• (GFD-2024-17564) Cek Fakta: Tidak Benar Foto Presiden Jokowi dan Prabowo Bawa Plakat 'Juara 1 Nipu Rakyat'

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/04/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan foto Presiden Jokowi dan Prabowo membawa piala dan plakat "Juara 1 Nipu Rakyat". Postingan itu beredar sejak akhir pekan lalu.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 31 Maret 2024.
    Dalam postingannya terdapat foto Presiden Jokowi dan Prabowo membawa Piala dan plakat dengan tulisan "Juara 1 Nipu Rakyat". Postingan itu juga disertai narasi:
    "PENYELENGARA PEMILU DIPEMERINTAHANNYA NGAKALIN SIREKAP. BIAR RAKYAT INDONESIA DUNGO NGIKUTIN KEMAUANNYA."
    Lalu benarkah postingan foto Presiden Jokowi dan Prabowo membawa piala dan plakat "Juara 1 Nipu Rakyat"?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menggunakan Google Lens. Hasilnya ada foto yang identik dengan postingan.
    Foto itu diunggah dalam laman Suarabutesarko.com dalam artikel berjudul "Sukses, Lapak 98 Kota Jambi Gelar Pra Lomba Merpati Tinggi Kolong" yang diunggah pada 14 Januari 2022.
    Kesamaan terdapat pada kaos yang dipakai, piala, dan plakat dan juga kaos yang dipakai kedua orang yang difoto. Namun dalam plakat terdapat tulisan "BOB Juara 1 Rp 15.000.000" bukan tulisan "Juara 1 Nipu Rakyat" seperti dalam postingan.
    Simak foto aslinya di bawah ini:

    Kesimpulan


    Postingan foto Presiden Jokowi dan Prabowo membawa piala dan plakat "Juara 1 Nipu Rakyat" adalah tidak benar. Faktanya foto tersebut merupakan hasil editan.

    Rujukan

  • (GFD-2024-17563) Cek Fakta: Hoaks Bank Kalsel Buka Pendaftaran Gebyar Undian di Facebook

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/04/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar kembali postingan yang mengklaim pendaftaran gebyar undian dari Bank Kalsel. Postingan itu beredar sejak pekan lalu.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 27 Maret 2024.
    Berikut isi postingannya:
    "𝐊𝐡𝐮𝐬𝐮𝐬 𝐍𝐚𝐬𝐚𝐛𝐚𝐡 (𝐁𝐚𝐧𝐤-𝐊𝐚𝐥𝐬𝐞𝐥) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐭𝐢𝐟 (𝐀𝐤𝐬𝐞𝐥-𝐌𝐨𝐛𝐢𝐥𝐞) 𝐚𝐲𝐨 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 (𝐏𝐞𝐬𝐭𝐚-𝐇𝐚𝐝𝐢𝐚𝐡) (𝐁𝐏𝐃-𝐊𝐚𝐥𝐬𝐞𝐥)
    * 𝟐 𝐏𝐚𝐤𝐞𝐭 𝐔𝐦𝐫𝐨𝐡
    𝟏 𝐔𝐧𝐢𝐭 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡
    𝟏𝟎 𝐌𝐨𝐛𝐢𝐥
    𝟏𝟓 𝐌𝐨𝐭𝐨𝐫
    𝟐𝟎 𝐄𝐦𝐚𝐬 𝐌𝐮𝐫𝐧𝐢
    𝟐𝟓 𝐋𝐞𝐦𝐚𝐫𝐢 𝐄𝐬
    𝟓𝟎 𝐒𝐦𝐚𝐫𝐭𝐩𝐡𝐨𝐧𝐞
    𝟏𝟎𝟎 𝐓𝐕
    𝟐𝟓 𝐒𝐞𝐩𝐞𝐝𝐚 𝐠𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠
    𝟓𝟎 𝐑𝐢𝐜𝐞 𝐜𝐨𝐨𝐤𝐞𝐫
    𝐈𝐧𝐟𝐨 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 (𝐏𝐞𝐬𝐭𝐚-𝐇𝐚𝐝𝐢𝐚𝐡) 𝐬𝐢𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐥𝐢𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐧 (𝐃𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫-𝐒𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐦𝐢 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐝𝐢 𝐮𝐧𝐝𝐢 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐚𝐡 𝐧𝐲𝐚𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐠𝐞𝐫𝐚𝐭𝐢𝐬..."
    Lalu benarkah postingan yang mengklaim pendaftaran gebyar undian dari Bank Kalsel?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Bank Kalsel di Instagram, @bankkalsel yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan pendaftaran gebyar undian.
    "Waspada, modus penipuan undian berhadiah mengatasnamakan Bank Kalsel. Jangan pernah beritahukan PIN, Password, dan kode OTP Anda kepada siapapun, termasuk yang mengaku sebagai petugas Bank Kalsel," bunyi pernyataan Bank Kalsel pada unggahan stories 31 Maret 2024.
    "Akun resmi Instagram Bank Kalsel hanyalah @bankkalsel dan @bankkalselsyariah. Apabila ditemukan akun lain selain yang tertera di atas maka itu bukan merupakan akun resmi Bank Kalsel atau kami nyatakan palsu.
    Segala macam informasi terkait undian berhadiah serta promosi lainnya hanya akan disampaikan melalui akun resmi Bank Kalsel."

