutip dari situs resmi Preventive Medicine Cancer Care (PMCC) Denver, hingga kini, belum ada penelitian yang menemukan bukti bahwa vaksin mengarah pada risiko kanker yang lebih tinggi. Menurut sebuah publikasi, selama 1955-1963, memang terdapat sebuah virus yang dikaitkan dengan vaksin polio. Virus itu dikenal sebagai SV40, yang kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko kanker.

    Namun, publikasi itu juga menyatakan tidak ada bukti yang cukup soal peningkatan risiko tersebut. “Penting untuk dicatat bahwa satu-satunya alasan adalah kontaminasi virus SV40, yang bukan merupakan bagian dari vaksin polio. Kontaminasi juga tidak ada lagi dalam vaksin polio modern yang diberikan kepada pasien,” demikian penjelasan PMCC Denver.

    Justru, menurut PMCC Denver, banyak penelitian saat ini yang mulai memberikan bukti bahwa vaksin bisa bermanfaat dalam menurunkan risiko kanker. Alasan utama di balik ini adalah karena ada virus tertentu yang diketahui menyebabkan perubahan pada DNA tubuh manusia (seperti HPV).

    Ketika perubahan ini terjadi, hal itu dapat menyebabkan perubahan tertentu dalam aktivitas genetik yang diekspresikan oleh sel-sel tubuh. Akibatnya, sel-sel ini kemungkinan besar menjadi kanker. Ketika vaksin diberikan untuk melindungi dari virus, risiko terinfeksi mikroorganisme ini berkurang. Perlindungan itu juga dapat mengurangi risiko pengembangan kanker yang dikaitkan dengan virus.

    HIV/AIDS
    Dikutip dari situs kesehatan Alodokter, AIDS disebabkan oleh virus HIV. Virus HIV yang masuk ke tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, semakin lemah sistem kekebalan tubuh seseorang. Infeksi HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari pengidap masuk ke dalam tubuh orang lain.

    Pada Desember 2020 lalu, memang sempat beredar klaim bahwa uji coba salah satu vaksin Covid-19 di Australia telah membuat para relawan positif terinfeksi HIV. Namun, menurut verifikasi Reuters, klaim ini keliru. Vaksin yang dimaksud adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi CSL dan University of Queensland, Australia.

    Vaksin Covid-19 ini menggunakan fragmen kecil protein virus HIV untuk menstabilkan vaksin. Produksi dihentikan setelah uji coba menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap fragmen protein itu dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam beberapa tes HIV.

    CSL mengatakan “kandidat vaksin tidak mengandung virus HIV dan tidak ada kemungkinan dapat menyebabkan HIV”. Tes lanjutan pun menunjukkan tidak ada virus HIV di tubuh para relawan. Sementara dikutip dari laporan Live Science, tidak ada cara bagi vaksin untuk menyebabkan infeksi HIV, karena mengandung fragmen protein yang tidak berbahaya.

    Autisme
    Dilansir dari situs kesehatan Halodoc, autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) merupakan gangguan pertumbuhan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Beberapa faktor yang dapat memicu autisme adalah faktor keturunan, efek samping dari minuman beralkohol atau obat-obatan selama dalam kandungan, pengaruh gangguan lain (sindrom down, lumpuh otak, dan sebagainya), serta kelahiran prematur.

    Hingga kini, penyebab autisme belum diketahui. Namun, para ahli mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Kadang-kadang, gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Tapi, dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orang tua. Dalam kasus anak kembar, autisme bisa terjadi akibat gen kembar.

    Dikutip dari Republika.co.id, vaksinolog sekaligus dokter spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe membantah kabar lawas yang kembali muncul bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme. Dirga menegaskan bahwa mitos tersebut sama sekali tidak benar. Menurut Dirga, isu itu pertama kali diungkapkan oleh seorang dokter bedah asal Inggris, Andrew Wakefield, pada 1998.

    Dokter ini menyebut vaksin MMR (gondong, campak, dan rubella) terkait dengan autisme. Namun, belakangan diketahui bahwa penelitian tersebut palsu. “Setelah itu, dilakukan penelitian luas untuk membuktikan benar atau tidaknya klaim dokter tersebut. Ternyata tidak benar dan dia terbukti memalsukan data,” ujar Dirga pada 15 Desember 2020.

