• (GFD-2020-8250) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Warga Wuhan yang Bergelimpangan Karena Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 31/08/2020

    Berita


    Gambar yang berisi empat foto yang memperlihatkan orang-orang yang bergelimpangan di jalanan beredar di media sosial. Dalam dua foto, terlihat sejumlah orang yang mengenakan alat pelindung diri (APD). Foto-foto itu diklaim sebagai foto warga Wuhan, Cina, yang bergelimpangan karena terkena Covid-19.
    Dalam gambar itu, terdapat pula narasi yang berbunyi: "Masih ingat kejadian ini di Wuhan di mana orang dikabarkan jatuh bergelimpangan karena Covid. Ingat mereka semua juga memakai masker. Lucunya lagi, sampai sekarang, tidak pernah ada kejadian seperti ini lagi di mana orang-orang jatuh bergelimpangan karena Covid. Lebih anehnya lagi, sulit menemukan video-video ini di internet."
    Di Facebook, gambar beserta narasi itu dibagikan salah satunya oleh akun Gede Bella Dharma Satya, yakni pada 27 Agustus 2020. Akun ini pun menuliskan narasi, "Kalian masih yakin ini siklus alam." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 150 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Gede Bella Dharma Satya.
    Artikel ini akan berisi pemeriksaan terhadap dua hal:

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, empat foto tersebut diambil di berbagai wilayah di Cina pada Januari 2020 ketika virus Corona baru penyebab Covid-19 merebak di sana. Namun, tidak diketahui secara pasti penyebab orang-orang itu tergeletak di jalan. Dengan demikian, klaim-klaim yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan Covid-19 tidak memiliki bukti. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli epidemiologi menyatakan Covid-19 tidak menyebabkan kematian mendadak.
    Meskipun begitu, beberapa kemungkinan bisa terjadi mengingat Covid-19 adalah hal yang baru. Hal ini berpengaruh terhadap terlambatnya pendeteksian yang menyebabkan gejala Covid-19 tidak disadari oleh warga. Kemungkinan lain, jumlah rumah sakit di Wuhan kurang sehingga tidak mampu menampung lonjakan pasien.
    Untuk memeriksa klaim dalam unggahan Gede Bella Dharma Satya, Tempo mula-mula memeriksa empat foto dalam unggahan itu. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto tersebut beredar di media sosial dan dimuat di media kredibel pada akhir Januari 2020. Namun, mereka tidak memberikan informasi yang jelas terkait penyebab tergeletaknya orang-orang dalam foto tersebut. Berikut ini penjelasan terkait foto-foto itu:

    Foto ini diambil oleh fotografer kantor berita Prancis Agence France-Presse (AFP) dan pernah dimuat oleh media Inggris, The Guardian, pada 31 Januari 2020. Menurut The Guardian, foto itu memperlihatkan tenaga medis dengan APD yang tengah memeriksa tubuh seorang pria yang pingsan dan meninggal di jalanan di Wuhan pada 30 Januari 2020. Jurnalis AFP melihat jenazah yang tergeletak di depan toko itu sebelum dibawa oleh ambulans dan petugas. AFP tidak dapat memastikan bagaimana pria yang berusia sekitar 60-an tahun itu meninggal. AFP sudah menghubungi polisi dan pejabat kesehatan setempat, namun tidak mendapatkan rincian kasusnya.
    Sumber: The Guardian
    ***

    Foto orang yang tergeletak di sebuah pusat perbelanjaan ini beredar di media sosial pada 28 Januari 2020. Salah satu akun Twitter yang mengunggah foto itu menyebut peristiwa ini terjadi Mal Dongdaruifa di Yangzhou, Jiangsu, Cina. Namun, situs IB Times Singapura menyebut peristiwa dalam foto itu terjadi di Wuhan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengapa orang tersebut tergeletak di lantai.
    Sumber: Twitter dan IB Times
    ***

