(GFD-2020-5500) [SALAH] 48 Orang di Korea Selatan Meninggal Setelah Disuntik Vaksin COVID-19
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/11/2020
Berita
Innalilahi Wainnailahi Rojiun, 48 Orang Meninggal Usai Divaksin Corona”
Hasil Cek Fakta
Beredar postingan dari akun Facebook Yandri Al-genzi berupa narasi yang berisikan klaim bahwa 48 orang di Korea Selatan meninggal setelah menerima vaksin COVID-19. Postingan ini diposting pada 29 Oktober 2020 dan telah disukai sebanyak 39 kali.
Berdasarkan artikel detik.com, Korea Selatan tengah melakukan vaksinasi vaksin flu musiman gratis. Update per 1 November 2020, diketahui 83 orang meninggal dunia setelah mendapat suntikan vaksin flu musiman. Pihak otoritas kesehatan Korea Selatan menegaskan bahwa penyebab kematian tidak berhubungan langsung dengan vaksin flu, dan rerata orang yang meninggal tersebut adalah lansia.
Musim flu di Korea Selatan biasanya terjadi pada akhir bulan November dan Desember, sedangkan vaksin flu membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk menimbulkan antibodi dapat berkembang dalam tubuh sehingga para ahli merekomendasikan untuk mendapatkan suntikan vaksin flu pada pertengahan November. Sejauh ini dari 19 juta orang, sekitar 60,9% atau 11,5 juta warga Korea Selatan telah menerima vaksin flu gratis.
Melihat dari penjelasan tersebut, klaim 48 orang di Korea Selatan meninggal setelah menerima vaksin COVID-19 adalah tidak benar dan termasuk dalam Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Berdasarkan artikel detik.com, Korea Selatan tengah melakukan vaksinasi vaksin flu musiman gratis. Update per 1 November 2020, diketahui 83 orang meninggal dunia setelah mendapat suntikan vaksin flu musiman. Pihak otoritas kesehatan Korea Selatan menegaskan bahwa penyebab kematian tidak berhubungan langsung dengan vaksin flu, dan rerata orang yang meninggal tersebut adalah lansia.
Musim flu di Korea Selatan biasanya terjadi pada akhir bulan November dan Desember, sedangkan vaksin flu membutuhkan waktu selama 2 minggu untuk menimbulkan antibodi dapat berkembang dalam tubuh sehingga para ahli merekomendasikan untuk mendapatkan suntikan vaksin flu pada pertengahan November. Sejauh ini dari 19 juta orang, sekitar 60,9% atau 11,5 juta warga Korea Selatan telah menerima vaksin flu gratis.
Melihat dari penjelasan tersebut, klaim 48 orang di Korea Selatan meninggal setelah menerima vaksin COVID-19 adalah tidak benar dan termasuk dalam Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Natalia Kristian (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Indonesia).
Klaim tersebut tidak benar, orang-orang yang meninggal di Korea Selatan tidak disuntik dengan vaksin COVID-19 melainkan vaksin flu.
Klaim tersebut tidak benar, orang-orang yang meninggal di Korea Selatan tidak disuntik dengan vaksin COVID-19 melainkan vaksin flu.
Rujukan
- http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20201103000829&np=1&mp=1
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5236774/penyebab-pasti-masih-diselidiki-sudah-83-warga-korsel-meninggal-usai-vaksin-flu
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5238851/singapura-kembali-izinkan-vaksin-influenza-usai-dihentikan-sementara
- https://www.rt.com/news/505133-south-korea-flu-shot-deaths-83/
(GFD-2020-5499) [SALAH] Foto Mengerikan dan Patah Hati Tahun 2020
Sumber: twitter.comTanggal publish: 09/11/2020
Berita
“Another Horrifying and Heartbroken Pic of the year 2k20
😓
” Oh! God This Heartflirt dog voice begitu Hepled with you for humanism”#PrayForTurky“
Terjemahan
“Foto Mengerikan dan Patah Hati lainnya tahun 2k20
😓
“Oh! Tuhan, suara anjing Heartflirt ini memohon kepada Anda untuk kemanusiaan”#PrayForTurky“
😓
” Oh! God This Heartflirt dog voice begitu Hepled with you for humanism”#PrayForTurky“
Terjemahan
“Foto Mengerikan dan Patah Hati lainnya tahun 2k20
😓
“Oh! Tuhan, suara anjing Heartflirt ini memohon kepada Anda untuk kemanusiaan”#PrayForTurky“
Hasil Cek Fakta
Beredar di Twitter akun bernama KumarMukesh memposting dua buah foto yang masing-masing memperlihatkan seekor anjing sedang berada di tengah-tengah bangunan roboh dan diklaim merupakan kejadian pada tahun 2020. Postingan yang diunggah pada 30 Oktober 2020 tersebut diakhiri dengan tagar #PrayForTurky.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah. Melansir dari teyit.org ditemukan fakta bahwa foto tersebut milik Jaroslav Noska yang telah beredar sejak 2018.
“Di arsip Noska, terlihat foto-foto anjing di pos dengan judul upaya pencarian dan penyelamatan pascagempa dapat dilihat bersama.”Informasi serupa juga didapatkan pada amy.com yang menerangkan contributor foto tersebut adalah Jaroslav Noska. Kemudian, foto dengan judul “Dog looking for injured people in ruins after earthquake” ini diunggah pada 18 Oktober 2018.
Dengan demikian, postingan Twitter yang mengklaim foto tersebut merupakan kejadian pada tahun 2020 adalah tidak benar. Karena foto tersebut diambil pada tahun 2018 oleh Jaroslav Noska, sehingga hal tersebut masuk ke dalam kategori konten yang salah.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah. Melansir dari teyit.org ditemukan fakta bahwa foto tersebut milik Jaroslav Noska yang telah beredar sejak 2018.
“Di arsip Noska, terlihat foto-foto anjing di pos dengan judul upaya pencarian dan penyelamatan pascagempa dapat dilihat bersama.”Informasi serupa juga didapatkan pada amy.com yang menerangkan contributor foto tersebut adalah Jaroslav Noska. Kemudian, foto dengan judul “Dog looking for injured people in ruins after earthquake” ini diunggah pada 18 Oktober 2018.
Dengan demikian, postingan Twitter yang mengklaim foto tersebut merupakan kejadian pada tahun 2020 adalah tidak benar. Karena foto tersebut diambil pada tahun 2018 oleh Jaroslav Noska, sehingga hal tersebut masuk ke dalam kategori konten yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (Institut Agama Islam Negeri Surakarta).
Informasi palsu. Foto tersebut tidak memiliki hubungan dengan peristiwa gempa Turki, yang terjadi pada 30 Oktober 2020 lalu. Faktanya, foto tersebut diambil pada tahun 2018.
Informasi palsu. Foto tersebut tidak memiliki hubungan dengan peristiwa gempa Turki, yang terjadi pada 30 Oktober 2020 lalu. Faktanya, foto tersebut diambil pada tahun 2018.
Rujukan
(GFD-2020-5498) [SALAH] “Jenazah pasien yang ‘katanya’ kena kopit di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/11/2020
Berita
Akun Zhaki Nugraha (fb.com/zhaki.nugraha.5) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:
“Jenazah pasien yang ‘katanya’ kena kopit di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran
.
Petugas sempat melarang untuk melihat jenazah namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien kopit
.
Sumber dari Ig @teluuur”
Jenazah berdarah
“Jenazah pasien yang ‘katanya’ kena kopit di Probolinggo setelah dibuka ternyata kedua bola matanya sudah tidak ada, darah pun masih bercucuran
.
Petugas sempat melarang untuk melihat jenazah namun pihak keluarga memaksa karena yakin almarhumah tidak punya riwayat kontak dengan pasien kopit
.
Sumber dari Ig @teluuur”
Jenazah berdarah
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo yang ketika kain kafannya dibuka tenryata kedua bola matanya sudah tidak ada adalah klaim yang salah.
Faktanya, tidak ada organ yang hilang karena semua organnya lengkap, sedangkan darah yang keluar itu berasal dari hidungnya akibat pembuluh darah di bagian kepala pecah. Kondisi ini akibat jenazah pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi.
Dilansir dari Liputan6, berikut fakta terkait klaim tersebut:
1. Bola mata tidak hilang
Informasi jenazah jenazah pasien positif Covid-19 tanpa bola mata tidak benar. Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo pun telah membatah klaim video jenazah pasien positif COVID-19 tanpa bola mata tersebut.
“Tidak betul ada pengambilan organ (mata) sebagaimana yang beredar di media sosial karena pada saat pemulasaran jenazah dengan protokol COVID-19 sudah disaksikan oleh pihak keluarga,” kata Ketua Pelaksana Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono.
2. Pengakuan keluarga
Salah satu keluarga pasien positif yang meninggal tersebut Ainur Huda mengatakan video yang beredar menyebutkan mata ibu M hilang itu tidak benar karena pihak keluarga menyaksikan pemulasaran jenazah.
“Saya melihat sendiri saat pemulasaran jenazah dan tidak ada organ yang hilang karena semua organnya lengkap, sedangkan darah yang keluar itu berasal dari hidungnya,” katanya.
Ia menjelaskan almarhum memiliki riwayat penyakit hipertensi dan stoke sejak lama, bahkan sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
“Pihak keluarga membuka peti jenazah pasien COVID-19 karena ibunya ingin melihat jenazah anaknya untuk terakhir kali dan saat dibuka kondisi jenazah tersebut mengalami pendarahan yang keluar dari hidung,” ujarnya.
3. Pendarahan karena pembuluh darah pecah
Koordinator Penegakan Hukum Satgas COVID-19 Jawa Timur Ugas Irwanto menyatakan, jenazah pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi. Kondisi ini mengakibatkan pembuluh darah di bagian kepala pecah. Sehingga kemudian menimbulkan pendarahan di sejumlah bagian.
“Di antaranya, melalui bagian mata. Jenazah tersebut, akhirnya memang dibuka dan dimandikan kembali oleh pihak keluarga. Disaksikan tokoh agama setempat,” kata Ugas.
4. Penyebar informasi hoaks ditangkap
Aparat Kepolisian Resor Probolinggo, Jawa Timur, mengamankan tujuh pelaku yang diduga menyebarkan video hoaks tentang jenazah pasien positif COVID-19 yang diambil organ matanya di Desa Alastengah, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Ke tujuh orang itu terdiri dari enam laki-laki dan satu perempuan yakni berinisial SD (33), MS (28), RH (24), SF (24), dan ML (25) yang merupakan warga Kecamatan Paiton. Kemudian NS (40) warga Kecamatan Kraksaan, dan MI (25), warga Kecamatan Pakuniran.
Faktanya, tidak ada organ yang hilang karena semua organnya lengkap, sedangkan darah yang keluar itu berasal dari hidungnya akibat pembuluh darah di bagian kepala pecah. Kondisi ini akibat jenazah pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi.
Dilansir dari Liputan6, berikut fakta terkait klaim tersebut:
1. Bola mata tidak hilang
Informasi jenazah jenazah pasien positif Covid-19 tanpa bola mata tidak benar. Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo pun telah membatah klaim video jenazah pasien positif COVID-19 tanpa bola mata tersebut.
“Tidak betul ada pengambilan organ (mata) sebagaimana yang beredar di media sosial karena pada saat pemulasaran jenazah dengan protokol COVID-19 sudah disaksikan oleh pihak keluarga,” kata Ketua Pelaksana Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono.
2. Pengakuan keluarga
Salah satu keluarga pasien positif yang meninggal tersebut Ainur Huda mengatakan video yang beredar menyebutkan mata ibu M hilang itu tidak benar karena pihak keluarga menyaksikan pemulasaran jenazah.
“Saya melihat sendiri saat pemulasaran jenazah dan tidak ada organ yang hilang karena semua organnya lengkap, sedangkan darah yang keluar itu berasal dari hidungnya,” katanya.
Ia menjelaskan almarhum memiliki riwayat penyakit hipertensi dan stoke sejak lama, bahkan sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
“Pihak keluarga membuka peti jenazah pasien COVID-19 karena ibunya ingin melihat jenazah anaknya untuk terakhir kali dan saat dibuka kondisi jenazah tersebut mengalami pendarahan yang keluar dari hidung,” ujarnya.
3. Pendarahan karena pembuluh darah pecah
Koordinator Penegakan Hukum Satgas COVID-19 Jawa Timur Ugas Irwanto menyatakan, jenazah pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi. Kondisi ini mengakibatkan pembuluh darah di bagian kepala pecah. Sehingga kemudian menimbulkan pendarahan di sejumlah bagian.
“Di antaranya, melalui bagian mata. Jenazah tersebut, akhirnya memang dibuka dan dimandikan kembali oleh pihak keluarga. Disaksikan tokoh agama setempat,” kata Ugas.
4. Penyebar informasi hoaks ditangkap
Aparat Kepolisian Resor Probolinggo, Jawa Timur, mengamankan tujuh pelaku yang diduga menyebarkan video hoaks tentang jenazah pasien positif COVID-19 yang diambil organ matanya di Desa Alastengah, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Ke tujuh orang itu terdiri dari enam laki-laki dan satu perempuan yakni berinisial SD (33), MS (28), RH (24), SF (24), dan ML (25) yang merupakan warga Kecamatan Paiton. Kemudian NS (40) warga Kecamatan Kraksaan, dan MI (25), warga Kecamatan Pakuniran.
Kesimpulan
Tidak ada organ yang hilang karena semua organnya lengkap, sedangkan darah yang keluar itu berasal dari hidungnya akibat pembuluh darah di bagian kepala pecah. Kondisi ini akibat jenazah pasien positif Covid-19 tersebut memiliki riwayat stroke dan hipertensi.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4403150/viral-klaim-video-jenazah-positif-covid-19-tanpa-bola-mata-simak-faktanya
- https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/dN6AgjRK-cek-fakta-viral-video-jenazah-covid-19-tanpa-bola-mata-cek-faktanya
- https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5245387/penyebar-jenazah-covid-19-berdarah-dengan-bola-mata-tak-ada-diamankan-tanpa-melawan
(GFD-2020-5497) [SALAH] “Foto anak dalam sangkar ini dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 09/11/2020
Berita
Akun Rindu Asmarani Syakilla (fb.com/rindu.a.syakilla) mengunggah sebuah foto dengan narasi sebagai berikut:
“KEBERHASILAN PERANCIS MENJADI TERORIS
Foto ini dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo. Dalam foto tersebut seorang Ayah membawa seorang anak Afrika untuk anak-anaknya sebagai “hiburan”.
Perlu diketahui, bahwa Perancis berhasil membunuh 10 hingga 15 juta penduduk Kongo dalam waktu 50 tahun penjajahannya. Perancis juga berhasil memotong ribuan tangan anak-anak di perkebunan karet dan lahan lainnya sebagai bentuk hukuman atas kegagalan sang Ayah dalam mengumpulkan jumlah karet ataupun bahan tambang lainnya. Sampai akhirnya Negara Kongo dinamakan: “Negara Tangan Yang Terpotong”.
صورة من سنة ١٩٥٥ أثناء احتلال الفرنسي للكونغو حين أتى أب بطفل أفريقي لأبناءه للتسلية به.. حيث قتلت فرنسا في الكونغو لوحدها مابين ١٠ و١٥ مليون كونغولي في خمسين سنة من استعمارها. وقطعت أيدي آلاف من الأطفال في حقول المطاط وغيرها عقاباً لأي أب كونغولي لا ينجح في جمع الكمية المطلوبة من المطاط أو المعادن، حتى سميت الكونغو، “بلد الأيدي المقطوعة”.
إرهاب فرنسا”
“KEBERHASILAN PERANCIS MENJADI TERORIS
Foto ini dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo. Dalam foto tersebut seorang Ayah membawa seorang anak Afrika untuk anak-anaknya sebagai “hiburan”.
Perlu diketahui, bahwa Perancis berhasil membunuh 10 hingga 15 juta penduduk Kongo dalam waktu 50 tahun penjajahannya. Perancis juga berhasil memotong ribuan tangan anak-anak di perkebunan karet dan lahan lainnya sebagai bentuk hukuman atas kegagalan sang Ayah dalam mengumpulkan jumlah karet ataupun bahan tambang lainnya. Sampai akhirnya Negara Kongo dinamakan: “Negara Tangan Yang Terpotong”.
صورة من سنة ١٩٥٥ أثناء احتلال الفرنسي للكونغو حين أتى أب بطفل أفريقي لأبناءه للتسلية به.. حيث قتلت فرنسا في الكونغو لوحدها مابين ١٠ و١٥ مليون كونغولي في خمسين سنة من استعمارها. وقطعت أيدي آلاف من الأطفال في حقول المطاط وغيرها عقاباً لأي أب كونغولي لا ينجح في جمع الكمية المطلوبة من المطاط أو المعادن، حتى سميت الكونغو، “بلد الأيدي المقطوعة”.
إرهاب فرنسا”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan ahsil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim adanya foto anak dalam sangkar yang dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo adalah klaim yang salah.
Faktanya, bukan saat penjajahan Prancis. Foto aslinya berwarna hitam-putih, dan menjadi sampul buku karya sejarawan Belgia, Paul Van Damme. Menurut Paul, foto tersebut diambil di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960 saat masih menjadi koloni Belgia.
Dilansir dari Tempo.co, foto itu pun tidak diambil saat Prancis menjajah Kongo, melainkan saat periode Belgia Kongo atau era koloni Belgia atas Kongo. Saat ini, wilayah Kongo yang dulunya merupakan koloni Belgia bernama Republik Demokratik Kongo. Sementara wilayah Kongo yang pernah menjadi koloni Prancis kini bernama Republik Kongo.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Yandex. Lewat cara ini, ditemukan bahwa versi asli foto tersebut adalah berwarna hitam-putih. Foto itu menjadi cover buku berbahasa Belanda yang berjudul “Wit-Zwart in Zwart-Wit: samen en toch apart : foto’s en verhalen uit Belgisch-Congo” karya sejarawan Paul Van Damme. Buku ini terbit pada 8 Mei 2020, dan dijual salah satunya di situs Amazon.
Buku terbitan Borgerhoff & Lamberigts ini sejatinya berkisah tentang studi sejarah terkait hubungan antara warga kulit hitam dan kulit putih di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960, atau saat Kongo masih menjadi koloni Belgia. Buku tersebut terbit pada 2020 untuk menandai usia kemerdekaan Republik Demokratik Kongo yang mencapai 60 tahun.
Sepuluh foto dalam buku “Wit-Zwart in Zwart-Wit” tersebut kemudian dipublikasikan pertama kali dalam ukuran yang lebih besar oleh majalah Belgia, Knack, dengan judul “In beeld: foute foto’s van ‘ons Congo'” pada 21 Mei 2020. Salah satu foto memperlihatkan seorang bocah laki-laki berkulit hitam yang berada di dalam sangkar, seperti yang terdapat dalam unggahan akun Ibro Nanang. Menurut Knack, foto itu koleksi Van de Meersche dan berangka tahun 1955.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai konteks foto itu, Tempo menghubungi penulis buku tersebut, Paul Van Damme, sejarawan asal Belgia. Paul menjelaskan bahwa foto tersebut milik keluarga seorang penjajah Belgia, yang diambil antara 1950-1960 di Kongo Belgia. Foto tersebut adalah koleksi Cegesoma yang beralamat di Luchtvaartsquare, Anderlecht. “Foto ini dari koloni Belgia. Dan aslinya tidak berwarna!” kata Paul melalui e-mail pada 6 November 2020.
Menurut Paul, foto itu kemungkinan dimaksudkan sebagai foto “permainan anak-anak”. Tapi fotografer tidak menyadari bahwa foto dan permainan itu salah dan rasis, seperti kolonialisme itu sendiri. Dengan menganggap hal itu normal, fotografer meneruskan persepsi amoral tentang superioritas kulit putih. “Rasisme adalah ciri khas kolonialisme. Dan sekarang, 60 tahun kemudian, rasisme masih menjadi masalah struktural,” kata pria lulusan jurusan ilmu sejarah di KU Leuven, Belgia.
Menurut Paul, foto tersebut tidak terkait dengan apa yang terjadi di Prancis baru-baru ini. Kongo Belgia yang dimaksud adalah yang saat ini bernama Republik Demokratik Kongo. Pada 1908-1960, Republik Demokratik Kongo merupakan koloni Belgia. Sedangkan koloni Prancis adalah Kongo Brazaville, yang saat ini bernama Republik Kongo. “Sungguh mengerikan bagaimana foto ini digunakan untuk tujuan yang berbeda,” katanya.
Faktanya, bukan saat penjajahan Prancis. Foto aslinya berwarna hitam-putih, dan menjadi sampul buku karya sejarawan Belgia, Paul Van Damme. Menurut Paul, foto tersebut diambil di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960 saat masih menjadi koloni Belgia.
Dilansir dari Tempo.co, foto itu pun tidak diambil saat Prancis menjajah Kongo, melainkan saat periode Belgia Kongo atau era koloni Belgia atas Kongo. Saat ini, wilayah Kongo yang dulunya merupakan koloni Belgia bernama Republik Demokratik Kongo. Sementara wilayah Kongo yang pernah menjadi koloni Prancis kini bernama Republik Kongo.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Yandex. Lewat cara ini, ditemukan bahwa versi asli foto tersebut adalah berwarna hitam-putih. Foto itu menjadi cover buku berbahasa Belanda yang berjudul “Wit-Zwart in Zwart-Wit: samen en toch apart : foto’s en verhalen uit Belgisch-Congo” karya sejarawan Paul Van Damme. Buku ini terbit pada 8 Mei 2020, dan dijual salah satunya di situs Amazon.
Buku terbitan Borgerhoff & Lamberigts ini sejatinya berkisah tentang studi sejarah terkait hubungan antara warga kulit hitam dan kulit putih di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960, atau saat Kongo masih menjadi koloni Belgia. Buku tersebut terbit pada 2020 untuk menandai usia kemerdekaan Republik Demokratik Kongo yang mencapai 60 tahun.
Sepuluh foto dalam buku “Wit-Zwart in Zwart-Wit” tersebut kemudian dipublikasikan pertama kali dalam ukuran yang lebih besar oleh majalah Belgia, Knack, dengan judul “In beeld: foute foto’s van ‘ons Congo'” pada 21 Mei 2020. Salah satu foto memperlihatkan seorang bocah laki-laki berkulit hitam yang berada di dalam sangkar, seperti yang terdapat dalam unggahan akun Ibro Nanang. Menurut Knack, foto itu koleksi Van de Meersche dan berangka tahun 1955.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai konteks foto itu, Tempo menghubungi penulis buku tersebut, Paul Van Damme, sejarawan asal Belgia. Paul menjelaskan bahwa foto tersebut milik keluarga seorang penjajah Belgia, yang diambil antara 1950-1960 di Kongo Belgia. Foto tersebut adalah koleksi Cegesoma yang beralamat di Luchtvaartsquare, Anderlecht. “Foto ini dari koloni Belgia. Dan aslinya tidak berwarna!” kata Paul melalui e-mail pada 6 November 2020.
Menurut Paul, foto itu kemungkinan dimaksudkan sebagai foto “permainan anak-anak”. Tapi fotografer tidak menyadari bahwa foto dan permainan itu salah dan rasis, seperti kolonialisme itu sendiri. Dengan menganggap hal itu normal, fotografer meneruskan persepsi amoral tentang superioritas kulit putih. “Rasisme adalah ciri khas kolonialisme. Dan sekarang, 60 tahun kemudian, rasisme masih menjadi masalah struktural,” kata pria lulusan jurusan ilmu sejarah di KU Leuven, Belgia.
Menurut Paul, foto tersebut tidak terkait dengan apa yang terjadi di Prancis baru-baru ini. Kongo Belgia yang dimaksud adalah yang saat ini bernama Republik Demokratik Kongo. Pada 1908-1960, Republik Demokratik Kongo merupakan koloni Belgia. Sedangkan koloni Prancis adalah Kongo Brazaville, yang saat ini bernama Republik Kongo. “Sungguh mengerikan bagaimana foto ini digunakan untuk tujuan yang berbeda,” katanya.
Kesimpulan
Bukan saat penjajahan Prancis. Foto aslinya berwarna hitam-putih, dan menjadi sampul buku karya sejarawan Belgia, Paul Van Damme. Menurut Paul, foto tersebut diambil di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960 saat masih menjadi koloni Belgia.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1093/fakta-atau-hoaks-benarkah-foto-bocah-dalam-sangkar-ini-dibuat-saat-prancis-jajah-kongo
- https://www.knack.be/nieuws/boeken/in-beeld-foute-foto-s-van-ons-congo/diaporama-normal-1601097.html?cookie_check=1604651269
- https://www.amazon.co.uk/Wit-zwart-zwart-wit-samen-verhalen-Belgisch-Congo/dp/9463932267
Halaman: 4827/5636