(GFD-2020-5550) [SALAH] Tidak Ada Media Lokal yang Meliput Berita Kepulangan Habib Rizeq
Sumber: facebook.comTanggal publish: 14/11/2020
Berita
“Di indonesia beritanya tak ada tapi alhamdulillah di luar negri sangat bergema”
Hasil Cek Fakta
Pengguna Facebook Rahmawati Esy Lukman dalam forum Laskar Gatot Nurmantyo Sahabat Petani Indonesia mengunggah sebuah video cuplikan berita (12/11) kepulangan Habib Rizieq Shihab yang diliput oleh media internasional WION. Unggahan tersebut juga disertai dengan keterangan yang menyatakan bahwa tidak ada media lokal yang meliput berita kepulangan Rizieq pada 10 November 2020 lalu.
Berdasarkan hasil penelusuran, beberapa media Indonesia meliput berita kepulangan Rizieq pada 10 November 2020 lalu. Media TV One telah meliput berita kepulangan Rizieq sejak tanggal 9 November 2020. Begitu pula dengan media detikNews, Kompas, dan SCTV yang meliput langsung suasana kepulangan Rizieq dari Bandara Soekarno-Hatta. Media CNN Indonesia juga meliput suasana ketika Rizieq tiba di kediamannya di Petamburan, Jakarta Pusat.
Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh Facebook Rahmawati Esy Lukman dalam forum Laskar Gatot Nurmantyo Sahabat Petani Indonesia dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Berdasarkan hasil penelusuran, beberapa media Indonesia meliput berita kepulangan Rizieq pada 10 November 2020 lalu. Media TV One telah meliput berita kepulangan Rizieq sejak tanggal 9 November 2020. Begitu pula dengan media detikNews, Kompas, dan SCTV yang meliput langsung suasana kepulangan Rizieq dari Bandara Soekarno-Hatta. Media CNN Indonesia juga meliput suasana ketika Rizieq tiba di kediamannya di Petamburan, Jakarta Pusat.
Dengan demikian, informasi yang diunggah oleh Facebook Rahmawati Esy Lukman dalam forum Laskar Gatot Nurmantyo Sahabat Petani Indonesia dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Informasi yang salah. Faktanya, beberapa media Indonesia meliput berita kepulangan Habib Rizieq pada 10 November 2020 lalu. Beberapa media tersebut antara lain adalah TV One, detikNews, Kompas, SCTV, serta CNN Indonesia.
Informasi yang salah. Faktanya, beberapa media Indonesia meliput berita kepulangan Habib Rizieq pada 10 November 2020 lalu. Beberapa media tersebut antara lain adalah TV One, detikNews, Kompas, SCTV, serta CNN Indonesia.
Rujukan
(GFD-2020-5549) [SALAH] Sampul Majalah Hidayah “SESEORANG PRIA BERWAJAH GOSONG MENDADAK MATI MENDENGAR KEPULANGAN HABIB RIZIEQ”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 14/11/2020
Berita
“Alhamdulillah”
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Budi Zulfikri Tanjung III mengunggah sebuah gambar sampul majalah Hidayah dengan judul “Seorang Pria Berwajah Gosong Mendadak Mati mendengar Kepulangan Habieb Riziq” pada 9/11/2020.
Dalam gambar sampul majalah hidayah tersebut, tampak seorang pria tergeletak di kasur mengerang kesakitan. Orang-orang di sekitanya tampak mendoakan pria tersebut. Unggahan tersebut disertai narasi “Alhamulillah” dan unggahan itu sudah dibagikan sebanyak 12 kali oleh pengguna facebook lainnya.
Berdasarkan hasil penelusuran, gambar tersebut adalah hasil suntingan/editan. Gambar asli ditemukan pada toko online shop di marketplace Tokopedia dengan nama produk “HOT SALE Majalah Hidayah Limited Edition 2”. Gambar asli sampul majalah Hidayah tersebut berjudul “Liputan Khusus Tren Ruqyah di Tengah Masyarakat Modern” dan “Mulut Keluarkan Api menjelang Ajal”.
Dengan demikian, gambar sampul majalah Hidayah pada unggahan Budi Zulfikri Tanjung III adalah salah dan masuk kategori konten yang dimanipulasi.
