(GFD-2023-12335) Keliru, Video Berisi Klaim Arab Saudi, Cina, dan Rusia Deklarasikan Perang Dunia III
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/04/2023
Berita
Sebuah video berjudul "Arab, Cina dan Rusia Bersatu Di Perang Dunia III" dibagikan oleh akun Facebook pada Senin, 3 April 2023.
Di dalam video tersebut disertakan beberapa pemimpin negara, seperti Presiden RI, Joko Widodo, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Narator video mengatakan, Arab Saudi, Negeri Raja Salman, mulai terang-terangan menunjukkan kedekatan kepada Rusia dan Cina. Manuver yang dilakukan Arab Saudi tepat sekali, karena Perang Dunia 3 akan segera tercetus dan dipelopori China.
Sejak diunggah, konten video ini disukai 762 pengguna Facebook, mendapat 68 komentar dan 14 ribu kali tayang. Namun, benarkah Arab Saudi, Cina, dan Rusia mendeklarasikan Perang Dunia III?
Hasil Cek Fakta
Verifikasi Tempo menunjukkan bahwa kolase video Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Cina, Xi Jinping, tidak berkaitan dengan Perang Dunia III. Apalagi diklaim melakukan deklarasi seperti yang diklaim pengunggah konten.
Faktanya, pertemuan ketiga kepala negara itu membicarakan perjanjian pembelian sistem pertahanan, memperkuat kemitraan, perdamaian dan keamanan, untuk kepentingan pengembangan ekonomi dunia.
Kemudian video Joko Widodo. Dia tidak menegaskan tentang Indonesia akan terus menjadi Nonblok. Pertemuannya dengan Raja Salman di Riyadh sepenuhnya membahas kerja sama ekonomi, termasuk bidang energi, pariwisata, dan kuota haji Indonesia yang bertambah.
Begitu juga dengan Retno Marsudi, yang mendampingi Jokowi di KTT Gerakan Non-Blok, tidak bicara demikian, melainkan membahas pentingnya solidaritas negara-negara Non-Blok melawan Covid-19.
Untuk memverifikasi kebenaran klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video itu jadi gambar pakai Keyframe dan menelusurinya menggunakan tools Google Reverse Image dan Yandex Image Search.
Video 1
Video menit ke-1:37 menunjukkan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Saat itu Retno sedang memberikan keterangan kepada awak media terkait hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok. Potongan video ini sebelumnya tayang di kanal YouTube KompasTV, 5 Mei 2020 berjudul "Hasil KTT Gerakan Non Blok: Pentingnya Solidaritas Lawan Corona".
Dalam video itu, Retno menyampaikan pesan Sekjen PBB, terutama dalam menangani Covid-19 agar menekankan masalah solidaritas dan kerjasama dengan 3 prioritas. Dia juga meneruskan tiga pesan Joko Widodo. Poin pertama, pentingnya penguatan solidaritas politik antar negara GNB dalam Covid-19.
Poin kedua agar solidaritas politik diterjemahkan dalam kerjasama yang konkrit dengan akses yang adil dan tepat waktu terhadap vaksin ataupun obat dengan harga yang terjangkau. Poin ketiga adalah pentingnya kemitraan global dari negara berkembang, seperti kewajiban utang untuk digunakan ke penanganan Covid-19.
Video 2
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud dimunculkan menit ke-2:18.
Kedua kepala negara bertemu di Kremlin, Moskow, Rusia pada Kamis, 5 Oktober 2017, membahas sejumlah isu, termasuk masalah pertahanan. Arab Saudi menandatangani perjanjian awal untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
“Perjanjian ini diharapkan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan industri militer dan sistem militer di Arab Saudi,” kata Industri Militer Arab Saudi (SAMI), perusahaan industri militer kerajaan dikutip dari situs Al Jazeera.
Putin mengatakan ini adalah kunjungan pertama seorang raja Arab Saudi dalam sejarah hubungan dan itu sendiri merupakan peristiwa penting. "Saya yakin kunjungan Anda akan meningkatkan hubungan antara negara kita,” kata Putin menyambut Raja Salman.
“Kami bertujuan untuk memperkuat hubungan untuk kepentingan perdamaian dan keamanan, untuk kepentingan pengembangan ekonomi dunia,” jawab raja Saudi.
Video 3
Video berikutnya juga menampilkan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, namun kali ini bersama Presiden Cina, Xi Jinping. Tempo menemukan, pertemuan kedua pimpinan negara itu berlangsung di Riyadh, Arab Saudi pada 8 Desember 2022.
