Beredar pada pesan berantai whatsapp sebuah informasi yang ucapan belasungkawa atas meninggalnya mantan Gubernur Jatim Ir Soekarwodinoto CES atau Pakde Karwo.
[NARASI]:
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roo’jiuun.., Allahummaghfirlahuu warhamhuu wa’afihi wa’fu’anhuu.. Turut Berbela Sungkawa atas meninggalnya Bpk. Ir. Soekarwodinoto, CES, ( Pakde Karwo mantan Gubernur Jatim) semoga Almarhum diampuni salah, khilaf & dosa²nya, diterima seluruh amal ibadahnya & diberi tempat yg terbaik disisi NYA…_ Bagi keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan, kesabaran, serta keikhlasan dlm ketentuan NYA Aamiin³ yaa robbal’aalamiin.. Al-Fatihah“
(GFD-2021-6478) [SALAH] Mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo Meninggal Dunia
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 06/03/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran, dialnsir dari detik.com, saat dikonfirmasi kepada Anom Surahno, yang merupakan salah satu orang dekat Soekarwo. Pria yang juga menjabat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Timur menyebut, kabar itu tidak benar alias hoaks.
“Nggak, hoaks itu. Pakde alhamdulillah sehat wal afiat,” ujar Anom saat dihubungi detikcom.
Menurut Anom, kabar meninggalnya Ir Soekarwodinoto, CES itu memang benar. Tapi bukan Soekarwo mantan Gubernur Jatim.
“Iya itu namanya Seokarwodinoto, pejabat Kabupaten Banyuwangi. Yang meninggal betul Soekarwodinoto, tapi itu insinyur. Tapi yang berita di WhatsApp itu ada kurungnya, itu keliru,” jelasnya.
“Yang meninggal itu namanya benar Soekarwodinoto CES. Kalau Pakde Karwo kan Dr Soekarwo SH M.hum,” imbuh Anom.
Terpisah, Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Agus Widodo juga menegaskan informasi yang menyebut Soekarwo meninggal dunia adalah hoaks. Menurutnya, Soekarwo dalam keadaan sehat wal afiat.
“Nggak, hoaks itu. Pakde alhamdulillah sehat wal afiat,” ujar Anom saat dihubungi detikcom.
Menurut Anom, kabar meninggalnya Ir Soekarwodinoto, CES itu memang benar. Tapi bukan Soekarwo mantan Gubernur Jatim.
“Iya itu namanya Seokarwodinoto, pejabat Kabupaten Banyuwangi. Yang meninggal betul Soekarwodinoto, tapi itu insinyur. Tapi yang berita di WhatsApp itu ada kurungnya, itu keliru,” jelasnya.
“Yang meninggal itu namanya benar Soekarwodinoto CES. Kalau Pakde Karwo kan Dr Soekarwo SH M.hum,” imbuh Anom.
Terpisah, Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Agus Widodo juga menegaskan informasi yang menyebut Soekarwo meninggal dunia adalah hoaks. Menurutnya, Soekarwo dalam keadaan sehat wal afiat.
Rujukan
- https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5482242/kabar-soekarwo-meninggal-hoaks-ini-kebenarannya
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/05/134513465/hoaks-mantan-gubernur-jawa-timur-soekarwo-meninggal-dunia?page=all
- https://surabaya.liputan6.com/read/4498975/beredar-hoaks-mantan-gubernur-jatim-pakde-karwo-meninggal
(GFD-2021-6477) [SALAH] Pemberian Vaksin Covid-19 oleh Badan Litbangkes
Sumber: Tangkapan layarTanggal publish: 06/03/2021
Berita
Telah beredar surat elektronik (surel) yang mengatasnamakan Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi (IPD) Sekretariat Badan Litbang Kesehatan terkait pendaftaran untuk pemberian vaksin Covid-19 untuk seluruh WNI dan WNA yang jangka panjang tinggal di Indonesia.
Dalam surel tersebut juga dijelaskan bahwa sebelum mendapatkannya masyarakat harus mendaftar melalui email ipd-balit-bangkes@litbang.kemkes.go.id.
Narasi:
“Pemerintah Indonesia memberika vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh WNI dan orang asing yang jangka panjang tinggal di Indonesia. Vaksinasi Covid-19 akan dilakukan secara bertahap karena pasokan vaksin terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan kami mohon anda memeriksa Panduan Kesehatan (lampiran 1), dst”.
Dalam surel tersebut juga dijelaskan bahwa sebelum mendapatkannya masyarakat harus mendaftar melalui email ipd-balit-bangkes@litbang.kemkes.go.id.
Narasi:
“Pemerintah Indonesia memberika vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh WNI dan orang asing yang jangka panjang tinggal di Indonesia. Vaksinasi Covid-19 akan dilakukan secara bertahap karena pasokan vaksin terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan kami mohon anda memeriksa Panduan Kesehatan (lampiran 1), dst”.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, Badan Litbangkes menyatakan bahwa surel tersebut adalah hoaks, hal itu disampaikannya melalui media sosial Twitter @litbangkemenkes pada 3 Maret 2021.
“Sehubungan dengan beredarnya surat elektronik yang mengatasnamakan Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi (IPD) Sekretariat Badan Litbangkes yang berisi pemberian vaksin Covid-19, kami sampaikan bahwa Badan Litbangkes tdk melakukan program pemberian Vaksin ya. #HOAX.”
Badan Litbangkes tidak pernah mengirimkan pesan melalui email ipd-balitbangkes@litbang.kemkes.go.id dan saat ini akun email tersebut bukan email resmi Badan Litbangkes yang digunakan untuk hubungan eksternal. Berdasarkan Permenkes No. 64 tahun 2015, IPD bukan lagi struktur yang ada di Sekretariat Badan Litbangkes.
Badan Litbangkes juga mengimbau untuk mengabaikan apabila menerima pesan-pesan ataupun hal lainnya yang mengatasnamakan Badan Litbangkes melalui akun email tersebut.
Dengan demikian, surel yang mengatasnamakan Badan Litbangkes adalah tidak benar dan termasuk dalam kategori konten palsu.
“Sehubungan dengan beredarnya surat elektronik yang mengatasnamakan Bagian Informasi, Publikasi, dan Diseminasi (IPD) Sekretariat Badan Litbangkes yang berisi pemberian vaksin Covid-19, kami sampaikan bahwa Badan Litbangkes tdk melakukan program pemberian Vaksin ya. #HOAX.”
Badan Litbangkes tidak pernah mengirimkan pesan melalui email ipd-balitbangkes@litbang.kemkes.go.id dan saat ini akun email tersebut bukan email resmi Badan Litbangkes yang digunakan untuk hubungan eksternal. Berdasarkan Permenkes No. 64 tahun 2015, IPD bukan lagi struktur yang ada di Sekretariat Badan Litbangkes.
Badan Litbangkes juga mengimbau untuk mengabaikan apabila menerima pesan-pesan ataupun hal lainnya yang mengatasnamakan Badan Litbangkes melalui akun email tersebut.
Dengan demikian, surel yang mengatasnamakan Badan Litbangkes adalah tidak benar dan termasuk dalam kategori konten palsu.
Kesimpulan
Badan Litbangkes menyatakan bahwa surel tersebut adalah hoaks dan Badan Litbangkes tidak melakukan program pemberian vaksin Covid-19, hal itu disampaikannya melalui media sosial Twitter @litbangkemenkes pada 3 Maret 2021.
Rujukan
(GFD-2021-6476) [SALAH] “kenapa semua nya meninggal dengan ciri ciri penyebab yg sama seperti korban vaksin Covid-19 lain di luar negeri”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 05/03/2021
Berita
Akun Facebook James Bowie (fb.com/bungaran.tampubolonii) pada 25 Februari 2021 mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:
“4 ORANG YANG MENINGGGAL SETELAH SUNTIK VAKSIN SINOVAC DI INDONESIA
Walau tim cek fakta dan beberapa media klaim bukan karena vaksin covid.. tapi kenapa semua nya meninggal dengan ciri ciri penyebab yg sama seperti korban lain di luar negeri ?
Yaitu :
1. Cardiovascular
2. Blood Disorder
3. Brain Damage
– Dokter palembang : jantung / Cardiovascular
– Nakes cilacap : demam berdarah / thrombocytopenia / Blood Disorder
– Direktur STIK : sebelum meninggal di laporkan sesak nafas / Cardiovascular
– Nakes blitar : sebelum meninggal di laporkan demam dan sesak nafas / Cardiovasvular”
Meninggal setelah vaksin
Korban meninggal akibat vaksin
vaksin beracun
“4 ORANG YANG MENINGGGAL SETELAH SUNTIK VAKSIN SINOVAC DI INDONESIA
Walau tim cek fakta dan beberapa media klaim bukan karena vaksin covid.. tapi kenapa semua nya meninggal dengan ciri ciri penyebab yg sama seperti korban lain di luar negeri ?
Yaitu :
1. Cardiovascular
2. Blood Disorder
3. Brain Damage
– Dokter palembang : jantung / Cardiovascular
– Nakes cilacap : demam berdarah / thrombocytopenia / Blood Disorder
– Direktur STIK : sebelum meninggal di laporkan sesak nafas / Cardiovascular
– Nakes blitar : sebelum meninggal di laporkan demam dan sesak nafas / Cardiovasvular”
Meninggal setelah vaksin
Korban meninggal akibat vaksin
vaksin beracun
Hasil Cek Fakta
Faktanya, bukan karena vaksin Covid-19.. Keempatnya meninggal karena beberapa penyebab, mulai dari terinfeksi Covid-19, kekurangan oksigen, hingga demam berdarah. Ketiga hal tersebut tidak berkaitan dengan pemberian vaksin Covid-19.
Dilansir dari Tempo, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari, mengatakan meninggalnya empat nakes itu sudah diaudit oleh tim dari lembaganya. “Hasilnya, bukan karena vaksin Covid-19,” kata Hindra saat dihubungi pada 4 Maret 2021.
Selain itu, menurut Hindra, cardiovascular, blood disorder, dan brain damage bukan penyakit yang disebabkan oleh vaksin Covid-19. Khusus kejadian di Blitar, nakes ini meninggal karena terinfeksi Covid-19 sebelum menerima vaksin Sinovac. Dengan demikian, dia belum memiliki antibodi dari vaksin untuk mencegah terinfeksi Covid-19. “Antibodi terbentuk antara 14-30 hari setelah penyuntikan vaksin kedua,” ujarnya.
Hal tersebut ditegaskan oleh dokter spesialis patologi klinis, Tonang Dwi Ardyanto. Menurut dia, tiga penyakit itu, cardiovascular, blood disorder, dan brain damage, bisa terjadi dalam beberapa kondisi. Namun, bukan dampak dari vaksin Covid-19 maupun infeksi Covid-19.
Pernyataan Hindra terkait kejadian di Blitar pun sama dengan pernyataan Deny Christianto, Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo, Blitar, yang dikutip dari VoA Indonesia. Menurut Deny, hasil audit Komite Daerah (Komda) KIPI, meninggalnya perawat tersebut tidak disebabkan oleh vaksin Covid-19.
“Kalau dari Komda KIPI menyatakan, ini kan sudah dilaksanakan audit KIPI di tingkat nasional, itu disampaikan bahwa memang kejadian meninggalnya nakes E ini tidak berhubungan dengan vaksinasi Covid-19 sebelumnya. Dan kesimpulannya bahwa vaksin Sinovac ini aman dan bisa dilanjutkan,” tutur Deny.
Terkait penyebab meninggalnya nakes di Cilacap, dikutip dari Portal Purwokerto, nakes tersebut didiagnosa mengalami demam berdarah, dengan pemberat di saluran cerna. Dia masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit pada 3 Februari 2021 sore dengan keluhan lemas dan feses berwarna hitam.
Soal Direktur STIK Tamalatea Makassar, menurut Hindra, dia terkena Covid-19 setelah bepergian ke Mamuju, Sulawesi Barat. Anak dan suaminya juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Dikutip dari IDN Times Sulawesi Selatan, Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Mansyur Arif mengatakan kematian Direktur STIK Tamalatea Eha Soemantri sudah dikaji dan diasesmen bersama Komda Penanggulangan dan Pengkajian KIPI Sulsel.
Mansyur mengatakan Eha menerima suntikan vaksin Covid-19 pertama pada 14 Januari. Sebelum dan sesudah vaksinasi, dia berkunjung ke Mamuju. “Nyonya ES diketahui mengalami sesak napas, demam, dan batuk tiga hari pasca vaksinasi kedua yakni pada 1 Februari dan dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada 5 Februari berdasarkan tes swab antigen,” kata Mansyur.
