(GFD-2020-8059) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Peneliti Cina Ini Sebut Virus Corona Hanya Satu dari 1.500 Virus yang Tersimpan di Lab Wuhan?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 27/04/2020
Berita
Narasi bahwa seorang peneliti senior Cina, Shi Zhengli, menyebut virus Corona Covid-19 hanyalah satu dari 1.500 virus mematikan yang tersimpan di laboratorium Wuhan beredar di Facebook. Menurut narasi itu, Shi Zhengli merupakan wakil direktur di pusat laboratorium Wuhan tersebut.
Akun Facebook yang membagikan narasi itu adalah akun Muji El Karim, yakni pada 19 April 2020. Akun ini juga mengunggah gambar tangkapan layar berita dari situs Gelora News yang berjudul "Terbongkar Lab Virus Wuhan Masih Simpan 1500 Virus Mematikan, Diungkap Peneliti Senior".
Adapun narasi lengkap yang ditulis oleh akun Muji El Karim adalah sebagai berikut:
"Kecurigaan dunia Internasional bahwa Virus Covid 19 bukan dari hewan di pasar tradisional Wuhan mulai terkuak.Hal ini diungkapkan peneliti senior She Zhengli dan rekan2nya di Institut Virologi Wuhan.Zhengli yang juga Wakil Director Pusat Labolatorium Wuhan mengungkapkan Virus Covid 19 hanyalah salah satu dari 1500 Virus mematikan yang tersimpan di Labolatorium Virus Wuhan.Hanya satu Virus China sudah menggempar kan dunia, Coba bayangkan kalau 1500 Virus itu disebarkan Komunis China secara bersamaan sungguh sangat mengerikan akibat yang ditimbulkannya bak neraka dunia. Petinggi militer China mengatakan untuk menguasai dunia bukan lagi dengan teknologi Nuklir seperti yang di kuasai AS dan Russia, Tetapi dengan senjata Biologi dan China sudah menguasainya."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Muji El Karim.
Apa benar peneliti senior Cina, Shi Zhengli, menyebut bahwa virus Corona Covid-19 hanyalah satu dari 1.500 virus mematikan yang tersimpan di laboratorium Wuhan?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri artikel dari situs Gelora News yang gambar tangkapan layar judulnya diunggah oleh akun Muji El Karim. Dalam artikelnya yang dipublikasikan pada 18 April 2020 itu, Gelora News menyebut bahwa sumber tulisannya adalah situs media asing Daily Mail.
Tempo pun menelusuri berita Daily Mail yang dimaksud. Hasilnya, ditemukan bahwa artikel di situs Gelora News berasal dari berita Daily Mail yang berjudul "Lead researcher at Wuhan virus lab warned that SARS-like coronavirus outbreaks linked to bats could happen in China almost a year before Covid-19 hit the city". Berita ini dimuat pada 17 April 2020.
Berita itu memang berisi informasi bahwa Institut Virologi Wuhan menyimpan lebih dari 1.500 jenis virus mematikan. Institut ini mengkhususkan diri pada penelitian patogen paling berbahaya, khususnya virus yang dibawa oleh kelelawar. Namun, informasi itu tidak dinyatakan oleh Shi Zhengli. Lagipula, informasi tersebut bukan hal yang baru.
Dilansir dari The Japan Times, informasi mengenai adanya 1.500 jenis virus yang tersimpan di Institut Virologi Wuhan tercantum di situs resminya. Institut ini merupakan rumah bagi China Center for Virus Culture Collection, bank virus terbesar di Asia.
Di kompleks ini, terdapat pula laboratorium pertama di Asia dengan keamanan maksimum untuk menangani patogen kelas 4 (P4), virus berbahaya yang berisiko tinggi menular dari orang ke orang, seperti Ebola. Lembaga ini juga memiliki laboratorium P3.
Virus Corona Covid-19 berasal dari laboratorium Wuhan?
Hingga kini, tidak ada bukti bahwa virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, bersumber dari laboratorium di Institut Virologi Wuhan. Dilansir dari South China Morning Post, Shi Zhengli yang merupakan wakil direktur Institut Virologi Wuhan memang awalnya khawatir bahwa laboratoriumnya bertanggung jawab atas tersebarnya SARS-CoV-2. Namun, setelah ditelusuri, tidak ada sekuens genom dari SARS-CoV-2 yang cocok dengan sampel-sampel virus Corona yang pernah diambil dan dipelajari oleh laboratoriumnya.
Selain itu, dilansir dari BBC, Insitut Virologi Wuhan tercatat sebagai salah satu laboratorium dengan standar BSL-4. Laboratorium yang berfokus pada penelitian tentang virus memang memiliki standarbiosafety level(BSL). Terdapat empat tingkat BSL, tergantung pada jenis virus yang dipelajari dan tindakan pencegahan untuk mengisolasi virus-virus itu.
BSL-1 adalah yang terendah, dimiliki oleh laboratorium yang mempelajari virus yang tidak menimbulkan ancaman bagi manusia. Sementara BSL-4 merupakan yang tertinggi, dimiliki oleh laboratorium yang berurusan dengan patogen paling berbahaya.
Adapun Yuan Zhiming, wakil direktur Institut Virologi Wuhan lainnya, seperti dilansir dari Liputan6.com, menyatakan tuduhan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari lembaganya adalah "teori konspirasi" yang dirancang untuk "membingungkan" orang. Dia juga membantah bahwa virus itu buatan manusia.
"Sebagai yang melakukan studi viral, kami jelas tahu jenis penelitian apa yang ada di institut dan bagaimana institut mengelola virus dan sampel. Seperti yang kami katakan sejak awal, tidak mungkin virus ini berasal dari kami. Kami memiliki rezim peraturan ketat dan kode etik penelitian, jadi kami yakin," kata pakar mikrobiologi dan bioteknologi ini.
Dilansir dari organisasi cek fakta Amerika Serikat, FactCheck, setelah virus Corona Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019, memang tersebar berbagai rumor palsu tentang misteri asal-usul virus. Salah satunya adalah bahwa virus Corona Covid-19 merupakan senjata biologi yang bocor dari laboratorium di Wuhan. Namun, seluruh versi teori ini tidak memiliki pijakan bukti dan penjelasan secara sains.
Bukti-bukti yang ada justru menunjukkan bahwa virus itu kemungkinan menular ke manusia dari hewan yang belum teridentifikasi, seperti yang pernah terjadi di masa lalu pada jenis virus Corona lain. SARS-CoV pada 2002-2003 misalnya, diperkirakan berasal dari kelelawar dan menyebar ke manusia melalui musang. Pada 2012, muncul pula MERS-CoV yang kemungkinan berasal dari kelelawar, dan menyebar ke manusia melalui unta.
Berdasarkan arsip berita Tempo pada 30 Maret 2020, hasil studi yang dipimpin oleh Kristian Andersen, profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research Institute, California, AS, pun telah membantah rumor bahwa virus Corona Covid-19 sengaja dibuat atau produk rekayasa laboratorium. Menurut studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini, virus Corona Covid-19 adalah buah dari proses evolusi alami.
Andersen menjelaskan, sejak awal pandemi Covid-19, para peneliti telah menguliti asal-usul SARS-CoV-2 tersebut dengan menganalisis data urutan genomnya. "Dengan membandingkan data urutan genom jenis-jenis virus Corona yang sudah diketahui, kami dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," ujarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi yang diunggah oleh akun Facebook Muji El Karim, bahwa peneliti senior Cina, Shi Zhengli, menyebut virus Corona Covid-19 hanyalah satu dari 1.500 virus mematikan yang tersimpan di laboratorium Wuhan, menyesatkan. Dalam situs resmi Institut Virologi Wuhan, memang tercantum informasi bahwa mereka menyimpan lebih dari 1.500 jenis virus. Namun, hingga kini, tidak ada bukti bahwa virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, bersumber dari Institut Virologi Wuhan. Justru, menurut studi profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research Institute, California, AS, SARS-CoV-2 adalah buah dari proses evolusi alami.
