(GFD-2023-14176) [SALAH] Megawati Hangestri Dicurangi Wasit saat Pertandingan Voli
Sumber: YouTube.comTanggal publish: 27/11/2023
Berita
VIRAL! Reaksi Megawati Hangestri Saat Dicurangi Wasit Dapat Pujian Media Korea Selatan
Hasil Cek Fakta
Kanal YouTube MATA ELANG pada 19 November 2023 mengunggah video dengan klaim bahwa anggota tim voli Daejeon JungKwanJang Red Sparks asal Indonesia, Megawati Hangestri, mendapatkan pujian dari media Korea Selatan setelah viralnya reaksi yang ia tunjukkan ketika dicurangi wasit dalam sebuah pertandingan bola voli.
Setelah dilakukan penelusuran, faktanya video tersebut hanya menampilkan ulang momen pertandingan voli antara Red Sparks melawan GX Caltex Seoul KIXX.
Melalui video, diketahui bahwa Red Sparks dan GX Caltex bertemu pada 14 November 2023 dalam laga lanjutan V-League Women 2023/2024 di Jangchung Arena, Seoul, Korea Selatan. Dalam pertandingan tersebut, Red Sparks kalah 0-3 dari GX Caltex dengan rincian skor 25-27, 19-25, dan 19-25.
Sepanjang video pun, tidak ditemukan adanya narasi mengenai kecurangan yang diterima Megawati Hangestri dari wasit dalam pertandingan voli.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh kanal YouTube MATA ELANG merupakan informasi yang salah.
Setelah dilakukan penelusuran, faktanya video tersebut hanya menampilkan ulang momen pertandingan voli antara Red Sparks melawan GX Caltex Seoul KIXX.
Melalui video, diketahui bahwa Red Sparks dan GX Caltex bertemu pada 14 November 2023 dalam laga lanjutan V-League Women 2023/2024 di Jangchung Arena, Seoul, Korea Selatan. Dalam pertandingan tersebut, Red Sparks kalah 0-3 dari GX Caltex dengan rincian skor 25-27, 19-25, dan 19-25.
Sepanjang video pun, tidak ditemukan adanya narasi mengenai kecurangan yang diterima Megawati Hangestri dari wasit dalam pertandingan voli.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh kanal YouTube MATA ELANG merupakan informasi yang salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta ‘Ainayya Al Fatikhah.
Unggahan video yang mengklaim bahwa Megawati Hangestri dicurangi wasit dalam pertandingan bola voli merupakan konten yang menyesatkan. Faktanya, video tersebut hanya menampilkan ulang momen pertandingan voli antara Red Sparks melawan GX Caltex.
Unggahan video yang mengklaim bahwa Megawati Hangestri dicurangi wasit dalam pertandingan bola voli merupakan konten yang menyesatkan. Faktanya, video tersebut hanya menampilkan ulang momen pertandingan voli antara Red Sparks melawan GX Caltex.
Rujukan
(GFD-2023-14175) [SALAH] Gibran Minta Debat Capres Ditiadakan
Sumber: YouTube.comTanggal publish: 27/11/2023
Berita
GIBRAN MINTA DEBAT CAPRES DI TIADAKAN ?
Hasil Cek Fakta
Kanal YouTube PILIHAN RAKYAT pada 26 November 2023 mengunggah video dengan klaim bahwa Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming, meminta Presiden Jokowi untuk memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) guna meniadakan debat capres pada kontestasi Pilpres 2024.
Setelah dilakukan penelusuran, faktanya tidak ditemukan informasi mengenai permintaan Gibran untuk meniadakan debat capres seperti yang tertulis pada judul dan thumbnail. Selain itu, narator dalam video nyatanya juga hanya membaca ulang dua artikel yang berbeda.
