• (GFD-2021-6580) [SALAH] Video Penampakan Perempuan Misterius Saat Evakuasi Korban di Sungai

    Sumber: YouTube
    Tanggal publish: 24/03/2021

    Berita

    Sebuah video yang diklaim penampakan perempuan misterius berambut panjang saat pencarian korban di sungai beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan oleh channel YouTube NEWS TV pada 22 Maret 2021.

    Video tersebut berjudul "Viralđź’Ą Penampakan Perempuan Rambut Panjang saat Pencarian Korban di Sungai". Dalam video berdurasi 1 menit 44 detik itu, memperlihatkan sejumlah petugas tengah menyusuri sungai. Terdapat sosok penampakan perempuan berambut panjang dalam video tersebut.

    "Video yang memperlihatkan sosok wanita berambut panjang saat pencarian korban kecelakaan di Bali viral di media sosial.

    Perlu diketahui sebelumnya, petugas dari Basarnas Bali tengah melakukan pencarian terhadap Ni Komang Ayu Ardani (37).

    Korban diketahui mengalami kecelakaan di Tukad (Sungai) Petanu, disekitar Goa Gajah, Ubud, Gianyar, Bali

    Video pencarian menjadi bahan perbicangan setelah diunggah akun media sosial (medsos) Tribun Bali pada Sabtu 20 Maret 2021," tulis channel YouTube NEWS TV.

    Video yang disebarkan channel YouTube NEWS TV telah 6.402 kali ditonton dan mendapat beberapa respons warganet.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim penampakan perempuan misterius berambut panjang saat pencarian korban di sungai.

    Penelusuran dilakukan dengan memasukan kata kunci "perempuan misterius evakuasi korban di sungai" di kolom pencarian situs berbagi video YouTube. Hasilnya terdapat beberapa video serupa yang diunggah beberapa channel YouTube.

    Satu di antaranya video berjudul "Heboh Penampakan Wanita Rambut Panjang yang Terekam Ikut Pencarian Korban Kecelakaan, Ini Faktanya" yang dimuat channel YouTube Tribunnews.com pada 22 Maret 2021.

    Dalam video tersebut dijelaskan bahwa sosok perempuan berambut panjang itu adalah salah seorang relawan asal Meksiko, yang ikut turun membantu dalam pencarian Ni Komang Ayu Ardani di sekitaran Goa Gajah, Gianyar.

    Hal itu disampaikan Kasi Operasi dan Siaga Basarnas Bali, Anak Agung Alit Supartana. Relawan itu datang dan ikut membantu oencarian Ni Komang Ayu Ardani. WN asing itu diketahui tinggal di sebuah vila dekat lokasi pencarian. Wanita itu lantas membantu pencarian saat guide-nya memberitahu adanya korban kecelakaan.

    Kesimpulan

    Video yang diklaim penampakan perempuan misterius berambut panjang saat pencarian korban di sungai ternyata tidak benar.

    Faktanya, sosok yang dianggap misterius itu ternyata relawan asal Meksiko yang turut membantu pencarian korban kecelakaan di sekitaran Goa Gajah, Gianyar, Bali.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6579) [SALAH] Video “DANA SUAP HABIB RIZIEQ TERBONGKAR”

    Sumber: youtube.com
    Tanggal publish: 24/03/2021

    Berita

    Narasi pada judul:

    “DANA SUAP HABIB RIZIEQ TERBONGKAR ~ BERITA TERBARU HARI INI 21 MARET 2021 HAKIM, SUAP JAKSA AGUNG”

    Narasi pada thumbnails:

    “SEMUA KEBUSUKAN TERBONGKAR!!

    ~~TERCYDUK !!!

    “DANA SUAP RIZIEQ”

    OKNUM JAKSA BLAK-BLAKAN KEJUTKAN PENGACARA HRS”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar konten video berjudul “DANA SUAP HABIB RIZIEQ TERBONGKAR ~ BERITA TERBARU HARI INI 21 MARET 2021 HAKIM, SUAP JAKSA AGUNG” yang tayang di kanal Pengawal Istana pada 21 Maret 2021. Selain itu, pada bagian thumbnails terdapat narasi “SEMUA KEBUSUKAN TERBONGKAR!! ~~TERCYDUK !!!

