• (GFD-2025-25300) [KLARIFIKASI] Video Latihan Tempur Hamas pada 2007 Dibagikan dengan Konteks Keliru

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/01/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang diklaim menunjukkan pejuang Hamas merayakan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi video perlu diluruskan karena informasinya keliru.

    Video yang diklaim menunjukkan pejuang Hamas merayakan gencatan senjata dengan Israel dibagikan oleh akun Facebook ini pada 16 Januari 2025.

    Unggahan menyampaikan keterangan teks dalam bahasa Inggris, namun berikut narasi yang dibagikan dalam bahasa Indonesia:

    Para pejuang Hamas secara ajaib kembali mengenakan seragam, helm, pelindung badan dan balaklava.

    Barang-barang ini tidak tampak selama 15 bulan ketika mereka dengan sengaja bersembunyi di antara warga sipil dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tak terkira.

    Namun setiap kali aku atau warga Gaza lain mengatakan hal ini, kami dituduh sebagai "Zionis"

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri video tersebut menggunakan Google Lens. Hasilnya, ditemukan artikel bantahan dari pemeriksa fakta Logically Facts, 16 Januari 2025.

    Artikel itu menyebutkan, visual yang sama ditemukan dalam video berdurasi 2:13 yang diunggah kanal YouTube AP Archive pada 21 Juli 2015.

    Video AP Archive berjudul "Hamas fighters train for possible Israel attack". Berdasarkan deskripsi yang dicantumkan, video AP Archive diambil pada 15 September 2007.

    Deskripsi video juga menyebutkan bahwa para pejuang Hamas sedang melakukan latihan tempur di dekat perbatasan untuk mengantisipasi serangan Israel.

    Visual dalam video yang beredar di Facebook sama dengan visual yang ditayangkan dalam video AP Archive pada minutasi 0:59 sampai 1:09. 

    Terlihat para pejuang Hamas yang mengenakan pakaian militer melepaskan tembakan ke udara dan bersujud di tanah sambil meneriakkan slogan-slogan.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan pejuang Hamas merayakan gencatan senjata dengan Israel perlu diluruskan.

    Video tersebut dibagikan dengan konteks keliru. Video tersebut adalah latihan tempur pejuang Hamas pada 2007 untuk mengantisipasi serangan Israel.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25299) [KLARIFIKASI] Polisi Bantah Gereja di Distrik Oksop Dijadikan Pos Militer

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/01/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Warga Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat aktivitas militer.

    Mereka mengungsi ke wilayah Oksibil dan hutan karena takut dengan kehadiran 400 prajurit Tentara Negara Indonesia (TNI) yang melakukan penyisiran anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di kampung mereka.

    Setelah itu, beredar narasi di media sosial, yang menyebutkan Gereja GIDI Efesus di Oksop dijadikan pos militer. Namun, polisi membantah narasi tersebut.

    Informasi gereja di Oksop dijadikan pos militer disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (19/1/2025):

    Kondisi rumah milik Rakyat Sipil Kampung Mimin, Distrik Oksop-Pegununan Bintang.

    Rumah mereka dibongkar oleh Militer Indonesia, sebagian harta benda mereka diambil Militer Indonesia. Kebun yang dipagar pun dibongkar.

    Ayam & anjing milik Rakyat Sipil dibunuh dan sebagain dimakan Militer Indonesia.

    Gereja gidi pun dijadikan pos Militer Indonesia.

     

    Hasil Cek Fakta

    Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Komisaris Besar Polisi Yusuf Sutejo membantah narasi Gereja GIDI Efesus di Distrik Oksop dijadikan sebagai pos militer.

    Ia menyatakan, Distrik Oksop saat ini aman dan kondusif, dengan masyarakat setempat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan.

    "Distrik Oksop dalam kondisi aman dan terkendali. Mari kita bersama-sama menjaga Papua tetap damai, menjauhi provokasi, dan tidak mudah termakan isu yang tidak bertanggung jawab," ujarnya pada Senin (20/1/2025), dikutip dari situs Tribrata Polri.

    Di sisi lain, laporan terkait kondisi Distrik Oksop disampaikan oleh Vikaris Paroki Gereja Katolik Roh Kudus Mabilabol Oksibil Pastor Kletus Togodli Pr.

    "Sekitar 56 rumah di Kampung Mimin yang rusak, masyarakat bilang TNI yang merusak," kata Kletus dikutip dari Jubi.