Dalam gambar sampul majalah hidayah tersebut, tampak seorang pria tergeletak di kasur mengerang kesakitan. Orang-orang di sekitanya tampak mendoakan pria tersebut. Unggahan tersebut disertai narasi “Alhamulillah” dan unggahan itu sudah dibagikan sebanyak 12 kali oleh pengguna facebook lainnya.
Berdasarkan hasil penelusuran, gambar tersebut adalah hasil suntingan/editan. Gambar asli ditemukan pada toko online shop di marketplace Tokopedia dengan nama produk “HOT SALE Majalah Hidayah Limited Edition 2”. Gambar asli sampul majalah Hidayah tersebut berjudul “Liputan Khusus Tren Ruqyah di Tengah Masyarakat Modern” dan “Mulut Keluarkan Api menjelang Ajal”.
Dengan demikian, gambar sampul majalah Hidayah pada unggahan Budi Zulfikri Tanjung III adalah salah dan masuk kategori konten yang dimanipulasi.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Konaah (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta).
Gambar hasil suntingan/editan. Gambar asli sampul majalah Hidayah tersebut berjudul “Liputan Khusus Tren Ruqyah di Tengah Masyarakat Modern” dan “Mulut Keluarkan Api menjelang Ajal”.
Gambar hasil suntingan/editan. Gambar asli sampul majalah Hidayah tersebut berjudul “Liputan Khusus Tren Ruqyah di Tengah Masyarakat Modern” dan “Mulut Keluarkan Api menjelang Ajal”.
Rujukan
(GFD-2020-5548) [SALAH] “Lantunan sholawat Nissa Sabyan di American membuat Juri menangis”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 14/11/2020
Berita
Akun Sanda Sanda (fb.com/100043416331394) mengunggah sebuah foto yang merupakan potongan dari video yang diunggah oleh akun Su An Par Az (fb.com/SuAnParAz) yang seolah memperlihatkan penampilan Nissa Sabyan di sebuah ajang pencarian bakat di Amerika Serikat. Di video itu juga tertulis klaim bahwa lantunan selawat yang dibawakan oleh Nissa dalam ajang tersebut membuat para juri menangis.
Dalam video berdurasi sekitar 4 menit itu, Nissa menyanyikan lagu “Deen Assalam”. Di sela-sela penampilan Nissa, terselip cuplikan-cuplikan yang memperlihatkan penyanyi Cheryl, produser Simon Cowell, dan presenter Nick Grimshaw tercengang, lalu menitikkan air mata
Dalam video berdurasi sekitar 4 menit itu, Nissa menyanyikan lagu “Deen Assalam”. Di sela-sela penampilan Nissa, terselip cuplikan-cuplikan yang memperlihatkan penyanyi Cheryl, produser Simon Cowell, dan presenter Nick Grimshaw tercengang, lalu menitikkan air mata
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim adanya video penampilan Nissa Sabyan di sebuah ajang pencarian bakat di Amerika Serikat adalah klaim yang salah.
Faktanya, video itu adalah video hasil suntingan yang menggabungkan dua video yang berbeda. Video yang memperlihatkan Cheryl, Simon Cowell, dan Nick Grimshaw diambil dari tayangan The X Factor UK pada 30 Agustus 2015. Adapun video yang memperlihatkan Nissa yang sedang menyanyikan lagu “Deen Assalam” berasal dari tayangan NET pada 29 Mei 2018.
Dilansir dari Tempo.co, untuk memeriksa klaim dalam unggahan akun Su An Par Az, Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Google. Hasil penelusuran mengarah pada video di YouTube berjudul “X Factor contestant Josh Daniels makes judges cry” yang diunggah oleh kanal Etoro 2015 pada 2 September 2015.
Tempo kemudian melakukan penelusuran lanjutan di YouTube dan menemukan video aslinya di kanal The X Factor UK yang diunggah pada 30 Agustus 2015. Video ini menampilkan ekspresi tiga juri The X Factor UK saat itu, Simon Cowell, Cheryl, dan Nick Grimshaw yang terpukau dan menitikkan air mata karena penampilan Josh Daniel, kontestan berusia 21 tahun yang menyanyikan lagu “Jealous” milik Labrinth.
Terkait video Nissa Sabyan, Tempo menelusurinya lewat petunjuk logo NET.Z yang sebagian terlihat di sisi atas kanan video unggahan akun Su An Par Az. Lewat penelusuran di YouTube, Tempo menemukan bahwa video itu adalah video penampilan Nissa di acara Rising Star Net.Z yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET pada 29 Mei 2018.
