• (GFD-2023-13415) [SALAH] “Situs kuesioner mengatasnamakan UNICEF”

    Sumber: WhatsApp
    Tanggal publish: 22/08/2023

    Berita

    Beredar sebuah situs kuesioner yang mengatasnamakan “UNICEF Government subsidies” dan menggunakan logo UNICEF dengan alamat situs: http://luckybreakthrough[dot]buzz/Btweyw/UNICE-Government-subsidies

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, adanya situs kuesioner yang mengatasnamakan dan memasang logo UNICEF merupakan situs tiruan.

    Faktanya, situs tersebut merupakan situs palsu. Situs resmi milik UNICEF adalah www.unicef.org. Adapun situs resmi UNICEF Indonesia adalah www.unicef.org/indonesia/id.

    Untuk memastikan kebenaran informasi seputar UNICEF Indonesia dan kegiatan yang mereka lakukan, disarankan untuk selalu merujuk ke situs resmi UNICEF Indonesia atau menghubungi mereka langsung melalui saluran komunikasi yang tercantum di situs resmi.

    Kesimpulan

    Situs palsu. Situs resmi milik UNICEF adalah www.unicef.org. Adapun situs resmi UNICEF Indonesia adalah www.unicef.org/indonesia/id.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan

  • (GFD-2023-13414) [SALAH] Kanker Kulit Akibat Sinar Matahari Adalah Fenomena Baru 60 Tahun Terakhir, Akibat Dari Pola Makan dan Sun Screen

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 27/08/2023

    Berita

    “Skin cancer is a relatively new phenomenon in the last 60 years or so and yet our ancestors for hundreds of years have been living outdoors, working outdoors, and they didn’t get skin cancer”

    “Been sayin it for years..The Sun has been there millions of years yet skin cancer only been around last 60 odd years..it’s so obvious.. Never wear sun cream or sun glasses. it tricks the eyes to think it’s cloudy an not take in vitamin D sun gazing is the way”

    Terjemahan:

    “Kanker kulit adalah fenomena yang relatif baru dalam 60 tahun terakhir, namun nenek moyang kita selama ratusan tahun tinggal di luar ruangan, bekerja di luar ruangan, dan mereka tidak terkena kanker kulit”

    “Sudah dikatakan selama bertahun-tahun..Matahari telah ada jutaan tahun namun kanker kulit baru ada dalam 60 tahun terakhir..itu sangat jelas.. Jangan pernah memakai krim tabir surya atau kacamata hitam. itu menipu mata untuk mengira cuaca mendung dan tidak mengonsumsi vitamin D, menatap matahari adalah caranya”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar di media sosial seperti di Facebook dan Twitter informasi yang mengklaim bahwa kanker kulit akibat dari sinar matahari adalah fenomena penyakit baru sejak 60 tahun terakhir, nenek moyang kita selama ratusan tahun tinggal dan bekerja di luar ruangan tidak terkena kanker kulit. Disebutkan juga bahwa kanker kulit ini disebabkan oleh perilaku manusia seperti pola makan.

    Setelah ditelusuri klaim tersebut menyesatkan. Faktanya catatan sejarah medis menunjukkan bahwa kanker kulit sudah ada dalam sepanjang sejarah manusia, meskipun istilah yang digunakan berbeda-beda. Dilansir dari NewsMedical.net, kanker kulit sudah dideskripsikan oleh Hippocrates pada abad ke-5 SM dengan sebutan Melanoma.

    Journal of American Academy of Dermatology menyebut bahwa kanker kulit disebabkan oleh radiasi UV dari sinar matahari, bahan kimia seperti tabir surya (sun screen) justru dapat menghalangi radiasi dan melindungi kulit. Mengutip dari halodoc.com, meskipun matahari dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin D, tetapi jika terlalu banyak paparan sinar matahari pada kulit dapat membawa dampak negatif seperti kanker kulit.

    Dengan demikian, kanker kulit akibat sinar matahari adalah fenomena baru 60 tahun terakhir akibat perilaku manusia adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Mochamad Marcell

    Faktanya catatan jurnal medis menunjukkan bahwa penyakit kanker kulit telah ada sepanjang sejarah manusia, meskipun istilah yang digunakan berbeda-beda. Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-13413) [SALAH] Jeruk Nipis Dapat Meringankan Sakit Gigi

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 27/08/2023

    Berita

    “Menyembuhkan sakit gigi secara instan Tempatkan sepotong jeruk nipis untuk menyembuhkan rasa sakitnya secara instan Caranya :- Ambil sepotong jeruk nipis dan oleskan pada bagian yang sakit, sehingga juga bisa mengurangi sakit gigi. Asam sitrat dan vitamin C yang ada dalam potongan jeruk nipis memberikan kelegaan pada gigi dan gusi.”

    Hasil Cek Fakta

    Postingan di Facebook berbahasa Sri Lanka mengklaim bahwa meredakan sakit gigi dengan menggosokkan gigi dengan jeruk nipis. Kandungan asam sitrat dan vitamin C yang dapat meredakan gigi.

    Setelah ditelusuri klaim tersebut menyesatkan. Faktanya para ahli menyebut kandungan asam dalam jeruk nipis justru dapat merusak gigi, Hemantha, Ketua Asosiasi Dokter Gigi Sri Lanka, menyebut melalui AFP bahwa praktik tersebut tidak aman dan tidak didukung secara ilmiah.

    Perwakilan dari American Dental Association juga menyebut bahwa makanan dan minuman yang mengandung banyak asam dapat mengikis enamel yang melindungi gigi, hal tersebut justru dapat membuat gigi menjadi erosi yang sifatnya permanen.

    Dengan demikian, jeruk nipis dapat meringankan sakit gigi adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Mochamad Marcell

    Tidak ada bukti ilmiah yang membenarkan klaim tersebut. Faktanya para ahli menyebut bahwa kandungan asam dalam jeruk nipis justru dapat merusak gigi. Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-13412) [SALAH] Penelitian Terbaru: Vaksin Booster Hanya Meningkatkan Risiko Tertular Covid-19

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 27/08/2023

    Berita

    “Canadian Physician Testifies the Truth About the COVID ‘Anti-Vaccine’

    ‘This new type of vaccine turned out to be a complete failure. In fact, what they had created was not a vaccine but an anti-vaccine,’ expressed Dr. Charles Hoffe.

    ‘They [Cleveland Clinic] followed these [51,000] people for three months to see who was getting COVID … the people that had had the bivalent booster, the one that’s supposed to keep you the safest, they were getting COVID more than anyone else,’ he denoted.

    ;There was an absolute direct linear correlation that the more shots you got, the more likely you would get COVID.’”

    Terjemahan:

    “Dokter Kanada Bersaksi Kebenaran Soal ‘Anti-Vaksin’ COVID

    ‘Vaksin jenis baru ini ternyata gagal total. Faktanya, yang mereka ciptakan bukan vaksin melainkan anti vaksin,’ ungkap Dr. Charles Hoffe.

    ‘Mereka [Cleveland Clinic] mengikuti [51.000] orang ini selama tiga bulan untuk melihat siapa yang terkena COVID … orang-orang yang telah memiliki booster bivalen, yang seharusnya membuat Anda paling aman, mereka mendapatkan COVID lebih dari orang lain,’ tutur dia.

    ‘Ada korelasi linear langsung mutlak bahwa semakin banyak tembakan yang Anda dapatkan, semakin besar kemungkinan Anda akan terkena COVID.’”

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah postingan di Facebook memberikan informasi bahwa semakin banyak jumlah vaksin Covid-19 (termasuk booster) yang diterima maka semakin tinggi juga risiko tertular Covid-19. Dalam postingan tersebut juga menunjukkan video seorang dokter yang mengutip penelitian terbaru terkait risiko tertular Covid-19 akibat suntikan vaksin.

    Setelah ditelusuri dokter tersebut telah salah menyimpulkan penelitian tersebut. Faktanya temuan utama dalam penelitian tersebut bahwa vaksin menjadi kurang efektif terhadap virus jenis baru, “Kami memang menemukan hubungan seperti itu, tapi itu tidak membuktikan bahwa semakin banyak vaksin yang Anda dapatkan, semakin besar kemungkinan Anda tertular Covid,” kata Shrestha, seorang dokter penyakit menular yang meneliti penelitian tersebut, melalui AFP.

    Shresta menjelaskan bahwa perlu ada penelitian lebih lanjut terkait hubungan tersebut untuk membuktikannya, menurutnya vaksin tidak akan menurunkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19 serta efektif dalam mengurangi penyakit parah dan rawat inap.

    Dengan demikian, penelitian terbaru: Vaksin Booster hanya meningkatkan risiko tertular Covid-19 adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Mochamad Marcell

    Faktanya seorang dokter telah salah menyimpulkan penelitian tersebut, temuan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa vaksin menjadi kurang efektif terhadap jenis vaksin baru. Selengkapnya pada bagian penjelasan.

    Rujukan