KOMPAS.com - Beredar unggahan di media sosial berupa poster yang bersumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai Agenda Imunisasi 2030.
Poster itu disebarkan dalam bentuk video. Narasi dalam video menyebutkan, Agenda Imunisasi 2030 akan mengurangi 50 persen anak yang tidak menerima semua vaksin.
Target itu dikaitkan dengan agenda tatanan dunia baru yang mewajibkan banyak vaksinasi.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, agenda tersebut dipahami secara keliru.
Agenda Imunisasi 2030 dikaitkan dengan tatanan dunia baru yang mewajibkan banyak vaksinasi, disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 3 September 2024:
AGENDA SUDAH TERPAMPANG NYATAFOKUS PADA POIN KE 3
BISMILLAH, KITA AKAN BERPERANG HEBAT DENGAN AKAL SEHAT...===========
Pada tahun 2030, Agenda Imunisasi bertujuan untuk:
(GFD-2024-22658) [KLARIFIKASI] Agenda Imunisasi 2030 Dipahami Secara Keliru
Sumber:Tanggal publish: 13/09/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Poster yang beredar memang dibuat oleh WHO. Seperti yang diunggah di sini.
Poster berisi terget Agenda Imunisasi 2030, meliputi:
Agenda Imunisasi 2030 atau IA2030 merupakan strategi dan inisiasi global untuk mengkampanyekan vaksinasi.
WHO diminta untuk memimpin IA2030, sementara pemangku kepentingan bersama-sama menciptakan dan mengembangkan vaksin.
IA2030 dirancang untuk kepentingan masing-masing negara, terlepas dari tingkat pendapatan atau geografi.
Strategi ini bersifat rekomendasi dan tidak mengikat, sehingga penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara.
Narasi yang beredar menggambarkan, seolah 500 vaksin baru wajib diberikan.
Poster tersebut menggarisbawahi poin pada poster tatanan dunia baru, mengenai "kewajiban banyak vaksinasi" oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Agenda Tim Cek Fakta Kompas.com telah menelusuri kebenaran narasi dalam poster. PBB membantah seluruh poin agenda yang beredar di media sosial.
Poster berisi terget Agenda Imunisasi 2030, meliputi:
Agenda Imunisasi 2030 atau IA2030 merupakan strategi dan inisiasi global untuk mengkampanyekan vaksinasi.
WHO diminta untuk memimpin IA2030, sementara pemangku kepentingan bersama-sama menciptakan dan mengembangkan vaksin.
IA2030 dirancang untuk kepentingan masing-masing negara, terlepas dari tingkat pendapatan atau geografi.
Strategi ini bersifat rekomendasi dan tidak mengikat, sehingga penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara.
Narasi yang beredar menggambarkan, seolah 500 vaksin baru wajib diberikan.
Poster tersebut menggarisbawahi poin pada poster tatanan dunia baru, mengenai "kewajiban banyak vaksinasi" oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Agenda Tim Cek Fakta Kompas.com telah menelusuri kebenaran narasi dalam poster. PBB membantah seluruh poin agenda yang beredar di media sosial.
Kesimpulan
Agenda Imunisasi 2030 dipahami secara keliru. Agenda tersebut tidak bersifat mengikat, melainkan rekomendasi dari inisiasi global.
Agenda Imunisasi 2030 dikaitkan dengan konspirasi mengenai agenda tatanan dunia, yang telah dibantah oleh PBB sebelumnya.
Agenda Imunisasi 2030 dikaitkan dengan konspirasi mengenai agenda tatanan dunia, yang telah dibantah oleh PBB sebelumnya.
Rujukan
- https://www.facebook.com/Terracotta.yy503/videos/7967542953372283
- https://www.facebook.com/100074112581984/videos/7715258261913438/
- https://www.facebook.com/reel/877058240818292
- https://www.who.int/images/default-source/departments/immunization-ivb/immunization-agenda-2030/ia2030-targets-ig.jpg?sfvrsn=ea325e97_5
- https://cdn.who.int/media/docs/default-source/immunization/strategy/ia2030/ia2030_frameworkforactionv04.pdf?sfvrsn=e5374082_1&download=true
- https://cdn.who.int/media/docs/default-source/immunization/strategy/ia2030/ia2030-draft-4-wha_b8850379-1fce-4847-bfd1-5d2c9d9e32f8.pdf?sfvrsn=5389656e_69&download=true
- https://www.kompas.com/cekfakta/read/2024/03/04/173600982/-hoaks-agenda-pbb-soal-tata-dunia-baru-dari-vaksinasi-hingga-depopulasi?page=all
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2024-22657) Cek Fakta: Hoaks Kemenkes Bagikan Bantuan Rp 175 Juta Bagi Pekerja Migran
Sumber:Tanggal publish: 17/09/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang mengklaim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membagikan bantuan uang Rp 175 juta bagi pekerja migran. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 16 September 2024.
Berikut isi postingannya:
"Assalamu Alaikum Wr Wb, Sehubungan Dangan Adanya Keluhan Kami Terima Dari TKI/TKW Di Luar Negeri Bahwa Mereka Banyak Gagal Di Negeri Tetangga, Kami Dari "BP2MI" Memberikan Dana Bantuan Khususnya Seluruh Warga Negara INDONESIA Yang Bekerja Di Luar Negeri Tanpa Terkecuali.
Bagi Yang Belum Menerima Dana Bantuan Sosial, Diwajibkan Untuk Menghubungi Kami Secepatnya Supaya Segera Kami Cairkan.
Dana Bantuan Sosial Resmi Diberikan Kepada Seluruh TKI Sebesar Rp.175.000.000,00
Setiap Orang, Dari Kementerian Kesehatan Republik INDONESIA.Untuk Info Penerimaan Dana Bantuan Sosial Hubungi Layanan Kami.
Untuk Melaporkan Identitas Lengkapnya Sebagai TKI Yang Bekerja Di Luar Negeri. Messenger
Semoga Dana Bantuan Kami Berikan Bisa Menjadi Berkah, Dan Bisa Di Jadikan Sebagai Modal Usaha. Semoga Berkah & Bermanfaat"
Lalu benarkah postingan yang mengklaim Kementerian Kesehatan membagikan bantuan uang Rp 175 juta bagi pekerja migran?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan melihat akun resmi Kemenkes di Instagram @kemenkes_ri yang sudah bercentang biru atau terverifikasi.Di sana terdapat bantahan terkait klaim tersebut.
Bantahan itu diunggah pada 16 September 2024. Berikut isinya:
"Hati-hati dengan akun palsu. Informasi yang mengatasnamakan Kementerian Kesehatan terkait bantuan Rp 175 juta untuk pekerja adalah hoaks. Informasi resmi Kementerian Kesehatan RI dapat diakses pada website dan akun media sosial resmi Kemenkes RI."
Selain itu kami juga mengunjungi akun Instagram Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) @bp2mi_ri. Mereka juga meminta para pekerja mewaspadai akun palsu menjanjikan bantuan tertentu.
Hal ini pernah diunggah dalam postingan 18 Juli 2024 lalu.
"#SobatMigran Saat ini tengah beredar penipuan dengan iming-iming dana bantuan sejumlah uang bagi Pekerja Migran Indonesia mengatasnamakan BP2MI.
#SobatMigran harap berhati-hati agar tidak terjerat tipu daya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. BP2MI atau pejabat BP2MI tidak pernah menginstruksikan untuk mengirim data secara pribadi, maupun menawarkan bantuan sejumlah uang dengan cara tersebut.
Sampaikan kabar ini kepada #SobatMigran yang lain ya."
Selain itu dalam postingan Facebook terdapat juga permintaan untuk menghubungi kontak pada akun tersebut. Ini merupakan modus pencurian data ataupun terhubung dengan pinjaman online ilegal.
Kesimpulan
Postingan yang mengklaim Kementerian Kesehatan membagikan bantuan uang Rp 175 juta bagi pekerja migran adalah hoaks.
Rujukan
(GFD-2024-22656) Keliru, Lebam Mata Kiri Paus Fransiskus yang Diklaim Akibat Ritual Satanic Terkait Munculnya Cacar Monyet
Sumber:Tanggal publish: 17/09/2024
Berita
Video berdurasi 1 menit 16 detik berisi klaim bahwa mata lebam Paus Fransiskus akibat dari ritualsatanicdikaitkan dengan merebaknya cacar monyet, diunggah sebuah akun di Instagram.
Video tersebut memperlihatkan foto saat mata kiri Paus Fransiskus lebam. Kolase video berikutnya mengaitkan virus Mpox sebagai pandemi berikutnya sebagai agenda mengurangi jumlah penduduk dunia (depopulasi).
Lantas benarkah lebam mata kiri pada Paus Fransisku adalah akibat ritualsatanic yang bertujuan mengurangi jumlah penduduk dengan cacar monyet?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan mata lebam Paus Fransiskus tersebut bukan karena ritualsatanicataupun terkait dengan virus cacar monyet yang direncanakan sebagai pandemi berikutnya untuk agenda depopulasi.
Untuk membuktikan klaim tersebut, Tempo mula-mula menelusuri sumber video yang yang dibagikan dengan terlebih dahulu memfragmentasi menjadi gambar menggunakantools InVID, lalu gambar hasil fragmentasi ditelusuri dengan menggunakantools Google Image dan Yandex Image.
Foto Paus Fransiskus memar dibagian mata kiri pada awal video misalnya diketahui merupakan foto yang diambil dari situs jual beli foto Shutterstock. Foto itu merupakan bidikan fotografer Italia, Pierpaolo Scavuzzo, saat Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan di Kota Vatikan, Roma, Italia pada 13 September 2017.
Mata hitam yang terlihat pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan di Kolombia. Foto Paus Fransiskus yang memperlihatkan memar di sekitar mata kiri dan alis juga dibidik fotografer AFP Alberto Pizzoli dan dipublikasikan pada situs jual-beli foto Getty 10 September 2017.
Sementara gambar seorang wanita yang dengan narasi “lebam mata kiri dan ritual Iblis terseram” yang berada di bagian atas gambar kepala Paus diketahui merupakan gambar yang diambi di konten youtube Hamim Nessie yang tayang pada 30 April 2024. Dalam konten ini tidak menjelaskan tentang penyebab memar hitam pada mata Paus Fransiskus. Kanal tersebut memberikan pernyataan bahwa konten yang mereka buat hanya untuk hiburan.
Dalam arsip berita Tempo menyebutkan luka lebam di bagian mata sebelah kiri pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan yang terjadi di Kolombia pada Minggu 10 September 2017. Mata kiri juga benjol akibat terjatuh di mobil pembawa Paus. Insiden tersebut berlangsung ketika Paus berada di mobil dalam perjalanan meninggalkan Kolombia, Ahad, 10 September 2017 setelah memberikan kata sambutan Misa dan berakhirnya perang saudara selama 50 tahun.
Paus Fransiskus seperti dikutip dari Telegram, kehilangan keseimbangan saat berada di atas mobil kepausan yang bergerak di tengah kerumunan di Cartagena, Kolombia. Akibat kejadian itu, Paus mengalami memar di pipi dan alis kirinya, tetapi tidak terlalu parah.
Dilansir CNN, selain memar di bagian mata kiri, Kepala Paus Fransiskus juga terbentur di dalam Mobil Paus yang melukai alis dan pipi. Vatikan mengatakan setelah mengoleskan es dan perban kupu-kupu ke alisnya, Paus dalam kondisi baik-baik saja.
Paus Fransiskus mengunjungi Kolombia sebagai bagian dari perjalanan apostolik di Amerika Latin. Paus seperti dikutip dari VOA Indonesia menuntaskan lawatannya di Kolombia dengan acara yang sangat pribadi hari Minggu 10 September 2017 untuk menghormati Santo Petrus Claver, yang melayani ratusan ribu budak Afrika yang tiba di pelabuhan Cartagena untuk dijual pada masa penjajahan Spanyol. Agenda perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Kolombia pada 6-11 September 2017 bisa dilihat pada laman ini.
Tentang Cacar Monyet (Mpox)
Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus jenis orthopoxvirus. Virus ini menular melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang membawa virus monkeypox. Virus ini juga bisa menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi. WHO telah menetapkan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global pada 14 Agustus 2024.
Meski punya potensi menjadi pandemi berikutnya, namun Mpox tidak akan sama dengan pandemi Covid-19. Dua ahli epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Joseph Eisenberg dan Andrew Brouwer, mengatakan beberapa faktor mengapa Mpox bukanlah pandemi Covid-19 berikutnya.
Pertama, virus Mpox tidak dapat berubah menjadi aerosol yang bertahan berjam-jam atau berhari-hari di udara seperti virus penyebab Covid-19. Kedua, virus ini memerlukan dosis yang jauh lebih tinggi untuk dapat menginfeksi manusia. “Jadi fakta bahwa virus ini tidak begitu menular adalah salah satu alasan mengapa mpox tidak akan menyebar seperti yang kita lihat pada penyebaran COVID,” kata Eisenberg, dikutip dari laman Universitas Michigan.
Selain itu, hanya orang yang bergejala dengan ruam dan lesi yang dapat menularkan ke manusia lain. Hal itu berbeda dengan mereka yang terinfeksi Covid-19 dan tidak bergejala namun tetap dapat menularkan serta menyebarkan virus SARS-CoV-2.
Kesimpulan
Hasil pemeriksan fakta Tempo, foto Paus Fransiskus memar dibagian mata kiri diklaim akibat dari ritualsatanic adalahKeliru.
Foto tersebut merupakan foto yang diambil dari situs jual beli foto Shutterstock bidikan fotografer Italia, Pierpaolo Scavuzzo, saat Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan di Kota Vatikan, Roma, Italia pada 13 September 2017
Luka lebam di bagian mata sebelah kiri pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan yang terjadi di Kolombia pada Minggu 10 September 2017. Mata kiri juga benjol setelah terjatuh di mobil pembawa Paus. Insiden tersebut berlangsung ketika Paus berada di mobil dalam perjalanan meninggalkan Kolombia, Ahad, 10 September 2017, untuk memberikan kata sambutan Misa dan berakhirnya perang saudara selama 50 tahun dan tidak terkait dengan ritualsatanic.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/C_m-20lhyhE/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://www.shutterstock.com/editorial/image-editorial/pope-francis-black-eye-patch-posthumous-accident-9057609c
- https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/pope-francis-showing-a-bruise-around-his-left-eye-and-news-photo/845328192?adppopup=true
- https://www.youtube.com/watch?v=r9hUwyR15m0
- https://dunia.tempo.co/read/907966/paus-fransiskus-cedera-mata-di-kolombia
- https://www.telegraph.co.uk/news/2017/09/10/pope-sports-bruised-eye-bumping-head-popemobile/
- https://edition.cnn.com/2017/09/10/americas/pope-colombia-sunday/index.html
- https://www.voaindonesia.com/a/paus-fransiskus-tuntaskan-lawatan-di-kolombia-/4022901.html
- https://www.vatican.va/content/francesco/en/travels/2017/outside/documents/papa-francesco-colombia_2017.html
- https://sph.umich.edu/news/2022posts/monkeypox-it-may-be-the-next-pandemic-but-its-different-than-covid.html
(GFD-2024-22655) Keliru, Klaim Menara dan Ponsel 5G Menyebabkan Cacar Monyet
Sumber:Tanggal publish: 17/09/2024
Berita
Kolase foto berisi klaim bahwa cacar monyet disebabkan oleh frekuensi menara dan ponsel 5G diunggah akun Instagram [arsip] pada 6 September 2024. Konten tersebut menyebar di tengah merebaknya virus Monkeypox atau Mpox.
Konten tersebut memuat narasi:Agenda berikutnya meningkatkan frekuensi untuk mengaktifkan non partikel dalam tubuh. Ini akan menyebabkan cacar monyet dan kemungkinan bisul/luka pada mereka yang telah ditandai dengan vx666ine. Pada foto bagian bawah terdapat tulisan: Yang sudah terlanjur vaxx sebaiknya pulang kampung, jauhi tower dan smartphone 5G!
Hingga artikel ini ditulis, unggahan tersebut disukai 985 warganet. Benarkah frekuensi tower dan ponsel pintar 5G menyebabkan cacar monyet atau Mpox?
Hasil Cek Fakta
Menurut peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, vaksin cacar monyet tidak dapat meningkatkan frekuensi sinyal 5G untuk mengaktifkan nanopartikel dalam tubuh yang kemudian dapat menimbulkan penyakit. “Klaim tersebut tidak sepenuhnya benar dan tidak didukung bukti ilmiah,” kata Arif, 13 September 2024.
Jika diulas secara ilmiah, Arif mengatakan, vaksin terdiri dari bahan-bahan seperti antigen, pengawet, stabilisator, dan adjuvan yang membantu merangsang respon imun tubuh dan tidak mengandung nanopartikel sesuai klaim tersebut.
Indonesia menggunakan vaksin MVA-BN®?(Modified Vaccinia Ankara - Bavarian Nordic), vaksin turunan smallpox generasi ketiga. Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah cacar monyet.
Vaksin Mpox dapat memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Setelah divaksinasi, Arif menambahkan, kewaspadaan tetap diperlukan karena pembentukan kekebalan memerlukan waktu.
Bagi seseorang yang tertular Mpox setelah vaksinasi, WHO menekankan bahwa vaksin tetap melindungi terhadap penyakit berat dan kebutuhan akan rawat inap.
Menurut Arif, ulasan peneliti Turtle & Subramaniam (2023) yang terbit pada jurnal ilmiah bereputasi, The Lancet Infectious Diseases, menunjukkan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap Mpox.
“Narasi hoaks sering digunakan untuk menimbulkan ketakutan dan kebingungan tentang vaksinasi, padahal vaksin Monkeypox telah diuji secara menyeluruh untuk keselamatan dan efektivitasnya oleh para ahli. Penyebaran informasi yang salah terkait vaksinasi dapat menghambat upaya penanganan kesehatan publik, sehingga penting untuk merujuk pada sumber-sumber ilmiah dan otoritas kesehatan yang terpercaya,” ungkap Arif.
Dikutip dari laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), mereka telah mengumumkan vaksin MVA-BN sebagai vaksin pertama melawan mpox yang ditambahkan ke daftar prakualifikasinya.
Pra-kualifikasi WHO (PQ) dan Daftar Penggunaan Darurat (EUL) adalah mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, keamanan, dan khasiat produk medis, seperti vaksin, diagnostik, dan obat-obatan dan kesesuaian produk untuk digunakan dalam konteks negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Vaksin MVA-BN dapat diberikan kepada orang berusia di atas 18 tahun sebagai suntikan 2 dosis yang diberikan dengan jarak 4 minggu. Setelah penyimpanan dingin sebelumnya, vaksin dapat disimpan pada suhu 2–8°C hingga 8 minggu.
Kelompok Penasihat Strategis Ahli (SAGE) WHO tentang Imunisasi meninjau semua bukti yang tersedia dan merekomendasikan penggunaan vaksin MVA-BN dalam konteks wabah mpox bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar. Data yang tersedia menunjukkan bahwa vaksin MVA-BN dosis tunggal yang diberikan sebelum paparan diperkirakan memiliki efektivitas 76% dalam melindungi orang terhadap Mpox, sedangkan jadwal 2 dosis mencapai efektivitas sekitar 82%. Vaksinasi setelah paparan kurang efektif dibandingkan vaksinasi sebelum paparan.
Kesimpulan
Hasil verifikasi Tempo tentang klaim frekuensi tower 5G menyebabkan cacar monyet adalahkeliru.
Narasi yang mengaitkan vaksinasi Monkeypox dengan teknologi 5G sepenuhnya tidak berdasar dan tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Rujukan
Halaman: 884/5916