• (GFD-2024-19642) Keliru, Video FIFA dan AFC Gelar Pertandingan Ulang Indonesia-Uzbekistan Karena Kecurangan Wasit

    Sumber:
    Tanggal publish: 07/05/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook oleh akun ini, ini, ini dan ini, yang disertai narasi bahwa Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memutuskan menggelar pertandingan ulang Indonesia vs Uzbekistan.

    Sebelumnya, pertandingan semifinal Piala Asia U-23 2024 antara keduanya digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa Doha, Qatar, pada Senin, 24 April 2024. Namun, sejumlah pihak menuding wasit melakukan kecurangan.

    Narasi yang beredar mengatakan kecurangan wasit tersebut menjadi alasan pertandingan keduanya akan diulang. Video dilengkapi alih bahasa ucapan pria dalam video, yakni terkait dugaan kecurangan yang dikeluhkan pendukung tim dan akan diinvestigasi.

    “Alhamdulillah, hasil rapat FIFA dan AFC pagi ini menggembirakan. Bener kh diulang ini gaes,” bunyi tulisan narasi dalam video.



    Namun, benarkah video itu tentang keputusan FIFA dan AFC untuk menggelar pertandingan sepak bola ulang antar Indonesia dengan Uzbekistan?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo memverifikasi video itu menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Bing. Ditemukan identitas pria dalam video, yang merupakan Presiden AFC, Salman bin Ibrahim Al Khalifa.

    Namun, sesungguhnya suara ucapan berbahasa Arab dalam video itu tidak membahas pertandingan antara Indonesia dan Uzbekistan. Verifikasi suara dilakukan dengan transkripsi menggunakan aplikasi Transcribe, dan alih bahasa memanfaatkan Google Translate.

    Berikut hasil verifikasi suara dalam video yang beredar:

    Di Taif ada hubungan antara saya dan Anda, Fares, Pakistan, tank di klub resmi di FG, jika pusat dan pemimpin Pakistan, Mansour Ibrahim, sepertinya menjadi katup pengaman di Uzbekistan, dan sepertinya lagi bahwa Yaman Suwaidan menyiarkan Sania.

    Perkataan dalam video yang beredar tidak menyebutkan Timnas Indonesia atau negara Indonesia. Namun video telah diolah sehingga seakan-akan berisi pernyataan Presiden AFC akan mengadakan pertandingan ulang kedua negara tersebut.

    Dilansir Tempo, pertandingan semifinal antara Indonesia dan Uzbekistan telah dianggap sah, di mana Garuda kalah dari Serigala Putih dengan skor 0-2. Masing-masing timnas kemudian menjalani pertandingan selanjutnya.

    Sesuai jadwal, Indonesia lalu memperebutkan juara tiga melawan Irak pada Kamis, 2 Mei 2024, yang dimenangkan Irak dengan skor 1-2. Sementara Uzbekistan menjalani laga final melawan Jepang, yang dimenangkan Tim Samurai Biru dengan skor 1-0.

    AFC melalui website mereka, sesungguhnya telah menampilkan kekalahan Indonesia atas Uzbekistan di perempat final. Tidak ada keterangan pembatalan atas pertandingan tersebut, atau penyelenggaraan pertandingan ulang.



    Kontroversi Keputusan Wasit

    Sejumlah pihak menganggap keputusan wasit pertandingan tersebut, Shen Yinhao, kontroversial karena merugikan Timnas Indonesia. Yinhao pun mendapat banyak kritikan dari pengguna media sosial di Indonesia.

    Namun, Instruktur wasit Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Fakhrizal Kahar, menganggap tak ada keputusan Yinhao yang keliru dalam pertandingan itu, sebagaimana diberitakan Antara, Selasa, 30 April 2024.

    Pertama, gol Muhammad Ferarri yang dianulir wasit pada menit ke-61, menurutnya beralasan. Lantaran ada pelanggaran yang dilakukan rekan Ferrari, Ramadhan Sananta, yakni posisi offside sebelum bola masuk gawang.

    "Mau gol atau tidak itu harus dicek. Penalti atau tidak harus dicek dan dipanggil wasit VAR ke layar. Jadi sebelum gol, Sananta memang sudah offside," kata Fakhrizal.

    Selanjutnya terkait kartu merah yang diberikan kepada Kapten Timnas U-23 Indonesia, Rizky Ridho. Menurut Fakhrizal, hal itu juga masuk akal karena dia melakukan serious foul play atau gerakan yang membahayakan lawan.

    Wasit Yinhao juga diprotes setelah menganulir keputusannya memberikan tendangan bebas pada Indonesia setelah terjadi pelanggaran pada Witan Sulaeman. Namun tampilan VAR membuktikan tak ada pelanggaran, sehingga hadiah tendangan bebas itu dibatalkan.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa video dan narasi beredar yang mengatakan FIFA dan AFC mengumumkan pertandingan ulang antara Indonesia dan Uzbekistan karena kecurangan wasit adalah keliru.

    Video yang beredar telah direkayasa seolah-olah FIFA dan AFC mempermasalahkan keputusan wasit dalam laga semifinal Piala Asia U-23 2024 tersebut, padahal tidak. AFC telah mengumumkan di website mereka bahwa Indonesia kalah dari Uzbekistan dengan skor 0-2.

    Rujukan

  • (GFD-2024-19641) Keliru, COVID-19 Merupakan Hasil Konspirasi Rockefeller Foundation

    Sumber:
    Tanggal publish: 07/05/2024

    Berita



    Sebuah video reels berdurasi 1 menit 21 detik dengan narasi Covid-19 merupakan hasil konspirasi Rockefeller Foundation, beredar di sosial media Facebook [ arsip ].  

    Dalam video diceritakan bahwa Covid-19 merupakan sebuah perencanaan yang digagas Rockefeller Foundation sejak tahun 2010. Salah seorang narasumber dalam video juga mengklaim, perencanaan ini disimulasikan pada 2015, lalu mulai diterapkan di Indonesia pada 2020. Tujuannya adalah untuk percepatan program digitalisasi.



    Hingga artikel ini ditulis, video itu telah dibagikan 2.400 kali dan disukai 12 ribu kali. Lantas, benarkah Covid-19 merupakan hasil konspirasi Rockefeller Foundation?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo mula-mula menelusuri sumber video yang dibagikan di atas dan mendapati bila video itu merupakan video diskusi dr. Richard Lee dan Komisaris Jenderal Polisi Dharma Pongrekun di podcast yang tayang di kanal YouTube pada Sabtu, 27 Januari 2024. 

    Tempo lalu menelusuri informasi dengan klaim bahwa Covid-19 merupakan hasil konspirasi Rockefeller Foundation dari sumber yang lebih kredibel. Kalim itu sesungguhnya merupakan informasi lawas yang pernah ramai beredar pada Juli 2020. Informasi ini sebelumnya telah dikelompokan sebagai informasi yang keliru. 

    Berdasarkan arsip berita cek fakta Tempo, klaim Covid-19 sebagai hasil konspirasi Rockefeller Foundation merupakan klaim yang tidak memiliki basis bukti dan tidak sesuai fakta. Rockefeller sendiri telah meninggal pada 20 Maret 2017 pada usia 101 tahun. Sementara pandemi Covid-19 baru terjadi pada penghujung 2019 atau hampir tiga tahun setelah kematiannya. Rockefeller Foundation sendiri adalah yayasan keluarga Rockefeller yang dalam seabad ini, jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi, telah banyak berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat dan mendukung pengembangan vaksin.

    Selain itu, berdasarkan arsip berita Tempo pada 30 Maret 2020, hasil studi yang dipimpin oleh Kristian Andersen, profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research Institute, California, AS, sebenarnya telah membantah rumor bahwa SARS-CoV-2 sengaja dibuat atau produk rekayasa laboratorium. Menurut studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini, SARS-CoV-2 adalah buah dari proses evolusi alami.

    Dikutip dari USA TODAY, media yang berbasis di Amerika Serikat, klaim COVID-19 merupakan hasil konspirasi Rockefeller Foundation adalah klaim salah yang meminjam skenario dari "Lock Step", yaitu sebuah perencanaan yang menampilkan “skenario masa depan teknologi dan pembangunan Internasional” yang diambil dari laporan Rockefeller Foundation. Dalam laporan tersebut tidak menyebutkan COVID-19, vaksin untuk melawan penyakit tersebut, atau rencana untuk membentuk negara polisi selama pandemi.

    Organisasi pemeriksa fakta yang berbasis di Amerika Serikat, Snopes, bahkan mendapati klaim yang mengatakan COVID-19 adalah hasil konspirasi adalah palsu. Dasar klaim  yang menggunakan laporan The Rockefeller Foundation berjudul "Scenarios for the Future of Technology and International Development" merupakan pandangan yang salah. Dokumen ini bukan rencana tentang operasi manual untuk membuat virus jenis baru.

    Cek Fakta WUSA9, salah satu media yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat juga berpendapat yang sama. Dalam laporannya, dokumen Rockefeller' yang menjadi dasar COVID-19 merupakan hasil konspirasi tidak bisa dibuktikan. Dokumen Rockefeller tidak bisa membuktikan teori bahwa pandemi virus corona direncanakan pada tahun 2010. 

    Kesimpulan



    Hasil pemeriksaan fakta Tempo, klaim COVID-19 merupakan hasil konspirasi dan sudah direncanakan adalah keliru. Informasi terkait bahkan sebelumnya telah dinyatakan sebagai informasi yang salah.

    Dasar klaim COVID-19 merupakan hasil konspirasi sendiri diketahui diambil dari laporan The Rockefeller Foundation berjudul "Scenarios for the Future of Technology and International Development". Dalam laporan tersebut tidak menyebutkan COVID-19 merupakan operasi manual yang sengaja dirancang untuk untuk membuat virus jenis baru.