Faktanya, video itu adalah video hasil suntingan yang menggabungkan dua video yang berbeda. Video yang memperlihatkan Cheryl, Simon Cowell, dan Nick Grimshaw diambil dari tayangan The X Factor UK pada 30 Agustus 2015. Adapun video yang memperlihatkan Nissa yang sedang menyanyikan lagu “Deen Assalam” berasal dari tayangan NET pada 29 Mei 2018.
Dilansir dari Tempo.co, untuk memeriksa klaim dalam unggahan akun Su An Par Az, Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Google. Hasil penelusuran mengarah pada video di YouTube berjudul “X Factor contestant Josh Daniels makes judges cry” yang diunggah oleh kanal Etoro 2015 pada 2 September 2015.
Tempo kemudian melakukan penelusuran lanjutan di YouTube dan menemukan video aslinya di kanal The X Factor UK yang diunggah pada 30 Agustus 2015. Video ini menampilkan ekspresi tiga juri The X Factor UK saat itu, Simon Cowell, Cheryl, dan Nick Grimshaw yang terpukau dan menitikkan air mata karena penampilan Josh Daniel, kontestan berusia 21 tahun yang menyanyikan lagu “Jealous” milik Labrinth.
Terkait video Nissa Sabyan, Tempo menelusurinya lewat petunjuk logo NET.Z yang sebagian terlihat di sisi atas kanan video unggahan akun Su An Par Az. Lewat penelusuran di YouTube, Tempo menemukan bahwa video itu adalah video penampilan Nissa di acara Rising Star Net.Z yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET pada 29 Mei 2018.
Rujukan
(GFD-2020-5547) [SALAH] “Ini Isi Pesan Buat Macros dari Misionaris Prancis yang Muallaf Setelah Ditawan ‘Teroris’ Mali”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 13/11/2020
Berita
Akun Media Rakyat Indonesia (fb.com/MediaRakyat2017) membagikan artikel berjudul “Ini Isi Pesan Buat Macros dari Misionaris Prancis yang Muallaf Setelah Ditawan ‘Teroris’ Mali” yang dimuat di situs warta-berita[dot]com pada 31 Oktober 2020.
Dalam artikel ini, terdapat klaim yang menyatakan bahwa Sophie Petronin yang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam, mengirim pesan tentang Islam kepada Presiden Emmanuel Macron.
Dalam artikel ini, terdapat klaim yang menyatakan bahwa Sophie Petronin yang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam, mengirim pesan tentang Islam kepada Presiden Emmanuel Macron.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa Misionaris Prancis yang mualaf mengirim pesan tentang Islam ke Presiden Emmanuel Macron adalah klaim yang salah.
Faktanya, Sophie Petronin bukan Misionaris dan tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini telah dikonfirmasi oleh putra Petronin, Sebastien Chadaud-Petronin.
Dilansir dari Tempo.co, untuk memverifikasi unggahan tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkan narasi dari unggahan itu dengan informasi dari berbagai pemberitaan media. Menurut laporan BBC dan France24, Sophie Petronin memang disandera di Mali oleh pemberontak Tuareg yang didukung oleh kelompok Islam pada Desember 2016. Ia dibebaskan pada 8 Oktober 2020, bersama mantan pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, setelah pemerintah Mali melepaskan lebih dari 100 tawanan jihadis.
Namun, Petronin bukan seorang misionaris. Ia adalah pekerja sosial yang fokus dalam membantu anak yatim dan anak kekurangan gizi. Dia menjalankan program dari Asosiasi Amal Swiss untuk Gao sejak 2004. Dia juga merupakan seorang ahli penyakit cacing Guinea yang ditemukan menyebar melalui air yang terkontaminasi di Mali Utara.
Berdasarkan laporan kantor berita Turki Anadolu Agency dan media Cristianity Today, Sophie Petronin memang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam. Hal itu dinyatakan oleh Petronin setelah ia dibebaskan, seperti dikutip dari surat kabar harian Prancis Le Point.
“My greatest joy today is knowing that my assistant was able to continue working without me. For Mali, I will pray, implore Allah’s blessings and mercy, because I am a Muslim. You say Sophie, but you have Mariam in front of you,” katanya.
Meskipun Petronin mualaf, perempuan berusia 75 tahun tersebut tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini disampaikan oleh Sebastien Chadaud-Petronin, putra Sophie Petronin, kepada organisasi pemeriksa fakta Prancis CheckNews. “Tidak ada surat yang ditujukan kepada Tuan Macron dari Sophie Petronin,” ujarnya.
CheckNews mendokumentasikan bahwa surat yang diklaim dikirim oleh Sophie itu mulanya beredar dalam bahasa Arab di Facebook pada 19 Oktober 2020. Kemudian, surat itu beredar semakin luas setelah dikutip oleh sejumlah situs dan media Arab. Pada 23 Oktober, surat tersebut pun dibagikan oleh media Mesir Al Hiwar. Surat ini juga ditemukan dalam versi online surat kabar Aljazair, El-Khabar, pada 26 Oktober. Akhirnya, surat palsu itu beredar dalam bahasa Prancis.
Faktanya, Sophie Petronin bukan Misionaris dan tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini telah dikonfirmasi oleh putra Petronin, Sebastien Chadaud-Petronin.
Dilansir dari Tempo.co, untuk memverifikasi unggahan tersebut, Tim CekFakta Tempo membandingkan narasi dari unggahan itu dengan informasi dari berbagai pemberitaan media. Menurut laporan BBC dan France24, Sophie Petronin memang disandera di Mali oleh pemberontak Tuareg yang didukung oleh kelompok Islam pada Desember 2016. Ia dibebaskan pada 8 Oktober 2020, bersama mantan pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, setelah pemerintah Mali melepaskan lebih dari 100 tawanan jihadis.
Namun, Petronin bukan seorang misionaris. Ia adalah pekerja sosial yang fokus dalam membantu anak yatim dan anak kekurangan gizi. Dia menjalankan program dari Asosiasi Amal Swiss untuk Gao sejak 2004. Dia juga merupakan seorang ahli penyakit cacing Guinea yang ditemukan menyebar melalui air yang terkontaminasi di Mali Utara.
Berdasarkan laporan kantor berita Turki Anadolu Agency dan media Cristianity Today, Sophie Petronin memang telah masuk Islam dan menyebut dirinya sebagai Mariam. Hal itu dinyatakan oleh Petronin setelah ia dibebaskan, seperti dikutip dari surat kabar harian Prancis Le Point.
“My greatest joy today is knowing that my assistant was able to continue working without me. For Mali, I will pray, implore Allah’s blessings and mercy, because I am a Muslim. You say Sophie, but you have Mariam in front of you,” katanya.
Meskipun Petronin mualaf, perempuan berusia 75 tahun tersebut tidak pernah mengirimkan pesan kepada Presiden Emmanuel Macron. Hal ini disampaikan oleh Sebastien Chadaud-Petronin, putra Sophie Petronin, kepada organisasi pemeriksa fakta Prancis CheckNews. “Tidak ada surat yang ditujukan kepada Tuan Macron dari Sophie Petronin,” ujarnya.
CheckNews mendokumentasikan bahwa surat yang diklaim dikirim oleh Sophie itu mulanya beredar dalam bahasa Arab di Facebook pada 19 Oktober 2020. Kemudian, surat itu beredar semakin luas setelah dikutip oleh sejumlah situs dan media Arab. Pada 23 Oktober, surat tersebut pun dibagikan oleh media Mesir Al Hiwar. Surat ini juga ditemukan dalam versi online surat kabar Aljazair, El-Khabar, pada 26 Oktober. Akhirnya, surat palsu itu beredar dalam bahasa Prancis.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1104/relawan-prancis-yang-mualaf-sophie-petronin-tak-pernah-kirim-pesan-tentang-islam-ke-macron
- https://www.bbc.com/news/world-europe-54472504
- https://www.france24.com/en/20201008-french-hostage-sophie-pétronin-released-after-being-held-in-mali-since-2016
- https://www.aa.com.tr/en/africa/freed-french-humanitarian-reveals-she-is-muslim/2001631
- https://www.christianitytoday.com/news/2020/october/swiss-missionary-hostage-killed-mali-islamist-extremist.html
- https://www.liberation.fr/checknews/2020/10/28/non-sophie-petronin-n-a-pas-ecrit-de-lettre-evoquant-sa-conversion-a-l-islam-a-emmanuel-macron_1803741
Halaman: 6009/6830



