• (GFD-2021-8463) Keliru, Vaksin Sinovac Dipasangi GPS atau Chip untuk Lacak Keberadaan Orang yang Telah Divaksin

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 20/01/2021

    Berita


    Klaim bahwa salah satu vaksin Covid-19, vaksin Sinovac, dipasangi GPS (Global Positioning System) atauchipyang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan orang yang telah divaksin, beredar di media sosial. Klaim itu dilengkapi dengan potongan video wawancara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir di acara televisi Mata Najwa.
    Di Facebook, klaim beserta video tersebut diunggah salah satunya oleh akun Jamilha Amar, tepatnya pada 19 Januari 2021. Akun ini menulis sebagai berikut:
    "Sinovac ternyata juga sebagai jps /chip yg utk mngetahui keberadaan seseorang yg telah di vaksin. ** NO VAKSIN.... ?? **Erick Thohir sang Missionaris Chip Covid-19 Dgn Sangat Terbuka Menjelaskan Tentang Chip Yang Terdapat Didalam Vaksin . Itu Artinya , Setelah Kita Divaksinasi Hidup Kita Akan Dikontrol Seumur Hidup.Sungguh Allah SWT Maha Mengetahui , Maha Bijaksana Dan Maha Pembuat Makar..Pembantu Jokowi Ngebocorin Apa Itu Vaksin Sinovak....!!"
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Jamilha Amar yang memuat klaim keliru terkait vaksin Covid-19 Sinovac.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, dalam acara televisi Mata Najwa, Menteri BUMN Erick Thohir memang sempat menyinggung soal sistem barcode. Namun, sistembarcodeyang dimaksud Erick bukanchipyang dimasukkan ke dalam tubuh orang yang divaksin. Sistembarcodetersebut terpasang di botol dan kemasan vaksin Covid-19 untuk melacak distribusi vaksin, apakah tepat sasaran dan diberikan kepada orang yang sesuai.
    Pernyataan Erick Thohir tersebut dilontarkan dalam acara televisi Mata Najwa yang tayang pada 14 Januari 2021. Menurut Erick, sejak awal, Bio Farma telah memberikanbarcodedi botol dan kemasan vaksin Sinovac, sehingga setiap botol vaksin akan terlacak penerimanya. Demikian juga saat distribusi ke daerah, truk pengirim vaksin bisa dilacak. “Truk-truknya akan terlihat, nomor mobilnya apa, ada kejadian apa, kita lakukan apa,” katanya.
    Barcodetersebut menjadi salah satu bagian dari perbaikan sistemdatabasevaksin nasional. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan, denganbarcode tersebut, vaksin dapat dicegah untuk tidak disuntikkan kepada orang yang belum seharusnya disuntik.
    "Kita dibantu Pak Menteri BUMN, semua viral vaksin adabarcodeuntukdealingdengan siapa yang disuntik, jadione by oneketahuan. Tetesan-tetesan vaksin yang mungkin tadinya mau dipakai jadi tetesan nafkah para koruptor mudah-mudahan bisa dikurangi karena semua sudah terintegrasi lewat IT sejak awal pemaketan kita bisatrackbarangnya ke mana," kata Budi.
    Sistem layanan vaksinasi ini disiapkan oleh PT Bio Farma bersama PT Telkom. Mereka menggunakan teknologitrack and traceberupa2D barcodepada kemasan vaksin Covid-19 yang dilakukan saat proses pengemasan produk. Aplikasi teknologi itu untuk memastikan produk asli, sekaligus mengendalikan stok. Selain itu, menampilkan informasi detail tanggal kedaluwarsa, nomorbatch, dan nomor serial produk ketikabarcodedipindai bagi pengguna.“Pemasangan teknologitrack and trace, dalam bentukbarcodeyang dapat dipindai, dipasang pada kemasan primer (vial), sekunder (dus kemasan) maupun tersier hingga truk pengantar," kata Direktur Digital Health Care PT Bio Farma, Soleh Udin Al Ayubi, yang akrab disapa Ayub, pada 2 Desember 2020.
    Ayub mengatakan, infrastruktur digital tersebut juga dikembangkan untuk mengawasi vaksin saat proses distribusi. Salah satunya dengan menyematkan Freeze Tag, untuk memastikan suhu vaksin tetap berada antara 2-8 derajat Celsius saat proses pengiriman berlangsung.
    Selain itu, teknologiGlobal Positioning System(GPS) digunakan untuk memindai posisi pengantaran vaksin, dan memantau suhu vaksin selama perjalanan berlangsung secarareal-timedaricommand centeryang berada di PT Bio Farma.
    Hoaks microchip
    Narasi tentang penanamanmicrochipdengan vaksin Covid-19 telah beredar sejak September 2020 lalu. Penanamanmicrochipke tubuh manusia lewat vaksin adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Dikutip dari Science20, kebanyakanmicrochipRFID (Radio Frequency Identification) terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam jarum berukuran normal yang digunakan untuk vaksin. Mungkin saja membuatchipdengan ukuran yang lebih kecil, tapi tidak berguna apabila tidak memiliki antena sebagai penerima sinyal.
    Sebuah chip harus memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mengambil daya dari gelombang mikro, yang kemudian mengirim kembali sinyal yang cukup kuat sehingga bisa diterima oleh penerima.ChipRFID terkecil yang tersedia secara komersial, lengkap dengan antenanya, hanya dapat terbaca dari jarak milimeter. SementarachipRFID terkecil yang tidak tersedia secara komersial hanya dapat terbaca dari jarak mikron.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Sinovac dipasangi GPS atauchipuntuk mengetahui keberadaan orang yang telah divaksin, keliru. Sistembarcodememang diadopsi dalam program vaksinasi Covid-19. Namun,barcodetersebut dipasang di botol dan kemasan vaksin, bukan dimasukkan ke tubuh orang yang divaksin, sehingga tidak mungkin melacak keberadaan orang tersebut. Fungsibarcodeini untuk melacak agar vaksin diberikan kepada orang yang sesuai.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8462) Sesat, Klaim Ini Video Seorang Pria yang Pingsan usai Disuntik Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 20/01/2021

    Berita


    Video yang memperlihatkan seorang pria yang pingsan usai disuntik beredar di media sosial. Menurut klaim yang menyertai video itu, pria tersebut pingsan usai disuntik vaksin Covid-19. Video ini diunggah salah satunya oleh kanal YouTube News Berita pada 17 Januari 2021 dengan judul “Seorang pria tak sadarkan diri, setelah beberapa detik di suntik vaksin”. Kanal ini juga menambahkan tagar #Covid19 di atas judul.
    Dalam video berdurasi 1 menit 30 detik itu, terlihat seorang pria berkemeja putih yang baru saja disuntik oleh seorang petugas kesehatan di bawah sebuah tenda yang berdiri di halaman sebuah gedung. Namun, setelah berpindah ke tenda lain, ia lemas dan terjatuh. Selanjutnya, ia dibaringkan di sebuah ranjang, lalu digotong oleh sejumlah petugas untuk dimasukkan ke sebuah mobil ambulans.
    Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube News Berita yang memuat klaim menyesatkan terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah video simulasi vaksinasi Covid-19 yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 13 Januari 2021.
    Video yang sama dengan kualitas yang lebih baik dan durasi yang lebih panjang pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Mzaq Chanell pada 12 Januari 2021. Video itu diberi judul “Simulasi Vaksinisasi Covid 19 Perdana di Kantor Gubernur NTT”.
    Dalam video berdurasi 8 menit 52 detik ini, ambulans yang membawa pria yang pingsan itu hanya berjalan beberapa meter. Pada menit 3:05, ambulans berjalan mundur, kemudian pemeran penerima vaksin dan petugas kesehatan turun dari ambulans sembari tertawa. Dalam video ini, terdengar pula penjelasan dari pengeras suara bahwa kegiatan itu hanya simulasi.
    Kanal YouTube Dodi Ifanda Maimbau juga pernah mengunggah video tersebut pada 17 Januari 2021 dengan judul “Iklan Layanan Masyarakat Simulasi: Penerima Vaksin Covid-19 Roboh Pingsan, Dan Dilarikan Ke RS”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa kegiatan simulasi tersebut digelar di halaman Gedung Sasando di Kantor Gubernur NTT pada 13 Januari 2021.
    Tempo kemudian memastikan informasi tersebut dengan menelusuri pemberitaan terkait. Berdasarkan arsip berita Tempo, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, telah memastikan bahwa peristiwa dalam video itu hanya simulasi. "Ini kan simulasi pelaksanaan vaksin. Jadi, simulasi menghadapi bagaimana kalau tiba-tiba ada kasus yang pingsan," kata Nadia pada 18 Januari 2021.
    Nadia mengatakan bahwa simulasi itu dilakukan oleh Satgas Penanganan Covid-19 dan Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Ia juga menegaskan bahwa, hingga kini, belum ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sejak dimulainya program vaksinasi Covid-19 pada 13 Januari 2021. "Sampai saat ini, tidak ada laporan adanya KIPI atau efek samping," ujarnya.
    Dilansir dari kantor berita Antara, Pemerintah Provinsi NTT melakukan simulasi vaksinasi Covid-19 satu hari menjelang pemberian vaksin bagi pejabat publik dan tenaga kesehatan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Simulasi dilakukan di halaman Kantor Gubernur NTT pada 13 Januari 2021, dengan mendirikan lima tenda untuk pemeriksaan suhu dan tekanan darah, skrining, vaksinasi, dan tindakan pascavaksinasi.
    Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit WZ Johannes Kupang, Stefanus Soka, mengatakan simulasi vaksinasi COvid-19 tersebut dilaksanakan sebanyak tiga kali, mulai dari yang tidak timbul gejala pasca vaksinisasi, bergejala berat, dan bergejala ringan. Pihaknya juga sudah menyiapkan ambulans di dekat lokasi vaksin sebagai antisipasi jika ada warga yang bergejala berat. "Kalau ada yang bergejala berat, akan langsung dilarikan ke rumah sakit."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video pria yang pingsan setelah disuntik vaksin Covid-19, menyesatkan. Video tersebut hanyalah video simulasi, tepatnya simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di halaman kantor gubernur pada 13 Januari 2021, satu hari sebelum pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi pejabat publik dan tenaga kesehatan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Menurut Kementerian Kesehatan, hingga kini, belum ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sejak dimulainya program vaksinasi Covid-19 pada 13 Januari 2021.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8461) Keliru, Klaim Ini Video Ratusan Warga yang Terkapar usai Disuntik Vaksin Sinovac

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/01/2021

    Berita


    Video yang diklaim memperlihatkan ratusan warga yang terkapar usai disuntik vaksin Sinovac beredar di YouTube. Video itu berjudul "Berita Terbaru Hari Ini ~ Kor.ban Bergelimpangan, Ratusan Warga Terkapar Usai Disuntik Sinovac!!". Video tersebut diunggah oleh kanal Catatan Hitam pada 18 Januari 2021.
    Video berdurasi sekitar 13 menit itu memperlihatkan sejumlah remaja yang tampak lemas lalu digotong ke sebuah fasilitas kesehatan. Lalu, pada menit 2:33, terdapat rekaman wawancara dengan anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani yang menyinggung soal vaksin Covid-19. Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 400 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube Catatan Hitam yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim CekFakta Tempo, video tersebut adalah hasil gabungan dari dua video yang berbeda konteks dan waktunya. Salah satu video, yang memperlihatkan sejumlah remaja yang digotong, diambil pada 2018, jauh sebelum munculnya Covid-19. Sehingga, mereka lemas dan akhirnya digotong bukan karena vaksin Sinovac.
    Tempo mendapatkan petunjuk dari salah satu komentar dalam video unggahan kanal Catatan Hitam, bahwa video tersebut memperlihatkan peristiwa di Pamekasan, Jawa Timur, pada 2018 setelah digelarnya imunisasi difteri. Petunjuk itu pun Tempo gunakan sebagai kata kunci untuk penelusuran lebih lanjut di YouTube.
    Lewat penelusuran ini, ditemukan bahwa salah satu cuplikan dalam video unggahan kanal Catatan Hitam sama dengan salah satu cuplikan dalam video yang diunggal oleh kanal Tribun Medan TV. Cuplikan itu memperlihatkan sejumlah orang yang sedang menggotong remaja berkerudung merah dan memasuki sebuah fasilitas kesehatan.
    Dalam keterangannya, tertulis bahwa video tersebut diambil dari unggahan akun Facebook Yuni Rusmini. Ada sekitar 90 siswi dan santriwati dari tiga sekolah di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, yang mengalami pusing dan sesak nafas setelah disuntik vaksin difteri pada 11 Februari 2018. Mereka kemudian mendapatkan perawatan di Puskesmas Kadur dan Puskesmas Larangan.
    Dikutip dari situs Radio Karimata Pamekasan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur saat itu, Kohar Hari Santoso, mengatakan bahwa penyebab para siswa dan santri itu sakit bukan suntikan vaksin difteri, melainkan kondisi fisik dan kejiwaan pasien. Tim Dinkes Jatim telah memeriksa kondisi vaksin dan menyatakan vaksin tersebut masih cukup bagus.
    “Indikator obat masih bagus dan tidak ada yang masukexpired(kedaluwarsa), obatnya bagus, semuanya bagus. Sementara petugas juga kita mintai keterangan juga sesuai prosedur, bahkan melihat kondisi pasien itu bukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), tapi karena reaksi berlebihan dari kejiwaan pasien,” kata Kohar.
    Kohar menduga para siswa sakit karena fisiknya lemah atau dalam kondisi resah sehingga psikologisnya terguncang. “Seharusnya juga saat dilakukan vaksinasi kondisi badan harus fit, tidak boleh sakit, bahkan juga tak boleh flu. Jadi, harus tetap makan yang cukup dan setelahnya juga tidak boleh langsung beraktivitas berlebihan,” katanya.
    Terkait rekaman wawancara anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani, video itu pernah dimuat oleh kanal DPR RI pada 11 Desember 2020. Video tersebut berisi tanggapan Netty terkait keamanan vaksin Sinovac yang telah sampai di Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis. Video ini tidak berkaitan dengan video pertama, karena berbeda konteks dan waktunya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video ratusan warga yang terkapar usai disuntik vaksin Sinovac, keliru. Video itu merupakan hasil gabungan dua video yang berbeda konteks dan waktunya. Video pertama memperlihatkan peristiwa di Pamekasan, Jawa Timur, pada 2018, jauh sebelum munculnya Covid-19. Sementara video kedua, video wawancara anggota DPR Netty Prasetiyani, adalah video pada 11 Desember 2020.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8460) Sesat, Unggahan yang Kaitkan Foto Kendaraan yang Hanyut Ini dengan Banjir Kalsel

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/01/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan sejumlah mobil dan motor di jalanan yang terseret arus banjir beredar di media sosial. Foto ini dibagikan bersama narasi yang menyinggung banjir Kalsel (Kalimantan Selatan). Foto tersebut menyebar di tengah terjadinya banjir di Kalsel sejak 12 Januari 2021 lalu. Akibat banjir itu, ribuan rumah terendam dan 20 ribu warga mengungsi.
    Di Facebook, foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Beni Sulastiyo, tepatnya pada 16 Januari 2021. Berikut sebagian narasi yang ditulis oleh akun ini:
    "PERTAHANKAN HUTAN KALIAN! Bagi para sahabat yang daerahnya masih ada hutan...pertahankan hutan kalian. Jangan pernah melepaskannya kepada investor yang akan mengkonversinya menjadi kawasan tambang atau kebun sawit. Hutan kalian habis, banjir datang, derita bertebaran dan remuklah masa depan kita semua. *** Bung Ben, Ptk. 15.1.2021 #pray4kalimantan”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Beni Sulastiyo yang mengaitkan foto unggahannya dengan banjir di Kalimantan Selatan.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa banjir yang menghanyutkan sejumlah kendaraan dalam foto tersebut bukan banjir di Kalsel, melainkan banjir di Ciledug, Tangerang, Banten, pada awal Januari 2020.
    Video suasana banjir di kawasan perumahan Ciledug tersebut pernah diunggah ke YouTube oleh kanal The JEOX pada 1 Januari 2020 dengan judul “Detik Detik Banjir Besar 1 Januari 2020 Jakarta Bekasi”. Cuplikan yang identik dengan foto yang diunggah oleh akun Facebook Beni Sulastiyo terlihat pada pada detik pertama dalam video berdurasi sekitar 4 menit itu.
    Besarnya banjir di Ciledug yang mampu menyeret kendaraan itu juga pernah diberitakan oleh kanal YouTube milik situs media Suara.com, Suaradotcom, pada 1 Januari 2020 dengan judul “Mobil Terseret Arus Banjir di Ciledug Indah”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa ketika itu banjir terjadi di sebagian wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.
    Banjir tak kunjung surut seiring dengan tingginya intensitas hujan yang mengguyur sejak malam sebelumnya. Satu kawasan yang paling terdampak banjir adalah kompleks perumahan Ciledug Indah I dan II di Jalan KH Hasyim Ashari. Arus air yang membanjiri wilayah tersebut sangat deras hingga mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalan hanyut dan tak dapat dihentikan.
    Video yang sama juga pernah ditayangkan oleh stasiun televisi BeritaSatu di kanal YouTube-nya pada 1 Januari 2020 dengan judul “Dahsyatnya Terjangan Banjir di Perumahan Ciledug Indah”.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, sedikitnya lima kecamatan di Kota Tangerang dikepung banjir pada 1 Januari 2020. Hujan deras memang mengguyur Tangerang sejak perayaan tahun baru. Hujan itu menyebabkan sejumlah wilayah, seperti di Perumahan Pinang Griya, Kecamatan Pinang; Perumahan Ciledug Indah, Kecamatan Ciledug; Kecamatan Batuceper; Kecamatan Tangerang; dan Kecamatan Benda, tergenang banjir yang masuk hingga ke rumah-rumah warga.
    Banjir Kalimantan Selatan
    Dilansir dari Kompas.com, sejak 12 Januari 2021, beberapa daerah di Kalsel terendam banjir. Kepala Basarnas Banjarmasin Sunarto mengatakan ada dua daerah yang terparah dilanda banjir, yakni Kabupaten Banjar dan Kota Tanah Laut. Ketinggian air di daerah terparah ini mencapai 2 meter.
    Dikutip dari CNN Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 10 kabupaten dan kota terdampak banjir Kalsel per 17 Januari 2021. Kabupaten dan kota tersebut adalah Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.
    Dilansir dari arsip berita Tempo, di sela-sela kunjungannya ke lokasi banjir Kalsel, Presiden Jokowi mengatakan tingginya curah hujan, yang terjadi hampir selama 10 hari berturut-turut, yang menyebabkan banjir tersebut. Menurut dia, daya tampung Sungai Barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik meluap, hingga air sebanyak 2,1 miliar kubik membanjiri 10 kabupaten dan kota di Kalsel.
    Menurut arsip berita Tempo, Kepala Kampanye Jaringan Anti Tambang (Jatam) Nasional, Melky Nahar, menilai banjir Kalimantan Selatan terjadi akibat alih fungsi hutan menjadi tambang dan sawit. "Banjir yang terjadi, tampaknya akibat tata guna lahan yang amburadul akibat kawasan hutan berganti menjadi kawasan tambang dan sawit," kata Melky kepada Tempo pada 17 Januari 2021.
    Melky mengatakan, antara titik-titik banjir dari hulu ke hilir, tampak konsesi tambang perusahaan. Berdasarkan data Jatam, terdapat 177 konsesi di sejumlah kabupaten yang terdampak banjir. Menurut Melky, pekerjaan mendesak dan sangat penting bagi pemerintah adalah evaluasi rencana tata ruang wilayah atau pemanfaatan lahan dan hutan di Kalsel secara keseluruhan.
    Ia juga meminta pemerintah melakukan penegakan hukum, mencabut izin-izin tambang dan sawit di kawasan esensial bagi lingkungan dan rakyat. Selain itu, pemerintah juga harus memulihkan kerusakan yang telah terjadi untuk merespons banjir Kalsel. "Tanpa hal di atas, kejadian serupa akan terjadi dan kita akan mendengar ucapan basa-basi dari Presiden Jokowi lagi."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan yang mengaitkan foto sejumlah kendaraan yang hanyut karena banjir di atas dengan banjir Kalimantan Selatan, menyesatkan. Banjir dalam foto tersebut terjadi di kawasan Ciledug, Tangerang, Banten, pada awal Januari 2020, jauh sebelum terjadinya banjir Kalsel pada Januari 2021.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan