• (GFD-2019-3329) [SALAH] Anies Diberi Gelar Kehormatan oleh Perkumpulan Tiong Hoa dg Nama Liem Ay Bon

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 23/11/2019

    Berita

    Tidak ada pemberian gelar kepada Anies Baswedan. Foto yang diunggah sumber adalah ketika Anies menghadiri acara Festival Pecinan Cap Go Meh di Grogol, Jakarta Barat, Sabtu 3 Maret 2018. Aksara mandarin yang dipegang Anies berbunyi “Feng Tiao Yu Shun”. Kalimat itu berisi pribahasa yang berarti “Angin dan Hujan Cocok untuk Pertumbuhan Tanaman”, ini bisa merujuk pada makna perdamaian dunia.

    Akun Joe Paijoe (fb.com/stefanus.robbie.3) menunggah sebuah gambar dengan narasi :

    “Haiiiyaaa…Selamat kpd Wan Abud atas gelar Kehormatannya & punya nama Tiong Hoa: “LIEM AY BON”
    Panggilannya Engkong Ay Bon
    #LemAiBon.”

    Serta narasi dalam gambar :

    “Anies Diberi Gelar Kehormatan oleh Perkumpulan Tiong Hoa dg Nama Liem Ay Bon”

    Di dalam gambar tersebut, tampak Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang sedang mengangkat semacam kain merah. Kain merah itu bertuliskan aksara mandarin.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh Tim Cek Fakta Medcom.id, foto Anies mengangkat kain merah bertuliskan aksara mandarin diambil saat acara Festival Pecinan Cap Go Meh di Grogol, Jakarta Barat, Sabtu 3 Maret 2018.

    Foto identik ditemukan pada beberapa situs berita, seperti tayang di Inews.id melalui artikel berjudul “Anies-Sandi Pakai Baju Cheongsam Warna Emas di Festival Cap Go Meh”. Foto serupa juga ditemukan di IDN Times lewat artikel berjudul “Festival Pecinan Cap Go Meh”.

    Pada versi foto utuh, tak hanya Anies, mantan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno juga hadir dalam acara tersebut. Terlihat, Sandi juga memegang kain merah bertuliskan aksara mandarin.

    Aksara mandarin yang dipegang Anies berbunyi “Feng Tiao Yu Shun”. Kalimat itu berisi pribahasa yang berarti “Angin dan Hujan Cocok untuk Pertumbuhan Tanaman”, ini bisa merujuk pada makna perdamaian dunia.

    Sementara itu, aksara mandarin yang dipegang Sandi berbunyi “Guo Tai Min An”. Kalimat ini bermakna “Negara Damai, Rakyat Bahagia”.

    Foto Anies memegang kain bertuliskan aksara mandarin adalah benar. Namun, klaim yang menyertai foto tersebut bahwa Anies mendapat gelar kehormatan dan diberi nama tionghoa ‘Liem Ai Bon’ adalah hoaks.

    Kabar bohong tersebut masuk dalam kategori satire atau parodi. Konten hoaks jenis ini biasanya tidak memiliki potensi atau kandungan niat jahat, namun bisa mengecoh.

    Satire merupakan konten yang dibuat untuk menyindir pada pihak tertentu. Kemasan konten berunsur parodi, ironi, bahkan sarkasme. Secara keumuman, satire dibuat sebagai bentuk kritik terhadap personal maupun kelompok dalam menanggapi isu yang tengah terjadi.

    Sebenarnya, satire tidak termasuk konten yang membahayakan. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih banyak yang menanggapi informasi dalam konten tersebut sebagai sesuatu yang serius dan menganggapnya sebagai kebenaran.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3328) [KLARIFIKASI] Foto Ahok Berseragam Pertamina

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 23/11/2019

    Berita

    Faktanya, foto Ahok berseragam Pertamina adalah hasil olah digital atau editan. diketahui, foto tersebut merupakan hasil edit oleh akun instagram @aganharahap pada Selasa (19/11/2019). Dikutip dari Kompas.com, Selasa (19/11/2019), Agan Harahap mengakui bahwa foto tersebut merupakan foto editan. Menurutnya, keterangan foto yang ia cantumkan dalam unggahan tersebut adalah sebuah bentuk sarkasme. Agan mengatakan, editan foto tersebut berkaitan dengan isu Ahok ditempatkan di Pertamina.

    [NARASI]:

    ”Baru dapet foto ini dari salah satu grup WhatsApp dengan kalimat: Sumber A1: Beliau tadi siang baru fitting seragam baru. INFO VALID!”

    Hasil Cek Fakta

    [PENJELASAN]:

    Belum lama ini, beredar di media sosial foto Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal Ahok memakai baju petugas SPBU Pertamina.


    Foto tersebut berasal dari akun Instagram @aganharahap pada Selasa (19/11/2019). Dalam keterangan foto itu, disebutkan bahwa pengunggah mendapatkan foto tersebut dari salah satu grup WhatsApp dengan kalimat: Sumber A1: Beliau tadi siang baru fitting seragam. INFO VALID!

    Dikutip dari Kompas.com, Selasa (19/11/2019), Agan Harahap mengakui bahwa foto tersebut merupakan foto editan.

    “Foto editan (yang dilakukan oleh Agan). Itu caption-nya cuma ngikutin postingan-postingan orang yang suka share di grup-grup WhatsApp atau Facebook” kata Agan kepada Kompas.com.

    Menurutnya, keterangan foto yang ia cantumkan dalam unggahan tersebut adalah sebuah bentuk sarkasme.

    Agan mengatakan, editan foto tersebut berkaitan dengan isu Ahok ditempatkan di Pertamina. apa yang ia lakukan selama ini adalah sebagai respons atas kecenderungan warganet Indonesia dalam media sosial.

    “Apa yang saya lakukan selama ini adalah merespons social behaviour kita dalam hidup bermedsos,” tutupnya.

    Diketahui, Agan Harahap beberapa kali telah melakukan editing foto terhadap beberapa tokoh politik Indonesia.

    Sebelumnya ia juga pernah mengedit foto Ahok berada di antara dua wanita. Foto itu kemudian tersebar luas dan disalahgunakan dengan mengaitkan isu penutupan Alexis.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3327) [SALAH] Subjudul Cover Majalah Tempo : “Ahok dijadikan bos Pertamina untuk menguasai Blok Masela”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 23/11/2019

    Berita

    Subjudul suntingan. Tim CekFakta Tempo menyatakan subjudul tersebut ditambahkan oleh pembuat hoaks. Pada cover asli tidak ada 2 subjudul seperti dalam unggahan sumber klaim. Majalah Tempo edisi 18-24 November 2019 itu juga tidak memuat laporan utama yang menyebut bahwa Ahok dijadikan bos Pertamina untuk menguasai Blok Masela.

    Akun Ofik S (fb.com/ofik.s.58) mengunggah sebuah gambar tanpa narasi apapun.

    Dalam gambar cover Majalah Tempo edisi 18-24 November 2019 itu, tertulis judul “Dermaga Tomy Menuju Masela”. Di bawah judul tersebut, terdapat subjudul yang berbunyi: “Pengusaha Tomy Winata mendadak masuk ke pembangunan Blok Masela. Bisa menggelembungkan biaya proyek LNG terbesar di Indonesia itu.”

    Di bawahnya, terdapat pula dua subjudul lain dengan font yang berbeda yang berbunyi:
    “Mega Proyek Blok Masela memasuki babak baru, di tengah Penyiapan tahap penyusunan Diain & rekayasa Teknis Proyek senilai Rp. 280 triliun itu.
    Tercium oleh TEMPO, kenapa Ahok ngotot di usulkan ke Pertamina, karena karena ada niat ingin menguasai Blok Masela (Blok milik Pertamina yang menguasai produksi Gas Produksi terbesar) dan selanjutnya akan di berikan pada Tomi Winata (Mafia China Indonesia).”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh Tim CekFakta Tempo pada situs Majalah Tempo ditemukan fakta bahwa dalam edisi 18-24 November 2019, cover Majalah Tempo memang memuat judul “Dermaga Tomy Menuju Masela”. Terdapat pula subjudul yang bertuliskan: “Pengusaha Tomy Winata mendadak masuk ke pembangunan Blok Masela. Bisa menggelembungkan biaya proyek LNG terbesar di Indonesia itu.”