    “DANA SUAP RIZIEQ” OKNUM JAKSA BLAK-BLAKAN KEJUTKAN PENGACARA HRS.”

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa isi video tidak sesuai dengan judul dan narasi pada thumbnails video. Isi dari video tersebut hanya pembacaan dari sejumlah artikel dari beberapa portal media.

    Artikel pertama yang dibacakan dalam video ialah artikel berjudul “Beredar Video Jaksa Ditangkap karena Suap, Kejagung Pastikan Tak Terkait Kasus Rizieq Shihab” yang tayang pada 21 Maret 2021 di portal media kompas.com. Dalam artikel tersebut tidak membahas penyuapan Rizieq Shihab kepada oknum kejaksaan. Artikel itu berisikan klarifikasi Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Leonard Eben Ezer Simanjuntak terkait video hoaks oknum kejaksaan tertangkap mendapat suap dari pihak Rizieq Shihab. Isi artikel kompas.com tersebut justru bertolak belakang dengan judul dan narasi pada thumbnails video sumber.

    Lalu, artikel kedua yang dibacakan dalam video tersebut ialah artikel berjudul “Heboh Video Diduga Penangkapan Jaksa Kasus Habib Rizieq, Kapuspenkum Kejagung Buka Suara” yang tayang pada 21 Maret 2021 di laman tasikmalaya.pikiran-rakyat.com. Artikel itu juga membahas mengenai klarifikasi Leonard Eben Ezer terhadap video hoaks seperti halnya pada artikel kompas.com.

    Artikel ketiga yang dibacakan dalam video sumber yakni artikel berjudul “Sujud, Cara Rizieq Abaikan Hakim dan Boikot Sidang Daring” yang tayang pada 19 Maret 2021 di portal cnnindonesia.com. Artikel itu membahas mengenai aksi protes Rizieq Shihab yang menolak disidangkan secara daring atau online. Tidak ada pembahasan mengenai kasus penyuapan seperti halnya pada judul dan thumbnails video sumber.

    Kemudian, artikel keempat ialah artikel berjudul “Aziz Sebut ada Operasi Intelijen Berskala Besar di Perkara Rizieq Shihab, Mirip Kisah Bung Karno” yang tayang pada 20 Maret 2021 di portal jpnn.com. Di artikel tersebut lebih membahas nota keberatan tim pengacara Rizieq Shihab terhadap proses persidangannya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur. Tidak ada pembahasan mengenai kasus suap Rizieq Shihab.

    Dan, artikel kelima yang dibacakan dalam video sumber ialah artikel berjudul “Kisruh Habib Rizieq di Rutan Bareskrim, Polri: Itu Ada Hakim dan Jaksa” yang tayang pada 20 Maret 2021 di laman sindonews.com. Artikel itu memuat berita mengenai komentar pihak kepolisian terhadap kejadian kisruh Rizieq Shihab dengan pihak Kejaksaan di Rutan Bareskrim Polri atas penolakan disidang secara online. Tidak ada pembahasan mengenai suap Rizieq Shihab.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten video yang tayang di kanal Pengawal Istana pada 21 Maret 2021 masuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Video itu hanya pembacaan sejumlah artikel berita yang tidak membahas dana suap Habib Rizieq Shihab seperti tertulis pada judul dan narasi thumbnails.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6578) [SALAH] “Tulisan ini dari kawan-kawan komunitas IDI (Ikatan Dokter Indonesia)”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 24/03/2021

    Berita

    Akun Facebook Fauziyah Rochmi (fb.com/fauziyah.rochmi) pada 22 Maret 2021 mengunggah sebuah postingan yang berisi klaim sebagai berikut:
    “_Tulisan ini dari kawan-kawan komunitas IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tulisannya bagus dan ilmiah_
    *JANGAN TERMAKAN PEMBODOHAN BERPIKIRLAH DENGAN AKAL SEHAT AGAR SELALU SEHAT PULA SELURUH TUBUHNYA*
    Terus terang kami paham sebenarnya apa yang terjadi, hakekatnya udara didunia ini bersih dan sehat, tidak ada pandemi, tidak ada covid dan tidak ada virus yang berterbangan yang mematikan, semua itu adalah bentuk pengelabuan dan pembodohan global !”
    tulisan komunitas IDI
    Tulisan ini dari komunitas idi
    Sandiwara corona
    SANDIWARA CORONA
    Akhirnya ada yg berani bicara kebenaran di kirimkan oleh dr. Yusrita
    Tulisan ini dari komunitas IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tulisannya ilmiah
    JANGAN TERMAKAN PEMBODOHAN BERPIKIRLAH DENGAN AKAL SEHAT AGAR SELALU SEHAT PULA SELURUH TUBUHNYA
    Terus terang kami paham sebenarnya apa yang terjadi, hakekatnya udara didunia ini bersih dan sehat, tidak ada pandemi, tidak ada covid dan tidak ada virus yang berterbangan yang mematikan, semua itu adalah bentuk pengelabuan dan pembodohan global !
    Contoh negeri Swedia, Korea Utara, Chechnya, Tajikistan dan sebagian negeri-negeri Islam ex jajahan Soviet adalah negeri yang aman sehat semua rakyatnya tidak ada satupun yang diklaim terkena covid.
    kok bisa?
    Karena negara-negara tersebut tegas menolak keras himbauan dari WHO, karena bagi negara tersebut ini adalah 'isu pandemi' bukan 'wabah pandemi', dengan tujuan mematikan perekonomian dan sosial masyarakat suatu negara.
    Secara LOGIKA saja, pertama bila covid ini disebut pandemi (wabah virus yang mematikan), tentunya dan seharusnya orang-orang disekitar kita sudah banyak yang mati bergelimpangan pula dan berjatuhan di jalan-jalan, di pasar-pasar, dirumah-rumah mereka sendiri pada berjatuhan mati seperti yang kita lihat yang terjadi di wuhan china sana, tidak harus mati di rumah sakit, karena katanya pandemi?
    Masih percayakah yang mati berjatuhan di jalan-jalan di wuhan china itu adalah karena covid? Ternyata China RRC telah berhasil membuat pembodohan kepada seluruh dunia.
    Logika kedua, bisa dipikir dengan akal sehat saja kasus-kasus yang terjadi mengapa orang-orang yang diklaim 'positif' lalu karantina dirumah sendiri (mandiri) 99% tidak pernah ada satupun korban yang meninggal, betul?
    Tapi yang di karantina di rumah sakit pasti banyak dari teman-teman kita dan saudara kita yang kita cintai meninggal mereka hanya menjadi korban kematian justeru saat dirumah sakit.
    Mengapa kasus korban kematian covid tidak ada satupun yang dirumah tapi justeru kematian itu dirumah sakit?
    Seseorang yang diklaim 'positif' corona dirumah aman-aman saja dan sembuh sendiri tapi celakanya yang diklaim 'positif' yang berada di rumah sakit resikonya antara hidup dan mati, karena banyak pasien yang akhirnya pulang 'tinggal nama' di rumah sakit.
    Berarti ada apa sebemarnya di balik rumah sakit saat ini, kenapa berbahaya dan justeru membawa kematian setiap pasien, ada yang bisa jawab?
    Karena di rumah sakit orang-orang yang bisa berhasil pulang dan sehat kembali disana adalah yang diberi vitamin-vitamin saja itu tidak berbahaya. Dan penyebab kematian di rumah sakit modusnya yang terbanyak karena pasien yang di suntik vaksin, yang akhirnya menyebabkan gejala kepala pusing, badan panas mendadak dan menyebabkan sesak nafas dan akhirnya meninggal, itu jawabannya paham kan?
    Bila virus corona itu katanya pandemi? Atau wabah mematikan, harusnya secara akal sehat yang namanya disebut pandemi kematian para korban bukan dan tidak harus di rumah sakit saja tapi juga di rumah-rumah mereka sendiri, itu baru namanya benar disebut 'pandemi'.
    Maka ada himbauan dari IDI sendiri (Ikatan Dokter Indonesia) bila masyarakat atau anggota keluarga yang merasa sakit untuk saat ini jangan bermudah-mudah datang ke rumah sakit, cukup periksakan di poliklinik atau puskesmas terdekat atau dokter pribadi itu lebih aman dalam rangka menghindari kasus-kasus kematian dirumah sakit.