    Ia mengatakan, ada sekitar 100 prajurit di Kampung Mimin dan menempati Gereja GIDI Efesus.

    Sebagai konteks, sejak 28 November 2024, warga dari Kampung Mimin, Kampung Oksop, Kampung Atener, Kampung Alutbakon, dan Kampung Oktumi mengungsi.

    Mereka berlindung ke hutan dan wilayah Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang karena takut dengan kehadiran TNI.

    Ketua Departemen Hukum dan HAM Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), Pdt Jimmy Koirewoa membenarkan bahwa ribuan warga mengungsi ke Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang.

    "Dari 3.318 warga yang mengungsi ini terdapat 54 balita dan 23 lansia, lima ibu hamil, dan dua pasien dengan kondisi penyakit berat," ujarnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya.

    Mgr Yanuarius You dari Keuskupan Jayapura meminta aparat keamanan untuk menarik pasukannya dari Distrik Oksop.

    "Atas nama umat dan masyarakat Oksop, agar militer yang saat ini menguasai wilayah mereka agar ditarik mundur," kata dia.

    Kesimpulan

    TNI memang melakukan penyisiran anggota TPNPB di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.

    Ribuan warga dari Kampung Mimin, Kampung Oksop, Kampung Atener, Kampung Alutbakon, dan Kampung Oktumi mengungsi karena takut dengan aktivitas militer.

    Namun, Satgas Operasi Damai Cartenz membantah narasi Gereja GIDI Efesus di Distrik Oksop dijadikan sebagai pos militer.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25298) Keliru, Vaksin COVID-19 Menyebabkan Kanker Turbo

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/01/2025

    Berita



    Enamcarousel di Instagram [ arsip ] berisi klaim bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan kanker turbo, penyakit kronis, dan penurunan kesuburan.

    Akun ini mengunggah video kolase yang berisi tangkapan layar artikel dari sejumlah mediaonline. Tangkapan layar pertama tentang informasi seorang siswa mengalami benjolan besar yang diklaim terjadi setelah imunisasi. Tangkapan layar berikutnya yang menghubungkan perkembangan jumlah pengidap kanker sebagai kanker turbo pasca vaksinasi.



    Benarkah vaksin Covid-19 menyebabkan kanker turbo?

    Hasil Cek Fakta



    Verifikasi Tempo berdasarkan pemberitaan yang kredibel dan hasil penelitian, menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 tidak menyebabkan kanker turbo. 

    Kanker turbo adalah mitos anti-vaksinasi yang mempercayai bahwa orang yang divaksinasi dengan COVID-19, terutama dengan vaksin mRNA, menderita kanker yang berkembang pesat. Klaim ini disebarkan oleh mereka yang menentang vaksin tetapi tidak memiliki basis bukti. Misalnya, postingan berbahasa Mandarin yang pernah menyebar di X pada April 2024, menyebut bahwa Putri Wales, Kate Middleton, menderita kanker turbo setelah vaksinasi COVID-19 pada 2021. Namun hasil penelusuran Associated Press, Middleton telah mengungkapkan bahwa ia didiagnosis menderita penyakit tersebut pada usia 42 tahun, sebelum vaksinasi.

    Dilansir Australian Associated Press, Helen Petousis-Harris, ahli vaksin dari Department of General Practice and Primary Health Care at the University of Auckland mengatakan Istilah “kanker turbo” tidak dikenal secara medis, namun sering digunakan oleh kelompok anti-vaksin untuk mengaitkan vaksin dengan kanker yang agresif.

    Mulanya istilah itu disebarkan oleh Ryan Cole dalam sebuah wawancara dengan Greg Hunter pada Oktober 2023. Kami melihat banyak turbo cancer yang tak terkendali. Dan saya pikir kita akan terus melihatnya,” kata dia. 

    Kepada Factcheck.org, Ryan Cole mengatakan klaimnya tersebut merujuk pada publikasi berjudul “mRNA vaccines—a new era in vaccinology” yang diterbitkan tahun 2018 di laman Nature Reviews Drug Discovery. Namun klaim tersebut dibantah oleh Norbert Pard i, seorang asisten profesor riset kedokteran di University of Pennsylvania, penulis utama makalah tersebut.