    Stroke
    Stroke adalah penyakit yang menyerang otak. Stroke terjadi bila aliran darah dari otak terhambat, bisa juga karena pendarahan pada atau di sekitar otak. Penyebabnya adalah pembuluh darah yang mengeras, menyempit, atau tersumbat. Penyebab stroke antara lain karena tekanan darah tinggi, kurang berolahraga, makanan tak sehat, obesitas, dan merokok.

    Diabetes
    Diabetes bukan penyakit menular, tapi membahayakan nyawa bila tidak dikontrol. Di Inggris saat ini, terdapat sekitar 3,7 juta kasus diabetes yang didiagnosis dengan banyak risiko karena faktor seperti obesitas di masa kecil. Diabetes disebabkan karena berlebihnya glukosa dalam darah.

    Ketika seseorang menderita diabetes, pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk memecah glukosa dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara drastis. Pasalnya, insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah.

    Jumlah glukosa darah dalam tubuh biasanya tergantung pada makanan yang dikonsumsi. Orang-orang yang mengkonsumsi gula dalam jumlah lebih banyak cenderung mengembangkan bentuk diabetes yang parah. Namun, apakah seseorang didiagnosis diabetes atau tidak, mungkin juga bergantung pada susunan genetik.

    Arthritis/radang sendi
    Di dunia medis, radang sendi dise

    Rujukan

  • (GFD-2021-6383) [SALAH] “wabah flu Spanyol penyebabnya bukan virus melainkan gejala pneumonia oleh bakteri akibat oleh karena adanya wajib masker”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 20/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Hakim Waluyo (fb.com/hakim.waluyo.31) pada 1 Februari 2021 mengunggah sebuah gambar dengan narasai sebagai berikut:

    “Hasil penelitian lebih dalam tentang wabah flu Spanyol ternyata didapatkan penyebabnya bukanlah oleh virus melainkan gejala pneumonia oleh bakteri. Bakteri tersebut tumbuh dan hidup subur justru oleh karena adanya wajib masker yang dijadikan protokol pencegahan penyebaran penyakit yang dinyatakan diduga disebabkan oleh virus flu.

    Gejala keracunan CO2 akibat penggunaan masker berkepanjangan tidak akan seketika. Pelan namun pasti dan terkadang dalam hitungan tahunan. Efeknya yang pasti adalah tubuh kekurangan oksigen dan otak lemot untuk berpikir, sulit untuk mencerna dan memahami situasi sehingga tidak mampu berpikir cerdas dan solutif. Targetnya adalah kebodohan. Efek lainnya selain sistem imun menjadi lemah, sel-sel tubuh yang kurang oksigen akan terjadi kelainan pertumbuhan karena lingkungan kimiawi biologis yang tidak sehat sehingga tumbuh menjadi tumor, kanker dst.

    Itulah mengapa ada latihan olah nafas dan praktisi olah nafas paham persis bahwa kebijakan wajib masker itu sama dengan pembunuhan secara pelan-pelan. Perlu mempelajari pengetahuan tentang olah nafas untuk lebih paham alasannya. Praktisi meditasi juga jika tidak paham resiko bahaya wajib masker adalah aneh bin ajaib sebab meditasi melibatkan teknik olah nafas. Oksigen adalah energi daya hidup dan juga daya penyembuhan. Rahayu sagung dumadi.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa wabah flu Spanyol penyebabnya bukan virus melainkan gejala pneumonia oleh bakteri akibat oleh karena adanya wajib masker adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, pandemi influenza 1918 atau flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas bukan pneumonia bakteri. Terkait masker, penggunaannya tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen, karena masker tidak mengganggu sirkulasi udara dalam tubuh.

    Dilansir dari Tempo, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pandemi influenza 1918 atau yang kerap disebut pandemi flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas. Meskipun tidak ada konsensus universal mengenai dari mana virus itu berasal, virus tersebut menyebar ke seluruh dunia selama 1918-1919.

    CDC menjelaskan, ketika pandemi flu Spanyol terjadi, memang banyak ahli kesehatan yang mengira penyakit itu disebabkan oleh bakteri yang disebut “Pfeiffer’s bacillus”, yang sekarang dikenal sebagai Haemophilus influenzae. Namun, hal tersebut dikarenakan tidak adanya tes diagnostik ketika itu yang bisa menguji infeksi influenza. Dokter tidak mengetahui adanya virus influenza.

    Dilansir dari AFP, sejarawan Universitas Sydney yang memiliki spesialisasi dalam kedokteran dan teknologi, Peter Hobbins, mengatakan otopsi yang dilakukan pada pasien yang meninggal karena flu Spanyol menunjukkan penyebab utama kematian adalah terisinya paru-paru oleh cairan, baik karena penyakit atau respons imun tubuh yang terlalu aktif terhadap infeksi.

    Menurut Hobbins, penyebab sebenarnya pandemi flu Spanyol pada 1918 adalah strain baru virus Influenza A (H1N1). Dia menambahkan upaya di seluruh dunia telah dilakukan untuk membuat vaksin. Namun, ketika itu, tidak ditemukan secara jelas apa “agen penyebabnya, karena mikroskop yang digunakan tidak cukup bagus untuk melihat virus”.

    Dikutip dari Reuters, pada Oktober 2020, beredar klaim palsu bahwa, selama pandemi flu Spanyol, orang meninggal akibat pneumonia bakteri dari masker. Klaim itu juga menyebut bahwa direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengetahui hal itu dan menuliskannya dalam sebuah penelitian pada 2008.

    Menurut Reuters, klaim tersebut keliru. Pada 2008, Fauci memang menerbitkan riset terkait pandemi flu Spanyol. Namun, pneumonia bakteri yang ia maksud dalam riset itu didahului oleh virus influenza. “Bukti yang kami teliti mendukung skenario di mana kerusakan akibat virus diikuti oleh pneumonia bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian.” Penelitian ini pun tidak menyinggung soal masker.

    Terkait klaim bahwa penggunaan masker berkepanjangan dapat menyebabkan gejala keracunan CO2, dilansir dari artikel berjudul “[SALAH] Memakai Masker Dapat Menyebabkan Kematian Akibat Keracunan Karbon Dioksida (CO2)” yang tayang di situs turnbackhoax.id pada 18 Oktober 2020, dr Arif Santoso SpP sebagai Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Unhas menegaskan bahwa memakai masker dalam waktu yang lama tidak membuat seseorang keracunan CO2. Ukuran virus korono sekitar 125 nanometer, ukuran ini membuat virus korona tidak dapat menembus masker sedangkan karbon dioksida, oksigen, hingga nitrogen ukurannya jauh lebih kecil daripada virus korona sehingga dapat menembus pori-pori masker.

    Bill Carroll, PhD sebagai profesor kimia Indiana University juga menjelaskan bahwa sebelum tubuh mengalami keracunan CO2, tubuh akan memberikan sinyal perlindungan diri, ketika tingkat CO2 yang mempengaruhi kadar keasaman darah berubah maka tubuh akan mendeteksi perubahan kadar keasaman darah tersebut sehingga orang tersebut akan pingsan sebagai salah satu cara tubuh menuntut seseorang agar bisa bernapas dengan normal.

    Kesimpulan

    Pandemi influenza 1918 atau flu Spanyol disebabkan oleh virus H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas bukan pneumonia bakteri. Terkait masker, penggunaannya tidak akan menyebabkan kekurangan oksigen, karena masker tidak mengganggu sirkulasi udara dalam tubuh.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6382) [SALAH] Tangkapan layar Artikel berjudul “Janda Yang Mengaku Hamil karena Angin,Kini Anaknya Diberi Nama AKHMAD CONFRESOR”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 19/02/2021

    Berita

    Akun bernama Rui Riu meposting sebuah gambar tangkapan layar sebuah artikel berjudul “Janda Yang Mengaku Hamil karena Angin,Kini Anaknya Diberi Nama AKHMAD CONFRESOR”. Postingan tersebut diunggah pada grup INDONESIA BERSUARA.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, gambar tangkapan layar pada postingan Facebook merupakan artikel yang dimuat oleh jambiekspres.co.id yang berjudul “Janda Mengaku Hamil karena Angin, Pria ini yang Diduga Menghamili”. Hal tersebut diperkuat dengan foto pada artikel yang sama dengan postingan Facebook serta tanggal artikel yaitu Senin, 15 Februari 2021 waktu 13:49:12.

    Dengan demikian, gambar yang diposting akun Rui Riu merupakan suntingan dari artikel jambiekspres.co.id berjudul “Janda Mengaku Hamil karena Angin, Pria ini yang Diduga Menghamili” terlihat dari foto dan tanggal artikel yang sama dengan postingan Facebook, sehingga masuk dalam kategori parodi.

    Kesimpulan

    Gambar tangkapan layar artikel tersebut sudah disunting. Faktanya, artikel tersebut berjudul “Janda Mengaku Hamil karena Angin, Pria ini yang Diduga Menghamili”.

    Rujukan