• (GFD-2021-6647) [SALAH] “PERAGAAN BUSANA TELORNASI ANTAR UMAT BERAGAMA”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/04/2021

    Berita

    “PERAGAAN BUSANA

    TELORNASI ANTAR UMAT BERAGAMA”

    Toleransi agama

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Mas AU menggunggah sebuah gambar yang memperlihatkan dua biarawati sedang berjalan melintasi karpet merah di depan peserta yang memadati stadion. Gambar itu diklaim sebagai peragaan busana antar umat beragama. Unggahan tersebut telah mendapat 248 reaksi, 88 komentar dan 11 kali dibagikan oleh pengguna Facebook lainnya.

    Setelah ditelusuri, klaim gambar tersebut adalah salah. Faktanya, gambar tersebut diabadikan ketika dua biarawati Katolik menghadiri undangan acara Harlah ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Minggu (27/1/2019).

    Seperti diketahui, Muslimat Nu menggelar Harlah ke-73 di Stadion Utama GBK pada 27 Januari 2019 dengan mengangkat tema Khidmah Muslimat NU, jaga aswaja, teguhkan bangsa. Dihadiri oleh ratusan ribu warga NU dari berbagai daerah di Indonesia dan juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri serta duta besar negara sahabat.

    Dengan demikian, klaim gambar pada unggahan akun Facebook Mas AU adalah tidak benar dan termasuk dalam kategori konten yang salah.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Konaah (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta).

    Faktanya, gambar tersebut diabadikan ketika dua biarawati Katolik menghadiri undangan acara Harlah ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta, Minggu (27/1/2019).

    Rujukan

  • (GFD-2021-6646) [SALAH] Shell Indonesia Bagikan Hadiah Rayakan Hari Jadi Ke- 100 Tahun

    Sumber: WhatsApp
    Tanggal publish: 05/04/2021

    Berita

    Cek Fakta Liputan6.com mendapati informasi Shell Indonesia membagikan hadiah untuk merayakan hari jadi ke 100 tahun.

    Informasi Shell Indonesia membagikan hadiah untuk merayakan hari jadi ke 100 tahu beredar melalui aplikasi percakapan WhatsApp.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri informasi Shell Indonesia membagikan hadiah untuk merayakan hari jadi ke 100 tahun, dengan menghubungi pihak Shell Indonesia.

    VP External Relation Shell Indonesia Rhea Sianipar mengatakan, informasi Shell Indonesia membagikan hadiah untuk merayakan hari jadi ke 100 tahun tidak benar.

    "Informasi disebutkan tidak benar dan modus," kata Rhea, saat berbincang dengan Liputan6.com.

    PT Shell Indonesia menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap penipuan bermodus perayaan “100th Anniversary Shell” berhadiah tertentu yang disebutkan akan diberikan bila masyarakat berpartisipasi dalam tautan atau aplikasi.

    "Mohon untuk diketahui bahwa PT Shell Indonesia tidak memiliki program 100th Anniversary Celebration dan tidak ada kaitan apapun dengan program tersebut," tuturnya.

    Jika mendapat informasi penawaran seperti informasi tersebut, mohon untuk tidak memberikan respons atau memberikan data pribadi Anda. Juga tidak memenuhi permintaan pihak perusahaan tertentu yang menyebut PT Shell Indonesia sebagai bagian dari penawaran program tersebut.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, informasi Shell Indonesia membagikan hadiah untuk merayakan hari jadi ke 100 tahun tidak benar.

    PT Shell Indonesia tidak memiliki program 100th Anniversary Celebration dan tidak ada kaitan apapun dengan program tersebut.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6645) [SALAH] Vaksin Bisa Merusak Sel Darah dan Sel Otak

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 05/04/2021

    Berita

    Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai berisi informasi vaksin yang diklaim bisa merusak sel darah dan sel otak manusia. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan sejak pekan lalu.

    Salah satu yang mengunggahnya adalah akun bernama Lyana Bajana. Dia mengunggahnya di Facebook pada 1 April 2021.

    Berikut isi postingannya:

    "BUKTI peksin MERUSAK SEL DARAH DAN SEL OTAK MANUSIA YG MENDAPAT peksin

    Ini adalah hasil penelitian di laboratorium perbedaan antara sel darah orang yg belum di peksin dan sel darah orang lain yg sudah di peksin

    Dan hasil nya mengejutkan.. sel darah orang yg sudah di peksin mengalami kerusakan dan perubahan.

    sel sel darah orang yg sudah di peksin di kuasai oleh sesuatu yg aneh yg terkandung di dalam peksin

    (Sample di ambil dari 3 orang berbeda.. 1 yg belum di fakfak, 2 lain nya yg udah di fakfak)

    Dua paper penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal of Inorganic Biochemistry menyimpulkan bahwa alumunium adjuvant dalam peksin bersifat merusak sel sel di dalam otak yaitu pada sel neural dan sel endothelial microvessel.

    Paper pertama melakukan pengujian toksisitas adjuvant alumunium terhadap genetik sel neural. Senyawa alumunium dalam adjuvant vaksin menyebabkan perubahan ekspresi genetik pada sel sel neural otak manusia sehingga menyebabkan kerusakan sel.

    Paper kedua menguji dampak pemberian senyawa alumunium adjuvant pada peningkatan kadar CRP (C-Reactive Protein) pada sel endothelial di otak. Senyawa alumunium adjuvant dalam peksin menyebabkan kenaikan kadar CRP pada endothelial sel otak. CRP adalah biomarker / indikator inflamasi pada sel endothelial otak.

    Tidak heran kenapa para peneliti independen di luar negeri banyak yang mengkaitkan pemberian peksin yang mengandung adjuvant alumunium dengan penyakit alzheimer yang menyerang otak. Khususnya di negara amerika yang memiliki jumlah penderita alzheimer sangat banyak. Hal ini disebabkan program peksin yang diterapkan pemerintah amerika jauh lebih banyak dibanding negara negara lain didunia, sehingga dampak negatif peksin di negara amerika juga terbanyak di dunia.

    Sumber Journal :

    1. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2005.04.021

    2. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2015.07.013"

    Selain itu postingan juga disertai gambar yang diklaim sebagai sel darah dan sel otak yang sudah divaksin.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr. Ikrimah Nisa Utami, Sp.PD. Dia menyebut pesan berantai dan postingan yang mengklaim vaksin bisa merusak sel darah dan sel otak adalah tidak benar.

    "Dari dua sumber jurnal yang dicantumkan, tidak ada satupun yang meneliti tentang vaksin covid-19. Mereka membahas tentang hubungan Aluminium terhadap Alzheimer dan peningkatan CRP secara umum bukan tentang vaksin."

    "Lagipula ini jurnal tahun 2005 dan 2015, dimana pandemi belum ada dan, semua gambar cawan petri itu (gelas percobaan) bukan gambar yang ada pada jurnal," ujar dr. Nisa saat dihubungi Liputan6.com, Senin (5/4/2021).

    "Narasi yang beredar sangat tidak sesuai dengan isi jurnal yang disampaikan. Isi jurnalnya sendiri sama sekali tidak menyebutkan vaksin covid-19," katanya menambahkan.

    Ia juga berharap masyarakat tidak mudah percaya dengan banyaknya informasi yang beredar terkait vaksin secara umum maupun vaksin covid-19 secara khusus.

    "Banyak hoaks yang beredar hanya mencomot saja hasil penelitian yang telah ada dan dikaitkan dengan vaksin covid-19. Sehingga masyarakat harus lebih teliti dan memverifikasinya terlebih dulu sebelum menyebarkannya," ujarnya menambahkan.

    Selain itu Cek Fakta Liputan6.com juga meminta penjelasan dari dr. Muhamad Fajri Adda'i terkait fungsi alumunium pada vaksin.

    "Kandungan pada vaksin adalah alumunium hidroksida dan itu sangat aman. Fungsinya adalah sebagai adjuvant atau meningkatkan kemampuan vaksin," ujar dr. Fajri yang juga edukator dan relawan tim penanganan covid-19.

    "Selain itu menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), alumunium hidroksida ini sudah digunakan sebagai adjuvant vaksin sejak 70 tahun yang lalu dan keamanannya sudah terbukti. Apalagi kandungan alumunium pada vaksin dosisnya kecil dan aman."

    "Tak hanya di vaksin, penggunaan alumunium hidroksida juga terdapat pada obat maag. Peran alumunium hidroksida ini sangat besar dalam menstimulasi imunitas," katanya menambahkan.

    Dr. Fajri menjelaskan penelitian dalam postingan pesan berantai tidak terkait dengan vaksin.

    "Pada paper ini jenis alumuniumnya beda yakni alumunium sulfat. Fungsinya juga beda dan memang telah menjadi karena khawatiran terhadap pencemaran lingkungan. Alumunium sulfat ini biasa dipakai pada pabrik kertas, pembuatan busa pada pemadam kebakaran atau menjernihkan limbah," ujarnya.

    "Narasi di pesan berantai atau postingan itu telah dipelintir sehingga sangat salah artinya. Tidak ada hubungannya dengan vaksin, ini jelas hoaks. Vaksin memakai alumunium hidroksida sementara penelitiannya tentang alumunium sulfat."

    Dilansir dari Fullfact.org dalam artikel "No evidence aluminium in vaccines causes Alzheimer's disease" yang tayang 11 November 2020 disebutkan penggunaan aluminium di vaksin pada manusia relatif kecil yakni sekitar 0,2 sampai 0,8 miligram).

    Sebagai perbandingan manusia dewasa biasanya mengonsumsi aluminium tujuh hingga sembilan miligram setiap harinya. Aluminium sendiri terkandung dalam beberapa makanan dan minuman termasuk buah, sayuran, tepung, produk susu, bir hingga wine.

    Kesimpulan

    Postingan pesan berantai yang mengklaim vaksin bisa merusak sel darah dan sel otak adalah tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6644) [SALAH] “Laboratorium biologi China di Wuhan dimiliki oleh Glaxosmithkline”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 04/04/2021

    Berita

    "Pembunuh siang hari … Topeng mulai rontok! “Laboratorium biologi China di Wuhan dimiliki oleh Glaxosmithkline, yang (secara tidak sengaja) memiliki Pfizer!” (Orang yang membuat vaksin melawan virus yang (secara tidak sengaja) dimulai di Laboratorium Biologi Wuhan dan yang (secara tidak sengaja) didanai oleh Dr. Fauci, yang (secara tidak sengaja) mempromosikan vaksin tersebut! “GlaxoSmithKline (secara tidak sengaja) dikelola oleh divisi keuangan Black Rock, yang (secara tidak sengaja mengelola keuangan Perusahaan Open Foundation (Soros Foundation), yang (secara tidak sengaja) mengelola AXA Prancis! “Soros (secara tidak sengaja) memiliki perusahaan Jerman Winterthur, yang (secara tidak sengaja) membangun laboratorium China di Wuhan dan dibeli oleh Allianz Jerman, yang (secara kebetulan) memiliki Vanguard sebagai pemegang saham, yang (secara kebetulan) adalah pemegang saham Black Rock, yang (secara kebetulan) mengontrol bank sentral dan mengelola sekitar sepertiga dari modal investasi global. “Black Rock” juga (secara kebetulan) merupakan pemegang saham utama MICROSOFT, yang dimiliki oleh Bill Gates, yang (secara kebetulan) adalah pemegang saham Pfizer (yang ingat? Menjual vaksin ajaib) dan secara kebetulan) sekarang menjadi sponsor pertama dari ‘WHO! Sekarang Anda mengerti bagaimana kelelawar mati yang dijual di pasar basah di China telah menginfeksi SELURUH PLANET! salin dan bagikan dengan cepat ….”

    Hasil Cek Fakta

    Dari Myth Detector: “Unggahan yang disebarluaskan itu disinformatif: 1) Tak satu pun dari perusahaan yang terdaftar memiliki Institut Virologi Wuhan – dikelola oleh Akademi Ilmu Pengetahuan China. 2) Glaxo, BlackRock, dan Bill Gates semuanya adalah mitra, tetapi bukan pemilik Pfizer. 3) Klaim bahwa Fauci diduga memberikan hibah ke laboratorium Wuhan pada tahun 2015 adalah disinformatif. EcoHealth Alliance memang mendapatkan hibah untuk mempelajari keluarga virus korona dan Institut Virologi Wuhan adalah salah satu mitranya, tetapi fakta ini dimanipulasi.”

    Dari Reuters: “Tetapi GlaxoSmithKline (GSK), sebuah perusahaan farmasi Inggris, tidak memiliki Pfizer atau Institut Virologi Wuhan. Institut ini adalah bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) (di sini ), yang pada gilirannya diatur oleh Dewan Negara Republik Rakyat China (di sini ). Pada 2019, seorang anggota CAS menulis surat terbuka yang menyatakan bahwa itu tidak dijalankan atau dibiayai secara independen dari pemerintah China (di sini ). “CAS tidak pernah mencari atau mencapai otonomi keuangan”, tulis perwakilan tersebut dalam jurnal sains Nature.”

    Dari Liputan6.com: “Faktanya USAtoday menjelaskan bahwa tidak ada laboratorium biologi Wuhan. Di sana hanya ada Wuhan Institute of Virology, Chinese Academy of Science (CAS) yang mempelajari soal virologi. Institut ini dikontrol oleh Dewan Negara China, salah satu badan Pemerintah Utama di negara tersebut.”

    Dari Institut Virologi Wuhan: “Pendahulu dari Institut Virologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok adalah Institut Mikrobiologi Wuhan, yang disiapkan untuk dibangun pada tahun 1956, didirikan bersama oleh akademisi virologi terkenal Gao Shangyin dan akademisi mikrobiologi terkenal Chen Huagui dan sekelompok ilmuwan generasi tua, secara resmi diumumkan akan didirikan pada tahun 1958, terutama terlibat dalam penelitian virus pertanian dan mikroba lingkungan. Pada awal tahun 1961, institut cabang Wuhan dan institut cabang Guangzhou bergabung untuk mendirikan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok Cabang Zhongnan, Laboratorium Penelitian Mikrobiologi Wuhan kemudian diubah namanya menjadi Institut Mikrobiologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok. Pada Oktober 1962, namanya diubah lagi menjadi Institut Mikrobiologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan China. Pada tahun 1966, institut cabang lokal Akademi Ilmu Pengetahuan China dibatalkan. Pada tahun 1970, Institut Mikrobiologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan China ditempatkan di bawah kepemimpinan Provinsi Hubei, berganti nama menjadi Institut Mikrobiologi Provinsi Hubei. Pada tahun 1978 menjelang penyelenggaraan Konferensi Sains dan Teknologi Nasional, ia kembali ke Akademi Ilmu Pengetahuan China, yang dikenal sebagai Institut Virologi Wuhan, Akademi Ilmu Pengetahuan China.”

    Artikel periksa fakta yang sebelumnya di turnbackhoax.id: “Klaim tersebut salah. Faktanya perusahaa farmasi Pfizer dan laboratorium virologi di Wuhan, dimiliki oleh pihak-pihak yang berbeda.”

    Kesimpulan

    Hoaks daur ulang, versi terjemahan dari informasi salah yang sebelumnya beredar dengan Bahasa Inggris. BUKAN dimiliki oleh GlaxoSmithKline (GSK), Institut Virologi Wuhan dikelola oleh Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Science – CAS).

    Rujukan