    “Tidak ada publikasi yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA menyebabkan kanker atau penyakit autoimun.” kata Pardi, kepada Factcheck.org. Ia juga mengatakan, makalah tersebut ditulis sebelum pandemi COVID-19,  sehingga tidak ada pembahasan tentang vaksin COVID-19 di dalamnya.

    Ryan Cole, dilansir The Washington State Standard, adalah seorang dokter yang izin praktiknya dibekukan oleh Komisi Medis Washington selama lima tahun. Ia tidak diperkenankan melakukan praktik kedokteran perawatan primer dan meresepkan obat untuk pasien di Washington.

    Hal ini diputuskan setelah ada penyelidikan yang menyebutkan bahwa ia melanggar standar praktik medis dengan meresepkan ivermectin kepada empat pasien COVID-19 melalui platform telehealth berbasis pesan instan tanpa melihat riwayat medis.

    Dilansir The Idaho Capital Sun, pada Mei 2022, seorang pasien melaporkan Ryan Cole kepada Washington Medical Commission. Dalam kasus ini ia dilaporkan karena salah mendiagnosis seorang wanita berusia 64 tahun, yang kemudian menjalani operasi untuk mengangkat bagian tubuh yang terkena kanker.

    Klaim 1: Bengkaknya lengan karena vaksin COVID-19.Fakta: Masih diselidiki, tapi lokasi benjolan bukan pada lengan yang diimunisasi.

    Tangkapan layar pertama yang memperlihatkan benjolan pada lengan, diambil dari situs revolusinews.com. Artikel tersebut menulis bahwa bengkak di lengan kanan tersebut dialami oleh Siska, anak berusia sepuluh tahun di Desa Kedungempong, Serang. Bengkak tersebut diduga bermula saat ia menerima imunisasi pada tahun 2021.

    Orang tua Siska mengatakan pada Akurat.co, imunisasi tersebut dilakukan di sekolah saat Siska duduk kelas satu, yang diikuti suhu tubuh yang turun dan naik. Benjolan tersebut kemudian muncul dan membesar. Namun Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Istianah Haryanti, dikutip dari Tribun Banten.com, mengatakan suntikan imunisasi biasanya dilakukan pada lengan kiri. Sedangkan bengkak tersebut terjadi pada lengan kanan. “Benjolan ini kemungkinan besar kasus tumor tulang dan tidak berkaitan dengan vaksinasi,” kata Haryanti.

    Saat ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang sedang menyelidiki kasus ini dan memastikan Siska mendapatkan penanganan medis. 

    Klaim 2: Meningkatnya angka kanker karena vaksin COVID-19Fakta: Tidak ada bukti yang mengaitkan antara meningkatnya angka kanker di Inggris dengan vaksin COVID-19.

    Informasi tentang peningkatan kanker di Inggris, diambil dari laman Dailymail.co,uk. DailyMail menulis berdasarkan data dari National Health Service (NHS), bahwa kasus kanker mencapai rekor tertinggi di Inggris pada 2022 dengan  346.217 diagnosis, lima persen lebih tinggi pada 2021 dengan 329.664 diagnosis. Namun dalam artikel tersebut, sesungguhnya tidak menyebutkan bahwa peningkatan kasus kanker tersebut akibat vaksinasi COVID-19.

    Blood Cancer UK Healthcare Professionals Advisory Panel (HPAP) dalam pernyataan resmi mengatakan, hasil penelitian justru menunjukkan vaksin COVID-19 penting bagi penderita kanker darah untuk mempertahankan kekebalan tubuh mereka. 

    Panel ahli kanker ini mengatakan “Kami menyadari bahwa ada klaim yang dibuat tentang hubungan antara vaksin COVID-19 dan kanker. Tidak ada studi terkontrol berskala besar (studi dengan bukti ilmiah yang paling kuat) yang menunjukkan peningkatan risiko kanker setelah vaksinasi COVID-19.”

    Dilansir Reuters, tiga pakar dari Johns Hopkins Center for Health Security, Rumah Sakit Christie, Manchester, dan Universitas Edinburgh mengatakan tidak ada bukti bahwa meningkatnya angka kanker di Inggris terkait dengan vaksin COVID-19”.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan kanker turbo adalahkeliru.

