• (GFD-2022-9426) [SALAH] St. Louis Arch Menyalakan Lampu Biru dan Kuning Sebagai Bentuk Dukungan kepada Ukraina

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 14/03/2022

    Berita

    (Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia):

    “St. Louis Arch dinyalakan sebagai bentuk solidaritas untuk Ukraina”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Michael McNiff mengunggah foto lengkungan St. Louis atau St. Louis Arch yang terlihat menyala dengan warna biru dan kuning, seperti bendera Ukraina. Foto tersebut diklaim sebagai bentuk dukungan dan solidaritas untuk Ukraina.

    Unggahan tersebut telah dibagikan ulang sebanyak 18,000 kali dan disukai oleh 1,000 orang. Terdapat 300 orang yang juga memberikan komentar.

    Berdasarkan hasil penelurusan, foto tersebut merupakan hasil rekayasa. Pengguna Facebook bernama Sammie Jones yang mengaku tinggal di dekat St. Louis Arch menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat bangunan tersebut menyala. Pernyataan Sammie Jones didukung oleh banyak pengguna Facebook lain yang juga berbicara di kolom komentar.

    Komentar Sammie Jones berbunyi sebagai berikut:
    “I live in Saint Louis and our Arch has never lit up. This is fake, probably photoshopped”.

    Terlebih lagi, portal berita FOX2 News mengunggah artikel dengan judul “Why Gateway Arch in St. Louis won’t be lit up to support Ukraine” yang mengindikasikan bahwa St. Louis Arch belum pernah dan memang tidak akan menyalakan lampu bendera Ukraina.

    Informasi serupa juga pernah dibahas oleh USA Today dengan judul “Fact check: Altered image falsely claims to show St. Louis Arch lit up with colors of Ukrainian flag” dan mengkategorikannya sebagai Altered.

    Dengan demikian, foto yang diunggah oleh Michael McNiff merupakan konten yang dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Evarizma Zahra.

    Informasi yang salah. Foto St. Louis Arch yang menyala dengan bendera Ukraina merupakan hasil rekayasa, dan bangunan tersebut tidak pernah menyala dengan lampu biru dan kuning.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9425) Tidak Terbukti, Laboratorium Senjata Biologi di Ukraina yang Didanai Amerika Serikat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/03/2022

    Berita


    Salah satu akun TikTok pada Sabtu 11 Maret 2022, mengunggah video tentang laboratorium senjata biologi di Ukraina. Video itu diklaim dari Kementerian Pertahanan Rusia berisi rekaman dari udara peledakan sejumlah tempat. 
    Teks dalam video itu berisi narasi, bahwa pasukan Rusia menemukan laboratorium yang digunakan sebagai tempat produksi massal virus-virus mematikan. Pasukan Ukraina berusaha menghancurkan lab tersebut untuk menghilangkan bukti-bukti.
    “Namun karena panik invasi pasukan Rusia terlalu cepat Lab ini ditinggalkan oleh pasukan Rusia,” demikian isi salah satu teks. Pasukan Rusia diklaim menemukan dokumen-dokumen yang tercecer dan isinya lab tersebut didanai oleh Departemen Pertahanan Amerika. “Perintah untuk menghancurkan Lab dan menghilangkan semua bukti-bukti diberikan langsung oleh Pentagon untuk menteri kesehatan Ukraina.”
    Klaim ini beredar di tengah konflik Rusia dan Ukraina yang memanas. Di Tiktok, video ini disukai 162 ribu dan 7 ribu lebih komentar. Video ini juga beredar menjadi pesan berantai di Telegram. 
    Tangkapan layar video dengan klaim keberadaan laboratorium senjata biologi di Ukraina yang didanai Amerika Serikat

    Hasil Cek Fakta


    Tidak ada bukti bahwa laboratorium di Ukraina tersebut memproduksi senjata biologi. Lusinan laboratorium di Ukraina tersebut bekerja untuk meneliti tentang patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit (patogen) dan mereka beroperasi secara terbuka. 
    Dikutip dari Politifact, organisasi pemeriksa fakta di bawah Poynter Institute, ada sejumlah laboratorium di Ukraina yang didukung oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, dan Organisasi Kesehatan Dunia. Tapi laboratorium ini bukan untuk senjata biologi, melainkan laboratorium yang bekerja untuk meneliti mikrooganisme penyebab penyakit (patogen), termasuk yang menyebabkan antraks, wabah, dan demam berdarah pada manusia. Mereka juga mempelajari virus yang menyerang burung dan babi.
    Laboratorium semacam itu tidak lantas membuat mereka memiliki fasilitas senjata biologi. Hampir setiap negara memiliki laboratorium untuk menangani ancaman mikroba penyebab penyakit, dan beberapa di antaranya sangat mematikan.
    Departemen Pertahanan AS mengatakan pada 11 Maret bahwa ketika serangan Rusia dimulai, "Kementerian Kesehatan Ukraina secara bertanggung jawab memerintahkan pembuangan sampel yang aman dan terjamin. Tindakan ini membatasi bahaya pelepasan patogen yang tidak disengaja jika laboratorium diserang oleh militer Rusia."
    Lab di tempat terbuka
    Laboratorium tersebut tidak bekerja secara rahasia. Kelompok Kerja Kemitraan Global, sebuah badan multilateral, mencantumkan lembaga dan lembaga domestik yang menjalankan laboratorium ini dalam laporan tahunannya. Amerika Serikat sendiri mendukung laboratorium di lebih dari 20 negara. Setidaknya selama dua tahun, Kedutaan Besar AS di Ukraina memiliki laman di situs webnya yang menjelaskan peran AS dalam fasilitas ini. Halaman itu tetap aktif, dan memiliki rincian tentang 13 fasilitas utama tempat penelitian berlangsung. Ada laboratorium lain yang lebih kecil yang hanya mengidentifikasi patogen.
    Website yang menjelaskan soal dukungan Amerika Serikat untuk laboratorium di Ukraina bisa dibaca di tautan ini: 
    https://ua.usembassy.gov/embassy/kyiv/sections-offices/defense-threat-reduction-office/biological-threat-reduction-program/  
    Departemen Pertahanan Amerika mengatakan dalam lembar fakta bahwa sejak tahun 2005, telah menghabiskan $200 juta di Ukraina untuk mendukung 46 laboratorium Ukraina, fasilitas kesehatan dan tempat diagnostik. Ia bekerja dengan kementerian dan lembaga kesehatan dan pertanian Ukraina. Organisasi-organisasi tersebut memiliki kontak terbatas dengan militer Ukraina, menyediakan laboratorium diagnostik bergerak jika terjadi keadaan darurat kesehatan masyarakat.
    "Ini semua adalah laboratorium kesehatan masyarakat dan kedokteran hewan," kata Gregory Koblentz, direktur Program Pascasarjana Biodefense di Universitas George Mason. "Tak satu pun dari mereka terlibat dalam perang biologis."
    Sebuah laporan tahun 2012 oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS memasukkan bagian di laboratorium di Ukraina yang menangani mikroba yang berpotensi mematikan. Tiga laboratorium Ukraina dilengkapi untuk bekerja dengan beberapa patogen yang lebih berbahaya seperti antraks, dan, dengan bantuan AS, telah ditingkatkan ke tingkat yang diperlukan untuk menangani penyakit yang ditularkan melalui pernapasan.
    Selain laboratorium yang bekerja untuk mengidentifikasi keberadaan patogen, Ukraina juga memiliki pusat penyimpanan untuk menyimpan sampel patogen asli dan eksotik.
    Penelitian dan persenjataan berbeda
    Apakah laboratorium yang mempelajari patogen dapat digunakan untuk mengubahnya menjadi senjata? Sebagian besar peralatan yang diperlukan mungkin serupa, tetapi program senjata yang sebenarnya membutuhkan lebih banyak.
    “Kenyataannya, program senjata biologis yang sebenarnya memiliki persyaratan tambahan, seperti merumuskan agen untuk dapat diproduksi secara massal dan cukup stabil untuk disimpan dan disebarluaskan,” kata Koblentz.
    Di luar itu, ada masalah sistem produksi dan pengiriman. "Ini bukan kegiatan yang kebanyakan laboratorium kesehatan masyarakat mampu lakukan," katanya. "Mereka dapat mendiagnosis penyakit tetapi tidak melakukan pekerjaan yang lebih maju untuk mengubah patogen menjadi senjata biologis."
    Seperti semua negara kecuali beberapa negara, Ukraina telah menandatangani Konvensi Senjata Biologis tahun 1972, yang melarang pengembangan, produksi, dan kepemilikan senjata biologis. Konvensi tersebut tidak memiliki proses verifikasi independen, meskipun Ukraina telah secara sukarela menyerahkan laporan kepatuhan.
    Program bantuan internasional dan AS menyebabkan lebih banyak pengawasan
    Program Departemen Pertahanan yang bekerja dengan laboratorium di Ukraina dimulai setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Fokus awalnya adalah pada fasilitas senjata biologi dan kimia Rusia. Program militer Soviet mencakup beberapa laboratorium di Ukraina.  Namun tujuan utama Amerika adalah menggunakannya kembali untuk tujuan damai.
    Sejak 2005, melalui Program Pengurangan Ancaman Biologis, AS dan Ukraina telah memiliki kesepakatan untuk meningkatkan laboratorium penelitian biologi negara tersebut.
    "Semua laboratorium telah lama diubah untuk biosurveillance dan pengujian," kata peneliti RAND Daniel Gerstein, yang bertugas di Departemen Keamanan Dalam Negeri di pemerintahan Obama. "Salah satu penyakit yang sekarang menjadi perhatian semua orang di Eropa adalah demam babi Afrika, jadi itu akan menjadi contoh patogen yang mungkin mereka pelajari."
    Konversi laboratorium melibatkan banyak pekerjaan langsung oleh spesialis Amerika, katanya. Keterlibatan itu sedang berlangsung, dan dengan sendirinya bertindak sebagai cara untuk memverifikasi apa yang terjadi di laboratorium. Ukraina telah terbuka untuk spesialis dari AS dan Eropa, kata Hayley Severance, wakil presiden Inisiatif Ancaman Nuklir. Dia menjabat sebagai penasihat untuk
    Selain Politifact, sejumlah media kredibel terkemuka lainnya melaporkan hal serupa. Dikutip dari BBC News, Ukraina memiliki lusinan laboratorium kesehatan masyarakat yang bekerja untuk meneliti dan mengurangi ancaman penyakit berbahaya. Beberapa dari laboratorium ini menerima dukungan keuangan dan lainnya dari AS, Uni Eropa, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) - seperti halnya di banyak negara lain.
    "Tidak ada indikasi bahwa laboratorium Ukraina telah terlibat dalam aktivitas jahat, atau penelitian atau pengembangan yang bertentangan dengan Konvensi Senjata Biologis," kata Filippa Lentzos, pakar biosekuriti di King's College London.
    Dia menambahkan bahwa patogen yang disimpan di laboratorium biologi hanyalah bakteri dan virus, dan "bukan cetak biru atau komponen senjata biologis". "Alasan mereka disimpan di fasilitas yang aman adalah untuk keamanan hayati, sehingga orang tidak membuat diri mereka sakit dengan mendapatkan akses ke sana."
    Laporan serupa lain juga bisa dibaca situs media Aljazeera dan Washing ton Post. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan narasi dengan klaim Amerika Serikat mendanai laboratorium senjata biologi di Ukraina adalah tidak terbukti. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2022-9424) [SALAH]: Pria Asal Solo Meninggal Dunia Akibat Memakan Kangkung Berisi Lintah