Pada 17 Februari, Eha telah dinyatakan negatif berdasarkan tes swab PCR. Namun, keesokan harinya, keadaan Eha menurun. “Almarhumah dinyatakan meninggal ketika dirawat di ICU (Intensive Care Unit) RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada 19 Februari,” ujar Mansyur.
Berdasarkan asesmen, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo mengambil kesimpulan bahwa Eha kemungkinan terinfeksi Covid-19 sebelum vaksinasi kedua diberikan. Ketika berkunjung ke luar kota itulah Eha diduga pernah berkontak dengan orang yang positif Covid-19.
Adapun terkait dokter di Palembang yang diklaim meninggal karena vaksin Covid-19, Tempo telah memeriksa klaim itu pada 25 Januari dan menyatakannya keliru. Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan kematian dokter yang berinisial JF tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksinasi Covid-19, yang saat ini baru dilakukan dengan vaksin Sinovac.
“Laporan sementara, almarhum memang menerima vaksin pada Kamis (21 Januari) dan ditemukan telah meninggal pada Jumat (22 Januari) malam. Dari pemeriksaaan sementara, ditemukan tanda-tanda kekurangan oksigen, dan tanda ini tidak berhubungan dengan akibat vaksinasi,” ujar Nadia.
Dilansir dari Tempo, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari, mengatakan meninggalnya empat nakes itu sudah diaudit oleh tim dari lembaganya. “Hasilnya, bukan karena vaksin Covid-19,” kata Hindra saat dihubungi pada 4 Maret 2021.
Selain itu, menurut Hindra, cardiovascular, blood disorder, dan brain damage bukan penyakit yang disebabkan oleh vaksin Covid-19. Khusus kejadian di Blitar, nakes ini meninggal karena terinfeksi Covid-19 sebelum menerima vaksin Sinovac. Dengan demikian, dia belum memiliki antibodi dari vaksin untuk mencegah terinfeksi Covid-19. “Antibodi terbentuk antara 14-30 hari setelah penyuntikan vaksin kedua,” ujarnya.
Hal tersebut ditegaskan oleh dokter spesialis patologi klinis, Tonang Dwi Ardyanto. Menurut dia, tiga penyakit itu, cardiovascular, blood disorder, dan brain damage, bisa terjadi dalam beberapa kondisi. Namun, bukan dampak dari vaksin Covid-19 maupun infeksi Covid-19.
Pernyataan Hindra terkait kejadian di Blitar pun sama dengan pernyataan Deny Christianto, Kepala Bidang Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo, Blitar, yang dikutip dari VoA Indonesia. Menurut Deny, hasil audit Komite Daerah (Komda) KIPI, meninggalnya perawat tersebut tidak disebabkan oleh vaksin Covid-19.
“Kalau dari Komda KIPI menyatakan, ini kan sudah dilaksanakan audit KIPI di tingkat nasional, itu disampaikan bahwa memang kejadian meninggalnya nakes E ini tidak berhubungan dengan vaksinasi Covid-19 sebelumnya. Dan kesimpulannya bahwa vaksin Sinovac ini aman dan bisa dilanjutkan,” tutur Deny.
Terkait penyebab meninggalnya nakes di Cilacap, dikutip dari Portal Purwokerto, nakes tersebut didiagnosa mengalami demam berdarah, dengan pemberat di saluran cerna. Dia masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit pada 3 Februari 2021 sore dengan keluhan lemas dan feses berwarna hitam.
Soal Direktur STIK Tamalatea Makassar, menurut Hindra, dia terkena Covid-19 setelah bepergian ke Mamuju, Sulawesi Barat. Anak dan suaminya juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Dikutip dari IDN Times Sulawesi Selatan, Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Mansyur Arif mengatakan kematian Direktur STIK Tamalatea Eha Soemantri sudah dikaji dan diasesmen bersama Komda Penanggulangan dan Pengkajian KIPI Sulsel.
Mansyur mengatakan Eha menerima suntikan vaksin Covid-19 pertama pada 14 Januari. Sebelum dan sesudah vaksinasi, dia berkunjung ke Mamuju. “Nyonya ES diketahui mengalami sesak napas, demam, dan batuk tiga hari pasca vaksinasi kedua yakni pada 1 Februari dan dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada 5 Februari berdasarkan tes swab antigen,” kata Mansyur.
Pada 17 Februari, Eha telah dinyatakan negatif berdasarkan tes swab PCR. Namun, keesokan harinya, keadaan Eha menurun. “Almarhumah dinyatakan meninggal ketika dirawat di ICU (Intensive Care Unit) RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada 19 Februari,” ujar Mansyur.
Berdasarkan asesmen, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo mengambil kesimpulan bahwa Eha kemungkinan terinfeksi Covid-19 sebelum vaksinasi kedua diberikan. Ketika berkunjung ke luar kota itulah Eha diduga pernah berkontak dengan orang yang positif Covid-19.
Adapun terkait dokter di Palembang yang diklaim meninggal karena vaksin Covid-19, Tempo telah memeriksa klaim itu pada 25 Januari dan menyatakannya keliru. Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan kematian dokter yang berinisial JF tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksinasi Covid-19, yang saat ini baru dilakukan dengan vaksin Sinovac.
“Laporan sementara, almarhum memang menerima vaksin pada Kamis (21 Januari) dan ditemukan telah meninggal pada Jumat (22 Januari) malam. Dari pemeriksaaan sementara, ditemukan tanda-tanda kekurangan oksigen, dan tanda ini tidak berhubungan dengan akibat vaksinasi,” ujar Nadia.
Kesimpulan
Bukan karena vaksin Covid-19.. Keempatnya meninggal karena beberapa penyebab, mulai dari terinfeksi Covid-19, kekurangan oksigen, hingga demam berdarah. Ketiga hal tersebut tidak berkaitan dengan pemberian vaksin Covid-19.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1268/keliru-klaim-empat-nakes-ini-meninggal-karena-vaksin-covid-19
- https://www.voaindonesia.com/a/nakes-blitar-meninggal-positif-covid-19-bukan-akibat-vaksinasi-/5800438.html
- https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/ashrawi-muin/rs-wahidin-jelaskan-soal-nakes-meninggal-usai-divaksin-covid-19br/3
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1212/keliru-dokter-di-palembang-meninggal-karena-vaksin-covid-19-mengandung-zat-beracun
- https://turnbackhoax.id/2021/01/25/salah-karena-disuntik-vaksin-dokter-di-palembang-meninggal/
(GFD-2021-6475) [SALAH] Video “DPR BONGKAR DANA HARAM ANIES ~ BERITA TERBARU HARI INI 4 MARET 2021 USAHA MIRAS DKI JAKARTA”
Sumber: Youtube.comTanggal publish: 05/03/2021
Berita
Kanal Youtube Pengawal Istana mengunggah video dengan judul “DPR BONGKAR DANA HARAM ANIES ~ BERITA TERBARU HARI INI 4 MARET 2021 USAHA MIRAS DKI JAKARTA” pada 4 Maret 2021. Pada thumbnailsnya tertulis narasi mengenai korupsi miras DKI.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa isi videonya tidak sesuai dengan judul dan narasi pada thumbnails-nya. Sebab, isi video merupakan pembacaan dari sejumlah artikel dari beberapa media mengenai pernyataan sejumlah politikus dan pejabat terkait isu Pemprov DKI Jakarta ingin menjual sahamnya di PT Delta, tbk.
Pernyataan Hidayat Nur Wahid dalam video berasal dari artikel berjudul “Anies Baswedan Didesak Segara Jual Saham Miras, Hidayat Nur Wahid: Ditolak Ketua DPRD DKI Jakarta” yang tayang pada 4 Maret 2021 di laman tasikmalaya.pikiran-rakyat.com. Dalam artikel tersebut berisikan kutipan pernyataan Hidayat Nur Wahid, politisi dari PKS, yang mendukung Gubernur DKI Jakarta untuk melepas saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di PT Delta, tbk.
Pernyataan Ketua Fraksi PAN DPRD Jakarta Bambang Kusumanto dalam video berasal dari dua artikel dari dua media, yakni artikel berjudul “Eits!! PAN Ikut Ngerongrong Mas Anies Lepas Saham Bir: Tegas dong Kaya Pak Jokowi” yang tayang di laman wartaekonomi.co.id pada 4 Maret 2021 dan artikel berjudul “Pimpinan DPRD Akui Surat Pelepasan Saham Bir Pemprov DKI Diterima Sejak Awal 2020” yang tayang di liputan6.com pada 3 Maret 2021.