    Namun, dua subjudul lain yang ada dalam gambar cover unggahan akun Ofik S tidak terdapat dalam cover Majalah Tempo yang asli. Dengan demikian, gambar unggahan akun Ofik S merupakan suntingan di mana ditambahkan dua subjudul lain. Umumnya, subjudul dalam cover Majalah Tempo pun terdiri dari satu paragraf, bukan tiga paragraf seperti yang terlihat dalam gambar cover unggahan akun Ofik S.

    Tim CekFakta Tempo juga menemukan bahwa subjudul tambahan dalam gambar cover unggahan akun Ofik S diambil dari paragraf di salah satu artikel laporan utama Majalah Tempo edisi “Dermaga Tomy Menuju Masela”. Dalam artikel yang berjudul “Tersodok Proposal dari Tual”, terdapat paragraf yang serupa dengan subjudul tambahan dalam gambar cover unggahan akun Ofik S.

    Namun, paragraf itu telah diubah. Paragraf asli dalam artikel tersebut berbunyi: “Megaproyek Blok Masela memasuki babak baru. Di tengah penyiapan tahap penyusunan desain dan rekayasa teknik proyek senilai Rp 280 triliun itu, kontraktor kedatangan pengusaha Tomy Winata, yang menawarkan pelabuhannya di Tual dijadikan fasilitas logistik. Disokong pejabat daerah, rencana baru ini dianggap berpotensi membuat biaya membengkak.”

    Terkait klaim bahwa Ahok dijadikan bos Pertamina untuk menguasai Blok Masela, tidak ada satu pun dari empat artikel laporan utama Majalah Tempo edisi “Dermaga Tomy Menuju Masela” yang menyinggung soal itu. Artikel pertama, yang berjudul “Tersodok Proposal dari Tual”, berisi cerita tentang tawaran pengusaha Tomy Winata kepada pemerintah untuk memakai pelabuhannya di Tual sebagai fasilitas logistik Blok Masela.

    Artikel kedua berisi wawancara dengan anak Tomy Winata, Adithya Prakarsa Winata, yang berjudul “Infrastruktur di Tual Sudah Siap”. Artikel ketiga berisi wawancara dengan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, yang berjudul “Kalau Banyak Pilihan, Harus Tender”. Sementara artikel keempat, yang berjudul “Saur Manuk Saham Daerah, berisi cerita tentang Maluku dan Nusa Tenggara Timur yang sama-sama mengklaim berhak kebagian jatah saham Blok Masela.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3326) [SALAH] BOS SAMSUNG BUKA KEDOK EKONOMI INDONESIA MACET TOTAL DIBAWAH JKW

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 23/11/2019

    Berita

    Judul salah. Vice President Corporate Affair PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) Kang Hyun Lee tidak pernah menyebut bahwa ekonomi Indonesia macet total di era Presiden Jokowi. Pernyataan Kang Hyun Lee yang sebenarnya adalah ekonomi Indonesia memang bergerak lebih lambat dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam dan Cina. Namun, ekonomi Indonesia tetap tumbuh, yakni di atas 5 persen.

    Beredar video dari kanal Youtube 651 SAFA (youtube.com/channel/UCUON9H8Lrjrh2BW7_7x8lKQ) dengan judul “BOS SAMSUNG BUKA KEDOK EKONOMI INDONESIA MACET TOTAL DIBAWAH JKW”

    Pda gambar thumbnail video tersebut, juga terdapat narasi “BOS SAMSUNG BUKA KEDOK JKW EKONOMI RI MAKIN TERPURUK”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran dengan cara memasukkan kata kunci “Bos Samsung dan Ekonomi Indonesia” ke mesin pencarian Google. Kemudian, Tempo mencocokkan isi pemberitaan dari hasil pencarian Google tersebut dengan narasi dalam video yang diunggal kanal 651 SAFA.