    Rujukan

  • (GFD-2024-19640) Sebagian Benar, Gelombang Panas di Indonesia Awal adalah Heatwave

    Sumber:
    Tanggal publish: 07/05/2024

    Berita



    Beredar Facebook sebuah unggahan terkait gelombang panas atau heatwave. Pengunggah menuliskan bahwa ia merasakan panas, gerah, dan gatal sebab karena ada gelombang panas.

    Pengunggah juga menuliskan sejumlah tips mengatasi gelombang panas antara lain minum air yang cukup, hindari minuman kafein, memakai baju berbahan ringan dan lain sebagainya.



    Benarkah saat ini terjadi gelombang panas? Berikut hasil pemeriksaan faktanya.

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo melakukan verifikasi klaim tersebut dengan menelusuri laporan lembaga pemantau cuaca dan sumber terbuka pemantau cuaca.

    Hasil Pemeriksaan 

    Berdasarkan penelusuran Tempo, gambar tersebut bersumber dari produk grafis AFP yang kemudian didistribusikan ulang oleh sejumlah media. Produk grafis yang dipublikasikan tanggal 30 April 2024 tersebut merupakan peta prediksi temperatur di sejumlah wilayah di Asia. Data tersebut diambil dari Global Deterministic Prediction System. 



    Data Global Deterministic Prediction System pada tanggal 30 April 2024, terjadi lonjakan suhu bervariasi di berbagai wilayah di Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal, dan Cina. Suhu tercatat mencapai tingkat maksimum 41,9-44,6 derajat Celcius.

    Tentang Heatwave

    Menurut World Meteorological Organization (WMO), heatwave atau gelombang panas merupakan periode dimana panas lokal yang berlebihan terakumulasi selama beberapa hari dan malam yang sangat panas. Gelombang panas dapat berlangsung selama beberapa hari hingga berbulan-bulan di mana suhu maksimum dan minimum sangat tinggi di suatu lokasi.

    Dilansir BMKG, karena secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan dinamika atmosfer tersebut, dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena gelombang panas atau heatwave. 

    Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial. 

    Dilansir Kompas.com, Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan suhu panas yang terjadi masih akan berlangsung hingga Agustus-September 2024. “Suhu panas itu biasanya dia (suhu panas) seiring pergerakan sinar Matahari dari ekuator ke belahan Bumi utara. Nanti balik lagi ke ekuator lagi dan belahan Bumi selatan,” kata Guswanto

    Ia juga menjelaskan, suhu panas yang terjadi di Indonesia berbeda dengan heatwave. “Fenomena panas di Indonesia dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu Matahari yang dapat terjadi secara berulang setiap tahun,” tegasnya.

    Sementara gelombang panas atau heatwave terjadi ketika terbentuk pusat tekanan tinggi di atmosfer atas (lebih dari tiga kilometer). Terbentuknya pusat tekanan tinggi menyebabkan udara panas terdiam di titik itu dalam waktu lama, harian, hingga mingguan.



    Publik bisa memantau perubahan suhu melalui sumber terbuka BMKG, Zoom Earth, World Weather Map, Marine Heatwave Monitor, Copernicus, Global Deterministic Prediction System dan masih banyak yang lainnya.  

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan Tim Cek Fakta Tempo, unggahan dengan narasi “Gelombang Panas di Indonesia Awal Adalah Heatwave” adalah sebagian benar.

    Suhu panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari. Jadi masuk dalam kategori suhu panas harian. Sedangkan heatwave atau gelombang panas terjadi ketika terbentuk pusat tekanan tinggi di atmosfer atas.

    Rujukan

  • (GFD-2024-19639) [SALAH] 20 Mei 2024 Sofiatun Gudono akan Menikah dengan Prabowo

    Sumber: Tiktok.com
    Tanggal publish: 07/05/2024

    Berita

    “Sofiatun Gudono, ibu mertua Kaesang; besan Jokowi. Tgl 20 Mei 2024 akan menikah dg Prabowo Subianto”

    Hasil Cek Fakta

    Akun Tik Tok dodi.piliang memposting sebuah video yang di dalamnya terdapat gambar Sofiatun Gudono yang merupakan mertua dari Kaesang Pangarep. Pada video berdurasi 3 menit 49 detik tersebut disertai narasi bahwa Sofiatun Gudono akan menikah dengan Prabowo Subianto tanggal 20 Mei 2024.

    Setelah ditelusuri dengan menuliskan kata kunci Sofiatun Gudono menikah dengan Prabowo Subianto ditemukan beberapa artikel salah satunya dimuat oleh Kompas berjudul “Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang “Hoaks”” 1 Mei 2024 pukul 18.10 WIB. Informasi bahwa Prabowo menikahi besan Presiden Joko Widodo, Sofiatun Gudono merupakan hoaks hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak.

    Dengan demikian informasi bahwa Sofiatun Gudono akan menikah dengan Prabowo pada 20 Mei 2024 merupakan hoaks. Hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, sehingga masuk dalam kategori konten palsu.

    Kesimpulan

    Sofiatun Gudono akan menikah dengan Prabowo pada 20 Mei 2024 merupakan hoaks. Hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak.

    Rujukan