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 14/03/2022

    Berita

    🔴
    🔴
    INFO PENTING

    🔴
    🔴
    KANGKUNG YANG MEMATIKAN
    HATI2 MEMASAK KANGKUNG”
    Diharuskan bila Anda memasak Kangkung, harap belah Batangnya !!
    Di Klinik yg terkenal di Yogya, semua Dokter kebingungan karena ada seorang Pemuda asal SOLO bernama Rifai yang menderita sakit Perut. Pemuda itu dbawa ke Klinik oleh Ortunya setelah 2 hari menderita DIARE. Sudah bermacam Obat sakit perut yg diberikan kepada Pemuda itu, namun DIARE tidak kunjung sembuh.
    Kemudian Ortu pemuda tersebut ditanya oleh Dokter, “Makanan apa yg di makan oleh pemuda tsb selama 2 hari ini?” Ortu anak itu kebingungan, krn sejak anaknya DIARE, pemuda tsb tak mau makan, dia hanya minum susu putih, itu pun muntah.
    Setelah diperiksa, ternyata sebelum menderita DIARE, Pemuda itu makan Kangkung Tumis di Restoran bersama Ortunya. Dokter segera melakukan Rongent, ternyata dlm Usus Rifai telah berkembang Biak LINTAH dgn Anaknya yg Kecil2.
    Dokter menyerah dan Menyatakan tdk sanggup mengambil tindakan Medis apapun. Akhirnya pemuda malang itu pun MENINGGAL DUNIA. Setelah diteliti, ternyata Lintah berada di Dlm Batang Kangkung yg Besar.
    Memang, utk penggemar Kangkung Tumis yg paling enak adalah BATANGNYA.

    KANGKUNG YANG MEMATIKAN
    HATI2 MEMASAK KANGKUNG

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook bernama Muslimah Cakep mengunggah sebuah foto sayuran kangkung yang terdapat lintah pada bagian batang yang dibelah. Dalam unggahannya, terdapat narasi klaim bahwa seorang pria asal Solo meninggal dunia setelah memakan kangkung yang berisi lintah.

    Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa seorang pria asal Solo meninggal dunia akibat memakan kangkung berisi lintah merupakan hoaks yang sudah beredar sejak 2019 lalu. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan belum pernah mendapati kasus semacam itu. Selama ini parasit yang ditemukan di dalam pencernaan manusia adalah cacing.

    “Kalau lintah sepertinya nggak bisa ya. Kena asam lambung pasti mati. Parasit di tubuh manusia memang ada. Umumnya telur cacing yang masuk ke tubuh, bermanifestasi di usus halus,” terang dr Ari dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (28/10/2015).

    Cacing, sambung dr Ari, bisa masuk ke dalam pencernaan manusia melalui makanan yang tidak matang. Karena umumnya telur cacing bisa menempel di sayuran mentah. Karena itu dr Ari mengingatkan untuk memasak sayuran hingga matang. Jikapun memakan sayuran mentah sebagai lalapan pastikan telah benar-benar dicuci sampai bersih. Selain itu ada baiknya minum obat cacing secara teratur, yakni enam bulan sekali.

    “Selain cacing, bakteri dan jamur kadang bisa terbawa ke pencernaan,” sambung dr Ari.

    Mungkin kabar lintah bersemayam di usus adalah kabar palsu. Namun setidaknya dari situ ada hal baik yang bisa diambil yakni menjaga kebersihan makanan yang diasup.

    Kesimpulan

    Hoaks yang berulang. Informasi terkait seorang pria asal Solo meninggal dunia akibat memakan kangkung berisi lintah sudah beredar sejak 2019 lalu. Dokter spesialis penyakit dalam menjelaskan bahwa sejenis lintah tidak mungkin dapat masuk dan hidup di dalam pencernaan.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9423) [SALAH] Vladimir Putin Ancam FIFA karena Rusia Dilarang Tampil di Piala Dunia

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 14/03/2022

    Berita

    Kabar tentang Vladimir Putin mengancam FIFA karena Rusia dilarang tampil di Piala Dunia beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 5 Maret 2022.

    Akun Facebook tersebut mengunggah video berisi klaim Putin mengancam FIFA karena melarang Rusia tampil di Piala Dunia.

    "Ancaman Presiden Rusia, Vladimir Putin kepada FIFA setelah Rusia diskros dari Piala Dunia.

    Jangan berani-berani mencapuri urusan militer, sepakbola tetap sepak bola (jangaan disangkutpautkan dengan politik). Rusia akan tetap bermain di Piala Dunia FIFA 2022 Qatar. Jika berani menghalangi kami, maka tidak akan ada Piala Dunia untuk dibicarakan"

    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 200 ribu kali ditonton dan mendapat 918 komentar warganet.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Vladimir Putin mengancam FIFA karena Rusia dilarang tampil di Piala Dunia. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "vladimir putin fifa" di kolom pencarian Google Search.

    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Fact Check: No, Putin didn't threaten FIFA to lift Russia's suspension from Qatar World Cup" yang dimuat situs indiatoday.in pada 5 Maret 2022.

    Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa tidak ada bukti valid tentang klaim Putin membuat ancaman kepada FIFA sebagai tanggapan atas penangguhan tim sepak bola Rusia dari acara global tersebut.

    Dilansir dari Marca, Persatuan Sepak Bola Rusia (RFU) telah memutuskan untuk mengajukan banding terhadap keputusan FIFA di Pengadilan Arbitrase Olahraga. Namun, tidak disebutkan Putin mengancam FIFA. Sebuah artikel Fox Sports yang diterbitkan pada 4 Maret 2022 juga melaporkan hal yang sama.

    Di Twitter, juga menemukan siaran pers Persatuan Sepak Bola Rusia yang menyatakan bahwa mereka akan mengajukan banding ke CAS (Pengadilan Arbitrase Olahraga) terhadap keputusan FIFA dan UEFA. Di sini juga tidak ada pernyataan dari Vladimir Putin terkait sanksi dari FIFA dan UEFA.

    Kesimpulan

    Kabar tentang Vladimir Putin mengancam FIFA karena Rusia dilarang tampil di Piala Dunia ternyata tidak benar. Faktanya, tidak ada informasi valid yang mendukung klaim tersebut.

    Sementara, Persatuan Sepak Bola Rusia (RFU) telah memutuskan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga terhadap sanksi FIFA yang melarang mereka tampil di Piala Dunia.

    Rujukan