    Foto yang identik pernah dipublikasikan oleh situs IB Times Singapura pada 26 Januari 2020, bersama foto dan video lain yang menunjukkan orang-orang yang menggunakan masker tiba-tiba jatuh ke lantai. IB Times menulis bahwa tidak jelas kapan dan di mana video itu direkam. Keasliannya tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun, pengguna media sosial mengklaim bahwa video tersebut memang diambil di Wuhan dan beberapa di antaranya direkam pada hari-hari awal wabah virus Corona baru penyebab Covid-19.
    Sumber: IB Times
    ***

    Media Inggris, The Sun, pernah mempublikasikan foto ini pada 31 Januari 2020. The Sun memberikan penjelasan bahwa pria dalam foto tersebut adalah seorang korban yang tewas di jalan setelah jatuh dan kepalanya pecah. Tidak ada penjelasan apakah kematian pria dalam foto ini akibat Covid-19 atau penyebab lain seperti kecelakaan.
    Sumber: The Sun
    ***
    Ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, menjelaskan belum ada informasi yang akurat untuk menjelaskan penyebab dari peristiwa dalam foto-foto tersebut. Pasalnya, di banyak negara, kondisi tersebut tidak terjadi. Menurut dia, Covid-19 tidak mungkin menyebabkan kematian mendadak. “Menurut saya, mungkin kondisi mereka sangat lemah sehingga membutuhkan berbaring, bukan meninggal,” kata kata Masdalina saat dihubungi pada 28 Agustus 2020.
    Menurut Masdalina, kemungkinan lainnya adalah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Wuhan yang menyebabkan rumah sakit setempat tidak bisa menampung pasien. Perlu diketahui, dilansir dari Detik.com, Cina baru membangun rumah sakit darurat untuk menampung pasien Covid-19 pada 23 Januari 2020 dan baru menerima pasien yang terkena virus Corona baru tersebut pada 3 Februari 2020. Rumah sakit itu berkapasitas 1.000 ranjang.
    Ahli epidemiologi sekaligus kandidat doktor di Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan kasus kematian seperti dalam foto-foto tersebut bisa saja terjadi karena adanya keterlambatan deteksi. Apalagi, saat itu, respons terhadap wabah Covid-19 belum sebaik saat ini. “Sangat wajar terjadi karena saat itu, baik pemerintah dan masyarakat Wuhan, masih belum tahu pasti penyakit apa yang mewabah. Respons belum sebaik sekarang,” kata Dicky saat dihubungi pada 28 Agustus 2020. Selain itu, bisa saja ada faktor pemberat seperti usia atau penyakit penyerta, seperti penyakit jantung dan paru-paru.
    Organisasi pemeriksa fakta Amerika Serikat, Snopes, pun pernah menyatakan klaim bahwa tergeletaknya orang-orang itu terkait Covid-19 belum terbukti. Snopes mewawancarai WHO yang menyatakan bahwa seseorang yang jatuh secara tiba-tiba merupakan fenomena tidak biasa pada mereka yang terinfeksi Covid-19.
    “WHO menjelaskan, virus Corona adalah penyakit pernapasan dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Seorang pejabat WHO juga memberi tahu kami bahwa ambruk mendadak menjadi hal yang tidak biasa dalam kasus ini. Meskipun kami belum bisa secara pasti menentukan apa yang ditampilkan oleh video-video ini, tampaknya tidak mungkin orang-orang itu pingsan di jalan karena virus Corona,” demikian penjelasan Snopes dalam artikelnya pada 30 Januari 2020.
    Meskipun tidak ada informasi yang jelas mengenai adanya orang-orang yang berjatuhan karena Covid-19 di negara-negara selain Cina, bukan berarti Covid-19 hanya omong kosong. Dikutip dari World0meters per 28 Agustus 2020, Covid-19 telah menginfeksi 24.680.988 orang di seluruh dunia dengan 836.744 kasus meninggal. Sementara kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 165.887 kasus dengan 7.169 kasus meninggal.
    Klaim foto-foto itu tidak ada di internet keliru
    Video-video yang merekam tergeletaknya sejumlah orang di jalanan Cina masih bisa ditemui dengan mudah di internet. Video-video itu berupa kiriman dari warganet atau rekaman CCTV. Ada pula kolase foto dari para fotografer media. Video dan foto orang-orang yang terjatuh yang diklaim diambil di Wuhan ketika wabah Covid-19 bermula bisa dilihat di berbagai situs media di bawah ini:

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa orang-orang dalam empat foto di atas adalah warga Wuhan yang bergelimpangan karena terkena Covid-19, tidak terbukti. Tidak ada penjelasan yang akurat mengenai penyebab ambruknya orang-orang itu di jalanan. WHO dan ahli epidemiologi menyebut ambruknya seseorang secara tiba-tiba merupakan fenomena yang tidak biasa terjadi dalam kasus Covid-19. Hingga saat ini, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 24 juta orang di dunia dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 836 ribu orang. Tingginya jumlah kasus dan kematian ini menunjukkan bahwa Covid-19 bukan omong kosong. Covid-19 merupakan persoalan kesehatan global pada tahun ini.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8249) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Sosok Malaikat di Antara Jemaah Masjid Nabawi?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/08/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan sejumlah pria Arab yang duduk bergerombol di suatu tempat beredar di media sosial. Di tengah belasan pria itu, ada seseorang yang tampak memancarkan cahaya dan dilingkari hijau. Foto tersebut diklaim menunjukkan penampakan malaikat di antara para jemaah Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
    "Subehanallah penampakan malaikat di antara orang2 sholat di masjid nabawi,masya allah. semoga yg bagikan ini berikan reseki, umur panjang,dan terhindar dari segala musibah.. amin. komen jika kalian baik hati," demikian narasi yang terdapat di bagian atas dan bawah foto itu.
    Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Virus Corona, yakni pada 26 Agustus 2020. Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah dibagikan lebih dari 350 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Virus Corona.
    Apa benar foto tersebut menunjukkan penampakan malaikat di antara jemaah Masjid Nabawi, Arab Saudi?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolSource, Google, dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu telah beredar di internet sejak 2012. Foto tersebut merupakan gambar tangkapan layar video siaran langsung salat berjamaah yang digelar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, pada 2012. Namun, seseorang yang terlihat bercahaya dalam video itu bukanlah penampakan malaikat.
    Di YoTube, video salat berjamaah di Masjid Nabawi tersebut pernah diunggah oleh kanal Agbny Arab pada 10 Desember 2012 dengan judul dalam bahasa Arab yang jika diterjemahkan berbunyi “Seseorang bersinar terang di Masjid Nabawi dan administrasi Haram mengkonfirmasi kebenarannya”. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa seseorang yang bercahaya itu terekam pada menit 14:30.
    Namun, dilansir dari situs media Uni Emirat Arab, Al Bayan, Kepresidenan Masjid Nabawi menyatakan bahwa apa yang beredar di media sosial, yang memperlihatkan pantauan kamera Masjid Nabawi saat mendokumentasikan salat Jumat dan merekam seseorang yang bersinar, hanyalah montase.
    Direktur Humas Kepresidenan Masjid Nabawi Syekh Abdul Wahid Al-Hattab mengatakan, “Kami tidak melihat apa-apa, tapi kami mendengar apa yang beredar di media sosial dan YouTube tentang apa yang dikatakan terjadi saat salat Jumat kemarin. Apa yang terjadi hanya permainan montase, tidak kurang atau lebih."
    Direktur Madinah TV Center, Saad Al-Awfi, juga menyatakan bahwa yang terlihat dalam rekaman tersebut hanyalah cahaya yang terpantul dari orang itu, kemudian tertangkap kamera Masjid Nabawi. Adapun Syekh Ghazi Al-Mutairi, profesor dari Universitas Islam Madinah, mengingatkan agar publik tidak terburu-buru mengeluarkan opini yang abstrak tentang insiden fotografi ini.
    Situs Rzma.com pun menunjukkan gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan pria yang sama dengan yang diklaim sebagai "malaikat". Situs ini menemukan, sekitar 10 menit sebelum rekaman menampakkan seseorang yang bersinar itu, kamera menyorot tempat yang sama. Ketika itu, pria tersebut tidak terkena cahaya matahari. Kondisi di luar Masjid Nabawi saat itu memang sangat cerah.
    Gambar tangkapan layar cuplikan yang memperlihatkan pria yang sama dengan pria yang diklaim bercahaya (kiri) dan gambar tangkapan layar cuplikan yang merekam pria lain dengan tangan yang terlihat bercahaya (kanan). Sumber: Rzma.com
    Situs ini juga memperlihatkan cuplikan lain dari cahaya matahari yang menyinari bagian tertentu dari seorang pria lain. Dalam gambar tangkapan layar cuplikan itu, terlihat bahwa bagian tangan seorang pria berbaju biru bersinar karena terkena cahaya matahari yang menerobos celah di antara payung raksasa Masjid Nabawi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas menunjukkan penampakan malaikat di antara jemaah Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, keliru. Seseorang yang terlihat bercahaya dalam foto itu merupakan salah satu jemaah yang tubuhnya terkena sinar matahari ketika terekam kamera Masjid Nabawi.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8248) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Bendera Tauhid yang Berkibar di Surabaya pada 1935?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/08/2020