    Kesimpulan


    Postingan yang mengklaim pendaftaran gebyar undian dari Bank Kalsel adalah hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2024-17562) Keliru, Konten Berisi Klaim Pengungsi Rohingya Datang ke Indonesia Dipersenjatai AS Sebagaimana Israel di Palestina

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/04/2024

    Berita



    Sebuah narasi beredar di Facebook akun ini, ini, dan ini, berisi klaim bahwa pengungsi Rohingya sengaja didatangkan ke Indonesia oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk dipersenjatai dan menjajah Indonesia.

    Narasi itu mengatakan bahwa Israel pernah mengancam untuk menjadikan Indonesia seperti Palestina.  Berikut bunyi narasi tersebut: Tolak imigran gelap rohingya.. ingat Israel dan Amerika pernah berkata, jika Indonesia ikut campur tangan untk membntu palestina, maka Israel akan membuat indonesia sama seperti Palestina……



    Namun, benarkah pengungsi Rohingya datang ke Indonesia untuk dipersenjatai oleh Amerika Serikat dan Israel?

    Hasil Cek Fakta



    Sebelumnya pernah beredar konten di internet yang mengatakan Presiden Israel Reuven Rivlin mengancam akan menjadikan Indonesia seperti Palestina yang mereka hancurkan, bila Indonesia terus ikut campur dalam konflik Israel-Palestina.

    Namun hasil Cek Fakta Tempo menunjukkan bahwa sesungguhnya narasi yang beredar tahun 2020 itu keliru. Tidak pernah ditemukan berita terkait ancaman dari Rivlin itu di media.

    Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, pengungsi Rohingya datang ke Indonesia untuk melarikan diri dari bahaya yang mengancam mereka di tempat tinggal sebelumnya, kamp pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh.

    Dikatakan juga niat pengungsi Rohingya datang, bukan untuk mengeksploitasi Indonesia, melainkan untuk menghindari pembunuhan, penculikan dan pemerasan yang terus terjadi di Cox’s Bazar, tempat mereka tinggal sebelumnya.

    Hal itu sebenarnya sudah dikonfirmasi tim Polda Aceh yang telah berkunjung ke Cox’s Bazar pada 18 Maret 2024, sebagaimana diberitakan AJNN. Dir Intelkam Polda Aceh, Muhammad Ali Khadafi, mengatakan kondisi pengungsian di sana rawan pembunuhan, bentrok antar geng, hingga peredaran narkotika.

    Tempo juga pernah memeriksa narasi yang mengatakan UNHCR minta Pulau Galang di Kota Batam, Kepulauan Riau, untuk tempat tinggal pengungsi Rohingya. Sesungguhnya narasi tersebut juga keliru.

    Di sisi lain, sejumlah media memberitakan sesungguhnya pengungsi Rohingya ingin kembali ke Myanmar yang mereka anggap sebagai tanah airnya, salah satunya Antara. Mereka datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk mencari keselamatan.

    Pengungsi Rohingya ingin kembali hidup di Myanmar, diakui sebagai warga negara, mendapatkan kebebasan bekerja dan dijamin keselamatannya. Mereka menuntut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dan meminta dukungan internasional untuk membantu memulangkan mereka dengan aman ke Myanmar.

    Mereka menginginkan proses repatriasi ke Myanmar yang aman dan tidak rumit. Upaya repatriasi pernah dilakukan tahun 2018 dan 2019, namun beberapa orang yang mengikuti program itu mengaku dikurung di Myanmar, hingga upaya itu gagal dilakukan.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan pengungsi Rohingya datang ke Indonesia untuk dipersenjatai Amerika Serikat dan Israel demi menjajah Indonesia, sebagaimana AS mempersenjatai Israel untuk menguasai Palestina, merupakan klaim keliru.

    Narasi yang disertakan, seperti Presiden Israel mengancam Indonesia dan pengungsi Rohingya minta pulau di Indonesia, telah terbukti hoaks. Selain itu pengungsi Rohingya sesungguhnya ingin kembali ke Myanmar, namun dijamin kebebasan dan keselamatannya.

    Rujukan

  • (GFD-2024-17561) Keliru, Video Berisi Narasi ChatGPT Versi 1.0 Tahun 2006 Mampu Prediksi Pandemi Covid

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/04/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook dan YouTube [ arsip ] berisi klaim bahwa aplikasi kecerdasan buatan berbasis teks generatif, ChatGPT yang diluncurkan sejak 2006, telah meramalkan akan terjadi pandemi Covid pada 2020. Konten itu disertai video yang memperlihatkan tampilan layar komputer dengan sistem Windows XP versi lawas. 

    Komputer itu menayangkan ChatGPT versi 1.0 Pengguna dalam video itu pun mencoba mengajukan beberapa pertanyaan pada kolom yang tersedia salah satunya tentang pandemi yang akan terjadi pada 2020.