Pertama, artikel milik Fajar Network berjudul “Tak Usah Adu Gagasan, Septian Raharjo Sarankan Gibran Usul ke KPU untuk Adu Masalah Saja”. Dalam artikel disebutkan bahwa pegiat media sosial, Septian Raharjo, menyarankan Gibran untuk melakukan debat berupa adu membuat masalah, bukan adu gagasan. Selain itu, ia juga menilai bahwa Gibran memahami cara untuk merusak demokrasi.
Kedua, artikel milik Detik Jateng berjudul “Effendi Gazali Bayangkan Gibran Debat Vs Mahfud-Cak Imin: Gak Bahaya Ta?”. Dalam artikel dijelaskan bahwa pakar komunikasi politik, Effendi Gazali, secara khusus mempertanyakan kesiapan debat Gibran untuk menghadapi cawapres lain, yakni Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh kanal YouTube PILIHAN RAKYAT merupakan informasi yang salah.
Setelah dilakukan penelusuran, faktanya tidak ditemukan informasi mengenai permintaan Gibran untuk meniadakan debat capres seperti yang tertulis pada judul dan thumbnail. Selain itu, narator dalam video nyatanya juga hanya membaca ulang dua artikel yang berbeda.
Pertama, artikel milik Fajar Network berjudul “Tak Usah Adu Gagasan, Septian Raharjo Sarankan Gibran Usul ke KPU untuk Adu Masalah Saja”. Dalam artikel disebutkan bahwa pegiat media sosial, Septian Raharjo, menyarankan Gibran untuk melakukan debat berupa adu membuat masalah, bukan adu gagasan. Selain itu, ia juga menilai bahwa Gibran memahami cara untuk merusak demokrasi.
Kedua, artikel milik Detik Jateng berjudul “Effendi Gazali Bayangkan Gibran Debat Vs Mahfud-Cak Imin: Gak Bahaya Ta?”. Dalam artikel dijelaskan bahwa pakar komunikasi politik, Effendi Gazali, secara khusus mempertanyakan kesiapan debat Gibran untuk menghadapi cawapres lain, yakni Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh kanal YouTube PILIHAN RAKYAT merupakan informasi yang salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta ‘Ainayya Al Fatikhah.
Unggahan video yang mengklaim bahwa Gibran Rakabuming meminta ditiadakannya debat capres pada Pilpres 2024 merupakan konten yang dimanipulasi. Faktanya, narator dalam video hanya membaca ulang dua artikel yang berbeda.
Unggahan video yang mengklaim bahwa Gibran Rakabuming meminta ditiadakannya debat capres pada Pilpres 2024 merupakan konten yang dimanipulasi. Faktanya, narator dalam video hanya membaca ulang dua artikel yang berbeda.
Rujukan
- https://www.fajar.co.id/2023/11/10/tak-usah-adu-gagasan-septian-raharjo-sarankan-gibran-usul-ke-kpu-untuk-adu-masalah-saja/
- https://www.detik.com/jateng/berita/d-6999141/effendi-gazali-bayangkan-gibran-debat-vs-mahfud-cak-imin-gak-bahaya-ta
- https://nasional.kompas.com/read/2019/10/10/15443851/bertemu-sby-jokowi-akui-bahas-peluang-demokrat-masuk-kabinet
(GFD-2023-14174) CEK FAKTA: Salah! Tirto dan Kurawal Terbitkan E-Book Berjudul “Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat"
Sumber:Tanggal publish: 27/11/2023
Berita
Beredar e-book yang mencantumkan logo Tirto.id dan Kurawal Foundation. E-book tersebut berjudul "Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat" .
E-book berjumlah 22 halaman itu beredar di media sosial. Isinya berupa informasi tentang upaya Polri dalam mendukung salah satu pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2024. Selain juga informasi mengenai sejumlah nama dalam pemerintahan dan penyelenggara pemilu yang mendukung calon tertentu pada Pilpres 2024.
Benarkah Tirto.id dan Kurawal Foundation menerbitkan ebook tersebut?