    Berita


    Foto hitam-putih yang memperlihatkan puluhan pria sedang berjejer di depan sebuah gedung sembari membawa bendera dengan tulisan Arab beredar di media sosial. Bendera itu disebut sebagai bendera tauhid. Foto itu pun diklaim sebagai foto pada 1935 yang diambil di Surabaya, Jawa Timur.
    Dalam foto itu, terdapat tulisan yang berbunyi "Bendera tauhid telah berkibar di Indonesia sejak 1935". Di bawah foto tersebut, ada pula sebuah paragraf yang isinya sebagai berikut:
    "Jika ada yang berkata bahwa bendera Tauhid itu bendera HTI, sebaiknya belajar sejarah lagi. Ini adalah foto lama tahun 1935 di depan Madrasah Al-Irsyad Surabaya. Silakan diperhatikan, bendera Tauhid dibentangkan di foto ini. Al-Irsyad Surabaya sendiri didirikan tahun 1919, jadi sudah lebih dulu ada sebelum NU, Banser apalagi HTI yang baru berdiri di Indonesia sekitar tahun 1980-an."
    Di Facebook, foto beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun Hamzah Johan Albatahany, yakni pada 23 Agustus 2020. Akun ini pun menulis, "Kita harus faham dan dapat membedakan mana bendera tauid dan bendera HTI agar kita tidak membenci bendera tauhid." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan sebanyak 150 kali.
    Foto dengan klaim itu pun pernah dibagikan oleh akun Twitter @JackMar39_PaSid pada 27 Juli 2019. Unggahan itu mendapatkan lebih dari 300 retweet dan 500 likes.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hamzah Johan Albatahany.
    Apa benar foto tersebut adalah foto bendera tauhid yang berkibar di Surabaya pada 1935?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto itu memang diambil di Madrasah Al-Irsyad Surabaya pada 1935. Namun, bendera dalam foto itu bukanlah bendera tauhid, melainkan bendera Kerajaan Arab Saudi. Bendera itu sengaja dibentangkan ketika berpose untuk foto tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap berdirinya pemerintahan Kerajaan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Raja Abdul Aziz Al Saud pada 1932.
    Untuk memverifikasi klaim dalam unggahan akun Hamzah Johan Albatahany, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu pernah dimuat oleh situs Perpusataan Online Al-Irsyad, situs yang dibuat oleh Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor, pada 30 Maret 2015.
    Foto itu terdapat dalam artikel yang berjudul "Al-Irsyad Surabaya Berdiri 1919". Dalam keterangan foto tersebut, disebutkan bahwa foto itu diambil di Madrasah Al-Irsyad Surabaya pada 1935. Tidak terdapat penjelasan bahwa bendera dalam foto itu adalah bendera tauhid.
    Penjelasan yang lebih rinci diberikan oleh Ketua Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor, Abdullah Abubakar Batarfie, di situs pribadinya pada 25 Oktober 2018. Ketika itu, telah ramai isu bahwa bendera dalam foto itu merupakan bendera tauhid yang sudah berkibar di Madrasah Al-Irsyad Surabaya sejak 1935.
    Abdullah menegaskan bahwa bendera yang disebut-sebut sebagai panji tauhid itu adalah bendera Kerajaan Arab Saudi. "Bendera Kerajaan Arab Saudi yang sengaja dibentangkan dalam pose foto bersama para pemuka dan Pemuda Al-Irsyad Surabaya sebagai bentuk dukungannya terhadap berdirinya pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia di bawah kepemimpinan King Abdul Aziz Al Saud," ujar Abdullah.
    Penjelasan terkait foto itu juga pernah ditulis oleh Ketua Lazis Yamas Surabaya, Washil Bahalwan, di blog pribadinya. Washil merupakan saudara dari Abdurrahman Bahalwan dan Ahmad Bahalwan, pionir pengajar di Madrasah Al-Irsyad Surabaya.
    Washil menuturkan bahwa foto tersebut diambil di sekolah Al-Irsyad Surabaya pada 1935. Dalam foto itu, terlihat para pengurus yayasan, dewan guru, dan pandu bersama tamu-tamu dari Arab Saudi. "Nampak Ketua Yayasan Al-Irsyad Surabaya, Rubaya Bin Thalib (berserban dan berjenggot putih), empat baris dari kanan)," kata Washil.
    Dilansir dari artikel di BBC Indonesia pada 8 November 2018, pengamat politik Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Rumadi Ahmad, menuturkan bahwa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid tidak sekadar bermakna kalimat tauhid, tapi merupakan simbol yang mewakili ideologi tertentu.
    "Bahkan, bendera Saudi sendiri kan tulisannya sama, warnanya saja yang beda. Tapi kenapa Saudi mempersoalkan bendera model HTI seperti itu? Karena Saudi tahu bahwa, di balik bendera itu, meskipun tulisannya sama-sama laa ilaaha illallah, tapi di balik simbol itu ada ideologi yang berbeda dan bahkan menjadi musuh pemerintah Saudi," ujar Rumadi.
    Kalimat "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah" memang dipakai dalam beberapa bendera. Selain Arab Saudi, Afghanistan pun memasukkan kalimat ini dalam benderanya. ISIS juga memakai bendera hitam dengan tulisan "laa ilaaha illallah", dengan bentuk tulisan yang berbeda dengan bendera Hizbut Tahrir maupun bendera Arab Saudi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto bendera tauhid yang berkibar di Surabaya pada 1935, keliru. Bendera itu merupakan bendera Arab Saudi yang dibentangkan di Madrasah Al-Irsyad Surabaya pada 1935 saat berfoto bersama para tamu dari Arab Saudi. Bendera itu sengaja dibentangkan sebagai bentuk dukungan terhadap berdirinya pemerintahan Kerajaan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Raja Abdul Aziz Al Saud pada 1932.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8247) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Eksodus Rakyat Suriah Ketika Terjadi Perang Saudara di Negaranya?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/08/2020