Dikutip dari saluran televisi CGTN News, Mereka membahas dan menandatangani perjanjian tentang kemitraan strategis komprehensif, setuju mengadakan pertemuan antara kedua kepala negara secara bergiliran setiap dua tahun.
Video 4
Selain bersama Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Cina, Xi Jinping, kolase video Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud dengan Presiden Ri, Joko Widodo juga terlihat pada menit ke-2:32.
Potongan video Raja Salman bersama Jokowi tersebut merupakan momen pertemuan di Istana Pribadi Raja di Riyadh, Arab Saudi, 14 April 2019. Dalam pertemuan bilateral itu, mereka menyepakati peningkatan kerja sama ekonomi.
“Presiden Jokowi dan Raja Salman sepakat ke depan, kerja sama ekonomi akan terus ditingkatkan terutama di bidang energi dan pariwisata,” kata Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi seusai pertemuan dikutip dari channel YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi menyampaikan apresiasi dari seluruh masyarakat indonesia atas diberikannya kuota tambahan kembali sebesar 10.000 bagi Jamaah Haji Indonesia. “Raja Salman juga menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kepemimpinan Indonesia di dalam menjaga stabilitas kawasan dan dunia,” ucap Retno.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta, video berisi narasi Arab Saudi, Cina, dan Rusia mendeklarasikan Perang Dunia III, adalah keliru.
Kolase video Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Cina, Xi Jinping, tidak berkaitan dengan Perang Dunia III, apalagi diklaim melakukan deklarasi seperti yang diklaim pengunggah konten.
Faktanya adalah pertemuan ketiga kepala negara itu membicarakan perjanjian pembelian sistem pertahanan, memperkuat kemitraan, perdamaian dan keamanan, untuk kepentingan pengembangan ekonomi dunia.
Rujukan
- https://www.facebook.com/watch/?v=148104797925067
- https://www.youtube.com/watch?v=zYzr75uY-Jw
- https://www.aljazeera.com/news/2017/10/5/saudi-king-putin-agree-deals-on-historic-russia-trip
- https://www.youtube.com/watch?v=mhsPImzQ6O4
- https://news.cgtn.com/news/2022-12-08/Xi-Jinping-Saudi-king-agree-to-hold-biennial-head-of-state-meetings-1fBveZ89QU8/index.html
- https://www.youtube.com/watch?v=GN7v3_O4FuA
- https://wa.me/6281315777057 mailto:cekfakta@tempo.co.id
(GFD-2023-12334) [SALAH] Foto Uang Kertas Berserakan di Venezuela
Sumber: TwitterTanggal publish: 14/04/2023
Berita
(Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
“Nilai uang kertas fiat di Venezuela”.
“Nilai uang kertas fiat di Venezuela”.
Hasil Cek Fakta
Pengguna Twitter bernama @WallStreetSilv mengunggah foto yang menunjukkan ratusan uang kertas dibuang di pinggir jalan. Foto tersebut diklaim sebagai foto yang diambil di Venezuela saat ini. Cuitan yang ditulis pada 26 Maret 2023 tersebut telah disukai hampir 60,000 orang, dibagikan dan dikutip ulang hampir 8,000 kali serta dilihat lebih dari 14 juta kali.
Setelah dilakukan penelusuran dengan Google Reverse Image Search, gambar tersebut telah banyak diunggah di internet sejak 2019, salah satunya di platform foto imgur. Salah satu pengguna imgur dengan nama VodkaBalalaika mengunggah foto tersebut pada 17 Maret 2019 dengan penjelasan sebagai berikut:
“This is what happens when a currency has lost all its value, Venezuela”.
Selain itu, pengguna Twitter bernama @SegoviaBastidas juga mengunggah foto serupa dengan penjelasan lebih detil. Foto tersebut diambil saat terjadi perampokan Bank di Kota Merida pada 3 Maret 2019 dan uang yang bertebaran di foto tersebut adalah tumpukan uang kertas Bolivar yang sekarang sudah tidak berharga karena mata uang Bolivar Fuerte telah diganti menjadi Bolivar Boliviano sejak 2018.
Informasi serupa juga pernah dibahas oleh turnbackhoax.id dengan judul “[SALAH] Rakyat Italia Buang Duit ke Jalan Karena Sudah Tidak Berguna Akibat Virus COVID 19” dan dikategorikan sebagai konteks yang salah.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh @WallStreetSilv merupakan konteks yang salah.
Setelah dilakukan penelusuran dengan Google Reverse Image Search, gambar tersebut telah banyak diunggah di internet sejak 2019, salah satunya di platform foto imgur. Salah satu pengguna imgur dengan nama VodkaBalalaika mengunggah foto tersebut pada 17 Maret 2019 dengan penjelasan sebagai berikut:
“This is what happens when a currency has lost all its value, Venezuela”.
