(GFD-2021-8471) Keliru, Vaksin Covid-19 Terkait dengan Jaringan 5G dan Sebabkan Wabah Penyakit Baru
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 27/01/2021
Berita
Klaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan efek jangka pendek berupa lumpuh dan meninggal, efek jangka panjang berupa wabah penyakit baru, dan terkait dengan chip serta jaringan 5G beredar di Facebook. Narasi itu diunggah oleh akun James Bowie pada 24 Januari 2021.
Berikut isi lengkap narasi tersebut:
"Efek samping vaksin ada yg jangka pendek.. dan ada juga yg jangka panjang terjadi nyaYg jangka pendek: lumpuh dan meninggalYg jangka panjang: wabah penyakit jenis baru(Tunggu saat robot nano di dalam vaksin di gabungin dengan CHIP RFID buat alat segala transkasi yg di tanam dalam tubuh dan Jaringan hape 5G udah mulai di gunakan dengan menyeluruh)"
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook James Bowie pada 24 Januari 2021 yang memuat klaim keliru terkait vaksin Covid-19.
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim-klaim dalam unggahan akun James Bowie, Tim CekFakta Tempo menelusuri berbagai informasi dari lembaga yang kredibel serta pemberitaan dari media. Berikut fakta atas klaim-klaim tersebut:
Klaim 1: Vaksin Covid-19 menyebabkan lumpuh dan meninggal
Fakta:
Sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai di Indonesia, vaksin Sinovac telah terlebih dahulu menjalani uji klinis fase 3, di mana 1.620 relawan mendapat suntikan pertama dan 1.590 relawan diberi suntikan kedua. Dari penyuntikan ini, tidak ada kasus kematian maupun kelumpuhan yang dilaporkan.
Sejak vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021, lebih dari 132 ribu tenaga kesehatan kelompok pertama telah menjalani vaksinasi tersebut per 23 Januari. Jumlah ini setara dengan 22 persen dari total 598.483 tenaga kesehatan yang akan divaksinasi pada tahap pertama.
Dari mereka yang telah menjalani vaksinasi itu, tidak ada pula kasus kematian maupun kelumpuhan yang dilaporkan karena vaksin Sinovac. Berdasarkan laporan dari Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), semua reaksi yang muncul masih bersifat ringan, tidak ada yang serius.
Klaim 2: Vaksin Covid-19 menyebabkan wabah penyakit baru
Fakta:
Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan wabah penyakit baru. Meskipun begitu, seperti dilansir dari Kompas.com, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa vaksin Covid-19 tidak bisa secara langsung menghentikan pandemi.
Namun, dilansir dari British Society for Immunology, vaksinasi sangat efektif, di mana sebagian besar vaksin pada anak efektif sekitar 85-95 persen. Vaksinasi pun diperkirakan menyelamatkan 2-3 juta jiwa setahun. Berkat vaksin, penyakit yang mengancam nyawa yang umum teradi pada anak-anak, seperti difteri, batuk rejan, dan polio, kini relatif jarang muncul.
Melihat sejarah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, terdapat penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus penyakit setelah diperkenalkannya vaksin untuk melawannya. Cacar misalnya, jika tidak diberantas, akan menyebabkan 5 juta kematian di seluruh dunia dalam setahun. Melalui vaksinasi, beberapa penyakit bahkan sudah bisa diberantas secara tuntas, seperti cacar.
Terkait munculnya wabah penyakit baru, seperti dikutip dari Baylor College of Medicine, umumnya disebabkan oleh proses alami, seperti evolusi patogen dari waktu ke waktu, tapi banyak juga yang merupakan hasil dari perilaku manusia. Dalam satu abad terakhir, interaksi antara populasi manusia dan lingkungan telah berubah.
Faktor yang berkontribusi terhadap perubahan interaksi antara manusia dan lingkungan tersebut di antaranya adalah pertumbuhan penduduk, migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan, perjalanan udara internasional, kemiskinan, perang, dan perubahan ekologi yang merusak akibat pembangunan ekonomi dan penggunaan lahan.
Banyak penyakit muncul ketika agen infeksi pada hewan ditularkan ke manusia (disebut zoonosis). Dengan bertambahnya populasi manusia, yang kemudian memasuki wilayah geografis baru, terdapat kemungkinan terjadinya kontak dekat dengan hewan yang merupakan inang potensial dari agen infeksi. Jika faktor ini digabungkan dengan peningkatan kepadatan dan mobilitas manusia, terdapat potensi ancaman yang serius bagi kesehatan.
