• (GFD-2021-6333) [SALAH] “RESTORAN GAIB DI PULAU LAKI DI KLIK TETEP GAK BISA”

    Sumber: TikTok.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Beredar sebuah video pada akun Tiktok @shomohammed yang menyebutkan terdapat restoran ghaib pada pulau laki yang dimana lokasi tersebut merupakan jatuhnya pesawat sriwijaya air pada bulan januari 2021. Dengan Narasi “DI KLIK TETEP GA BISA #pesawatjatuh #prayforsj182 #fyp #09012021 #sriwijayaair #tiktokberita #pulaulaki #jakarta #kepulauanseribu #ghaib #angker”.

    Hasil Cek Fakta

    Selain karena Pulau Laki BELUM difoto oleh Google Street View, sebenarnya memang tempat tersebut TIDAK ada. Muncul karena ditambahkan sendiri oleh pengguna sebagai kontributor.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6332) [SALAH] “Pada ngeyel pakai masker itu kalau sakit aja. Panduan WHO sudah berubah d sini masiiiih aja 3M sampai setahun”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Murti Nugrahani (fb.com/murti.nugrahani.9) pada 30 Januari 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar sebuah artikel berjudul ” WHO: You Do NOT Need To Wear A Mask” yang tayang pada situs principia-scientific[dot]com pada 25 Januari 2021 dengan narasi sebagai berikut:

    “Pada ngeyel pakai masker itu kalau sakit aja. Panduan WHO sudah berubah d sini masiiiih aja 3M sampai setahun.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa panduan WHO menyatakan yang memakai masker itu kalau sakit saja adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, sejak awal April 2020, WHO telah mendukung penggunaan masker bagi semua orang. Kebijakan tersebut belum dicabut atau tidak berubah hingga saat ini.

    Dilansir dari Tempo, Tim CekFakta Tempo menelusuri informasi terkait di situs resmi WHO dengan memasukkan kata kunci “You Do Not Need To Wear A Mask” ke kolom pencarian. Namun, tidak ditemukan informasi bahwa WHO pernah menyatakan hal tersebut.

    Dalam publikasinya tentang masker yang diperbarui pada 1 Desember 2020, WHO masih menekankan pentingnya pemakaian masker bersama tindakan lainnya untuk mencegah penularan Covid-19, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari keramaian.

    “Jadikan pemakaian masker sebagai hal yang biasa saat berada di sekitar orang lain. Penggunaan, penyimpanan, dan pembersihan atau pembuangan masker yang tepat sangat penting untuk membuatnya efektif,” demikian pernyataan WHO dalam publikasinya, “All about masks in the context of Covid-19”.

    Pada Maret 2020 silam, atau di fase awal pandemi Covid-19, WHO merekomendasikan penggunaan masker hanya untuk orang sakit dan orang yang merawat pasien. WHO menyatakan masker bedah harus disediakan untuk petugas medis, sementara masyarakat bisa menggunakan masker berbahan kain untuk menutup wajah.

    Namun, pada 4 April 2020, WHO mengubah kebijakannya dan mendukung penggunaan masker bagi semua orang. Dikutip dari CNN Indonesia, WHO menyatakan masker dapat membantu dalam merespons pandemi Covid-19.

    “Kami melihat keadaan di mana penggunaan masker, baik buatan sendiri maupun masker kain, di tingkat masyarakat dapat membantu untuk merespons penyakit ini,” ujar Ryan.

    WHO pun menyatakan dukungannya terhadap pemerintah yang berinisiatif mendorong masyarakatnya untuk mengenakan masker di tengah pandemi Covid-19. Pernyataan tersebut muncul setelah penelitian ilmiah menunjukkan dampak positif dari pemakaian masker dalam mencegah penyebaran virus Corona Covid-19.

    Sampai hari ini, kebijakan WHO agar setiap orang menggunakan masker belum dicabut, sebagaimana ditunjukkan dalam publikasi WHO di atas.

    Selain itu, Media Bias Fact Check, organisasi independen yang berfokus pada bias media, pun mengkategorikan Principia Scientific International sebagai situs yang tidak kredibel. Situs asal Inggris itu dinilai sebagai situs konspirasi dan menyajikan pseudosain yang mempromosikan propaganda anti-vaksin dan misinformasi terkait perubahan iklim.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6331) [SALAH] Foto “Kepanikan Fira’un Jaman Now”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Abdillah Al Habsyi mengunggah narasi tentang Firaun disertai dengan foto yang diklaim sebagai reka ulang bentuk wajah mumi Firaun Ramses II yang tenggelam di Laut Merah pada grup Indonesia Bersuara. Unggahan tersebut mendapat atensi sebanyak 146 reaksi, 1,1 rb komentar, dan telah dibagikan sebanyak 7 kali.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, foto asli yang digunakan dalam unggahan Facebook itu berasal dari akun Instagram @infov_id. Diketahui foto tersebut telah melalui proses penyuntingan dengan menggunakan foto Joko Widodo.

    Foto reka ulang bentuk wajah mumi Firaun Ramses II yang tenggelam di Laut Merah ini sebelumnya pernah dibahas dalam artikel Turn Back Hoax yang berjudul “[SALAH] Potret Reka ulang Bentuk Wajah dari Mumi Firaun Ramses II” pada 27 Oktober 2020.

    Dari berbagai fakta yang telah dijelaskan, unggahan akun Facebook Abdillah Al Habsyi dapat dikategorikan sebagai Konten yang Dimanipulasi.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6330) [SALAH] Gambar Permukaan Matahari yang Dipublikasikan NASA

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Little Biologists mengunggah gambar disertai dengan narasi yang menyebutkan bahwa unggahan tersebut adalah gambar permukaan matahari yang paling jelas yang dipublikasikan oleh NASA. Unggahan tersebut mendapatkan atensi sebanyak 72 rb reaksi, 3,3 rb komentar, dan telah dibagikan sebanyak 76 rb kali.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, gambar tersebut bukan dipublikasikan oleh NASA. Menurut situs jual beli seni asal Amerika Serikat, Fine Art Amerika, gambar yang berjudul “Magnetic Sun” adalah sebuah karya dari Jason Guenzel. Melalui cuitan di akun Twitter pribadinya, Jason Guenzel mengungkapkan bahwa gambar kromosfer matahari yang diproses melalui melalui perangkat lunak itu menunjukkan kompleksitas medan magnet dalam bintang di pusat tata surya.

    “This heavily software-processed image of the solar chromosphere reveals the complex nature of the magnetic field within our star.

    Walking the thin line between science and art … perhaps blurring it a bit. ?,” tulisnya.

    Dari berbagai fakta yang telah dijelaskan, unggahan akun Facebook Little Biologists ini dapat dikategorikan sebagai Konten yang Salah.

    Rujukan