    Virus corona hakekatnya memang itu ADA dan akan selalu ada, bahkan tidak akan hilang akan selalu menyertai kehidupan imun kita, mengapa? Karena virus corona itu nama virus biasa virus tersebut virus lama yang sudah ada sejak nenek moyang kita dulu, jika imun kita drop maka tubuh lemah.
    Karena nama virus corona adalah nama lain nama latin dari nama virus flu atau virus influenza biasa. Jika kita sakit batuk pilek, demam, panas, flu dan sesak itulah yang namanya kena virus corona atau kata lain virus influenza.
    Virus corona adalah virus flu biasa virus jinak tidak mematikan, ini adalah keterangan dan penjelasan dari para dokter yang yang tergabung dalam IDI (Ikatan Dokter Indonesia) resmi yaitu para IDI garis lurus, bukan dokter-dokter yang termakan 'proyek covid' dari WHO, dimana dokter-dokter ini harus menyebarkan opini sesat dari WHO.
    Tidak benar kasus para korban kematian di rumah sakit itu diakibatkan kematian karena virus corona, itu TIDAK BENAR alias PEMBODOHAN.
    Kami dari IDI lebih paham tentang diagnosa medis, maka cukup akhiri SANDIWARA hari ini..!
    Istilah OTG (orang tanpa gejala) adalah istilah baru sekarang muncul. Ini ibarat istilah yang diada-adakan atau 'ibaratmya 'bid'ah'.
    Istilah OTG dimunculkan dalam rangka untuk menguatkan kampanye propaganda isu pandemi ini.
    Istilah OTG (orang tanpa gejala) itu sendiri menyalahi konsep dasar ilmu kedokteran katanya IDI. Karena..
    Pertama, seseorang yang aslinya sehat mudah sekali akan diklaim sakit dan dipaksa harus sakit dan harus diopname padahal tidak ada indikasi dirinya sakit.
    Kedua, yang namanya seseorang bisa disebut sakit atau berpenyakit itu HARUS disertai dengan GEJALA, harus adanya indikasi atau GEJALA dan yang paling bisa merasakan gejala (enak atau tidak enak badannya) tersebut adalah dirinya sendiri.
    Jika tidak ada gejala tapi sakit-sakitan itu namanya sakit non medis bukan penyakit medis.
    Ditambah saat Ini WHO menginformsikan Hoax bahwa adanya virus corona 'versi baru' dari Inggris yang jauh lebih mematikan. Lebih-lebih pemerintah ikut termakan propaganda ini bahwa pandemi covid ini akan berlangsung lama bahkan sampai 5 tahun kedepan? Masa wabah atau 'tho'un sampai bertahun-tahun?
    Kalau seperti itu informasinya maka kita semakin bertambah YAKIN bahwa Pandemi Covid19 selama ini yang digembar gemborkan memang benar-benar isu bukan real wabah atau pandemi !
    Apakah masyarakat dunia tidak paham sebenarnya siapa para petinggi yang mengontrol dibalik WHO sekarang? Salah satu komisaris tertingginya WHO adalah anaknya Xi Jinping (presiden China).
    WHO sudah tidak independen lagi tidak dikuasai penuh oleh PBB tapi dikuasai oleh EG (Elite Global) yaitu gerakan dunia baru yang konsorsiumnya utamanya adalah China komunis dan zionis Yahudi (Israel).
    AS, eropa dan Jepang saja kewalahan tidak bisa melawan kekuatan EG tersebut.
    'Pandemi Covid19' adalah suatu 'program' menghancurkan pasar global ekonomi seluruh dunia dampaknya sampai kepada kehidupan sosial ekonomi.
    Rakyat kita yang sudah jatuh tambah jatuh karena termakan tersugesti tidak benar dalam memahami covid.
    Sugesti sesat terhadap pandemi telah ditanamkan begitu kuatnya hingga mengalahkan akal sehat dan logika manusia itu sendiri.
    Memang EG berhasil telah ciptakan ketakutan manusia secara global di seluruh dunia tentang adanya isu pandemi covid19.
    Ini adalah KEBERHASILAN luar biasa bagi konspirasi EG yang telah menguasai WHO dalam melakukan propaganda dengan isu pandemi (wabah) yang berhasil mengelabui seluruh manusia dan mengacaukan dunia, inilah perang melalui teknologi medis.
    Mari kita ikuti langkah-langkah himbauan dari komunitas IDI sendiri saja yaitu :
    1. Silahkan pakai masker atau tidak, tapi lebih baik pakai saat berkendaraan atau tempat yang padat karena untuk menghindari berbagai debu, kuman-kuman dan virus apapun.
    2. Jangan pakai masker saat berpidato, berbicara lama karena itu bentuk salah kaprah dan prilaku bodoh karena justeru sangat tidak sehat, saat berbicara itu pasti mengeluarkan volume CO2 (racun karbondioksida) lebih besar daripada volume saat kita bernafas biasa menghirup O2 udara.
    Apa jadinya bila ditutup rapat maka racu
    dr.Yusrita Ikatan Dokter Indonesi