Selain itu, pengguna Twitter bernama @SegoviaBastidas juga mengunggah foto serupa dengan penjelasan lebih detil. Foto tersebut diambil saat terjadi perampokan Bank di Kota Merida pada 3 Maret 2019 dan uang yang bertebaran di foto tersebut adalah tumpukan uang kertas Bolivar yang sekarang sudah tidak berharga karena mata uang Bolivar Fuerte telah diganti menjadi Bolivar Boliviano sejak 2018.
Informasi serupa juga pernah dibahas oleh turnbackhoax.id dengan judul “[SALAH] Rakyat Italia Buang Duit ke Jalan Karena Sudah Tidak Berguna Akibat Virus COVID 19” dan dikategorikan sebagai konteks yang salah.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh @WallStreetSilv merupakan konteks yang salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Evarizma Zahra.
Konteks yang salah. Foto tersebut diambil setelah kejadian pencurian bank di Kota Merida pada Maret 2019 dan menunjukkan tumpukan uang kertas Bolivar yang sekarang sudah tidak berharga, bukan foto kejadian pada 2023 ini.
Konteks yang salah. Foto tersebut diambil setelah kejadian pencurian bank di Kota Merida pada Maret 2019 dan menunjukkan tumpukan uang kertas Bolivar yang sekarang sudah tidak berharga, bukan foto kejadian pada 2023 ini.
Rujukan
(GFD-2023-12333) [SALAH] Video Tumpukan Sampah di Cina
Sumber: GETTRTanggal publish: 14/04/2023
Berita
(Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
“Tumpukan sampah di Cina”.
“Tumpukan sampah di Cina”.
Hasil Cek Fakta
Salah satu akun pengguna GETTR bernama @CourageStar (Himalaya Japan Galaxy Courage Star) mengunggah video yang memperlihatkan tumpukan sampah yang sedang diolah dengan beberapa traktor. Video tersebut diklaim sebagai tumpukan sampah di Cina. Video yang diunggah pada 17 Maret tersebut telah disukai empat orang dan telah dibagikan ulang sebanyak tiga kali.
Setelah dilakukan penelusuran dengan Yandex Video Search, video serupa telah diunggah beberapa kali oleh pengguna sosial media lain, salah satunya Instagram. Video tersebut diunggah pertama kali dan diambil oleh @alivikry di Instagram dengan keterangan sebagai berikut:
“Kalau Jakarta Banyak Gedung, di Bekasi Ada Sampah Setinggi Gedung. Yuk kita lihat lebih dekat proses pengangkutan sampah, hingga sampai ke puncak gunung sampah”.
@alivikry juga menuliskan TPST Bantar Gebang, Bekasi, sebagai tempat diambilnya video tersebut.
Selain itu, informasi serupa juga pernah dibahas oleh AFP Fact Check dengan judul “Video of Indonesian landfill falsely shared as ‘garbage mountain’ in China”.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh @CourageStar di platform GETTR merupakan konteks yang salah.
Setelah dilakukan penelusuran dengan Yandex Video Search, video serupa telah diunggah beberapa kali oleh pengguna sosial media lain, salah satunya Instagram. Video tersebut diunggah pertama kali dan diambil oleh @alivikry di Instagram dengan keterangan sebagai berikut:
“Kalau Jakarta Banyak Gedung, di Bekasi Ada Sampah Setinggi Gedung. Yuk kita lihat lebih dekat proses pengangkutan sampah, hingga sampai ke puncak gunung sampah”.
@alivikry juga menuliskan TPST Bantar Gebang, Bekasi, sebagai tempat diambilnya video tersebut.
Selain itu, informasi serupa juga pernah dibahas oleh AFP Fact Check dengan judul “Video of Indonesian landfill falsely shared as ‘garbage mountain’ in China”.
Dengan demikian, informasi yang disebarluaskan oleh @CourageStar di platform GETTR merupakan konteks yang salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Evarizma Zahra.
Konteks yang salah. Video tersebut diambil di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Bekasi, bukan tumpukan sampah di Cina.
Konteks yang salah. Video tersebut diambil di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Bekasi, bukan tumpukan sampah di Cina.
Rujukan
(GFD-2023-12332) Cek Fakta: Tidak Benar Covid-19 Omicron Subvarian XBB Tidak Mudah Terdeteksi
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 14/04/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Covid-19 Omicron subvarian XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi, informasi tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.
Berikut klaim Covid-19 varian Omicron XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi.
"BREAKING NEWS FROM SINGAPURE
Semua orang disarankan memakai masker karena virus corona varian baru COVID-Omicron XBB berbeda, mematikan dan tidak mudah terdeteksi dengan baik:-
Gejala virus novel COVID-Omicron XBB adalah sebagai berikut:-
1. Tidak batuk.2. Tidak ada demam.
Hanya akan ada banyak :-
3. Nyeri sendi.4. Sakit kepala.5. Sakit leher.6. Sakit punggung bagian atas.7. Pneumonia.8. Umumnya tidak nafsu makan.
Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta.
Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.
Mari lebih berhati-hati!
Jenis virus ini tidak ditemukan di daerah nasofaring, dan secara langsung mempengaruhi paru-paru, ``jendela``, untuk waktu yang relatif singkat.
Beberapa pasien yang didiagnosis dengan Covid Omicron XBB akhirnya diklasifikasikan sebagai tidak demam dan tidak sakit, tetapi rontgen menunjukkan pneumonia dada ringan.
Tes usap hidung umumnya negatif untuk COVID-Omicron XBB, dan kasus negatif palsu dari tes nasofaring meningkat.
Artinya, virus tersebut dapat menyebar di masyarakat dan langsung menginfeksi paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia virus, yang pada gilirannya menyebabkan stres pernapasan akut.
Ini menjelaskan mengapa Covid-Omicron XBB menjadi sangat menular, sangat ganas, dan mematikan.
Harap diperhatikan, hindari tempat keramaian, jaga jarak 1,5m meski di tempat terbuka, pakai masker dua lapis, pakai masker yang sesuai, dan sering cuci tangan saat tidak menunjukkan gejala (tidak batuk atau bersin).
``Gelombang`` Covid Omicron ini lebih mematikan dari gelombang pertama Covid-19. Jadi kita harus sangat berhati-hati dan mengambil berbagai tindakan pencegahan virus corona yang ditingkatkan.
Juga menjaga komunikasi waspada dengan teman dan keluarga.
Jangan simpan informasi ini untuk diri sendiri, bagikan sebanyak mungkin dengan kerabat dan teman lain, terutama milik Anda."
Benarkah klaim Covid-19 Omicron subvarian XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Covid-19 Omicron subvarian XBB mematikan dan tidak mudah terdeteksi, dalam artikel berjudul "Gejala yang Sempat Dialami 4 Pasien COVID-19 Varian XBB di RI" yang dimuat situs liputan6.com,
Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa keempat pasien XBB di Tanah Air mengalami gejala ringan. Gejala yang dimaksud berupa batuk dan pilek, serta mereka pun melakukan isolasi mandiri.
"Pasien semuanya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Tapi semua pasien sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit," kata Syahril.
Syahril menjelaskan, varian XBB yang baru muncul dikatakan memang lebih cepat menular lagi daripada varian sebelumnya. Namun, tingkat fatalitasnya tidak lebih parah dari varian sebelumnya pula.
"Subvarian XBB ini memang dia cepat menular, seperti halnya sub-Omicron yang lalu. Cuma hanya tingkat fatalitas maupun angka kesakitan rumah sakit tidak terlalu tinggi," kata Syahril.
Menurut Syahril, virus SARS-CoV-2 memiliki tipikal dimana sering melakukan mutasi yang tingkat penyebarannya lebih cepat. Gejala yang muncul pada varian-varian baru pun hampir sama dengan varian yang sebelumnya telah ada.
"Sama gejalanya batuk, pilek, demam, badan lemah, dan seterusnya. Tapi tidak separah (yang sebelumnya), kemungkinan kenapa tidak parah itu salah satunya memang karena sifat atau spesifikasi virus itu dan adanya antibodi vaksin yang ada di dalam tubuh," ujar Syahril.
Dalam artikel berjudul "IDI: Gejala XBB Mirip dengan Varian Omicron Lainnya" yang dimuat situs Liputan6.com, Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan, gejala yang ditimbulkan oleh subvarian XBB cenderung mirip dengan gejala COVID-19 varian Omicron secara umum.
“Hingga saat ini, gejala XBB mirip dengan gejala COVID Omicron secara umum, jadi ada demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, nyeri tenggorok, pilek, mual, muntah, dan diare,” ujar Erlina.
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim Covid-19 Omicron Subvarian XBB mematikan dan tidak terdeteksi tidak benar.
Pasien XBB di Tanah Air mengalami gejala ringan, gejala yang dimaksud berupa batuk dan pilek, serta mereka pun melakukan isolasi mandiri. Namun, tidak separah yang sebelumnya, kemungkinan kenapa tidak parah itu salah satunya memang karena sifat atau spesifikasi virus itu.
Halaman: 3149/5640