    Namun, benarkah OpenAI dan ChatGPT telah ada pada tahun 2006 dan meramalkan akan ada pandemi Covid pada tahun 2022?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo mencermati keterangan yang disertakan dalam unggahan di YouTube yang menjadi sumber video tersebut. Dalam keterangannya, dikatakan bahwa sesungguhnya video tersebut bersifat imajiner, alias tidak nyata.

    Berikut bagian awal keterangan yang disertakan dalam unggahan di YouTube:

    Dengan senang hati mempersembahkan perjalanan imajinatif terbaru kami, kali ini membayangkan dunia di mana versi beta ChatGPT 1.0 diluncurkan pada tahun 2006! Bayangkan saja kemungkinan jika ChatGPT sudah ada pada saat itu – hal ini akan sangat transformatif. Dan untuk menambahkan sentuhan lucu, kami memberikan ChatGPT kemampuan untuk memprediksi masa depan.

    Dalam halaman profil saluran bernama Faded Vault tersebut, dijelaskan video-video yang dibuat dan diunggah di sana, merupakan hasil ilusi visual alias bukan kenyataan. Karya-karya mereka bertema klasik agar penonton bisa bernostalgia dan terhibur.

    Berikut bagian awal keterangan profil saluran YouTube tersebut:

    Selamat datang di Faded Vault, tempat kami menghidupkan gema masa lalu melalui seni ilusi visual. Saluran kami adalah tempat perlindungan bagi mereka yang ingin menghidupkan kembali pesona masa lalu. Menggunakan camcorder Sony asli dari tahun 90an, setiap frame menangkap getaran otentik, merangkai permadani yang melampaui waktu.

    Dilansir NPR, OpenAI merupakan laboratorium penelitian non komersial yang dibangun Sam Altman, Elon Musk, dan beberapa orang lainnya, pada tahun 2015. Tidak seperti perusahaan raksasa teknologi, mereka lebih mengutamakan prinsip-prinsip yang dijunjung daripada keuntungan.

    Musk kemudian keluar dari dewan direksi tahun 2018, setelah mengatakan sumbangan darinya untuk laboratorium penelitian itu mencapai 50 juta USD. Di sisi lain, OpenAI merasa membutuhkan lebih banyak biaya dan perangkat komputer dengan spesifikasi lebih tinggi.

    Kemudian mereka membentuk cabang nirlaba yang secara umum disebut capped profit. Bagian ini bertugas mengatur pendanaan dari investor dan membatasi keuntungan investor agar sebagian penghasilan kembali ke perusahaan. 

    Terjadi perdebatan di internal perusahaan, antara pihak yang ingin OpenAI tetap menahan diri dari komersialisasi dan lebih menekankan melayani kemanusiaan, dengan pihak lain yang menginginkan pelepasan produk ke pasar untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. 

    Altman yang saat itu berusia 38 tahun mengambil jalan tengah membuat sebuah aplikasi yang awalnya pemakaiannya dibatasi pada grup kecil, dan terus diperluas sambil disempurnakan sebelum diluncurkan ke publik.

    Aplikasi tersebut adalah ChatGPT yang diluncurkan tahun 2022. Aplikasi bisa berinteraksi dengan pengguna melalui teks, yang telah dilatih memberikan respons yang tepat berdasarkan berbagai pengetahuan yang tersimpan di database.

    Aplikasi bisa digunakan masyarakat secara daring, gratis, dan tanpa batasan waktu maupun kuota. Juga disediakan versi berbayar secara berlangganan yang memberikan layanan lebih, misalnya fitur Advanced Data Analysis.

    Tempo mencoba bertanya pada ChatGPT, apakah dia bisa memprediksi kejadian tahun depan? ChatGPT menjawab dia tidak bisa memprediksi masa depan secara pasti, namun bisa memberikan wawasan berdasarkan tren data.

    Berikut jawaban ChatGPT selengkapnya:

    Sebagai sebuah aplikasi AI, saya tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan dengan pasti. Meskipun saya dapat memberikan wawasan berdasarkan pola, tren, dan data yang ada, masa depan pada dasarnya tidak pasti dan dipengaruhi oleh banyak variabel. Penting untuk melakukan pendekatan terhadap prediksi dengan hati-hati dan mengandalkan analisis serta perkiraan para ahli saat merencanakan masa depan. Jika Anda memiliki pertanyaan spesifik tentang tren atau potensi hasil, jangan ragu untuk bertanya, dan saya akan berusaha sebaik mungkin memberikan informasi berdasarkan pengetahuan dan data yang ada hingga pembaruan terakhir saya pada Januari 2022.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan ChatGPT 1.0 telah ada tahun 2006 dan bisa memprediksi adanya pandemi Covid pada 2022, adalah klaim keliru.

    Video yang beredar sesungguhnya telah diberi keterangan sebagai film fiksi yang menggambarkan kehidupan tahun 2006 dengan tampilan klasik, dengan tujuan hiburan. Sementara, OpenAI awalnya merupakan laboratorium penelitian yang dibuat tahun 2015, dan kemudian meluncurkan ChatGPT tahun 2022.

    Rujukan