IBRAHIM ARSYAD | ANGELINA ANJAR SAWITRI
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://web.facebook.com/photo.php?fbid=261913628539524&set=pcb.261913738539513&type=3&__tn__=HH-R&eid=ARAbVZDK4VghGJPXRStxP-8-ZyfpcANuuDS-yxml7wox-p8i-ZA2pKQDdMYMUWmyc1auD8jXTv5eV1v8
- https://www.gelora.co/2020/04/terbongkar-lab-virus-wuhan-masih-simpan.html
- https://www.dailymail.co.uk/news/article-8229281/Researchers-Wuhan-virus-lab-warned-SARS-like-coronavirus-outbreaks-China-January.html
- https://www.japantimes.co.jp/news/2020/04/18/asia-pacific/wuhan-lab-china-coronavirus-controversy/#.XqZdH8j7Tb2
- https://www.scmp.com/news/china/science/article/3080868/coronavirus-wuhan-lab-conspiracy-theory-will-not-go-away
- https://www.bbc.com/news/science-environment-52318539
- https://www.liputan6.com/global/read/4231720/lab-di-wuhan-angkat-bicara-usai-dituduh-jadi-biang-virus-corona
- https://www.factcheck.org/2020/01/social-media-posts-spread-bogus-coronavirus-conspiracy-theory/
- https://tekno.tempo.co/read/1325776/masih-berpikir-virus-corona-buatan-lab-simak-studi-baru-ini/full&view=ok
(GFD-2020-8058) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pemerintah Italia Minta Pembacaan Al Quran di Tengah Pandemi Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/04/2020
Berita
Halaman Facebook Tahukah Anda membagikan sebuah artikel dari situs Ayojalanterus.com yang berjudul "Pemerintah Italia Meminta Dibacakan Al Quran dan Doa untuk Melawan Wabah Corona" pada 17 April 2020. Unggahan ini viral dan telah dibagikan lebih dari 1.600 kali hingga 24 April 2020.
Menurut artikel di situs Ayojalanterus.com itu, ayat yang dibaca berasal dari Surat Al-Fatihah dan Surat Ali Imran ayat 190-193. Doa itu diminta setelah, di Italia, jumlah kasus Covid-19 per 17 April 2020 mencapai 168.941 orang, di mana 22.170 orang di antaranya meninggal.
Dalam artikel itu, diunggah pula video dari kanal YouTube Portal Islam yang berjudul sama, "Pemerintah Italia Meminta Dibacakan Al Quran dan Doa untuk Melawan Wabah Corona". Dalam video yang diunggah pada 16 April 2020 itu, terlihat seorang pria yang membacakan Al Quran di sebuah podium yang dipasang bendera Italia.
Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Tahukah Anda.
Apa benar pemerintah Italia meminta pembacaan Al Quran dan doa di tengah pandemi Covid-19?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri gambar tangkapan layar dari video unggahan kanal Portal Islam dengan reverse image tool Google. Lewat cara ini, Tempo terhubung dengan akun Twitter Politic Turk yang membagikan video yang identik pada 19 April 2020. Akun itu memberikan keterangan dalam bahasa Turki yang terjemahannya adalah "Wali Kota Carpi, Italia, Alberto Bellelli, mengajarkan Al Quran".
Dalam unggahan ini, Tempo mendapatkan petunjuk dari komentar yang ditulis oleh akun Cetin Fahrettin yang membantah keterangan soal video itu. Ia mencuit bahwa video tersebut adalah video pembacaan doa dari semua agama, di antaranya Yahudi, Kristen, dan Islam, pada 13 April 2020. Acara itu digelar sebagai solidaritas sekaligus untuk mendoakan mereka yang meninggal karena virus Corona Covid-19.
Akun Cetin Fahrettin pun menyertakan sumber, yakni video berdurasi lebih panjang yang diunggah pada 13 April 2020 oleh kanal Notizie Settimanale della Diocesi di Carpi, sebuah kanal informasi yang diproduksi oleh Keuskupan Carpi, Italia. Video yang berdurasi sekitar 32 menit itu berjudul "Incontro interreligioso del 13 aprile 2020" yang artinya "Pertemuan antar agama 13 April 2020".
Gambar tangkapan layar unggahan video di kanal YouTube Notizie Settimanale della Diocesi di Carpi.
