(GFD-2021-7375) [SALAH] Artis Iis Dahlia Ditangkap Usai Jual Surat Swab Antigen Serta PCR Palsu, Terancam 6 Tahun Penjara
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Akun Facebook Rony Rofi membagikan tautan yang berjudul “Iis Dahlia Ditangkap Usai Jual Surat Swab Antigen Serta PCR Palsu, Terancam 6 Tahun Penjara”. Nampak foto artis Iis Dahlia yang di pasang dalam artikel tersebut.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri ditemukan informasi pada akun Instagram resmi Iis Dahlia. Dalam salah satu postingannya yang diunggah pada 28 Juli 2021 Iis Dahlia membantah jika Iis Dahlia merupakan pelaku Surat Swab Antigen serta PCR palsu.
Melansir dari voi.id Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Achmad Akbar menjelaskan kedua tersangka, Iis Dahlia dan Joko merupakan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan bukanlah artis seperti yang ramai dikabarkan via aplikasi agregator.
“Saya tegaskan, Iis Dahlia alias ID yang dimaksud bukan artis. Dia pengangguran. Tersangka memiliki jaringan lain yang berkaitan dengan penangkapan tersangka kasus serupa oleh Polda Metro Jaya. Jadi sekali lagi, ID bukanlah artis,” kata Achmad Akbar saat dihubungi wartawan voi.id, Rabu 28 Juli mengutip dari voi.id.
Dengan demikian klaim bahwa artis Iis Dahlia ditangkap karena menjual surat Swab antigen dan PCR palsu tidak benar hal tersebut sudah dibatah oleh Iis Dahlia dan dijelaskan lebih lanjut oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan sehingga masuk dalam kategori false connection/koneksi yang salah.
Melansir dari voi.id Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Achmad Akbar menjelaskan kedua tersangka, Iis Dahlia dan Joko merupakan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan bukanlah artis seperti yang ramai dikabarkan via aplikasi agregator.
“Saya tegaskan, Iis Dahlia alias ID yang dimaksud bukan artis. Dia pengangguran. Tersangka memiliki jaringan lain yang berkaitan dengan penangkapan tersangka kasus serupa oleh Polda Metro Jaya. Jadi sekali lagi, ID bukanlah artis,” kata Achmad Akbar saat dihubungi wartawan voi.id, Rabu 28 Juli mengutip dari voi.id.
Dengan demikian klaim bahwa artis Iis Dahlia ditangkap karena menjual surat Swab antigen dan PCR palsu tidak benar hal tersebut sudah dibatah oleh Iis Dahlia dan dijelaskan lebih lanjut oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan sehingga masuk dalam kategori false connection/koneksi yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Hal tersebut tidak benar. Faktanya, informasi tersebut dibantah oleh Iis Dahlia melalui akun Instagram lebih lanjut Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan menjelaskan hal yang sama yaitu Iis Dahlia yang dimaksud tidak mempunyai pekerjaan dan bukan merupakan artis Iis Dahlia.
Hal tersebut tidak benar. Faktanya, informasi tersebut dibantah oleh Iis Dahlia melalui akun Instagram lebih lanjut Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan menjelaskan hal yang sama yaitu Iis Dahlia yang dimaksud tidak mempunyai pekerjaan dan bukan merupakan artis Iis Dahlia.
Rujukan
(GFD-2021-7374) [SALAH] “Vaksin Corona Tidak Terbukti Aman dan Efektif, Coronavirus Sama seperti Flu Biasa, Ini adalah Pandemi Palsu”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Beredar postingan di Facebook oleh akun bernama anticovid di grup “JOKOWI PRESIDEN GAGAL”. Postingan tersebut membagikan sebuah video berdurasi 30 detik, memperlihatkan seorang bernama Dr. Johan Denis, yang diketahui sebagai dokter medis dan pengobatan alternatif dari Belgia.
Johan Denis mengklaim bahwa vaksin Covid-19 tidak terbukti aman dan efektif. Ia juga menyebut pandemi Covid-19 adalah palsu, selain itu Denis juga mengklaim bahwa Covid-19 memiliki tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran yang sama dengan infuenza.
Johan Denis mengklaim bahwa vaksin Covid-19 tidak terbukti aman dan efektif. Ia juga menyebut pandemi Covid-19 adalah palsu, selain itu Denis juga mengklaim bahwa Covid-19 memiliki tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran yang sama dengan infuenza.
Hasil Cek Fakta
Setelah dilalukan penelusuran fakta, klaim Johan Denis adalah hoax. Pandemi Covid-19 bukan rekayasa atau palsu. Sebuah penyakit dikatakan menjadi pandemi dikarenakan sudah mewabah dan serempak terjadi dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh Negara/benua). Penyakit tersebut sudah menjadi permasalahan bersama seluruh warga dunia.
Bersumber dari worldometers.info, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian.
Johan Denis adalah dokter umum dari Antwerp, Belgia, yang status profesi dokternya ditangguhkan karena memberikan sertifkasi pembebasan penggunaan masker bagi pasien yang tidak mengalami gejala pernapasan. Selain itu ia juga memiliki riwayat menyebarkan hoax dan konspirasi Covid-19, seperti vaksin dapat mengubah DNA, dan konspirasi jaringan 5G yang dihubungkan-hubungkan dengan pandemi.
Tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran Covid-19 yang disamakan dengan Influenza juga tidak benar. Menurut Andrew Pekosz, Ph.D, ahli virologi terkemuka yang berpengalaman menangani Influenza dan Covid-19 sekaligus Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins, menerangkan bahwa Covid-19 membawa tingkat keparahan dan tingkat mortalitas lebih tinggi ketimbang Influenza. Sejak Desember 2020, Covid-19 membunuh lebih banyak orang di Amerika Serikat daripada Influenza dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu alasan Covid-19 lebih berbahaya dari Influenza adalah efek jangka panjang yang diterima penyintas Covid, yakni mereka merasakan permasalahan kesehatan yang lebih banyak daripada peyintas Influenza, di antaranya yakni lemah fisik, sesak napas, kesulitan fokus, dan dalam beberapa kasus terjadi gagal ginjal dan jantung.
Covid-19 juga memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan cepat ketimbang Influenza. Tidak seperti Influenza, belum ada vaksin untuk Covid-19 sebelumnya dan infeksi terhadap SARS-CoV-2 yang minim sehingga banyak orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus Corona.
Terkait dengan keamanan dan efektivitas vaksinasi, sudah pernah dibahas sebelumnya di salah satu artikel turnbackhoax.id yang berjudul “[SALAH] Vaksin Mengandung Racun Berbahaya”. Dijelaskan oleh Kementrian Kesehatan bahwa vaksin yang banyak digunakan di Indonesia yakni Sinovac dan AstraZeneca, telah memenuhi standar WHO untuk keamanan, efikasi, dan pembuatan. WHO dan BPOM juga telah memasukkan Sinovac ke Daftar Penggunaan Darurat (EUL) bersama vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm.
Vaksin juga terbukti efektif. Negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50% warganya juga mengalami tren penurunan kasus positif seperti di Amerika Serikat. Dilansir dari The New York Times, Amerika Serikat mengalami tren penurunan jumlah kematian akibat Covid-19 dari bulan April hingga Juli 2021. Kota New York yang sempat menjadi episentrum virus Corona di Amerika Serikat mulai melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial, hal itu dikarenakan terjadi penurunan kasus positif dan banyaknya warga yang sudah divaksin.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Johan Denis adalah tidak benar dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Bersumber dari worldometers.info, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian.
Johan Denis adalah dokter umum dari Antwerp, Belgia, yang status profesi dokternya ditangguhkan karena memberikan sertifkasi pembebasan penggunaan masker bagi pasien yang tidak mengalami gejala pernapasan. Selain itu ia juga memiliki riwayat menyebarkan hoax dan konspirasi Covid-19, seperti vaksin dapat mengubah DNA, dan konspirasi jaringan 5G yang dihubungkan-hubungkan dengan pandemi.
Tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran Covid-19 yang disamakan dengan Influenza juga tidak benar. Menurut Andrew Pekosz, Ph.D, ahli virologi terkemuka yang berpengalaman menangani Influenza dan Covid-19 sekaligus Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins, menerangkan bahwa Covid-19 membawa tingkat keparahan dan tingkat mortalitas lebih tinggi ketimbang Influenza. Sejak Desember 2020, Covid-19 membunuh lebih banyak orang di Amerika Serikat daripada Influenza dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu alasan Covid-19 lebih berbahaya dari Influenza adalah efek jangka panjang yang diterima penyintas Covid, yakni mereka merasakan permasalahan kesehatan yang lebih banyak daripada peyintas Influenza, di antaranya yakni lemah fisik, sesak napas, kesulitan fokus, dan dalam beberapa kasus terjadi gagal ginjal dan jantung.
Covid-19 juga memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan cepat ketimbang Influenza. Tidak seperti Influenza, belum ada vaksin untuk Covid-19 sebelumnya dan infeksi terhadap SARS-CoV-2 yang minim sehingga banyak orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus Corona.
Terkait dengan keamanan dan efektivitas vaksinasi, sudah pernah dibahas sebelumnya di salah satu artikel turnbackhoax.id yang berjudul “[SALAH] Vaksin Mengandung Racun Berbahaya”. Dijelaskan oleh Kementrian Kesehatan bahwa vaksin yang banyak digunakan di Indonesia yakni Sinovac dan AstraZeneca, telah memenuhi standar WHO untuk keamanan, efikasi, dan pembuatan. WHO dan BPOM juga telah memasukkan Sinovac ke Daftar Penggunaan Darurat (EUL) bersama vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm.
Vaksin juga terbukti efektif. Negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50% warganya juga mengalami tren penurunan kasus positif seperti di Amerika Serikat. Dilansir dari The New York Times, Amerika Serikat mengalami tren penurunan jumlah kematian akibat Covid-19 dari bulan April hingga Juli 2021. Kota New York yang sempat menjadi episentrum virus Corona di Amerika Serikat mulai melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial, hal itu dikarenakan terjadi penurunan kasus positif dan banyaknya warga yang sudah divaksin.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Johan Denis adalah tidak benar dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).
Informasi Menyesatkan. Pandemi Covid-19 bukanlah arekayasa, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian. Andrew Pekosz, Ph.D, Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa Covid-19 lebih mematikan dari Influenza. Adapun vaksin Covid-19 telah memenuhi standar aman dari BPOM dan terbukti efektif menurunkan jumlah kasus positif di berbagai negara.
Informasi Menyesatkan. Pandemi Covid-19 bukanlah arekayasa, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian. Andrew Pekosz, Ph.D, Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa Covid-19 lebih mematikan dari Influenza. Adapun vaksin Covid-19 telah memenuhi standar aman dari BPOM dan terbukti efektif menurunkan jumlah kasus positif di berbagai negara.
Rujukan
- https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/no-covid-19-is-not-the-flu.html
- https://turnbackhoax.id/2021/07/26/salah-vaksin-mengandung-racun-berbahaya/
- https://www.rappler.com/newsbreak/fact-check/covid-19-vaccines-not-proven-safe-effective
- https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/808-bedanya-endemi-epidemi-dan-pandemi
- https://www.worldometers.info/coronavirus/
(GFD-2021-7373) [SALAH] Sule Meninggal Dunia
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Beredar informasi dari akun Facebook Puspa berupa sebuah narasi disertai link artikel dengan klaim bahwa Sule meninggal dunia akibat kecelakaan. Postingan ini disukai sebanyak 134 kali, dikomentari 29 kali, dan disebarkan kembali 924 kali.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran pada artikel tersebut, isi dari artikel itu serupa dengan artikel dari sindonews.com yang berjudul “Innalilahi.. Yuni Sarah Tewas Terseret Truk Tangki Minyak” yang dipublikasi pada 12 Oktober 2016 dengan merubah nama korban sebenarnya Yuni Sarah menjadi Sule Wantile dan menghapus detil tanggal kejadian dari artikel tersebut. Sule sendiri membantah melalui akun Tiktok @ferdinansuleprikitiw.
“Ada yang bilang Sule teh meninggal dunia ceunah ya. Tapi, tidak apa-apa biar panjang umurnya didoakeun ku Eceu,” kata Sule.
Melihat dari penjelasan tersebut, klaim Sule meninggal dunia adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang dimanipulasi/Manipulated Content.
“Ada yang bilang Sule teh meninggal dunia ceunah ya. Tapi, tidak apa-apa biar panjang umurnya didoakeun ku Eceu,” kata Sule.
Melihat dari penjelasan tersebut, klaim Sule meninggal dunia adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang dimanipulasi/Manipulated Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Natalia Kristian (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Indonesia).
Informasi yang salah. Artikel yang berisikan kecelakaan Sule ternyata diambil dari sebuah artikel dari tahun 2016 yang dimodifikasi.
Informasi yang salah. Artikel yang berisikan kecelakaan Sule ternyata diambil dari sebuah artikel dari tahun 2016 yang dimodifikasi.
Rujukan
(GFD-2021-7372) [SALAH] Semua Pasien Positif Covid-19 di New South Wales, Australia Sudah Divaksinasi
Sumber: Instagram.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Beredar sebuah unggahan di instagram dengan takarir yang mengklaim bahwa semua pasien Covid-19 yang dirawat di New South Wales, Australia sudah divaksinasi. Dalam takarir tersebut pengunggah mempertanyakan kemanjuran dari vaksinasi Covid-19 karena tetap terpapar virus meskipun sudah divaksinasi.
Apakah vaksin bisa membuat org menjadi positif covid?
Apakqh setelah vaksin hasil swab antigen menjadi positif
Setelah vaksin pcr positif?
Vaksin sebabkan hasil pcr positif
Apakah setelah vaksin bika esok hari pcr akan menyebabkan hasil pcr positif civid
Habis vaksin positif
Hasil antigen positif
Antigen positif
Habis antigen positif
Apakah benar setelah vaksin dan langsung antigen/pcr akan dinyatakan positif covid?
Apakah vaksin bisa membuat org menjadi positif covid?
Apakqh setelah vaksin hasil swab antigen menjadi positif
Setelah vaksin pcr positif?
Vaksin sebabkan hasil pcr positif
Apakah setelah vaksin bika esok hari pcr akan menyebabkan hasil pcr positif civid
Habis vaksin positif
Hasil antigen positif
Antigen positif
Habis antigen positif
Apakah benar setelah vaksin dan langsung antigen/pcr akan dinyatakan positif covid?
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah. Faktanya, dilansir dari AFP Fact Check, juru bicara otoritas kesehatan setempat membantah informasi yang beredar tersebut, ia menyatakan bahwa semua pasien Covid-19 di New South Wales belum divaksinasi kecuali satu pasien.
Kemudian, dilansir dari abc.net.au, terdapat 141 kasus COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan 43 orang dalam perawatan intensif. Dari 43 orang tersebut, 42 orang belum divaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya satu pasien COVID-19 yang sudah divaksinasi di rumah sakit tersebut.
Video yang diunggah tersebut ternyata dipotong dari video asli yang berjudul “NSW records two COVID-19 deaths and 141 new local cases | Coronavirus | 9 News Australia”. Hal ini mengakibatkan video tersebut mengarah ke pengertian yang salah.
Dapat dilihat berdasarkan video yang diunggah sebagai bukti klaim, Dr. Jeremy McAnulty sebagai Direktur Perlindungan Kesehatan NSW seakan-akan mengatakan bahwa hanya satu orang yang mendapatkan vaksin dengan satu dosis. Perkataan ini kemudian dibuat menjadi sebuah klaim bahwa selain satu orang tersebut, semua orang sudah divaksinasi dengan dua dosis.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah karena berdasarkan video asli yang ada di YouTube. Dr. Jeremy McAnulty pada menit 06.16 mengatakan bahwa ada 43 orang dalam perawatan intensif, satu dari mereka berusia remaja, tujuh berusia 20-an, tiga berusia 30-an, empat belas berusia 15-an, dua belas berusia 60-an, dan enam dari mereka berusia 17. Virus ini memengaruhi orang-orang dari segala usia dengan menimbulkan penyakit yang sangat serius. Satu orang di antaranya sudah divaksinasi dengan menerima satu dosis vaksin.
Hal ini diperkuat dengan perkataan Dr. Jeremy McAnulty dalam video “IN FULL: NSW Premier Gladys Berejiklian announces 141 new cases of COVID-19 | ABC News” pada menit 34.06 menegaskan kembali bahwa 43 orang dalam perawatan intensif tersebut terdiri dari 42 orang belum divaksinasi, dan satu orang sudah menerima vaksinasi dengan satu dosis vaksin.
Dengan demikian klaim semua orang dalam kasus Covid-19 di New South Wales, Australia ini sudah menerima vaksinasi adalah hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kemudian, dilansir dari abc.net.au, terdapat 141 kasus COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan 43 orang dalam perawatan intensif. Dari 43 orang tersebut, 42 orang belum divaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya satu pasien COVID-19 yang sudah divaksinasi di rumah sakit tersebut.
Video yang diunggah tersebut ternyata dipotong dari video asli yang berjudul “NSW records two COVID-19 deaths and 141 new local cases | Coronavirus | 9 News Australia”. Hal ini mengakibatkan video tersebut mengarah ke pengertian yang salah.
Dapat dilihat berdasarkan video yang diunggah sebagai bukti klaim, Dr. Jeremy McAnulty sebagai Direktur Perlindungan Kesehatan NSW seakan-akan mengatakan bahwa hanya satu orang yang mendapatkan vaksin dengan satu dosis. Perkataan ini kemudian dibuat menjadi sebuah klaim bahwa selain satu orang tersebut, semua orang sudah divaksinasi dengan dua dosis.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah karena berdasarkan video asli yang ada di YouTube. Dr. Jeremy McAnulty pada menit 06.16 mengatakan bahwa ada 43 orang dalam perawatan intensif, satu dari mereka berusia remaja, tujuh berusia 20-an, tiga berusia 30-an, empat belas berusia 15-an, dua belas berusia 60-an, dan enam dari mereka berusia 17. Virus ini memengaruhi orang-orang dari segala usia dengan menimbulkan penyakit yang sangat serius. Satu orang di antaranya sudah divaksinasi dengan menerima satu dosis vaksin.
Hal ini diperkuat dengan perkataan Dr. Jeremy McAnulty dalam video “IN FULL: NSW Premier Gladys Berejiklian announces 141 new cases of COVID-19 | ABC News” pada menit 34.06 menegaskan kembali bahwa 43 orang dalam perawatan intensif tersebut terdiri dari 42 orang belum divaksinasi, dan satu orang sudah menerima vaksinasi dengan satu dosis vaksin.
Dengan demikian klaim semua orang dalam kasus Covid-19 di New South Wales, Australia ini sudah menerima vaksinasi adalah hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Fathia islamiyatul Syahida (Universitas Pendidikan Indonesia)
Klaim tersebut salah. Faktanya, Dr. Jeremy McAnulty dalam video “IN FULL: NSW Premier Gladys Berejiklian announces 141 new cases of COVID-19 | ABC News” menegaskan bahwa 43 orang dalam perawatan intensif tersebut terdiri dari 42 orang belum divaksinasi, dan satu orang sudah menerima vaksinasi dengan satu dosis vaksin.
Klaim tersebut salah. Faktanya, Dr. Jeremy McAnulty dalam video “IN FULL: NSW Premier Gladys Berejiklian announces 141 new cases of COVID-19 | ABC News” menegaskan bahwa 43 orang dalam perawatan intensif tersebut terdiri dari 42 orang belum divaksinasi, dan satu orang sudah menerima vaksinasi dengan satu dosis vaksin.
Rujukan
Halaman: 5096/6358