• (GFD-2021-6643) [SALAH] Surat “KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENETAPAN KEDARURATAN KEUANGAN NEGARA”

    Sumber: Tangkapan Layar
    Tanggal publish: 04/04/2021

    Berita

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENETAPAN KEDARURATAN KEUANGAN NEGARA

    KESATU: Menetapkan bahwa Dana SBI (080264) -24 SD sebagai:

    Dana Bantuan unutk dipergunakan Pembangunan dan Mensejahterakan Rakyat.

    KEDUA: Menetapkan Kedaruratan Keuangan Negara Indonesia, yang wajib ditangani secepatnya. Selambat lambatnya pada Tanggal 31 Maret 2021 (diharapkan Seluruh Bank Terkait untuk bekerja sama demi kelancaran Pencairan Dana SBI tersebut diatas).

    KETIGA: Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah kertas surat “KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENETAPAN KEDARURATAN KEUANGAN NEGARA”. Adapun terlihat pada kertas surat tersebut narasi yang menyebutkan bahwa Presiden RI Joko Widodo memutuskan tentang penetapan kedaruratan keuangan negara pada tanggal 17 Maret 2021.

    Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa surat tersebut merupakan surat palsu. Kementerian Sekretariat Negara melalui Instagram resminya @kemensetneg.ri menegaskan bahwa surat tersebut tidak benar alias HOAKS. Oleh sebabnya, masyarakat diimbau waspada dan bijak dalam menyikapi segala bentuk informasi.

    Berikut klarifikasi lengkap oleh Kementerian Sekretariat Negara:

    “Hai #SobatSetneg, terkait beredarnya berita/informasi terkait dengan telah diterbitkannya Keppres Tentang Penetapan Kedaruratan Keuangan Negara, pada tanggal 17 Maret 2021, kami nyatakan bahwa berita/informasi tersebut tidak benar (hoaks).

    Kami mengimbau agar masyarakat dapat secara bijaksana menyikapi berita/informasi tersebut.

    Biro Hubungan Masyarakat Kemensetneg”

    Berdasar pada seluruh referensi, surat “KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENETAPAN KEDARURATAN KEUANGAN NEGARA” merupakan hoaks dengan kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.

    ===

    Kesimpulan

    Kementerian Sekretariat Negara melalui akun media sosial resminya menegaskan surat tersebut adalah palsu alias HOAKS.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6642) [SALAH] Telkomsel Bagikan Hadiah untuk Rayakan HUT Ke-60

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 04/04/2021

    Berita

    [diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia]

    “Perayaan ulang tahun ke-60
    Semua orang berkesempatan mendapatkan hadiah
    Banyak hadiah menarik, seperti lebih dari 1000 buah jam tangan pintar dan telepon genggam
    Anda hanya perlu memilih kotak yang tepat.
    Anda memiliki 3 kesempatan, semoga beruntung!”

    Perayaan ulang tahun ke 60 Telkomsel
    60th anifarsary telkomsel
    Telkomsel bagi bagi kuota
    https://jdhnv889.xyz/telkom-bx/?t=1617409228424

    60 tahun telkomsel

    60th anniversary celebration
    Perayaan ulang tahun ke-60
    "promo hut telkomsel"
    promo HUT telkomsel
    https://idbtpn.cc/telkom-id/?t=1618464683219
    https://idbtpn.cc/telkom-id/?t=1618466075053

    60th anniversary Telkomsel
    Ulang tahun telkomsel

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah tautan di WhatsApp mengenai pembagian hadiah oleh Telkomsel dalam rangka ulang tahun ke-60. Ketika tautan tersebut diakses, maka akan muncul sebuah pesan yang menyatakan bahwa pengguna memiliki tiga kali kesempatan untuk memilih kotak yang benar dan memenangkan hadiah berupa jam tangan pintar serta telepon genggam.

    Melalui akun media sosial resminya, pihak Telkomsel telah menegaskan bahwa tautan tersebut adalah palsu. Segala informasi mengenai Telkomsel hanya akan disebarkan melalui situs resmi www.telkomsel.com, call center 188, serta akun media sosial resmi Telkomsel. Lebih lanjut, Telkomsel baru saja merayakan ulang tahun ke-25 pada tahun 2020 lalu, sehingga pada tahun ini, Telkomsel baru akan berusia 26 tahun, bukan 60 tahun.

    Tautan serupa juga pernah beredar dengan mengatasnamakan Matahari Department Store dan telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] Matahari Bagikan Hadiah untuk Rayakan Pembukaan Toko ke-200”.

    Dengan demikian, tautan yang beredar melalui pesan WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Melalui akun media sosial resminya, pihak Telkomsel telah menegaskan bahwa tautan tersebut adalah palsu. Segala informasi mengenai Telkomsel hanya akan disebarkan melalui situs resmi www.telkomsel.com, call center 188, serta akun media sosial resmi Telkomsel.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6641) [SALAH] “sebelum masuk gereja BOM diledakkan lewat remot kendali jarak jauh”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/04/2021

    Berita

    Akun Faceboook Abdul Ghoni (fb.com/100061716917873) pada 30 Maret 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar percakapan ke grup Islam World News dengan narasi sebagai berikut:

    “Benarkah?.. Tanya…..”

    Di gambar tersebut terdapat narasi: “Sandiwara rezim PKI dg mengorbankan org Islam persis yg terjd di Surabaya Tempo dulu. Korban disuruh antar barang di gereja sebelum masuk gereja BOM diledakkan lewat remot kendali jarak jauh. PKI ingin memframing PD publik bhw Islam teroris. Hati2 jika ada seseorang yg menyuruh kita minta kirimkan barang ke gereja. Bisa didlm barangnya terisi bom kendali jarak jauh jd strategi PKI utk menghancurkan islam”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dikendalikan dari jarak jauh sama persis dengan peristiwa bom di Surabaya merupakan klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, bom yang meledak di Surabaya pada 2018 dan Gereja Katedral Makassar pada 2021 dipastikan adalah bom bunuh diri. Bukan bom yang dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control.

    Dilansir dari JawaPos, Polisi telah mengidentifikasi bahwa peledak yang dibawa pelaku bom di Surabaya berbentuk ikat pinggang, bukan paket barang. Jelas praktiknya adalah bom bunuh diri.

    Contohnya, saat pelaku meledakkan diri di area parkir GKI Diponegoro pada 13 Mei 2018. Saat itu polisi menemukan satu bom aktif yang masih menempel di paha salah seorang anak. Tim penjinak bahan peledak (jihandak) langsung melepaskan bom tersebut dari paha anak pelaku yang tewas.

    Sementara itu, dilansir dari Medcom.id, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang terlibat dalam serangan di Filipina beberapa waktu lalu. Listyo Sigit menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar berinisial L. Pelaku yang mengakibatkan 19 orang (sebelumnya ditulis 20) itu merupakan atau terkait dengan terduga teroris yang beberapa waktu lalu ditangkap di Kota Makassar, tepatnya di Villa Mutiara.

    “Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan,” katanya, di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021.

    Ia juga mengatakan bahwa pelaku merupakan bagian dari jaringan yang juga melakukan penyerangan gereja di Jolo, Filipina pada 2018 lalu. Bahkan pihaknya telah mencocokkan data-data dari pelaku dan kaitannya dengan jaringan tersebut. Sigit membeberkan jenis bom yang digunakan pelaku bom bunuh diri. Ia menyebut ledakan yang menyebabkan 19 orang terluka itu berasal dari jenis bom panci.

    “Ledakan yang terjadi suicide boom dengan menggunakan jenis bom panci,” kata Listyo, 28 Maret 2021.

    Ledakan asal bom panci itu bersifat high explosive. Akibatnya, membuat tubuh pelaku tercerai berai di lokasi kejadian. Tak hanya itu, sejumlah kendaraan dan kaca hotel di sekitar lokasi ledakan pun pecah.

    Kesimpulan

    Bom yang meledak di Surabaya pada 2018 dan Gereja Katedral Makassar pada 2021 dipastikan adalah bom bunuh diri. Bukan bom yang dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6640) [SALAH] “Pelaku Bom Gereja Katedral Makassar, mantan polisi, agama kristen protestan”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/04/2021

    Berita

    Akun Facebook Raffiq Umar Bawazier (fb.com/raffiqumar.bawazier.9) pada 31 Maret 2021 mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:

    “Pelakunya, mantan polisi, agama kristen protestan.
    Allah telah menunjukan yang benar.
    Alhamdulillah..”

    Gambar itu berisi tangkapan layar artikel yang seolah berjudul “Argo Yuwono: Salah satu pelaku Bom Gereja Katedral Makassar, adalah eks anggota intel yang telah di pecat”. Artikel yang seolah terbit pada 29 Maret 2021 pukul 17.05 ini dilengkapi dengan foto Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono. Dalam artikel itu, tercantum pula logo media Kompas.com.

    Selain artikel tersebut, gambar itu berisi dua foto pria. Pria pertama terlihat berjenggot dan mengenakan serban serta pakaian coklat. Sementara pria kedua tampak memegang kertas yang bertuliskan “Nama: Bernard Silalahi, Tempat/Tgl Lahir: Medan 25 Desember 1988, Agama: Protestan, Pekerjaan: Exs. Intel Polres Makassar”.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya gambar artikel Kompas.com berjudul “Argo Yuwono: Salah satu pelaku Bom Gereja Katedral Makassar, adalah eks anggota intel yang telah di pecat” dan foto pria yang diklaim sebagai pelaku yang mantan polisi, beragama kristen protestan merupakan konten yang dimanipulasi.

    Faktanya, gambar itu merupakan gambar editan. Kompas.com tidak pernah memuat artikel dengan judul seperti di klaim tersebut. Foto pria yang memegang kertas, yang terdapat dalam gambar tersebut, juga merupakan pelaku penusukan Syekh Ali Jaber, bukan aksi bom Gereja Katedral Makassar.

    1. Tangkapan layar artikel.

    Berdasarkan penelusuran terhadap indeks berita Kompas.com pada 29 Maret 2021 pukul 17:05 WIB, tidak terdapat artikel dengan judul “Argo Yuwono: Salah satu pelaku Bom Gereja Katedral Makassar, adalah eks anggota intel yang telah di pecat”.

    Hanya 2 artikel yang berjudul “Ada Pagar Pembatas antara Rumah Hotma Sitompoel dan Desiree Tarigan” dan “5 Gunung di Swiss yang Bisa Dikunjungi dengan Cable Car” yang diterbitkan oleh Kompas.com pada pukul 17:05 WIB.

    2. Foto pria yang memegang kertas.

    Dilansir dari Tempo, untuk melacak jejak digital foto tersebut, Tim CekFakta Tempo menggunakan reverse image tool Source. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa foto pria yang memegang kertas itu merupakan pelaku penyerangan ulama Syekh Ali Jaber di Bandar Lampung pada September 2020 lalu. Foto yang identik pernah dimuat oleh media Riaunews.com pada 17 September 2020 dalam artikelnya yang berjudul “Polisi sebut penusuk Syekh Ali Jaber pemain tunggal, tidak disuruh”.

    Namun, dalam foto tersebut, tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut:

    “N: ALPIN ANDRI BIN M RUDI
    KASUS: PENUSUKAN SYEH ALI JABER
    TGL: 13-09-2020″

    Tulisan itu pun merupakan tulisan tangan, bukan hasil cetakan seperti yang digunakan dalam gambar yang beredar. Dengan demikian, foto yang terdapat dalam gambar yang beredar tersebut adalah hasil suntingan.

    3. Pelaku Aksi Bom di Gereja Katedral Makassar

    Sementara itu, dilansir dari Tempo, Polri menyebut bahwa pelaku aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar adalah pasangan suami-istri.

    “Betul, pelaku pasangan suami-istri, baru menikah enam bulan,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono pada 29 Maret 2021.

    Pasangan suami-istri itu, L dan YSF alias D, melakukan aksi bom bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Ahad pagi, 28 Maret 2021. Akibat ledakan bom itu, 20 petugas keamanan dan jemaah gereja luka-luka. L dan YSF diketahui merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diduga terlibat dalam pengeboman di Jolo, Filipina Selatan, pada 2019.

    Kesimpulan

    Gambar EDITAN. Kompas.com tidak pernah memuat artikel dengan judul seperti di klaim tersebut. Foto pria yang memegang kertas, yang terdapat dalam gambar tersebut, juga merupakan pelaku penusukan Syekh Ali Jaber, bukan aksi bom Gereja Katedral Makassar.

    Rujukan