Dugaan lainnya adalah perubahan iklim yang menyebabkan munculnya penyakit menular. Saat iklim bumi menghangat dan habitat berubah, penyakit dapat menyebar ke wilayah geografis baru. Misalnya, suhu yang menghangat memungkinkan nyamuk, dan penyakit yang ditularkannya, memperluas jangkauannya ke wilayah yang sebelumnya belum pernah ditemukan.
Klaim 3: Vaksin Covid-19 terkait dengan chip dan jaringan 5G
Fakta:
Narasi ini juga menyebar di sejumlah negara. Sebelumnya, Tempo telah melakukan verifikasi terkait klaim soal pemasangan chip dalam vaksin Covid-19, dan menyatakannya sebagai klaim yang keliru. Penanaman microchip ke tubuh manusia lewat vaksin adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Dikutip dari Science20, kebanyakan microchip RFID (Radio Frequency Identification) terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam jarum berukuran normal yang digunakan untuk vaksin. Mungkin saja membuat chip dengan ukuran yang lebih kecil, tapi tidak berguna apabila tidak memiliki antena sebagai penerima sinyal.
Sebuah chip harus memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mengambil daya dari gelombang mikro, yang kemudian mengirim kembali sinyal yang cukup kuat sehingga bisa diterima oleh penerima. Chip RFID terkecil yang tersedia secara komersial, lengkap dengan antenanya, hanya dapat terbaca dari jarak milimeter. Sementara chip RFID terkecil yang tidak tersedia secara komersial hanya dapat terbaca dari jarak mikron.
AFP Fact Check pun telah membantah klaim bahwa, selama vaksinasi Covid-19, microchip disuntikkan secara diam-diam ke bawah kulit seseorang, dan memungkinkan microchip itu terhubung dengan ponsel 5G milik orang tersebut.
Mischa Dohler, Ketua Profesor Komunikasi Nirkabel King's College London, mengatakan microchip di bawah kulit tidak dipakai untuk mengoperasikan ponsel 5G. "Microchip dan 5G tidak memiliki kesamaan. Ini seperti membandingkan apel dan mobil," katanya. “Microchip memang ada dan saat ini digunakan di negara-negara Nordik misalnya, di mana Anda dapat menanamkan chip (di bawah kulit) dan bepergian, lalu membayar dengan chip itu di bar.”
Perusahaan microchip telah bermunculan di Swedia dan Denmark serta Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, menawarkan chip yang disuntikkan ke tangan, tepatnya di antara ibu jari dan jari telunjuk, yang kemudian bisa digunakan untuk membuka kunci pintu atau membeli makanan ringan dengan lambaian tangan. Ada pula perusahaan yang sedang mengembangkan chip untuk menyimpan data medis.
Namun, Dohler menepis klaim bahwa microchip yang ditanamkan di tangan tersebut memungkinkan seseorang melakukan dan menerima panggilan tanpa harus memegang ponsel mereka. “Saya tidak mengatakan ini tidak akan pernah terjadi. Tapi, saat ini, itu adalah omong kosong ilmiah. Untuk berkomunikasi, Anda perlu menghasilkan gelombang suara. Jadi, microchip itu harus sangat dekat dengan telinga Anda atau ditanamkan sangat dekat dengan otak."
Microchip bekerja dengan RFID (radio frequency identification), yang memungkinkan berbagai produk terpindai untuk mendapatkan informasi, mirip dengan kode batang di supermarket. Luyun Jiang, analis teknologi di perusahaan riset pasar IDTechEx, mengatakan teknologi ini hanya dapat menangani "data yang sangat terbatas" dan tidak dapat digunakan untuk melakukan dan menerima panggilan telepon.
“5G membutuhkan cukup banyak daya dan perangkat keras,”
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan akun Facebook James Bowie, bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan efek jangka pendek berupa lumpuh dan meninggal, efek jangka panjang berupa wabah penyakit baru, dan terkait dengan chip serta jaringan 5G, keliru.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://archive.is/DVOrN
- https://nasional.tempo.co/read/1401918/ketua-tim-riset-uji-klinis-vaksin-covid-19-sebut-17-relawan-drop-out
- https://nasional.tempo.co/read/1425902/kemenkes-lebih-dari-132-ribu-tenaga-kesehatan-jalani-vaksinasi-covid-19/full&view=ok
- https://www.kompas.com/global/read/2020/11/17/161018270/who-vaksin-corona-tidak-bisa-langsung-hentikan-pandemi
- https://www.immunology.org/celebrate-vaccines/public-engagement/guide-childhood-vaccinations/how-vaccines-work
- https://www.bcm.edu/departments/molecular-virology-and-microbiology/emerging-infections-and-biodefense/emerging-infectious-diseases
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1207/keliru-vaksin-sinovac-dipasangi-gps-atau-chip-untuk-lacak-keberadaan-orang-yang-telah-divaksin
- https://www.science20.com/robert_walker/no_bill_gates_does_not_want_to_inject_us_all_with_a_microchip_in_a_vaccine_fails_basic_fact_check-250358
- https://factcheck.afp.com/experts-reject-conspiracy-theories-about-5g-microchip-implants
- https://www.tempo.co/tag/5g
- https://www.tempo.co/tag/microchip
(GFD-2021-8470) Keliru, Foto yang Diklaim Tunjukkan Rizieq Shihab Kritis di Rumah Sakit
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 26/01/2021
Berita
Sebuah foto yang diklaim memperlihatkan kondisi pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab sedang kritis di rumah sakit beredar di Facebook. Dalam foto ini, tampak seorang pria berkaus hijau tua yang terbaring di sebuah kamar rumah sakit dengan alat bantu pernapasan. Di sebelah pria itu, terlihat seorang tenaga medis yang menggunakan baju hazmat dan dua pria berpeci.
Foto tersebut merupakan thumbnail dari sebuah video di YouTube yang diunggah oleh kanal Zona Politik. Video ini berjudul "Berita Terkini ~ Ngemis Ngemis Keluarga Rizieq Shihab Minta Didoain". Dalam thumbnail itu, terdapat pula teks yang berbunyi "Innalillahi...!!! Makin Kritis, Tak Bergerak Rizieq Sambil Di Bimbing Bacaan Ayat Suci Al-quran...!!?".
Di Facebook, foto ini dibagikan salah satunya oleh akun Andi Alfarauq, yakni pada 26 Januari 2021. Akun ini pun menulis, "Allah mendengar doa2 si rinjik yg pernah dipanjatkan " semoga sakitnya tak ada obatnya, semoga hidupnya susah terus tiap hari, semoga hidupnya hancur2an, semoga seret rejekinya, semoga hidupnya tak diberkahi......"
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Andi Alfarauq yang berisi foto hasil suntingan yang diklaim menunjukkan kondisi pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Hasil Cek Fakta
Lewat penelusuran digital dengan reverse image tool Google, Tim CekFakta Tempo menemukan bahwa foto tersebut bukan foto pemimpin FPI Rizieq Shihab yang sedang kritis di rumah sakit. Foto itu merupakan hasil suntingan. Versi asli foto ini pernah dimuat oleh Tribunnews Madura pada 22 Maret 2020 dalam beritanya yang berjudul "Covid-19 Merebak, Begini Potret Penanganan Virus Corona di Indonesia".
Tribunnews Madura memberikan keterangan bahwa foto tersebut memperlihatkan simulasi penanganan pasien yang terinfeksi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah. Dalam versi asli foto ini, hanya terlihat dua tenaga medis yang berpakaian hazmat yang berdiri di sisi kanan dan kiri ranjang pasien.
Dalam versi suntingan yang diunggah oleh akun Facebook Andi Alfarauq, terdapat foto dua pria berpeci yang ditempelkan di atas versi asli foto tersebut. Salah satu pria berpeci ini menutupi tenaga medis berpakaian hazmat yang berdiri di sisi kiri ranjang. Setidaknya, terdapat tujuh kesamaan antara versi asli foto tersebut dengan versi suntingannya.
Tujuh kesamaan antara foto suntingan yang diunggah oleh akun Facebook Andi Alfarauq (atas) dan foto aslinya yang pernah dimuat oleh Tribunnews Madura (bawah).
Tempo kemudian menelusuri informasi tentang simulasi penanganan pasien Covid-19 di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, tersebut. Video simulasi penanganan pasien Covid-19 ini memang pernah dimuat di laman resmi dan kanal YouTube milik RSUD Margono Soekarjo, tepatnya pada 4 Maret 2020.
Kondisi Rizieq Shihab
Pada 24 Januari 2021, sempat beredar informasi bahwa Rizieq Shihab dalam kondisi kritis. Dikutip dari CNN Indonesia, pengacara Rizieq, Aziz Yanuar, menyebut bahwa kliennya mengalami sesak napas dan sakit lambung. Namun, Rizieq masih berada di dalam tahanan. Pihak keluarga belum berencana mengajukan pembantaran Rizieq. Sebab, mereka masih diperbolehkan mengirim obat-obatan bagi Rizieq.
Dikutip dari JPNN, Polri menyatakan Rizieq dalam keadaan sehat selama berada di tahanan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim). Hal ini dipastikan setelah tim dokter Polri memeriksa kesehatan tersangka kasus pelanggaran protokol kesehatan itu. "Update kondisi terakhir MRS (Muhammad Rizieq Shihab) saat ini sedang menerima kunjungan keluarga. Sehat walafiat," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono pada 25 Januari 2021.
Menurut Argo, tim dokter Polri melakukan pengecekan kesehatan terhadap Rizieq pada 25 Januari 2021 pukul 10.00 WIB. Hasilnya, kata dia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kesehatan dan kondisi Rizieq, alias baik-baik saja. "Tensi, suhu, saturasi O2 (oksigen), semua normal," ujar Argo.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto yang diklaim menunjukkan pemimpin FPI Rizieq Shihab sedang kritis di rumah sakit, keliru. Foto tersebut adalah hasil suntingan dari foto yang pernah dimuat oleh Tribunnews Madura pada 22 Maet 2020. Foto tersebut menunjukkan simulasi penanganan pasien Covid-19 di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, pada Maret 2020.IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/rizieq-shihab
- https://archive.is/hGkyz
- https://www.tempo.co/tag/fpi
- https://madura.tribunnews.com/2020/03/22/covid-19-merebak-begini-potret-penanganan-virus-corona-di-indonesia
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://rsmargono.jatengprov.go.id/siaga-covid-19/simulasi-penanganan-covid-19
- https://www.youtube.com/watch?v=VjTkXhDOXvY&feature=emb_logo
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210125105413-12-597951/rizieq-shihab-dikabarkan-sakit-dan-sesak-napas-di-tahanan
- https://www.jpnn.com/news/jenderal-bintang-2-mengumumkan-kondisi-terkini-habib-rizieq
- https://www.tempo.co/tag/polri
- https://www.tempo.co/tag/jawa-tengah
(GFD-2021-8469) Keliru, Joe Biden Pakai Kitab Illuminati Masonik saat Ambil Sumpah Jabatan Presiden AS
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 26/01/2021
Berita
Foto yang memperlihatkan kitab suci yang dipakai oleh Joe Biden saat dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2021 lalu beredar di media sosial. Terdapat pula foto yang menunjukkan kitab suci yang sama ketika Biden dilantik sebagai Wakil Presiden AS pada 2009 silam, ketika posisi Presiden AS dijabat oleh Barack Obama. Foto-foto itu dibagikan dengan narasi bahwa kitab yang digunakan oleh Biden saat mengambil sumpah untuk kedua jabatan tersebut adalah Kitab Illuminati Masonik.
Di Facebook, foto-foto beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun Shekinah Adina Eliseva, tepatnya pada 22 Januari 2021. Akun ini menulis, "#DonaldTrump menggunakan Holy Bible Kitab Suci TUHAN) dalam sumpah nya sewaktu dilantik menjadi Presiden Sedangkan Joe Biden menggunakan Massonic Illuminaty Bible (kitab setan) dlm sumpahnya mnjdi presiden. #Donald Trumph mengeluarkan UU Anti Aborsi dan Anti LGBT setelah dilantik menjadi Presiden tetapi Biden justru memberlakukan UU legalitas Aborsi dan LGBT.”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Shekinah Adina Eliseva yang memuat klaim keliru bahwa Joe Biden memakai Kitab Illuminati Masonik saat mengambil sumpah jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto-foto tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa kitab yang digunakan Joe Biden saat dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021 lalu adalah Alkitab dengan sampul bergambar salib Celtic, bukan Kitab Illuminati Masonik. Alkitab tersebut telah menjadi bagian dari keluarga Biden sejak 1893.
Foto pertama, yang memperlihatkan alkitab tersebut saat Biden dilantik sebagai Wakil Presiden AS pada 2009, merupakan potongan dari foto yang pernah dimuat oleh Voice of America pada 10 Januari 2021. Foto ini diberi keterangan: “FILE - U.S. Vice President Joe Biden is sworn in as his wife Jill Biden watches during the inauguration of President Barack Obama in Washington, Jan. 20, 2009.”
Sementara foto kedua, yang memperlihatkan alkitab tersebut saat Biden dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021, merupakan potongan dari foto yang pernah dimuat oleh The Guardian pada 21 Januari 2021. Foto ini diberi keterangan: "Joe Biden, the new president of the United States, with his wife Jill Biden at his swearing-in. At 78, Biden is the oldest president ever to take the oath of office. Photograph: Kevin Lamarque/Reuters."
Dilansir dari CNN, Alkitab setebal lima inci yang pada sampulnya terdapat salib Celtic ini telah menjadi bagian dari keluarga Joe Biden sejak 1893. Biden memakai Alkitab ini setiap dia mengambil sumpah, termasuk saat dilantik sebagai anggota Senat AS untuk pertama kalinya pada 1973 dan sebagai Wakil Presiden AS pada 2009 dan 2013. Alkitab ini juga dipakai oleh mendiang putra Biden, Beau Biden, saat dilantik sebagai Jaksa Agung Delaware pada 2007.
Dikutip dari organisasi cek fakta AS Politifact, dalam sebuah wawancara di acara televisi The Late Show with Stephen Colbert pada Desember 2020, Joe Biden juga menuturkan bahwa Alkitab itu hanyalah pusaka keluarga yang telah digunakan sejak 1893. "Setiap tanggal penting ada di sana. Misalnya, setiap kali saya disumpah untuk apa pun, tanggalnya akan tercatat di sana," kata politikus dari Partai Demokrat tersebut.
Menurut Politifact, istilah "Illuminati" mengacu pada sebuah masyarakat rahasia yang disebut Illuminati Bavaria yang berusaha menyusup ke institusi yang kuat, seperti monarki, untuk mempromosikan cita-cita "pencerahan". Sementara istilah "Masonik" mengacu padafreemasonry, praktik organisasi persaudaraan tertua dan terbesar di dunia. Illuminati Bavaria menyusup ke kelompok-kelompok Masonik sebelum bubar pada abad ke-18.
"Alkitab yang digunakan Biden untuk mengambil sumpah tidak ada hubungannya dengan kedua organisasi tersebut, yang telah menjadi subyek dari banyak teori konspirasi. Kami tidak dapat menemukan bukti yang kredibel bahwa Alkitab milik Biden itu terkait dengan Illuminati. Meskipun banyak mantan Presiden AS seorang Freemason, kami tidak menemukan bukti bahwa Biden adalah anggota persaudaraan tersebut," demikian penjelasan Politifact.
Terdapat foto lain yang diunggah oleh akun Shekinah Adina Eliseva sebagai bukti bahwa Alkitab Biden terkait dengan Illuminati. Foto ini menunjukkan sebuah kitab dengan sampul yang mirip dengan sampul Alkitab Biden. Kitab itu disebut sebagai Haydock Douay Rheims Bible, yang diklaim berisi informasi tentang bagaimana Illuminati "mengubah nama Putra Allah dalam Tritunggal Katolik", sebuah "trik Masonik" yang juga disebut "Da Vinci Code".
Menurut Politifact, Alkitab Biden memang merupakan edisi Haydock Douay Rheims. Namun, Alkitab ini umum digunakan oleh umat Katolik berbahasa Inggris di AS hingga 1940-an. Klaim bahwa edisi Alkitab ini terkait dengan Illuminati pun berhubungan dengan sejarah panjang teori konspirasi tentang Illuminati, yang hanya beroperasi selama satu dekade di tahun 1700-an dan berusaha untuk menggantikan agama Kristen dengan "agama akal".
Sejak 1792, beberapa penulis konspirasi mulai menggabungkan Mason, Illuminati, Templar, dan Yahudi dalam berbagai kombinasi untuk menciptakan konspirasi pengendalian universal di seluruh dunia. Sementara "Da Vinci Code", buku tentang konspirasi untuk menyembunyikan informasi bahwa Yesus kemungkinan memiliki anak dengan Maria Magdalena, adalah karya fiksi sejarah yang telah didiskreditkan oleh gereja-gereja dan para praktisinya serta sarjana Alkitab.
Dilansir dari International Business Times, menurut Komite Kongres Gabungan untuk Upacara Pengukuhan AS, Joe Biden, yang merupakan seorang penganut Katolik, hanya mengikuti tradisi banyak Presiden AS lain yang menggunakan kitab suci milik keluarga mereka ketika mengambil sumpah jabatan, termasuk Ronald Reagan dan Franklin D. Roosevelt. Sebagai informasi, Biden adalah presiden beragama Katolik kedua di AS setelah John F. Kennedy.
Dikutip dari The New York Times, Alkitab yang dipilih oleh seorang presiden terpilih untuk digunakan dalam upacara pengambilan sumpahnya kerap kali menjadi pesan simbolis bagi masyarakat AS, ujar Seth A. Perry, profesor agama di Princeton University dan penulis buku “Bible Culture and Authority in the Early United States". "Sulit membayangkan ritual pelantikan terjadi tanpa kita itu," ujar Perry.
Saat pelantikannya pada 1789 di New York, George Washington memakai Alkitab dari St. John's Masonik Lodge No. 1. Menurut Claire Jerry, kurator sejarah politik National Museum of American History, Alkitab itu diambil setelah tamu melihat tidak ada satu pun kitab yang tersedia di Federal Hall, lokasi pengambilan sumpah jabatan. Alkitab ini juga dipakai oleh empat presiden lain, yakni Warren G. Harding, Dwight D. Eisenhower, Jimmy Carter, dan George Bush.
Pada 2017, Donald Trump menggunakan satu Alkitab yang diberikan oleh ibunya kepadanya ketika masih kecil dan satu Alkitab lain yang digunakan oleh Abraham Lincoln dalam pelantikannya pada 1861. Barack Obama juga menggunakan Alkitab yang dipakai oleh Lincoln saat mengambil sumpah jabatan. Pada 2013, dalam pelantikannya untuk periode kedua, Obama melengkapi Alkitab itu dengan Alkitab lain yang diberikan kepada Martin Luther King Jr. pada 1954.
Beberapa presiden mengambil sumpah jabatan dengan Alkitab yang dibuka pada ayat atau bagian tertentu. Biasanya, yang menjadi pilihan adalah ayat-ayat dalam Amsal dan Mazmur. Menurut Mark Dimunation, kepala divisi buku langka dan koleksi khusus di Perpustakaan Kongres AS, presiden terpilih sering mencari teks yang memiliki hubungan pribadi dengan mereka, atau teks yang mewakili sejarah dari momen ketika mereka terpilih sebagai presiden.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Joe Biden memakai Kitab Illuminati Masonik saat mengambil sumpah jabatan sebagai Presiden AS, keliru. Kitab yang digunakan oleh Biden saat dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021 lalu adalah Alkitab dengan sampul bergambar salib Celtic, bukan Kitab Illuminati Masonik. Alkitab tersebut telah digunakan sejak 1893, dan dipakai setiap kali Biden mengambil sumpah dalam jabatan apa pun. Alkitab Biden memang merupakan edisi Haydock Douay Rheims. Namun, klaim bahwa Alkitab edisi Haydock Douay Rheims terkait dengan Illuminati hanyalah teori konspirasi yang beroperasi selama satu dekade di tahun 1700-an.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/joe-biden
- https://archive.vn/V5Fjj
- https://www.tempo.co/tag/alkitab
- https://bit.ly/3c8JOJn
- https://www.theguardian.com/us-news/2021/jan/20/joe-biden-sworn-in-46th-president-inauguration
- https://cnn.it/2KPFQdE
- https://www.politifact.com/factchecks/2021/jan/25/facebook-posts/biden-was-not-sworn-illuminati-bible/
- https://www.tempo.co/tag/illuminati
- https://www.tempo.co/tag/freemason
- https://www.ibtimes.sg/joe-biden-took-oath-masonic-illuminati-bible-upside-down-cross-wild-conspiracy-theory-55101
- https://www.nytimes.com/2021/01/20/us/politics/bible-inauguration-biden.html
- https://www.tempo.co/tag/donald-trump
(GFD-2021-8468) Keliru, Dokter di Palembang Meninggal Karena Vaksin Covid-19 Mengandung Zat Beracun
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 25/01/2021
Berita
Klaim yang mengaitkan kematian seorang dokter asal Palembang, Sumatera Selatan, dengan vaksin Covid-19 yang mengandung zat beracun beredar di Facebook. Narasi itu dibagikan oleh akun Lois Lois pada 24 Januari 2021 dan telah mendapatkan lebih dari 200 reaksi serta dibagikan sebanyak 96 kali.
Akun ini membagikan gambar tangkapan layar artikel dari Urban Id tentang kematian dokter asal Palembang usai disuntik vaksin Covid-19. Pada 22 Januari 2021, memang ada dokter asal Palembang, JF, 49 tahun, yang ditemukan tewas di dalam mobilnya, setelah sehari sebelumnya disuntik vaksin Covid-19.
Akun Lois Lois kemudian menulis, "Vaksin FLU menyebabkan serangan jantung dan stroke!! Jadi..org yg sudah di vaksin Flu bisa dipastikan tidak bisa hidup lebih lama Krn kandungan zat beracun di dalamnya yg sangat mematikan! Memang umur di tangan Tuhan tapi Vaksin FLu mempercepat proses ' di panggil' Tuhan."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Lois Lois yang berisi klaim keliru terkait kematian seorang dokter asal Palembang, Sumatera Selatan.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, penyebab kematian dokter asal Palembang pada 22 Januari tersebut bukanlah vaksin Covid-19 yang disuntikkan sehari sebelum dokter tersebut meninggal. Hasil pemeriksaan forensik menunjukkan dokter berinisial JF ini meninggal karena serangan jantung.
Dikutip dari Kompas.com, dokter forensik Rumah Sakit M. Hasan Bhayangkara Palembang, Indra Nasution, menjelaskan dugaan serangan jantung tersebut berdasarkan munculnya bintik merah pendarahan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen di sekitar mata, wajah, tangan, dan dada.
Menurut Indra, apabila meninggal karena vaksin dalam bentuk suntikan, seharusnya efek yang ditimbulkan terjadi dalam waktu singkat. "Korban divaksin Kamis (21 Januari), meninggal diperkirakan Jumat (22 Januari). Kalau disuntik, pasti reaksinya lebih cepat," kata Indra.
Hal yang sama dituturkan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi. Menurut Nadia, kematian seorang dokter berinisial JF di Palembang tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksinasi Covid-19, yang saat ini baru dilakukan dengan vaksin Sinovac.
"Laporan sementara, almarhum memang menerima vaksin pada Kamis dan ditemukan telah meninggal pada Jumat malam. Dari pemeriksaaan sementara, ditemukan tanda-tanda kekurangan oksigen, dan tanda ini tidak berhubungan dengan akibat vaksinasi," ujar Nadia saat dihubungi pada 24 Januari 2021.
Klaim bahwa vaksin Covid-19 Sinovac mengandung zat beracun juga tidak berdasar. Sebelum vaksinasi, vaksin Sinovac telah menjalani uji klinis fase 3, di mana 1.620 relawan mendapat suntikan pertama dan 1.590 relawan diberi suntikan kedua. Dari penyuntikan ini, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Sejak vaksinasi dimulai pada 13 Januari, lebih dari 132 ribu tenaga kesehatan kelompok pertama telah menjalani vaksinasi Covid-19 hingga 23 Januari. Jumlah ini setara dengan 22 persen dari total 598.483 tenaga kesehatan yang akan divaksinasi di tahap pertama. Dari mereka yang telah divaksin, tidak ada pula kematian yang dilaporkan karena vaksin Covid-19 tersebut.
Bahan vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac menggunakan partikel virus SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, yang telah dimatikan, atau genomnya telah dirusak. Sejumlah literatur menyebut metode yang dikenal dengan nama inactivated virus ini sudah lama digunakan, setidaknya sejak 1950-an.
Vaksin Sinovac dikembangkan dengan menumbuhkan SARS-CoV-2 dalam jumlah yang besar di sel ginjal monyet. Kemudian, mereka menyiram virus itu dengan bahan kimia yang disebutbeta propiolactone. Senyawa ini menonaktifkan virus Corona yang terikat pada gennya. Virus Corona yang tidak aktif tidak akan bisa lagi bereplikasi. Tapi, protein mereka, termasuk protein Spike, tetap utuh.
Peneliti kemudian mengambil virus yang tidak aktif itu dan mencampurkannya dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebutadjuvant. Adjuvantmerangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan responnya terhadap vaksin. Karena virus Corona dalam vaksin sudah mati, mereka dapat disuntikkan ke lengan tanpa menyebabkan Covid-19. Begitu masuk ke dalam tubuh, beberapa virus yang tidak aktif ditelan oleh sejenis sel kekebalan yang disebut sel pembawa antigen.
Vaksinasi Covid-19 bagi pengidap penyakit jantung
Dilansir dari CNN Indonesia, vaksin Covid-19 sempat disebut tidak direkomendasikan bagi mereka yang memiliki penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, penyakit jantung koroner, dan hipertensi. Vito A. Damay, anggota Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), mengatakan bahwa PERKI memberikan sejumlah rekomendasi terkait vaksinasi terhadap pasien dengan penyakit kardiovaskular.
"Penyakit jantung ada banyak dan tidak semua penyakit jantung sama. Ada beberapa kondisi yang dinyatakan layak diberikan vaksin dan ada juga yang dikatakan tidak layak. Ada juga yang layak dipertimbangkan," kata Vito saat pada 25 Januari 2021.
Berikut rekomendasi PERKI terkait penyakit kardiovaskular dan vaksinasi Covid-19:
"Prinsipnya, safety first. Namun demikian, secara prinsip, kalau seseorang dalam kondisi stabil, punya penyakit jantung tapi orang itu kondisi baik, stabil, kami rekomendasikan harusnya bisa," katanya.
Menurut dia, kondisi penyakit jantung pada tiap pasien berbeda. Misalnya, ada yang menderita penyakit jantung koroner dengan hipertensi, ada yang mengidap penyakit jantung koroner dengan lemah jantung, ada pula yang sudah pasang ring dan masih banyak lagi.
Vito mengingatkan pasien penyakit jantung dan merasa stabil musti tetap mendapat pemeriksaan dari dokter. Dengan kata lain, sebelum vaksin, pasien dengan penyakit jantung harus mendapatkan rekomendasi dokter yang merawatnya.
"Kondisi stabil memang layak vaksinasi tetapi kadang orang tidak sadar sebenarnya kondisi tubuhnya tidak stabil. Bahkan untuk orang yang merasa tidak memiliki masalah pada jantung, akhirnya ketahuan memiliki masalah jantung setelah terkena Covid-19," kata Vito.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa dokter asal Palembang tersebut meninggal karena vaksin Covid-19 mengandung zat beracun, keliru. Hasil pemeriksaan forensik menunjukkan bahwa dokter berinisial JF tersebut meninggal karena serangan jantung. Vaksin Sinovac, vaksin yang saat ini digunakan dalam vaksinasi Covid-19 di Indonesia, pun tidak mengandung zat beracun dan telah disuntikkan kepada ribuan tenaga kesehatan. Hingga kini, tidak ada kematian yang dilaporkan karena vaksin tersebut.
IKA NINGTYAS
CATATAN REDAKSI: Artikel ini diubah pada 25Januari 2021 pukul 18.45 WIB karena terdapat penambahan bagian "Vaksinasi Covid-19 bagi pengidap penyakit jantung".
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://archive.is/0BeER
- https://www.tempo.co/tag/palembang
- https://regional.kompas.com/read/2021/01/24/11260621/soal-dokter-palembang-ditemukan-tewas-sehari-usai-divaksin-covid-19-ahli?page=all
- https://nasional.tempo.co/read/1426233/kemenkes-bantah-dokter-meninggal-di-palembang-akibat-vaksinasi-covid-19/full&view=ok
- https://nasional.tempo.co/read/1401918/ketua-tim-riset-uji-klinis-vaksin-covid-19-sebut-17-relawan-drop-out/full&view=ok
- https://nasional.tempo.co/read/1425902/kemenkes-lebih-dari-132-ribu-tenaga-kesehatan-jalani-vaksinasi-covid-19/full&view=ok
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1182/keliru-vaksin-sinovac-mengandung-bahan-berbahaya-dan-virus-hidup-yang-dilemahkan
- https://www.tempo.co/tag/serangan-jantung
Halaman: 4648/6182