E-book berjumlah 22 halaman itu beredar di media sosial. Isinya berupa informasi tentang upaya Polri dalam mendukung salah satu pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2024. Selain juga informasi mengenai sejumlah nama dalam pemerintahan dan penyelenggara pemilu yang mendukung calon tertentu pada Pilpres 2024.
Benarkah Tirto.id dan Kurawal Foundation menerbitkan ebook tersebut?
Hasil Cek Fakta
Penelusuran Fakta
Hasil penelusuran Cek Fakta, informasi tersebut tidak benar. Tirto.id membantah telah menerbitkan ebook dengan judul “Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat”.
"E-book yang mengatasnamakan Tirto dan Kurawal soal isu melanggengkan dinasti Jokowi dengan judul “Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat” yang beredar masif di media sosial dan grup WhatsApp adalah HOAKS," tulisnya dalam akun X (Twitter) @TirtoID, Senin (27/11/2023).
"Redaksi Tirto tidak pernah menerbitkan artikel yang dikemas dalam bentuk ebook sebanyak 22 halaman tersebut," sambungnya.
"Artikel-artikel dalam e-book tersebut sama sekali bukan produk jurnalistik yang diproduksi Tirto," tulis Tirto.
Tirto.id juga mengklarifikasi perihal e-book tersebut melalui pernyataan resmi yang diterbitkan pada Senin (27/11/2023) berjudul "Hoaks E-Book Dinasti Jokowi Catut Nama Tirto dan Kurawal".
Dalam artikelnya, Tirto menegaskan kembali tidak pernah menerbitkan artikel yang dikemas dalam bentuk e-book sebanyak 22 halaman, seperti yang beredar di media sosial.
Terkait dengan Kurawal, Tirto menyebut pernah bekerja sama pada 2020 untuk liputan tentang politik keluarga besar Jokowi menjelang Pilkada.
"Tirto dan Kurawal memang pernah bekerja sama pada 2020 terkait liputan mendalam soal politik keluarga besar Jokowi menjelang Pilkada Serentak 2020. Ada lima artikel yang kami rilis secara berkala saat itu, yang kemudian dijadikan e-book pada Desember 2020," tulis Tirto.
"Namun, e-book setebal 71 halaman yang Tirto dan Kurawal terbitkan tersebut sama sekali berbeda dengan e-book 22 halaman yang beredar belakangan ini. Dengan demikian, maka kami pastikan e-book dengan judul “Melanggengkan Dinasti Jokowi: Lupakan Netralitas Korbankan Rekan Sejawat” yang beredar di media sosial adalah hoaks," tulis Tirto.id dalam keterangannya.
Wakil Direktur Kurawal, Donny Ardyanto, memastikan bahwa e-book sebanyak 22 halaman tersebut bukan produk Kurawal dan Tirto.
"Karena itu, publik jangan mudah termakan hoaks yang mengatasnamakan media, khususnya Tirto," kata Donny.
Dalam pernyataan resminya ditegaskan, selain tidak pernah membuat ebook tersebut, redaksi Tirto menegaskan pasti akan melakukan cover both side dalam setiap produk jurnalistik.
"Konten e-book tersebut itu tayang 13 Oktober, padahal Deklarasi Gibran 24 Oktober 2023, dari sisi timeline juga tidak logis," demikian mengutip salah satu poin pernyataan resmi redaksi Tirto.
Pihak Kurawal juga mengklarifikasi atas pencatutan nama dalam ebook tersebut.
"Kurawal menegaskan bahwa kami tidak pernah membuat dan menerbitkan dokumen itu dan tidak bertanggung jawab atas akurasi informasi yang tercantum di dalamnya," demikian dikutip dari pernyataan pihak Kurawal Foundation melalui akun X/Twitter @KurawalFoundID, Senin (27/11/2023).
Pihak Kurawal mengecam para pihak yang telah menyalahgunakan nama Yayasan Kurawal. "Kami juga mengutuk praktik pelanggaran dalam bentuk manipulasi informasi dan penyebaran hoaks," tulis akun Kurawal Foundation.
Yayasan Kurawal mengimbau seluruh pihak untuk menjaga integritas proses pemilihan umum (pemilu).
Hasil penelusuran Cek Fakta, informasi tersebut tidak benar. Tirto.id membantah telah menerbitkan ebook dengan judul “Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat”.
"E-book yang mengatasnamakan Tirto dan Kurawal soal isu melanggengkan dinasti Jokowi dengan judul “Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat” yang beredar masif di media sosial dan grup WhatsApp adalah HOAKS," tulisnya dalam akun X (Twitter) @TirtoID, Senin (27/11/2023).
"Redaksi Tirto tidak pernah menerbitkan artikel yang dikemas dalam bentuk ebook sebanyak 22 halaman tersebut," sambungnya.
"Artikel-artikel dalam e-book tersebut sama sekali bukan produk jurnalistik yang diproduksi Tirto," tulis Tirto.
Tirto.id juga mengklarifikasi perihal e-book tersebut melalui pernyataan resmi yang diterbitkan pada Senin (27/11/2023) berjudul "Hoaks E-Book Dinasti Jokowi Catut Nama Tirto dan Kurawal".
Dalam artikelnya, Tirto menegaskan kembali tidak pernah menerbitkan artikel yang dikemas dalam bentuk e-book sebanyak 22 halaman, seperti yang beredar di media sosial.
Terkait dengan Kurawal, Tirto menyebut pernah bekerja sama pada 2020 untuk liputan tentang politik keluarga besar Jokowi menjelang Pilkada.
"Tirto dan Kurawal memang pernah bekerja sama pada 2020 terkait liputan mendalam soal politik keluarga besar Jokowi menjelang Pilkada Serentak 2020. Ada lima artikel yang kami rilis secara berkala saat itu, yang kemudian dijadikan e-book pada Desember 2020," tulis Tirto.
"Namun, e-book setebal 71 halaman yang Tirto dan Kurawal terbitkan tersebut sama sekali berbeda dengan e-book 22 halaman yang beredar belakangan ini. Dengan demikian, maka kami pastikan e-book dengan judul “Melanggengkan Dinasti Jokowi: Lupakan Netralitas Korbankan Rekan Sejawat” yang beredar di media sosial adalah hoaks," tulis Tirto.id dalam keterangannya.
Wakil Direktur Kurawal, Donny Ardyanto, memastikan bahwa e-book sebanyak 22 halaman tersebut bukan produk Kurawal dan Tirto.
"Karena itu, publik jangan mudah termakan hoaks yang mengatasnamakan media, khususnya Tirto," kata Donny.
Dalam pernyataan resminya ditegaskan, selain tidak pernah membuat ebook tersebut, redaksi Tirto menegaskan pasti akan melakukan cover both side dalam setiap produk jurnalistik.
"Konten e-book tersebut itu tayang 13 Oktober, padahal Deklarasi Gibran 24 Oktober 2023, dari sisi timeline juga tidak logis," demikian mengutip salah satu poin pernyataan resmi redaksi Tirto.
Pihak Kurawal juga mengklarifikasi atas pencatutan nama dalam ebook tersebut.
"Kurawal menegaskan bahwa kami tidak pernah membuat dan menerbitkan dokumen itu dan tidak bertanggung jawab atas akurasi informasi yang tercantum di dalamnya," demikian dikutip dari pernyataan pihak Kurawal Foundation melalui akun X/Twitter @KurawalFoundID, Senin (27/11/2023).
Pihak Kurawal mengecam para pihak yang telah menyalahgunakan nama Yayasan Kurawal. "Kami juga mengutuk praktik pelanggaran dalam bentuk manipulasi informasi dan penyebaran hoaks," tulis akun Kurawal Foundation.
Yayasan Kurawal mengimbau seluruh pihak untuk menjaga integritas proses pemilihan umum (pemilu).
Kesimpulan
Kesimpulan
Tirto.id dan Kurawal Foundation tidak pernah menerbitkan e-book berjudul "Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat". Informasi tersebut termasuk dalam kategori fabricated content (konten palsu). Konten jenis ini diciptakan dengan sengaja untuk mengelabui pembacanya.
Tirto.id dan Kurawal Foundation tidak pernah menerbitkan e-book berjudul "Lupakan Netralitas Korbankan Korban Sejawat". Informasi tersebut termasuk dalam kategori fabricated content (konten palsu). Konten jenis ini diciptakan dengan sengaja untuk mengelabui pembacanya.
Rujukan
(GFD-2023-14173) Bentuk Ekosistem Informasi yang Bersih, AMSI Dukung Perluasan Gerakan Cek Fakta
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 26/11/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mengharapkan kegiatan cek fakta yang dilakukan saat ini dapat terus berkembang hingga dapat menumbuhkan akar rumput baru yang akan meneruskan gerakan ini.
Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika menekankan pentingnya menjadikan gerakan cek fakta menjadi sebuah gerakan sosial yang lebih masif. Hal tersebut menjadi tantangan mendasar untuk menjawab kebutuhan publik terhadap ekosistem informasi yang bersih dari misinformasi dan disinformasi.
"Kita belajar dari berbagai FGD, pelatihan, dan workshop yang telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir. Salah satu yang penting untuk dibuat lebih relevan adalah bagaimana kita menggeser gerakan cek fakta, yang tadinya adalah sebuah inisiasi dari AJI, AMSI, dan Mafindo, menjadi sebuah gerakan sosial yang lebih masif lagi ke depannya," ujarnya saat menjadi narasumber dalam sesi Talk Show "Pre-bunking dan Gerakan Kolaborasi Cek Fakta."
Penyusunan rencana strategis (renstra) untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang telah disusun oleh ketiga inisiator gerakan cek fakta tersebut. Fokus utamanya ada pada menciptakan mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism) dalam ekosistem informasi di Indonesia.
"Jadi awal tahun kemarin itu kita membahas roadmap-nya, kita mengira fase-fase untuk menuju ekosistem informasi yang punya self defense itu bagaimana," kata pria yang juga akrab disapa Bli Komang tersebut.
"Tentu idealnya kita baru bisa disebut berhasil ketika setiap pengguna internet sudah punya kemampuan untuk melakukan penyaringan informasi, itu yang kita sebut dengan self defense. Lalu, idealnya juga secara regulasi sudah ada aturan-aturan yang tegas dan mengatur bagaimana sanksinya jika mis/disinformasi beredar," ujarnya menjelaskan.
Pendidikan menjadi kunci sebagai tempat awal membentuk masyarakat yang kritis dan skeptis terhadap informasi.
Penyusunan modul ajar, penyediaan Learning Management System (LMS), hibah riset, pengadaan berbagai kelas pelatihan cek fakta hingga lomba konten pre-bunking, Focus Group Discussion (FGD), serta seminar nasional, dan berbagai kegiatan lainnya telah dilakukan.
"Dan untuk mencapai hal tersebut, memang dimulai dari pendidikan, dari sekolah. Itu yang sedang kita coba lakukan juga. Mereka nantinya akan lebih kritis dan skeptis dalam menerima informasi. Jadi, ini memang pekerjaan bersama-sama, dan bukan hanya soal cek fakta, tetapi soal literasi dan ekosistem informasi kita," ujar Wahyu.
Tidak hanya itu, Wahyu juga menyoroti pentingnya me-localize gerakan ini dengan membuat konten-konten cek fakta, seperti video pre-bunking, dalam bahasa lokal agar lebih relevan dan diterima oleh masyarakat.
"Ini yang kemarin sudah coba oleh kami dengan membuat video pre-bunking dengan bahasa lokal. Nah, hal-hal seperti itu harus diperbanyak agar kegiatan cek fakta menjadi budaya, kebiasaan, dan mindset di dalam masyarakat," katanya mengakhiri.
Hasil Cek Fakta
Halaman: 3199/6141