    Dengan metode itu, Tempo menemukan satu berita yang isinya sama dengan narasi yang terdapat dalam video unggahan kanal 651 SAFA. Berita itu dipublikasikan oleh situs media CNBC Indonesia pada 5 November 2019 dengan judul “Blak-Blakan Bos Samsung: Ekonomi RI Memang Sedang Sulit”.

    Berikut isi lengkap artikel tersebut:
    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2019 hanya mampu bergerak di angka 5,02% atau dalam tren melambat. Pihak investor menilai kondisi ekonomi Indonesia memang sedang sulit, tapi masih ada harapan ke depan.

    Vice President Corporate Affair PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) Kang Hyun Lee termasuk yang menilai ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam maupun China. Namun, untuk jangka panjang prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik karena punya pangsa pasar yang besar dan ketahanan sosial yang kuat.

    “Kondisi ekonomi Indonesia belakangan selama 3 tahun walaupun di atas 5% tumbuh, dari industri merasa tak begitu happy, karena daya beli cenderung turun, ini mungkin ada efek dari internasional. Di Indonesia sangat menderita untuk menjual lokal market,” katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (5/11).

    Ia mengatakan para investor masih ada harapan dengan kabinet baru Presiden Jokowi. Namun, mereka masih menunggu kebijakan baru dari pemerintahan baru sehingga akan menentukan gerak ekonomi terutama dari investasi.

    “Tahun depan harusnya naik, selama pengalaman saya di Indonesia (sejak 1988), kalau ekonomi Indonesia 5-6 tahun agak sulit, selanjutnya 5-6 tahun akan naik lagi,” kata Lee.

    Lee memberikan pesan bahwa meski ekonomi Indonesia saat ini sulit, masih ada harapan di masa depan, termasuk pada 2020.

    “Kalau tahun ini kondisi ekonomi sulit, pasti tahun depan, walaupun kondisi luar negeri tak begitu happy. Saya yakin ekonomi Indonesia bisa naik tahun depan,” katanya.

    Dengan demikian, narasi yang diucapkan narator dalam video unggahan kanal 651 SAFA yang diklaim sebagai pernyataan Kang Hyun Lee benar adanya. Namun, dalam berita CNBC Indonesia di atas, tidak terdapat kalimat bahwa bos Samsung itu menyebut ekonomi Indonesia macet total di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, seperti yang terdapat dalam judul video unggahan kanal 651 SAFA.

    Pernyataan Kang Hyun Lee yang sebenarnya adalah ekonomi Indonesia memang bergerak lebih lambat dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam dan Cina. Namun, ekonomi Indonesia tetap tumbuh, yakni di atas 5 persen. Bos Samsung itu juga menyebut, untuk jangka panjang, prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik karena punya pangsa pasar yang besar dan ketahanan sosial yang kuat.

    Selain mengutip berita tersebut, narator di video ini juga mengutip berita berjudul “Ekonomi Tak Capai 7%, Jokowi: Lebih Sedikit 5% Sudah Bagus” yang diunggah pada 06 November 2019, “PDB Tumbuh 5,02%, Wamenkeu: Masih Banyak yang Lebih Rendah” yang diunggah pada 06 November 2019. Kemudian artikel dari politik.rmol.id dengan judul “Bukan Sekadar Merah, Rapor Tim Ekonomi Jokowi Tak Layak Tulis” yang diunggah pada 18 Oktober 2019 dan terakhir artikel dari situs portal-islam.id dengan judul “Inilah Pembocor Rahasia Jokowi” yang diunggah pada tanggal 22 Oktober 2019.

    Rujukan