Kemudian, pernyataan Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Mohammad Arifin dalam video berasal dari artikel berjudul “Dukung Anies Jual Saham di Perusahaan Miras, PKS: DKI Bisa Tambah Pendapatan dari Jalur Halal” yang tayang di akurat.co pada 4 Maret 2021. Dalam artikel tersebut berisikan dukungan Mohammad Arifin kepada Gubernur Anies untuk menjual saham Pemprov DKI Jakarta di PT Delta,tbk.
Dan, pernyataan Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi Marsudi yang ada dalam video berasal dari dua artikel, yakni artikel berjudul “Ketua DPRD Tolak Tegas Anies Ingin Jual Saham Perusahaan Bir” yang tayang di republika.co.id pada 3 Maret 2021 dan artikel berjudul “Anies Ngotot Lepas Saham Bir, Pimpinan DPRD DKI Langsung Bereaksi: Salahnya Apa?” yang tayang di wartaekonomi.co.id pada 3 Maret 2021.
Dari semua artikel tersebut, tidak ada pembahasan seperti pada judul dan thumbnails video sumber. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten tersebut masuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.
Pernyataan Hidayat Nur Wahid dalam video berasal dari artikel berjudul “Anies Baswedan Didesak Segara Jual Saham Miras, Hidayat Nur Wahid: Ditolak Ketua DPRD DKI Jakarta” yang tayang pada 4 Maret 2021 di laman tasikmalaya.pikiran-rakyat.com. Dalam artikel tersebut berisikan kutipan pernyataan Hidayat Nur Wahid, politisi dari PKS, yang mendukung Gubernur DKI Jakarta untuk melepas saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di PT Delta, tbk.
Pernyataan Ketua Fraksi PAN DPRD Jakarta Bambang Kusumanto dalam video berasal dari dua artikel dari dua media, yakni artikel berjudul “Eits!! PAN Ikut Ngerongrong Mas Anies Lepas Saham Bir: Tegas dong Kaya Pak Jokowi” yang tayang di laman wartaekonomi.co.id pada 4 Maret 2021 dan artikel berjudul “Pimpinan DPRD Akui Surat Pelepasan Saham Bir Pemprov DKI Diterima Sejak Awal 2020” yang tayang di liputan6.com pada 3 Maret 2021.
Kemudian, pernyataan Ketua Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Mohammad Arifin dalam video berasal dari artikel berjudul “Dukung Anies Jual Saham di Perusahaan Miras, PKS: DKI Bisa Tambah Pendapatan dari Jalur Halal” yang tayang di akurat.co pada 4 Maret 2021. Dalam artikel tersebut berisikan dukungan Mohammad Arifin kepada Gubernur Anies untuk menjual saham Pemprov DKI Jakarta di PT Delta,tbk.
Dan, pernyataan Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi Marsudi yang ada dalam video berasal dari dua artikel, yakni artikel berjudul “Ketua DPRD Tolak Tegas Anies Ingin Jual Saham Perusahaan Bir” yang tayang di republika.co.id pada 3 Maret 2021 dan artikel berjudul “Anies Ngotot Lepas Saham Bir, Pimpinan DPRD DKI Langsung Bereaksi: Salahnya Apa?” yang tayang di wartaekonomi.co.id pada 3 Maret 2021.
Dari semua artikel tersebut, tidak ada pembahasan seperti pada judul dan thumbnails video sumber. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten tersebut masuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://tasikmalaya.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-061533220/anies-baswedan-didesak-segara-jual-saham-miras-hidayat-nur-wahid-ditolak-ketua-dprd-dki-jakarta
- https://www.wartaekonomi.co.id/read330505/eits-pan-ikut-ngerongrong-mas-anies-lepas-saham-bir-tegas-dong-kaya-pak-jokowi
- https://www.liputan6.com/news/read/4497300/pimpinan-dprd-akui-surat-pelepasan-saham-bir-pemprov-dki-diterima-sejak-awal-2020
- https://akurat.co/news/id-1281013-read-dukung-anies-jual-saham-di-perusahaan-miras-pks-dki-bisa-tambah-pendapatan-dari-jalur-halal?page=1
- https://www.republika.co.id/berita/qpd9s8484/ketua-dprd-tolak-tegas-anies-ingin-jual-saham-perusahaan-bir
- https://www.wartaekonomi.co.id/read330317/anies-ngotot-lepas-saham-bir-pimpinan-dprd-dki-langsung-bereaksi-salahnya-apa?page=1
Halaman: 5921/6964