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya tulisan yang diklaim berasal dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berisi pernyataan bahwa pandemi, tidak ada Covid-19 dan virus mematikan hanyalah bentuk pembodohan dan pengelabuan global adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, bukan tulisan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut postingan dan pesan berantai yang beredar tidak benar.

    “Pesan berantai dan postingan itu hoaks. IDI tidak pernah mengeluarkan rilis seperti itu,” ujar Dr. Adib saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com, Senin (22/3/2021).

    Ia juga meminta masyarakat agar tidak langsung percaya dengan postingan atau pesan berantai terkait pandemi virus corona covid-19. “Kami mengimbau masyarakat mencari informasi ke sumber resmi melalui rilis-rilis resmi dari Organisasi Kesehatan yang ada,” ujarnya menegaskan.

    Bantahan yang sama juga disampaikan dr. Seno Purnomo. Dia menyatakan pesan berantai atau postingan itu sudah beredar lama. “Hoaks itu sudah lama tapi memang konten yang ada terus ditambahkan. Pertama kali beredar hoak itu pada pertengahan 2020,” ujar dr. Seno yang juga Ketua BHP2A IDI Jakarta Pusat saat dihubungi Senin (22/3/2021).

    Sementara itu, Tim CekFakta Tempo melakukan pemeriksaan fakta terkait beberapa klaim yang ada di tulisan tersebut. Dilansir dari Tempo.co, berikut beberapa hasil penelusuran Tempo:

    Klaim 1: Tidak ada satu pun warga Swedia, Korea Utara, Chechnya, dan Tajikistan yang terkena Covid-19

    Fakta: Dilansir dari Worldometers, hingga 23 Maret 2021, Swedia telah mencatatkan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 744.272 orang dengan kematian 13.262 orang. Di Tajikistan, sebanyak 13.308 orang telah terinfeksi Covid-19 dan 90 orang di antaranya meninggal dunia.

    Terkait kasus Covid-19 di Chechnya, sebuah wilayah berbentuk republik di Rusia, data terakhir yang berhasil ditemukan adalah data pada Mei 2020 silam yang dimuat oleh The New York Times. Ketika itu, Chechnya melaporkan 1.046 kasus dengan 11 kematian.

    Sementara data kasus Covid-19 di Korea Utara tidak tersedia secara terbuka.

    ===========

    Klaim 2: Bila Covid-19 termasuk pandemi, seharusnya orang-orang sudah banyak yang mati bergelimpangan

    Fakta: Pandemi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Menurut definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia.

    Dari pengertian tersebut, pandemi bukan ditunjukkan dari banyaknya orang yang mati bergelimpangan. Covid-19 dikategorikan sebagai pandemi karena, hingga saat ini, penyakit itu telah menyebar ke sebagian besar negara, dengan total kasus Covid-19 mencapai 124.326.764 orang dan jumlah kematian lebih dari 2,7 juta orang.

    ===========

    Klaim 3: Orang positif Covid-19 yang berada di rumah lebih aman ketimbang yang berada di rumah sakit, risikonya antara hidup dan mati.

    Fakta: Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, penanganan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dilakukan berdasarkan gejalanya. Pasien yang tidak bergejala akan diimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah atau di rumah sakit darurat. Bagi pasien dengan gejala berat, mereka akan diisolasi di rumah sakit atau rumah sakit rujukan.

    Menurut epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, yang dikutip dari CNN Indonesia, jumlah kematian akibat Covid-19 yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh terlambatnya pemberian penanganan. Hal itu dipicu oleh faktor ketidaksiapan sistem kesehatan Indonesia untuk menangani pasien dengan gejala sedang hingga berat.

    ===========

    Klaim 4: Virus Corona Covid-19 adalah virus flu biasa

    Fakta: Dilansir dari kantor berita Reuters, yang mengutip The Stanford Children’s Health, virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, belum pernah teridentifikasi sebelumnya. SARS-CoV-2 tidak sama dengan virus Corona yang umumnya beredar di antara manusia dan menyebabkan penyakit ringan, seperti flu biasa. Meskipun termasuk dalam keluarga virus Corona, SARS-CoV-2 adalah virus baru yang menyerang manusia.

    Flu biasa memiliki gejala pilek dan sakit tenggorokan yang umumnya ringan dan berlangsung antara 1-2 minggu. Sedangkan Covid-19 memiliki gejala kesulitan bernafas, demam, dan batuk kering. Beberapa pasien mengalami pneumonia dan memerlukan rawat inap. Jika pneumonia bertambah parah, bisa berakibat fatal.

    ===========

    Klaim 5: WHO sudah tidak independen lagi, konsorsium utamanya adalah China komunis dan zionis Yahudi (Israel). Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang saja kewalahan tidak bisa melawan kekuatan elite global tersebut.

    Fakta: WHO berdiri pada 7 April 1948. Saat ini, WHO bekerja bersama 194 negara anggota. WHO memiliki lebih dari 7 ribu karyawan di 150 kantor negara, enam kantor regional, dan satu kantor pusat di Jenewa, Swiss. Majelis Kesehatan Dunia dihadiri oleh delegasi dari semua negara anggota, dan menentukan kebijakan WHO. Sementara Dewan Eksekutif WHO terdiri dari anggota yang secara teknis memenuhi syarat di bidang kesehatan, dan memberikan efek terhadap keputusan dan kebijakan Majelis Kesehatan.

    Kesimpulan

    BUKAN tulisan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut postingan dan pesan berantai yang beredar tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6577) [SALAH] Tentara Angkatan Laut Australia Mengalami Efek Samping Parah setelah Divaksin Covid-19

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 23/03/2021

    Berita

    [diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia]

    “Hanya menginformasikan…”

    NARASI DALAM GAMBAR:

    [diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia]

    “BREAKING: Kapal perang HMAS Sydney berhenti beroperasi karena sekitar 80% tentara yang bertugas mengalami efek samping yang parah setelah mengikuti vaksinasi Covid-19. Efek sampingnya sama dengan yang dialami oleh Greg Hunt setelah ia divaksinasi.
    Kini, delapan orang tentara berada dalam ICU dan doa kami beserta dengan mereka di kondisi penuh ketidakpastian ini.”

    Hasil Cek Fakta

    Pengguna Facebook dengan nama pengguna Kym Hart mengunggah sebuah foto hasil tangkapan layar (18/3) yang menyatakan bahwa 80% tentara Angkatan Laut Australia yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney tengah mengalami efek samping parah setelah divaksin Covid-19. Unggahan tersebut juga menyatakan bahwa delapan orang dari 80% tentara tersebut tengah dirawat di ICU.

    Kementerian Pertahanan Australia, melalui pernyataan yang diunggah di situs resminya, menegaskan bahwa seluruh tentara Angkatan Laut Australia yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney hanya mengalami efek samping ringan hingga menengah yang tidak membutuhkan perawatan medis. Kementerian Pertahanan Australia juga menyatakan bahwa kapal perang HMAS Sydney telah berlayar menuju Amerika Serikat pada 11 Maret 2021 waktu setempat dengan anggota kru lengkap.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook dengan nama pengguna Kym Hart tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Kementerian Pertahanan Australia menyatakan bahwa seluruh tentara Angkatan Laut Australia yang bertugas di kapal perang HMAS Sydney hanya mengalami efek samping ringan hingga menengah yang tidak membutuhkan perawatan medis.

    = = = = =

    Rujukan