    Sampai saat ini tidak ada studi ilmiah yang menunjukkan peningkatan risiko kanker setelah vaksinasi COVID-19. Sebaliknya, vaksin SARS-CoV-2 terbukti memperkuat sistem kekebalan tubuh, sebab setelah vaksinasi seseorang memiliki antibodi terhadap virus.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25297) Keliru, Website Pendaftaran Program Petani Milenial 2024

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/01/2025

    Berita



    Sebuah  konten beredar di Facebook [ arsip ] yang diklaim tautan untuk mengakses formulir pendaftaran program Petani Milenial 2024 dari Kementerian Pertanian (Kementan). Tautan itu menuju website: https://lowongankerjamudah.my.id/d/petani-milineal-2024/.

    Konten itu juga menampilkan poster dengan foto Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dan selebriti Raffi Ahmad. Poster bertuliskan pembukaan lowongan Petani Milenial 2024 dengan gaji Rp 10 juta per bulan.



    Namun, benarkah tautan itu adalah situs untuk mendaftar program Petani Milenial 2024?

    Hasil Cek Fakta



    Tautan yang beralamat di https://lowongankerjamudah.my.id/d/petani-milineal-2024/ bukanlahwebsiteresmi untuk mendaftar program Petani Milenial. 

    Dilansir Tempo, informasi resmi tentang pendaftaran dan pelatihan program Petani Milenial 2024 hanya bisa diakses diwebsite resmi Kementan yakni https://latihanonline.pertanian.go.id.  

    Peserta yang ingin mendaftar program tersebut dapat mengikuti langkah-langkah untuk mendaftar:  

    Adapun syarat peserta dalam program ini di antaranya berusia 19 hingga 39 tahun dan memiliki minat atau pengalaman dalam bidang pertanian.

    Kementan juga membuka kesempatan bagi petani yang sudah memiliki usaha pertanian dan ingin mengembangkan kemampuannya melalui teknologi digital, melalui program ini.

    Keterangan dari akun Instagram Kementan menyatakan bahwa program Petani Milenial memiliki nama lain, yakni Brigade Milenial. Meskipunwebsite formulir pendaftaran resmi program itu sedang tidak bisa diakses, Kementan menyarankan mencari informasi terkait program itu di website resmi dinas pertanian masing-masing daerah.

    Menteri Pertanian sesungguhnya tidak mengatakan peserta program akan mendapat gaji Rp 10 juta, alias pemerintah tidak mengeluarkan gaji untuk peserta program. Uang Rp 10 juta adalah proyeksi penghasilan mandiri peserta yakni dari hasil panen. 

    Modus Penipuan dengan Web Palsu 

    Narasi yang beredar tentangwebsite palsu untuk pendaftaran program pemerintah termasuk penipuan (scam).Scam menggunakan identitas palsu, salah satunyawebsite palsu, untuk mengambil keuntungan dari korbannya, menurut perusahaan keamanan digital Kaspersky

    Penipu biasanya menggunakan peringatan keamanan palsu, iming-iming hadiah atau sumber penghasilan besar, dan format penipuan lainnya untuk memikat korban. Mereka mengincar data pribadi, data akun keuangan, hingga pembobolan kartu kredit.

    Praktik ini juga disebut rekayasa sosial atausocial engineeringyang memanfaatkan kelemahan masyarakat. Misalnya masyarakat yang mendambakan penghasilan besar diiming-imingi hadiah, dan ketidaktelitian masyarakat padawebsite palsu, digunakan untuk mengelabui untuk mendapatkan data pribadi mereka.

    Cara menghindari praktikscam di antaranya dengan memeriksa keaslian alamatwebsite. Bila terkait program Petani Milenial yang digelar Kementan, maka sangat dianjurkan menyimak informasi diwebsite resmi Kementan atau dinas pertanian masing-masing daerah.

    Kemudian hati-hati bila orang tak dikenal tiba-tiba meminta transferan sejumlah uang. Karena uang yang ditransfer ke penipu tidak akan bisa kembali. Ketiga, hati-hati terhadap janji yang muluk-muluk yang mengharuskan kita melakukan sejumlah aktivitas berisiko.

    Keempat, carilah informasi yang cukup di internet sebelum memutuskan untuk berurusan dengan sebuahwebsite. Terakhir, selalu gunakan saluran internet yang aman.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa tautanwebsite pendaftaran program Petani Milenial 2024 yang disebarkan di Facebook adalah tautan situs palsu, bagian dari praktikscam. Narasi konten tersebutkeliru.

    Rujukan