(GFD-2023-12135) Cek Fakta: Tidak Benar Foto yang Diklaim Kucing Langka Ditemukan di Hutan Hujan Amazon
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 24/03/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah foto yang diklaim kucing langka ditemukan di hutan hujan Amazon beredar di media sosial. Foto tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 15 Maret 2023.
Akun Facebook tersebut mengunggah gambar foto kucing bercorak atau berbulu kuning dan hitam. Kucing tersebut terlihat dari samping, kemudian foto tersebut diklaim sebagai kucing langka yang ditemukan di hutan hujan Amazon.
"Snake Kat from the rain
forests of the Amazon," tulis salah satu akun Facebook pada 15 Maret 2023.
Konten yang disebarkan akun Facebook telah beberapa kali direspons dan empat kali dibagikan oleh warganet usai diunggah pada 15 Maret 2023 lalu.
Benarkah dalam foto itu merupakan kucing langka yang ditemukan di hutan Amazon? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri foto yang diklaim kucing langka dari hutan Amazon. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "snake cat amazon" di kolom pencarian Google Search.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah kabar tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "'Amazon snake cat' photo goes viral and mystifies internet" yang dimuat situs nypost.com pada 15 Maret 2023.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa foto tersebut viral setelah diklaim sebagai kucing paling langka di Bumi dan saat ini hidup di daerah hutan hujan Amazon.
Namun menurut ahli zoologi, tidak ada kucing dengan warna kulit atau bulu seperti yang ada di foto. Warna dan pola di foto itu memiliki kemiripan yang kuat dengan reptil boiga dendrophila, yang biasanya disebut sebagai 'ular kucing cincin emas'.
Kesimpulan
Foto yang diklaim kucing langka ditemukan di hutan hujan Amazon ternyata tidak benar. Faktanya, foto tersebut diduga merupakan hasil rekayasa digital.
Rujukan
(GFD-2023-12134) Cek Fakta: Hoaks Kisah Pria di Amerika Serikat Gugat Diri Sendiri Rp 4,2 Miliar dan Dikabulkan Pengadilan
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 24/03/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Kisah tentang seorang pria di Kentucky, Amerika Serikat yang menggugat dirinya sendiri Rp 4,2 miliar dan dikabulkan pengadilan beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan oleh salah satu akun Facebook pada 15 November 2022.
Akun Facebook tersebut mengunggah cerita tentang seorang pria bernama Larry Rutman, asal Kentucky, Amerika Serikat yang menggugat dirinya sendiri Rp 4,2 miliar dan anehnya gugutan itu dikabulkan pengadilan.
"kisah pria bernama Larry Rutman ini terjadi pada 1996. Pria asal Owensboro, Kentucky, Amerika Serikat itu mengajukan gugatan hukum kepada dirinya sendiri.Kasus ini bermula ketika Larry sedang bermain bumerang, senjata khas suku Aborigin. Lemparan bumerang itu kemudian mengenai kepalanya. Larry mengaku harus dirawat akibat benturan bumerang itu. Setelah itu dia mengaku ingatannya berubah dan gairah s3ksnya meningkat.
Larry awalnya ingin mengajukan gugatan hukum kepada bumerang yang dilemparkannya. Namun, atas saran dari pengacaranya, Larry memutuskan untuk mengajukan gugatan hukum kepada dirinya sendiri.Larry menuruti saran tersebut. Dia kemudian mendaftarkan gugatan ke pengadilan kepada dirinya sendiri. Hingga kemudian persidangan pun berjalan. Di akhir kasus, hakim kemudian mengabulkan gugatan Larry. Ia kemudian diharuskan membayar ganti rugi sebanyak USD300 ribu atau setara Rp4,2 miliar.
Ganti rugi itu dinilai hakim akibat tindakan ceroboh yang mengakibatkan seseorang terluka. Dalam hal ini kecerobohan Larry melukai dirinya sendiri. Larry sendiri pada akhirnya tidak membayar uang ganti rugi tersebut karena ditanggung oleh pihak asuransi," tulis salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 198 kali direspons dan mendapat 21 komentar dari warganet.
Benarkah kisah seorang pria asal Kentucky, Amerika Serikat yang menggugat dirinya sendiri Rp 4,2 miliar dan dikabulkan pengadilan? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kisah tentang seorang pria asal Kentucky, Amerika Serikat yang menggugat dirinya sendiri Rp 4,2 miliar dan dikabulkan pengadilan. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "larry rutman boomerang" di kolom pencarian Google Search.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah kisah tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Did a Man Sue Himself After Being Hit by His Boomerang?" yang dimuat situs snopes.com pada 8 Juli 2015 lalu.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa kisah tersebut sempat viral pada 4 Juli 2015 lalu, ketika akun Facebook What the 'F' Facts membagikan kisah Larry Rutman.
Namun, kisah Larry Rutman yang menggugat dirinya sendiri hanya fiksi. Kisah itu pertama kali diterbitkan di surat kabar Weekly World News pada 1996.
Situs snopes.com menyebut bahwa The Weekly World News, adalah tabloid supermarket (sekarang beroperasi hanya dalam bentuk online) yang dikenal karena kisah fiksinya yang luar biasa. Beberapa kisah fiksi pernah diangkat dan sempat populer di antaranya, kisah tentang penjaga kebun binatang dibunuh oleh kotoran gajah, rencana ilmuwan untuk meledakkan matahari, dan pohon yang tumbuh daging.
Kesimpulan
Kisah tentang seorang pria asal Kentucky, Amerika Serikat yang menggugat dirinya sendiri Rp 4,2 miliar dan dikabulkan pengadilan ternyata tidak benar alias hoaks. Faktanya, kisah tersebut merupakan fiksi belaka.
Rujukan
(GFD-2023-12133) Sebagian Benar, Greta Thunberg Menghapus Cuitan tentang Perubahan Iklim pada 2018
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/03/2023
Berita
Sebuah tangkapan layar dengan klaim bahwa remaja aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg menghapus cuitannya di Twitter, disebarkan oleh akun Unexplandi di Instagram pada 12 Maret 2023. Isi cuitan Greta itu menyebut manusia akan punah di tahun 2023 sebagai dampak perubahan iklim.
Akun tersebut menulis narasi: “Pada hari Sabtu [11/3/2023], Jack Posobiec memposting tangkapan layar dari tweet 2018 yang sekarang sudah dihapus oleh aktivis iklim Greta Thunberg. Tweet itu terkait dengan artikel yang memprediksi manusia akan punah pada tahun 2023 karena perubahan iklim.
"Seorang ilmuwan iklim terkemuka memperingatkan bahwa perubahan iklim akan memusnahkan seluruh umat manusia, kecuali kita berhenti menggunakan bahan bakar fosil selama lima tahun ke depan." Posting Thunberg dibaca dari tweetnya tahun 2018 silam. #UNEXPLND”
Hingga artikel ini ditulis, unggahannya telah telah disukai 21,1 ribu kali dan mendapatkan puluhan kali komentar. Lantas benarkah Greta Thunberg menghapus tweetnya soal manusia akan punah pada 2023?
Hasil Cek Fakta
Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri informasi terkait Greta yang menghapus tweet lamanya manusia akan punah pada 2023 dari sumber kredibel. Hasilnya, telah banyak informasi Cek Fakta yang menemukan informasi terkait Greta tersebut keliru.
Postingan tentang Greta Thunberg yang menghapus pesan tweet soal manusia punah ramai menjadi perbincangan di sosial media bermula dari postingan Jack Posobiec di twitter pada 12 Maret 2023.
Saat itu, Jack Posobiec dengan nama akun @Posobiec memposting screenshot tweet Greta Thunberg dan mempertanyakan mengapa ia menghapus pesan tersebut. Unggahannya tersebut lalu mendapatkan respon lebih dari 13.1 ribu kali di retweet dan 979 dikomentari serta 52,5 ribu kali disukai.
Dikutip dari Cek Fakta Newsweek, situs web berita utama yang berbasis di New York, Amerika Serikat, postingan Jack Posobiec tersebut lalu dikutip sebuah situs berita berhaluan kanan The Post Millennial menjadi berita.
Greta sendiri memang benar mengunggah sebuah cuitan tentang perubahan iklim pada 21 Juni 2018, mengutip pernyataan seorang ilmuwan iklim terkemuka yang memperingatkan perubahan iklim akan memusnahkan seluruh umat manusia kecuali manusia berhenti menggunakan bahan bakar fosil selama lima tahun ke depan. Tidak ada isi cuitan bahwa manusia akan musnah pada 2023.
Senada dengan hasil Cek Fakta The Associated Press, Greta Thunberg tidak pernah mengatakan bahwa dunia akan berakhir pada tahun 2023. Aktivis muda itu mengutip sebuah pidato seorang profesor kimia atmosfer dari Universitas Harvard, James Anderson. Ilmuwan itu mengatakan dunia memiliki waktu terbatas untuk bertindak membalikkan hilangnya volume es yang mengambang di Kutub Utara atau akan ada konsekuensi drastis.
Artikel yang dikutip Greta Thunberg telah dihapus, tetapi diterbitkan oleh situs Grit Post pada Februari 2018 berjudul "Ilmuwan Iklim Teratas: Manusia Akan Punah jika Kita Tidak Memperbaiki Perubahan Iklim pada 2023," menurut sebuah versi website yang diarsipkan.
Baris pertama dari cerita tersebut menyatakan: “Seorang ilmuwan iklim terkemuka memperingatkan bahwa perubahan iklim akan memusnahkan seluruh umat manusia kecuali kita berhenti menggunakan bahan bakar fosil selama lima tahun ke depan.”
Thunberg mencuit tautan ke artikel tersebut pada 21 Juni 2018, dengan baris pertama dalam tanda kutip, menurut versi tweet yang diarsipkan. Unggahan tersebut dapat ditemukan di profil Twitter Thunberg hingga setidaknya 7 Maret, menurut arsip. Namun, sejak itu telah dihapus.
Snopes, situs berita Cek Fakta dalam laporannya menulis pada 21 Juni 2018, Greta Thunberg memang mencuit tautan ke artikel tentang manusia akan punah jika tidak memperbaiki perubahan iklim pada 2023. Namun Greta tidak menulis pada statusnya bahwa manusia akan punah pada 2023.
Artikel yang diunggah Greta merupakan artikel yang dikutip dari situs web Grit Post dengan tajuk utama, "Ilmuwan Iklim Teratas: Manusia Akan Punah jika Kita Tidak Memperbaiki Perubahan Iklim pada 2023.". Artikel Grit Post sendiri mengulangi konten yang awalnya diterbitkan di Forbes tentang seminar yang diberikan oleh James Anderson, seorang profesor ilmu atmosfer Universitas Harvard, di Universitas Chicago pada tahun 2018.
Berdasarkan catatan Internet Archive, artikel Grit Post yang ditautkan oleh Greta Thunberg telah dihapus beberapa waktu setelah Juli 2020. Greta menghapus tweetnya setelah 7 Maret 2023. Thunberg tidak menanggapi permintaan komentar dari Snopes.
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan fakta Tempo klaim aktivis lingkungan Greta Thunberg yang telah menghapus tweet-nya soal manusia akan punah di tahun 2023 adalah sebagian benar.
Greta Thunberg memang benar menghapus cuitan yang ia buat pada 2018 tentang dampak perubahan iklim. Tapi isi cuitannya tidak menyebut bahwa manusia akan punah pada 2023.
Cuitan Greta Thunberg merujuk pidato seorang ilmuwan iklim terkemuka yang memperingatkan bahwa perubahan iklim akan memusnahkan seluruh umat manusia kecuali kita berhenti menggunakan bahan bakar fosil selama lima tahun ke depan.
Rujukan
- https://perma.cc/Z5YZ-R7ZQ
- https://twitter.com/JackPosobiec/status/1634644472553168896.
- https://www.newsweek.com/fact-check-did-greta-thunberg-delete-claim-that-humanity-will-end-2023-1787420
- https://apnews.com/article/fact-check-greta-thunberg-deleted-tweet-675395214080
- https://web.archive.org/web/20230307215203/
- https://twitter.com/gretathunberg/status/1009757391515156480
- https://www.snopes.com/fact-check/greta-thunberg-deleted-2018-tweet-on-humanity/
- https://wa.me/6281315777057 mailto:cekfakta@tempo.co.id
(GFD-2023-12132) [SALAH] Mahkamah Agung AS Memutuskan Patogen Covid Bukan Vaksin dan Tidak Aman
Sumber: twitterTanggal publish: 24/03/2023
Berita
“BREAKING: Mahkamah Agung AS memutuskan patogen Covid bukanlah vaksin, tidak aman dan harus dihindari dengan cara apa pun – Mahkamah Agung menjatuhkan vaksin universal! Farmasi Besar dan Anthony Fauci kehilangan gugatan yang diajukan oleh Tuan Robert F. Kennedy dan sekelompok ilmuwan!”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah informasi di Twitter dalam Bahasa China dengan klaim bahwa Mahkamah Agung AS telah memutuskan jika vaksin yang terbuat dari pathogen Covid tidak aman sehingga bukan menjadi bahan kandungan dalam vaksin Covid-19.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya melalui AFP, tidak ditemukan bukti bahwa Mahkamah Agung AS memutuskan perkara tersebut, diketahui klaim tersebut adalah hoaks lama yang sudah dibantah kebenarannya sejak April 2021 oleh AFP.
Dilansir dari WHO, bahwa patogen Covid-19 dalam vaksin dapat menginfeksi tubuh namun akan membuat pertahanan yang disebut sistem imun. Sehingga nantinya ketika virus Covid-19 yang asli memasuki tubuh akan direspons oleh antibodi menjadi jauh lebih cepat dan lebih efektif untuk melawan virus.
Salah satu merek vaksin yang berisi patogen adalah Vaksin Sinovac. Dilansir dari halodoc.com, vaksin Sinovac yang berisi patogen tersebut sudah dimatikan, sehingga bisa merangsang terbentuknya sistem kekebalan tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin Sinovac diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak waktu antara tiap pemberian minimal selama 28 hari.
Dengan demikian, Mahkamah Agung AS memutuskan patogen covid bukan vaksin dan tidak aman adalah tidak benar dengan kategori Konteks yang Salah.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya melalui AFP, tidak ditemukan bukti bahwa Mahkamah Agung AS memutuskan perkara tersebut, diketahui klaim tersebut adalah hoaks lama yang sudah dibantah kebenarannya sejak April 2021 oleh AFP.
Dilansir dari WHO, bahwa patogen Covid-19 dalam vaksin dapat menginfeksi tubuh namun akan membuat pertahanan yang disebut sistem imun. Sehingga nantinya ketika virus Covid-19 yang asli memasuki tubuh akan direspons oleh antibodi menjadi jauh lebih cepat dan lebih efektif untuk melawan virus.
Salah satu merek vaksin yang berisi patogen adalah Vaksin Sinovac. Dilansir dari halodoc.com, vaksin Sinovac yang berisi patogen tersebut sudah dimatikan, sehingga bisa merangsang terbentuknya sistem kekebalan tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin Sinovac diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak waktu antara tiap pemberian minimal selama 28 hari.
Dengan demikian, Mahkamah Agung AS memutuskan patogen covid bukan vaksin dan tidak aman adalah tidak benar dengan kategori Konteks yang Salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Mochamad Marcell
Faktanya tidak ditemukan perkara terkait keputusan bahwa pathogen Covid bukan vaksin dan tidak aman yang diputuskan oleh Mahkamah Agung AS. Selain itu, WHO menyebut bahwa patogen Covid-19 akan efektif memancing antigen dalam tubuh. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Faktanya tidak ditemukan perkara terkait keputusan bahwa pathogen Covid bukan vaksin dan tidak aman yang diputuskan oleh Mahkamah Agung AS. Selain itu, WHO menyebut bahwa patogen Covid-19 akan efektif memancing antigen dalam tubuh. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Rujukan
Halaman: 3699/6140