Kanal tersebut memberikan keterangan bahwa video itu adalah pertemuan antar agama dan multikultural untuk mengenang para korban Covid-19. Pertemuan ini digelar pada 13 April 2020 di Piazza Martiri, Napoli, Italia. Pertemuan itu disiarkan sekitar pukul 12 siang di stasiun televisi TRC dan TV Qui. Pertemuan antar agama tersebut diselenggarakan oleh Keuskupan Carpi bersama pemerintah kota.
Acara ini pun dihadiri oleh Wali Kota Alberto Bellelli, Vikaris Jenderal Monsinyur Ermenegildo Manicardi dari keuskupan, Rabi Beniamino Goldstein dari Komunitas Yahudi Modena dan Reggio, Imam Mourad Selmi dari Asosiasi Komunitas Muslim, Florin Chihaia dari Gereja Ortodoks autocephalous Rumania, Archpriest Arcadie Porcescu dari Gereja Ortodoks Moldavia San Spiridione di Trimithonte, Elisa Yang dari komunitas Kristen Evangelis Cina, dan Manroob Bernyanyi dari komunitas Sikh.
Untuk memastikan kebenaran lokasi penyelenggaraan kegiatan doa bersama itu, yakni Piazza Martiri, Tempo menelusurinya melalui Google Maps. Lewat penelusuran itu, dipastikan bahwa benar kegiatan tersebut memang berlokasi di Piazza Martiri.
Gambar tangkapan layar lokasi Piazza Martiri di Google Maps.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa pemerintah Italia meminta pembacaan Al Quran dan doa di tengah pandemi Covid-19 sebagian benar. Pasalnya, peristiwa dalam video yang digunakan untuk menyebarkan narasi itu tidak hanya berisi pembacaan doa dari perwakilan kelompok muslim. Dalam video utuhnya, kegiatan itu juga melibatkan seluruh perwakilan agama di Italia, seperti Katolik, Kristen, Yahudi, dan Sikh. Pertemuan antar agama itu diselenggarakan oleh Keuskupan Carpi dan pemerintah kota untuk mengenang mereka yang meninggal karena terinfeksi virus Corona Covid-19.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/Z0n7c
- https://www.ayojalanterus.com/2020/04/pemerintah-italia-meminta-dibacakan-al.html?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
- https://www.youtube.com/watch?v=m8I7F84DnhU&feature=emb_logo
- https://twitter.com/politicturk/status/1251798659827630081
- https://twitter.com/CetinFahrettin/status/1251932396083183617
- https://www.youtube.com/watch?v=qRY9D3A2YIw
- https://s.id/gpuJB
(GFD-2020-8057) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Instruksikan Masjid Dibuka Seluas-luasnya Saat Pandemi Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/04/2020
Berita
Narasi bahwa Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menginstruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya saat pandemi Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru, beredar di media sosial. Narasi itu terdapat dalam gambar tangkapan layar yang dilengkapi dengan foto Edy dengan seragam TNI.
Berikut ini narasi yang tertulis dalam gambar tangkapan layar tersebut:Gubernur Sumut intruksikan Seluruh masjid buka pintu selapang-lapangnya untuk orang ibadah.. klo perlu ajak dzikir bersama-sama... "Hidup mati itu kehendak Allah,, Mati sedang sholat, mati sedang dzikir mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri nggak ibadah".
Di Facebook, gambar tangkapan layar itu diunggah salah satunya oleh akun Torrellap Brayy ke halaman Kata Bijak dan Motivasi Hidup pada Rabu, 22 April 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 100 kali dan disukai lebih dari 250 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Torrellap Brayy.
Apa benar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “Gubernur Sumut Perintahkan Buka Masjid” ke mesin pencarian Google. Hasilnya, tidak ditemukan pernyataan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang memerintahkan agar masjid dibuka seluas-luasnya untuk beribadah di saat pandemi Covid-19.
Tidak ditemukan pula kutipan yang berasal dari Edy seperti yang terdapat dalam gambar tangkapan layar di atas bahwa, "Hidup mati itu kehendak Allah. Mati sedang salat, mati sedang zikir, mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri."
Edy hanya pernah menyatakan agar umat Islam tidak meninggalkan masjid. "Khusus beragama Islam, jangan meninggalkan masjid karena takut Corona. Siapkan alas untuk tempat kita bersujud. Dengan sajadah yang kecil juga boleh, yang besar juga boleh, bawa sapu tangan," ujar Edy di Deli Serdang, Sumut, pada 15 Maret 2020, seperti dilansir dari Kumparan.com.
Edy juga pernah memerintahkan agar karpet masjid dibuka. Warga yang beragama Islam diminta membawa alas sendiri saat salat berjemaah di masjid. Hal itu disampaikan Edy dalam rapat yang membahas masalah kesehatan di Kantor Gubernur Sumut pada pertengahan Maret 2020.
Pernyataan tersebut diberitakan salah satunya oleh Detik.com pada 17 Maret 2020 dengan judul "Gubsu Edy Perintahkan Sekolah Libur-Karpet Masjid Dibuka demi Cegah Corona". Saat itu, Edy berkata, "Karpet-karpet sementara dibuka. Biarkan saja di semen. Nanti dipel. Masing-masing pakai sajadah masing-masing."
Setelah ditelusuri, gambar tangkapan layar yang diunggah oleh akun Torrellap Brayy tersebut sudah beredar sejak pertengahan Maret 2020. Pemerintah Provinsi Sumut pun membantah bahwa Edy pernah mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19. "Nggak ada, nggak ada. Itu dari mana?" ujar Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, Hendra Dermawan Siregar, seperti dikutip dari Medan Bisnis Daily pada 22 Maret 2020.
Hendra pun menambahkan bahwa gambar tangkapan layar tersebut sudah distempel hoaks. "Kan yang ada kemarin, dari WA (WhatsApp) orang masuk, dia (Edy) pakai pakaian tentara, terus membilangkan semua orang masuk ke masjid, itu udah kita stempel hoax," kata Hendra.
Panduan ibadah di tengah pandemi Covid-19
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa mengenai penyelenggaraan ibadah saat pandemi Covid-19 pada 16 Maret 2020. Dalam Fatwa Nomor 14 tahun 2020 itu, seperti dilansir dari BBC, MUI menyebut:
Pada 6 April 2020, Kementerian Agama pun telah menerbitkan surat edaran terkait Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah pandemi Covid-19. Salah satu isi panduan itu adalah salat tarawih dilakukan secara individual atau berjamaah bersama keluarga inti di rumah. Panduan ini untuk mencegah makin meluasnya penularan virus Corona Covid-19 di Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengintruksikan agar masjid dibuka seluas-luasnya di tengah pandemi Covid-19 adalah klaim yang keliru. Edy tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut, termasuk kutipan bahwa, "Hidup mati itu kehendak Allah. Mati sedang salat, mati sedang zikir, mati sedang ibadah lebih baik ketimbang mengurung diri."
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/U32EZ
- https://kumparan.com/kumparannews/edy-rahmayadi-jangan-tinggalkan-masjid-karena-takut-corona-1t1xIt5z0u5/full
- https://news.detik.com/berita/d-4942334/gubsu-edy-perintahkan-sekolah-libur-karpet-masjid-dibuka-demi-cegah-corona
- http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/read/2020/03/22/103735/pemprov_sumut_bantah_gubernur_edy_pernah_bilang_jangan_pernah_tinggalkan_masjid_karena_corona/
- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51867023
- https://kemenag.go.id/berita/read/513133/sambut-ramadan--kemenag-terbitkan-panduan-ibadah-saat-covid-19-mewabah
(GFD-2020-8056) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Muncul Kelelawar yang Menyerupai Manusia di Atas Gereja Italia Saat Pandemi Corona?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 23/04/2020
Berita
Video yang memperlihatkan mahluk bersayap yang berbadan manusia di atas sebuah gereja viral di media sosial. Menurut narasi dalam video itu, makhuk tersebut adalah kelelawar yang menyerupai manusia yang hinggap di atas sebuah gereja di Italia. Dalam video itu, terdapat tulisan "Di Tengah Wabah Corona Muncul Makhluk Aneh. Di Gereja Italia, Mirip Manusia".
Di bagian awal video berdurasi 2 menit 47 detik ini, terdapat cuplikan seekor burung yang terbang. Kemudian, terdapat cuplikan mahluk bersayap yang hinggap di atas menara sebuah gereja. Mahluk itu kemudian memanjat hingga ke puncak menara tersebut, berdiri di salib, dan terbang. Setelah itu, terdapat cuplikan ratusan kelelawar yang terbang di malam hari.
Terdengar pula narasi yang dibacakan dalam video itu, yakni sebagai berikut:
"Beberapa hari ini Italia digemparkan dengan mahluk aneh yang menyerupai manusia. Kelelawar adalah mamalia yang salah satunya dianggap sebagai sumber pembawa wabah yang saat ini sedang gencar di dunia ini. Kelelawar mungkin memang memiliki sitem kekebalan yang memungkinkannya hidup dengan banyak wabah pembawa penyakit. Baru-baru ini, di Italia, kelelawar menjadi perbincangan banyak orang. Di saat Italia sedang menerapkan sistem tertutup untuk semua penduduknya, ada sebuah video di mana sebuah kelelawar yang tertangkap kamera warga sekitar sedang berada di sebuah atap bangunan. Kelelawar itu mirip atau menyerupai manusia. Lihat saja, kelelawar ini sedang memanjat sebuah atap bangunan. Bangunan ini adalah sebuah gereja yang tak dihuni karena adanya wabah yang sedang menyerang dunia. Kelelawar ini asyik memanjat hingga pucuk salib di atas gereja. Cara memanjatnya pun mirip seorang malaikat. Oleh penduduk Italia, fenomena ini diyakini sebagai malaikat yang sedang menjaga gereja di saat dunia sedang diserang wabah yang berbahaya."
Di Facebook, video itu diunggah oleh akun Berita Terkini pada 18 April 2020. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah dikomentari lebih dari 3 ribu kali, dibagikan lebih dari 9 ribu kali, dan ditonton hampir 1 juta kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Berita Terkini.
Apa benar muncul kelelawar yang menyerupai manusia di atas sebuah gereja di Italia saat pandemi Corona?
Hasil Cek Fakta
Untuk menelusuri sumber video mahluk bersayap yang hinggap di atas menara sebuah gereja itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi beberapa gambar dengan tool InVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Yandex.
Hasilnya, ditemukan cuplikan video yang identik dalam video kolase yang diunggah oleh kanal YouTube JJPD Producciones pada 9 April 2020. Dalam profilnya, diketahui bahwa kanal JJPD Producciones mengkhususkan diri dalam pembuatan video dengan efek khusus serta film fiksi pendek. Kanal ini berbasis di Nikaragua.
Adapun di keterangan videonya, kanal ini menulis dalam bahasa Spanyol, bahasa resmi Nikaragua, yang terjemahannya: "Top 5 Makhluk Aneh yang Tertangkap Kamera di Kehidupan Nyata, Setan Gargoyle di Katedral Kuno. Ini adalah video yang kami buat untuk menghibur. Semua cuplikan yang ditampilkan adalah fiksi. Video CGI (Gambar Buatan Komputer)."
Setelah ditelusuri, cuplikan video tersebut merupakan potongan dari video yang pernah diunggah sebelumnya oleh kanal yang sama, yakni pada 2 Juni 2019. Video ini diberi judul "Setan Mengerikan di Kota Granada-Nikaragua 2019-Gargoyle?". Dalam keterangannya, kanal JJPD Producciones pun menulis, "Semua cuplikan yang ditampilkan adalah fiksi. Video CGI."
Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube JJPD Producciones.
Tiga bulan kemudian, tepatnya pada 8 September 2019, kanal JJPD Producciones mengunggah proses kreatif di balik video tersebut. Video ini merupakan animasi tiga dimensi yang dikerjakan oleh dua bersaudara pemilik kanal JJPD Producciones, Jose Joaquin Perez serta Jimmy Jose Perez.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa muncul kelelawar yang menyerupai manusia di atas sebuah gereja di Italia saat pandemi Corona adalah narasi yang keliru. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim itu adalah video animasi yang dibuat oleh kanal YouTube JJPD Production pada Juni 2019. Video yang diunggah oleh akun Berita Terkini juga telah mengalami penyuntingan, yakni dibalik sehingga angle-nya berbeda.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
Halaman: 5170/6601