    Berita


    Foto yang diklaim sebagai foto eksodus rakyat Suriah ketika terjadi perang saudara di negaranya beredar di Facebook. Dalam foto itu, terlihat ribuan orang yang memenuhi sebuah gang yang diapit gedung-gedung yang telah hancur. Para wanita dalam foto tersebut tampak mengenakan jilbab.
    Akun yang membagikan foto dengan narasi itu adalah akun KataKita, yakni pada 26 Agustus 2020. Akun ini pun menulis, "MEREKA HANCUR KARENA TAK ADA CINTA TANAH AIR. sejenak kita merenung... Ini bukannlah gambar cuplikan sebuah Film garapan Sutradara Hollywood,, Tetapi ini adalah eksodus besar besaran rakyat Suriah ketika perang saudara berkecamuk dinegara itu."
    Menurut narasi yang ditulis akun tersebut, perang saudara itu terjadi akibat krisis ideologi dan pemaksakan suatu paham yang bertentangan dengan paham yang telah ada sebelumnya. Padahal, mereka adalah bangsa multi agama. "Jangan sampai hal yang sama terjadi pada bangsa kita yang multi kultural, dengan ras, budaya dan agama yang beragam ini.."
    Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah disukai lebih dari 5 ribu kali, dikomentari lebih dari 500 kali, dan dibagikan sebanyak 592 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook KataKita.
    Namun, apa benar foto tersebut merupakan foto eksodus rakyat Suriah ketika terjadi perang saudara di negaranya?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto di atas dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut bukanlah foto eksodus warga Suriah, melainkan foto pengungsi Palestina di kamp Yarmouk, Damaskus, Suriah.
    Foto itu adalah foto dokumentasi United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) di kamp Yarmouk pada Januari 2014. Kamp Yarmouk kerap disebut sebagai rumah bagi komunitas pengungsi Palestina terbesar di Suriah.
    Situs resmi UNRWA memuat foto itu pada 26 Februari dalam artikel pendek yang berjudul "Pagi di Yarmouk". Selain foto itu, dalam artikel tersebut, ada pula 12 foto lainnya yang juga diambil dari lokasi yang sama. Foto itu sendiri diberi keterangan "Warga Yarmouk berkumpul menunggu pembagian makanan dari UNRWA pada Januari 2014".
    Gambar tangkapan layar artikel pendek di situs resmi UNRWA.
    Foto tersebut juga pernah dimuat oleh situs media The Washington Post pada 27 Februari 2014 dalam artikelnya yang berjudul "Foto dari Suriah ini mengerikan, tapi apakah melihatnya mengubah sesuatu?". Dalam keterangan fotonya, disebutkan bahwa foto tersebut diambil pada 31 Januari 2014.
    Foto itu memperlihatkan penduduk kamp Palestina di Yarmouk, Damaskus, yang sedang mengantri untuk menerima persediaan makanan. Seorang pejabat PBB menyerukan bahwa para pihak yang bertikai di Suriah mesti mengizinkan petugas untuk tetap mendistribusikan makanan dan obat-obatan di kamp tersebut. Seruan itu muncul setelah Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mendesak pemerintah Suriah untuk mengizinkan lebih banyak pekerja kemanusiaan bertugas di negaranya, yang hancur akibat konflik yang berlangsung bertahun-tahun.
    Situs media The Guardian pun pernah memuat foto itu dalam artikelnya yang berjudul "Antrean makanan di kamp Yarmouk Suriah menunjukkan keputusasaan para pengungsi" pada 26 Februari 2014. Menurut laporan The Guardian, kerumunan warga Palestina yang terlihat dalam foto itu tengah menunggu bantuan di kamp Yarmouk, Damaskus, yang telah diblokade selama berbulan-bulan.
    Ketika itu, kamp pengungsi Palestina tersebut hancur akibat perang di Damaskus. Foto tersebut menunjukkan pemandangan ketika ribuan orang Palestina yang putus asa dan terperangkap di dalam kamp di tepi ibu kota Suriah itu mengepung petugas yang sedang mendistribusikan paket makanan.
    Lebih dari 18 ribu penghuni kamp Yarmouk berada di bawah blokade. Mereka kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Sebagian besar area kamp telah hancur akibat penembakan, dan upaya untuk mengirimkan bantuan kepada penghuni kamp terhambat oleh pertempuran yang berkelanjutan dalam perang saudara Suriah yang telah berlangsung bertahun-tahun.
    Para petugas PBB pun mengirimkan sekitar 7 ribu paket makanan selama beberapa pekan terakhir, menyusul negosiasi antara pemerintah Suriah, pasukan pemberontak, dan faksi Palestina di kamp Yarmouk. Pengiriman terakhir, sebanyak 450 paket, dilakukan pada 26 Februari 2014. PBB menyatakan bahwa bantuan itu ibarat "setetes air di lautan".

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas merupakan foto eksodus rakyat Suriah ketika terjadi perang saudara di negaranya, keliru. Foto tersebut diambil pada 31 Januari 2014 saat pengungsi Palestina di kamp Yarmouk, Damaskus, Suriah, sedang mengantri untuk menerima bantuan makanan yang sebelumnya terhambat oleh pertempuran yang berkelanjutan di Suriah.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan