tirto.id - Belum lama ini, Tirto menjumpai pesan berantai di aplikasi pesan WhatsApp yang berisi soal sistem Big Data Cyber Security (BDCS) yang sudah terpasang di Indonesia. Hal itu disebut menyusul rencana Dewan Pertahanan Nasional (Wantanas RI) yang akan mengambil semua informasi melalui internet.
Disebutkan, segala percakapan masyarakat di media sosial seperti WhatsApp, Telegram dan Line, bakal masuk secara otomatis ke BDCS. Narasi itu turut mengajak warga untuk menghindari mengirim berita yang bersifat sensitif (SARA) dan gambar-gambar pemimpin negara, lambang negara, serta simbol negara untuk bahan kartun atau lelucon. Kami mengarsipkan pesan tersebut di sini.
Akan tetapi, tak hanya berlalu-lalang di WhatsApp, klaim yang sama persis juga ditemukan di media sosial Facebook.
Akun Facebook bernama “Pian” (arsip) misalnya, membagikan informasi ini dalam bentuk teks. Akun pengunggah menyebut kalau polisi internet melalui teknik “internet system” akan menelusuri sumber pengirim ke grup yang bersangkutan.
“Info dari Intel. Silakan cek hp anda masing_masing tekan *#06# apabila keluar no IMEI saja berarti handphone anda Aman...Jika keluar tulisan IMEI-IMEI/O1..atau IME-02/ IMEI/02... Berarti handphone anda di pantau oleh Intel kepolisian Negara..Hati hati bila memposting gambar- gambar atau Broadcasting tentang pejabat atau pemerintah karena setiap no hp baru dan lama secara otomatis di pantau oleh Intel kepolisian Negara,” begitu bunyi narasinya.
Selama 36 hari beredar di Facebook, alias dari Senin (30/12/2024) sampai Selasa (4/2/2025), unggahan akun “Pian” sudah meraup 15 reaksi emoji dan tiga komentar.
Narasi senada juga diketahui disebarkan oleh akun Facebook lain, seperti bisa dilihat di sini (arsip).
Namun, bagaimana kebenarannya?
(GFD-2025-25443) Salah: Big Data Cyber Security Dipasang untuk Intai Percakapan
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim Riset Tirto mencoba melakukan pencarian Google dengan kata kunci “Big Data Cyber Security (BDCS) Indonesia sudah terpasang untuk memata-matai percakapan masyarakat di internet”.
Dari situ kami menemukan narasi ini sudah beredar sejak 2015 dan sudah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital/Komdigi (dulu bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika).
Dalam Siaran Pers No.84/PIH/KOMINFO/10/2015 dikatakan, sistem pengawasan untuk mengintai percakapan warga itu tidak diterapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Teknologi Big Data sendiri merupakan teknologi pengolah data yang telah umum diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat saat ini, termasuk di Indonesia; baik untuk kepentingan korporasi maupun pemerintahan.
Teknologi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memampukan pengolahan data dari berbagai sumber dengan efektif dan efisien. Akan tetapi, menurut Komdigi, penerapan teknologi big data disertai pembatasan-pembatasan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka melindungi Hak Asasi Warga Negara.
“Pada prinsipnya, pengawasan terhadap aktivitas seseorang di Internet dapat melanggar hak konstitusi warga negara khususnya mengenai privasi dan kebebasan berekspresi serta berkomunikasi. Perlindungan terhadap privasi, dan kebebasan berekspresi serta berkomunikasi merupakan bagian penting dari pengembangan demokrasi dan selaras dengan instrumen internasional,” tulis Komdigi di situs resminya.
Komdigi menegaskan, Indonesia menjunjung tinggi penegakan hak asasi manusia melalui berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Oleh karenanya, penerapan sistem informasi yang dapat melanggar hak asasi manusia akan dilakukan penilaian yang komprehensif untuk memastikan tidak terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Dalam perundang-undangan di Indonesia dikenal adanya intersepsi atau penyadapan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penegakan hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tetap menjaga dan menghormati HAM,” bunyi keterangannya.
Lagi pula, sistem yang sudah dibangun Indonesia juga bukan BDCS, melainkan Pusat Data Nasional (PDNS) di bawah Kominfo. Fasilitas ini digunakan untuk penempatan sistem elektronik dan komponen terkait lainnya untuk keperluan penempatan, penyimpanan dan pengolahan data, serta pemulihan data.
Untuk diketahui, meski narasi yang beredar tidak benar, ada sejumlah laporan di mana teknologi spyware bisa dimaanfaatkan secara ilegal untuk memata-matai warga lewat ponsel. Pegasus misalnya, yang menjadi alat sadap milik perusahaan NSO Group asal Israel, dilaporkan masuk ke Indonesia sejak 2018. Alat itu diduga pernah dipakai Polri dan Badan Intelijen Negara.
Pegasus digunakan untuk keperluan keamanan, terutama pada kejahatan luar biasa seperti korupsi, terorisme, narkoba. Namun, Indonesialeaks menemukan fakta bahwa alat sadap ini tidak hanya untuk keamanan, tapi juga digunakan demi kepentingan politik, khususnya pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Dari situ kami menemukan narasi ini sudah beredar sejak 2015 dan sudah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital/Komdigi (dulu bernama Kementerian Komunikasi dan Informatika).
Dalam Siaran Pers No.84/PIH/KOMINFO/10/2015 dikatakan, sistem pengawasan untuk mengintai percakapan warga itu tidak diterapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Teknologi Big Data sendiri merupakan teknologi pengolah data yang telah umum diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat saat ini, termasuk di Indonesia; baik untuk kepentingan korporasi maupun pemerintahan.
Teknologi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memampukan pengolahan data dari berbagai sumber dengan efektif dan efisien. Akan tetapi, menurut Komdigi, penerapan teknologi big data disertai pembatasan-pembatasan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka melindungi Hak Asasi Warga Negara.
“Pada prinsipnya, pengawasan terhadap aktivitas seseorang di Internet dapat melanggar hak konstitusi warga negara khususnya mengenai privasi dan kebebasan berekspresi serta berkomunikasi. Perlindungan terhadap privasi, dan kebebasan berekspresi serta berkomunikasi merupakan bagian penting dari pengembangan demokrasi dan selaras dengan instrumen internasional,” tulis Komdigi di situs resminya.
Komdigi menegaskan, Indonesia menjunjung tinggi penegakan hak asasi manusia melalui berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Oleh karenanya, penerapan sistem informasi yang dapat melanggar hak asasi manusia akan dilakukan penilaian yang komprehensif untuk memastikan tidak terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
“Dalam perundang-undangan di Indonesia dikenal adanya intersepsi atau penyadapan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penegakan hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tetap menjaga dan menghormati HAM,” bunyi keterangannya.
Lagi pula, sistem yang sudah dibangun Indonesia juga bukan BDCS, melainkan Pusat Data Nasional (PDNS) di bawah Kominfo. Fasilitas ini digunakan untuk penempatan sistem elektronik dan komponen terkait lainnya untuk keperluan penempatan, penyimpanan dan pengolahan data, serta pemulihan data.
Untuk diketahui, meski narasi yang beredar tidak benar, ada sejumlah laporan di mana teknologi spyware bisa dimaanfaatkan secara ilegal untuk memata-matai warga lewat ponsel. Pegasus misalnya, yang menjadi alat sadap milik perusahaan NSO Group asal Israel, dilaporkan masuk ke Indonesia sejak 2018. Alat itu diduga pernah dipakai Polri dan Badan Intelijen Negara.
Pegasus digunakan untuk keperluan keamanan, terutama pada kejahatan luar biasa seperti korupsi, terorisme, narkoba. Namun, Indonesialeaks menemukan fakta bahwa alat sadap ini tidak hanya untuk keamanan, tapi juga digunakan demi kepentingan politik, khususnya pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa narasi soal sistem Big Data Cyber Security (BDCS) sudah terpasang di Indonesia untuk memata-matai percakapan masyarakat di media sosial bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Klaim ini sudah beredar sejak 2015 dan telah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital/Komdigi.
Dalam Siaran Pers No.84/PIH/KOMINFO/10/2015 dikatakan, sistem pengawasan untuk mengintai percakapan warga itu tidak diterapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Klaim ini sudah beredar sejak 2015 dan telah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital/Komdigi.
Dalam Siaran Pers No.84/PIH/KOMINFO/10/2015 dikatakan, sistem pengawasan untuk mengintai percakapan warga itu tidak diterapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Rujukan
- https://ibb.co.com/6Jq4xQx0
- https://www.facebook.com/sopianriyanto.ncuhimonta/posts/pfbid0GHcq6GDzYsKz5tjXD6tWKvMzhBc5LM8Pt7M6N8Vxpa5GRCAMZVmhXP6Hj1AovV8Fl?_rdc=1&_rdr
- https://archive.ph/uvpI5
- https://www.facebook.com/cahaya.mandar.73/posts/pfbid02uvHqno6dMWLrd4iXuqFKVcaZeUyTpnyY2vGeT6TpkJX7EJ6GgwCQy1tF2et4NZJjl?_rdc=1&_rdr
- https://archive.ph/gD5vI
- https://www.komdigi.go.id/berita/berita-komdigi/detail/hoax-pesan-berantai-pengambilan-informasi-melalui-system-big-data-cyber-security-bdcs-indonesia
- https://www.komdigi.go.id/berita/pengumuman/detail/siaran-pers-no-84-pih-kominfo-10-2015-tentang-penjelasan-adanya-hoax-terkait-informasi-viral-sistem-big-data-cyber-security-dan-cybercrime-police
- https://aptika.kominfo.go.id/2022/07/pusat-data-nasional-pdn/
- https://tirto.id/alat-sadap-pegasus-mengancam-demokrasi-perampasan-hak-privasi-gMhX
(GFD-2025-25442) Cek fakta, Prabowo pecat Kapolri Listyo Sigit Prabowo pada awal Februari
Sumber:Tanggal publish: 04/02/2025
Berita
Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di YouTube menarasikan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo dipecat oleh Presiden Prabowo karena banyaknya kasus yang menimpa institusi tersebut.
Sebelumnya, sejumlah kasus yang melibatkan oknum polisi terkuak ke publik. Di Semarang, oknum polisi melakukan pemalakan dua orang remaja senilai Rp2,5 juta. Bahkan sebelumnya polisi memalak WNA Malaysia yang menonton DWP di Jakarta pada Desember 2024. Kemudian ada juga laporan bos rental yang tidak diterima hingga tewas ditembak pelaku.
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“Prabowo Hari Ini Langsung Pecat Kapolri Listyo! Terbanyak Onkum Polisi! Bos Rental Ditembak dll”
Namun, benarkah Prabowo pecat Kapolri Listyo karena banyaknya kasus di tubuh Polri?
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sebelumnya, sejumlah kasus yang melibatkan oknum polisi terkuak ke publik. Di Semarang, oknum polisi melakukan pemalakan dua orang remaja senilai Rp2,5 juta. Bahkan sebelumnya polisi memalak WNA Malaysia yang menonton DWP di Jakarta pada Desember 2024. Kemudian ada juga laporan bos rental yang tidak diterima hingga tewas ditembak pelaku.
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“Prabowo Hari Ini Langsung Pecat Kapolri Listyo! Terbanyak Onkum Polisi! Bos Rental Ditembak dll”
Namun, benarkah Prabowo pecat Kapolri Listyo karena banyaknya kasus di tubuh Polri?
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran ANTARA, tidak ada narasi yang menyatakan Prabowo mencopot jabatan Kapolri.
Pada Jumat (31/1) lalu, Listyo Sigit masih memimpin acara Rapat Pimpinan (Rapim) Polri 2025 di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan itu, Kapolri juga mengatakan bahwa dalam satu tahun terakhir. Polri menghadapi berbagai macam tantangan, salah satunya terkait anggota kepolisian yang bermasalah. Jenderal bintang empat itu mengajak seluruh personel untuk mengabdi dengan tulus guna mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada kepolisian.
“Institusi ini yang melahirkan kita, institusi ini yang membesarkan kita, institusi ini yang menjadikan kita seperti saat ini, kapan lagi kita membalas dengan menjaga institusi kita. Tentunya dengan apa? Dengan melakukan berbagai macam perbuatan baik, betul-betul tulus kita dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat. Disisi lain, bagaimana kita mengurangi pelanggaran,” ucapnya, dilansir dari ANTARA.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Presiden Prabowo juga berterima kasih kepada Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, kapolda, dan seluruh perwira, bintara, tamtama TNI dan Polri atas kerja keras mereka menjaga kedaulatan dan keamanan. Hal itu diucapkan Presiden pada saat memberikan arahan-arahan saat Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri 2025 di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, klaim Prabowo pecat Kapolri Listo karena banyaknya kasus di Polri tidak berdasar.
Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Pada Jumat (31/1) lalu, Listyo Sigit masih memimpin acara Rapat Pimpinan (Rapim) Polri 2025 di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan itu, Kapolri juga mengatakan bahwa dalam satu tahun terakhir. Polri menghadapi berbagai macam tantangan, salah satunya terkait anggota kepolisian yang bermasalah. Jenderal bintang empat itu mengajak seluruh personel untuk mengabdi dengan tulus guna mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada kepolisian.
“Institusi ini yang melahirkan kita, institusi ini yang membesarkan kita, institusi ini yang menjadikan kita seperti saat ini, kapan lagi kita membalas dengan menjaga institusi kita. Tentunya dengan apa? Dengan melakukan berbagai macam perbuatan baik, betul-betul tulus kita dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat. Disisi lain, bagaimana kita mengurangi pelanggaran,” ucapnya, dilansir dari ANTARA.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Presiden Prabowo juga berterima kasih kepada Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, kapolda, dan seluruh perwira, bintara, tamtama TNI dan Polri atas kerja keras mereka menjaga kedaulatan dan keamanan. Hal itu diucapkan Presiden pada saat memberikan arahan-arahan saat Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri 2025 di Jakarta, Kamis.
Dengan demikian, klaim Prabowo pecat Kapolri Listo karena banyaknya kasus di Polri tidak berdasar.
Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Rujukan
(GFD-2025-25441) [HOAKS] Link Rekrutmen Pendamping PKH 2025
Sumber:Tanggal publish: 03/02/2025
Berita
KOMPAS.com - Kementerian Sosial (Kemensos) diklaim membuka rekrutmen pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dengan 1.773 formasi.
Masyarakat yang berminat diminta mendaftar melalui tautan yang disebarkan di media sosial.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu merupakan hoaks.
Tautan rekrutmen pendamping PKH 2025 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Setiap akun menyertakan tautan yang berbeda-beda, tetapi dengan poster yang sama.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (30/1/2025):
KABAR GEMBIRAYang sudah menanti rekrutmen pendamping Sosial PKH untuk thn 2025
Lowongan kerja di Kemensos dibuka dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM pelaksana PKH daerah, khususnya pendamping sosial PKH atau program keluarga harapan.
Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui LINK dibawahhttps://update-daftar-sekarang-new3-2025.up.railway.app/
Masyarakat yang berminat diminta mendaftar melalui tautan yang disebarkan di media sosial.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu merupakan hoaks.
Tautan rekrutmen pendamping PKH 2025 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Setiap akun menyertakan tautan yang berbeda-beda, tetapi dengan poster yang sama.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (30/1/2025):
KABAR GEMBIRAYang sudah menanti rekrutmen pendamping Sosial PKH untuk thn 2025
Lowongan kerja di Kemensos dibuka dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM pelaksana PKH daerah, khususnya pendamping sosial PKH atau program keluarga harapan.
Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui LINK dibawahhttps://update-daftar-sekarang-new3-2025.up.railway.app/
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek satu per satu tautan rekrutmen pendamping PKH 2025 menggunakan URL Scan dan Where Goes.
Kedua tools tersebut dapat membantu melacak ke mana arah suatu tautan, tanpa perlu mengunjunginya.
Hasil pelacakannya dapat dilihat di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, dan di sini.
Namun tidak ada satu pun tautan yang mengarah ke situs resmi Kemensos.
Ada tautan yang mengarah ke situs web eror. Lainnya, mengarah ke laman yang meminta pengunjung mengisi nama dan nomor ponsel.
Tautan yang beredar kemungkinan besar merupakan upaya phishing.
Melalui akun Instagram-nya, Kemensos menginformasikan bahwa informasi rekrutmen pendamping PKH 2025 merupakan hoaks.
"Saat ini tidak ada proses rekrutmen pendamping PKH oleh Kementerian Sosial khususnya di Direktorat Jaminan Sosial," tulisnya pada Minggu (2/2/2024).
Kedua tools tersebut dapat membantu melacak ke mana arah suatu tautan, tanpa perlu mengunjunginya.
Hasil pelacakannya dapat dilihat di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, dan di sini.
Namun tidak ada satu pun tautan yang mengarah ke situs resmi Kemensos.
Ada tautan yang mengarah ke situs web eror. Lainnya, mengarah ke laman yang meminta pengunjung mengisi nama dan nomor ponsel.
Tautan yang beredar kemungkinan besar merupakan upaya phishing.
Melalui akun Instagram-nya, Kemensos menginformasikan bahwa informasi rekrutmen pendamping PKH 2025 merupakan hoaks.
"Saat ini tidak ada proses rekrutmen pendamping PKH oleh Kementerian Sosial khususnya di Direktorat Jaminan Sosial," tulisnya pada Minggu (2/2/2024).
Kesimpulan
Tautan rekrutmen pendamping PKH 2025 merupakan hoaks. Adapun tautan yang disebarkan tidak mengarah ke situs resmi Kemensos.
Kemensos meluruskan, saat ini sedang tidak membuka proses rekrutmen pendamping PKH.
Kemensos meluruskan, saat ini sedang tidak membuka proses rekrutmen pendamping PKH.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0XVj6H65tFdKsvisZF1EWtRYGMv1TFx1k4Y2LN3TavSxPyh2NAUZ4k7ZUAcJx1bSyl&id=61559838257932
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid035bsF1ZAtT8nxJxsjW25TqDEGZ4ByYCvntyDR4Ei5LreEXQjaQiyFVcMZS4BSG15dl&id=61572269168359
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02dNu2gzyf3oha5ZMT8QEkB1763ZTX8yoCHgEaFknk4kkoYNyTnmeGoS7aShoFd5KFl&id=61569464201417
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0Qz5UYGDDx8hHv1QjcDjRgEEFTHDaEwDuQbmEeMM257r13caaj1kmMcFNv2GBugYPl&id=61564113683011
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0LYETjmHL53zuCiCdD77XJaD5XuXEmwWHu7GWG2YzmoqSNzA96soA7UKqD9FZPmhml&id=61572336546363
- https://www.facebook.com/ain.siimickey/posts/pfbid0PZWq93dc74WWn5DsBezqvqsTDwAUBZdJbXmu8VQb2FYfcWxFzTmrCZjmhHH8JLxLl
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid025LuX31fvhXaLXS9yfZ6u5hQtDcP5FNLX6BxeJcNbrjNyPGXR2ubsQqCi8TaPbhTql&id=61571184115321
- https://urlscan.io/result/ab2ba016-cb49-4fac-9d9e-a724fb4cce47/
- https://urlscan.io/result/1e9cc14b-127d-4e1c-81f5-b96884194aeb/
- https://urlscan.io/result/c8c7789b-3cc7-41e5-8b7c-f9f63d69d35a/
- https://urlscan.io/result/12bdbfb1-5f8f-4ab4-9498-dc781a5cac49/
- https://urlscan.io/result/68d950f4-9e60-4956-937b-75f4f7f31f67/
- https://urlscan.io/result/f4830069-1a4b-4c08-bda3-4ca9ff352b51/
- https://wheregoes.com/trace/2025786560/
- https://www.instagram.com/kemensosri/p/DFkAcCNRgxO/
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2025-25440) [KLARIFIKASI] Video Mengheningkan Cipta atas Tragedi Christchurch, Selandia Baru Dinarasikan Keliru
Sumber:Tanggal publish: 03/02/2025
Berita
KOMPAS.com - Sebuah unggahan video di media sosial diklaim menampilkan ribuan warga Selandia Baru sedang belajar agama Islam sebelum mengucapkan kalimat syahadat.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam video keliru dan perlu diluruskan.
Video yang diklaim menampilkan ribuan warga Selandia Baru sedang belajar agama Islam muncul di media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.
Akun tersebut membagikan video sejumlah orang sedang berkumpul di sebuah lapangan terbuka.
Berikut keterangan teks yang disampaikan:
KETIKA RIBUAN WARGA NEW ZEALAND BERBONDONG-BONDONG MENGUCAPKAN SYAHADATMadyaa'Allaah ???? ribuan warga Selandia Baru / New Zealand, belajar Islam sebelum mengucap Syahadat
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam video keliru dan perlu diluruskan.
Video yang diklaim menampilkan ribuan warga Selandia Baru sedang belajar agama Islam muncul di media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.
Akun tersebut membagikan video sejumlah orang sedang berkumpul di sebuah lapangan terbuka.
Berikut keterangan teks yang disampaikan:
KETIKA RIBUAN WARGA NEW ZEALAND BERBONDONG-BONDONG MENGUCAPKAN SYAHADATMadyaa'Allaah ???? ribuan warga Selandia Baru / New Zealand, belajar Islam sebelum mengucap Syahadat
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com video identik dengan unggahan di kanal YouTube ini, yang diunggah pada 2019.
Dalam keterangannya, video itu menampilkan shalat Jumat di Selandia baru yang dihadiri warga non-muslim.
Tim Cek Fakta Kompas.com, mengecek pemberitaan soal sejumlah warga non-muslim yang menghadiri shalat Jumat di Selandia Baru pada 2019. Hasilnya, ditemukan pemberitaan di laman Aljazeera ini.
Dalam pemberitaan disebutkan bahwa warga Selandia Baru berkumpul di dekat Masjid Al Noor Kota Christchurch.
Mereka mengheningkan cipta setelah 50 orang terbunuh dalam serangan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre pada Maret 2019. Peristiwa itu juga dikenal dengan sebutan Tragedi Christchurch.
Prosesi mengheningkan cipta dilakukan selama dua menit setelah azan salat Jumat.
Penduduk non-muslim turut hadir untuk berduka cita. Mereka berada di belakang warga muslim yang melaksanakan shalat Jumat.
Kesimpulan
Video yang diklaim menampilkan ribuan warga Selandia Baru sedang belajar agama Islam sebelum mengucapkan syahadat merupakan informasi keliru yang perlu diluruskan.
Faktanya, video itu menampilkan momen ketika warga Selandia Baru mengheningkan cipta setelah insiden penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, Christchurch, pada 15 Maret 2019.
Dalam keterangannya, video itu menampilkan shalat Jumat di Selandia baru yang dihadiri warga non-muslim.
Tim Cek Fakta Kompas.com, mengecek pemberitaan soal sejumlah warga non-muslim yang menghadiri shalat Jumat di Selandia Baru pada 2019. Hasilnya, ditemukan pemberitaan di laman Aljazeera ini.
Dalam pemberitaan disebutkan bahwa warga Selandia Baru berkumpul di dekat Masjid Al Noor Kota Christchurch.
Mereka mengheningkan cipta setelah 50 orang terbunuh dalam serangan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre pada Maret 2019. Peristiwa itu juga dikenal dengan sebutan Tragedi Christchurch.
Prosesi mengheningkan cipta dilakukan selama dua menit setelah azan salat Jumat.
Penduduk non-muslim turut hadir untuk berduka cita. Mereka berada di belakang warga muslim yang melaksanakan shalat Jumat.
Kesimpulan
Video yang diklaim menampilkan ribuan warga Selandia Baru sedang belajar agama Islam sebelum mengucapkan syahadat merupakan informasi keliru yang perlu diluruskan.
Faktanya, video itu menampilkan momen ketika warga Selandia Baru mengheningkan cipta setelah insiden penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, Christchurch, pada 15 Maret 2019.
Rujukan
- https://www.facebook.com/reel/504628155499644
- https://www.facebook.com/watch/?v=1780253879488212&rdid=c8IdKwyJWyacumc0
- https://www.facebook.com/watch/?v=1346645170107137&rdid=fBrDlwV9E2OB7lp5
- https://www.youtube.com/watch?v=WdLeRBVIrkI&ab_channel=ShahbazKhanwhistleblower
- https://www.aljazeera.com/news/2019/3/22/christchurch-holds-public-call-to-prayer-at-site-of-mosque-attack
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Halaman: 1116/6837


